Anda di halaman 1dari 40

Konsep Bilangan, dan Lambang Bilangan,

Bilangan Cacah dan Pembelajarannya di SD


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pendidikan Matematika 1
Dosen Pengampu: Amilla Fidyah Astuti, S.Pd

Disusun oleh:

2.
3.

7.
8.

1. Muhammad Luthfi Azmi


Eka Noviana
Ani Qutsiyati
4. Pamungkas Mei
5. Siti Nurrohmah Laila
6. Aprilia Hestiningsih
Agus Suradi
Septi Puji A
3 A / Reguler

12.0305.0043
13.0305.0015
13.0305.0023
13.0305.0025
13.0305.0027
13.0305.0036
13.0305.0048
13.0305.0052

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2014
Daftar Isi
Halaman Judul..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Bab I Pendahuluan............................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

1
2
3
3
3
3
1

D. Manfaat.................................................................................................

Bab II Isi...........................................................................................................

Bab III Penutup.................................................................................................

41

Daftar Pustaka...................................................................................................

42

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembelajaran mengenai bilangan pun menjadi bagian vital yang
dilaksanakan di persekolahan dasar. Oleh karenanya, setiap guru dan calon guru
SD harus lebih dalam menguasai konsep dan sistem bilangan. Di samping itu
2

juga, setiap guru dan calon guru SD harus pandai pula menyuguhkan
pembelajaran mengenai bilangan kepada setiap anak didiknya dengan bentuk
pemecahan masalah, sehingga ke depannya nanti diharapkan agar para siswa
tersebut mampu memecahkan persoalan kehidupan sehari-harinya yang berkenaan
dengan konsep bilangan.
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di
berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial
seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang
melingkupi

penerapan

pengetahuan

matematika

ke

bidang-bidang

lain,

mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan


kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang
sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bilangan dan lambang bilangan ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep bilangan ?
3. Apa yang dimaksud dengan bilangan cacah dan bagaimana cara
pembelajarannya di SD ?
C. Tujuan
1. Untuk memberikan informasi mengenai bilangan dan lambang
bilangan.
2. Supaya mengetahui yang dimaksud dengan konsep bilangan.
3. Supaya mengetahui yang dimaksud dengan bilangan cacah serta cara
pembelajarannya di SD.

D. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa mengenai konsep bilangan
dan lambang bilangan, bilangan cacah dan pembelajarannya di SD

Bab II
Isi
A. Bilangan dan lambangnya
Bilangan adalah suatu idea. Sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau
lambang dan bukan pula lambang bilangan. Bilangan memberikan keterangan
mengenai

banyaknya

anggota

suatu

himpunan.

(Sumber:

Ensiklopedia

Matematika, 1998).
1. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara
memisahkan tiap-tiap bagian kata.
a. Bilangan utuh
Contoh:
23 = dua puluh tiga
(benar)
duapuluh tiga
(salah)
508
= seratus tiga puluh empat
508 = lima ratus delapan
b. Penulisan bilangan pecahan
Contoh:
1/2 = setengah
3/4 = tiga perempat
4/16 = empat perenam belas
3 2/3 = tiga dua pertiga
10% = sepuluh persen
4

0,2 = dua perpuluh


2,5 = dua lima perpuluh, atau dua setengah
1,09 = satu sembilan perseratus
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf (tidak dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapa
lambang bilangan yang dirinci secara berurutan sebagaimana halnya dalam bentuk
paparan.
Contoh:
Dalam sehari ia makan dua kali. Usianya dua puluh tahun. Dari 50 peserta,
15 orang ikut, dan 35 orang lainnya tidak ikut. 30 remaja putri, 15 remaja putra,
dan 10 balita.
Lambang bilangan pada awal kalimat harus senantiasa ditulis dengan
huruf.
Contoh:
1) Enam belas tahun yang lalu ia meninggal.
2) Lima saudaranya laki-laki semua.
3) Dua ratus para calon mahasiswa diterima.
Catatan:
Harus diingat bahwa angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat.
Oleh sebab itu harus diupayakan dengan mengubah susunannya sehingga
memungkinkan tidak adanya angka biasa pada awal kalimat.
Dalam proses pembelajaran ini hendaknya disiapkan kartu bilangan
masing-masing bertuliskan lambang bilangan seperti : 1, 10, 100, 1.000, 10.000,
100.000. Misalnya dalam subpokok bahasan mengenal bilangan 100.001
500.000, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

1) Guru menjelaskan ulang nilai tempat yang di tempati oleh angka-angka


suatu lambang bilangan 5 angka, dengan pertolongan kartu bilangan 1, 10,
100, 1.000, 10.000.
2) Mengulang membaca dan menulis lambang bilangan 5 angka, misalnya
guru menulis di papan tulis beberapa lambang bilangan 5 angka, siswa
disuruh menulis nama bilangannya.
3) Guru menjelaskan bahwa 10 kartu bilangan 10.000 dapat dinyatakan
dengan sebuah kartu bilangan 100.000. dengan pertolongan kartu bilangan
1, 10, 100, 1.000, 10.000, 100.000, guru membantu siswa cara membaca
dan menulis bilangan 6 angka.
4) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka di papan tulis, secara
lisan siswa disuruh mengucapkan nama bilangan itu satu persatu.
5) Guru mengucapkan nama beberapa bilangan 6 angka satu persatu, siswa
disuruh menulis lambang bilangannya di buku masing-masing.
6) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka di papan tulis, siswa
disuruh menulis lambang bilangan itu di buku masing-masing.
Untuk memahami bilangan-bilangan bernilai besar, siswa diminta
menyusun kalimat tentang pengalaman mereka sehari-hari yang berhubungan
dengan bilangan-bilangan bernilai besar kurang dari 500.000. Misalnya tabungan
Amin di bank BNI mencapai 365.000 rupiah.
2. Bilangan kardinal dan ordinal
Bilangan yang digunakan untuk menyatakan banyaknya suatu objek
disebut bilangan kardinal. Dengan demikian ciri bilangan kardinal adalah
digunakan dalam menjawab pertanyaan, berapa banyak? Aspek penting lainnya
dari bilangan adalah digunakan untuk menyatakan urutan dari suatu objek.
Bilangan yang demikian disebut bilangan ordinal. Bilangan ordinal biasanya
digunakan untuk menjawab pertanyaan, yang mana?
Contoh dalam penanaman konsepnya:
Nomor rumah di sebelah barat di jalan Sunda bernomor genap. Nomornomor rumah tersebut berturut-turut adalah 2, 4, 6, ..., 40. Urutan nomor-nomor

rumah tersebut terurut dengan baik. Sehingga bilangan ordinal dari himpunan {2,
4, 6, ..., 40} adalah 20. Banyaknya anggota dari himpunan {2, 4, 6, ..., 40} adalah
20, sehingga kardinal dari {2, 4, 6, ..., 40} adalah 20.
Nilai tempat dan ketidaksamaan
Langkah-langkah pembelajarannya :
a) Guru menjelaskan ulang mengenai nilai tempat yang di tempati oleh
angka-angka suatu lambang bilangan 5 angka.
b) Guru menjelaskan bahwa angka-angka suatu lambang bilangan 6 angka
berturut-turut dari kiri menempati tempat ratus ribuan, puluh ribuan,
ribuan, ratusan, puluhan dan satuan.
c) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka siswa disuruh
menentukan nilai setiap angka.
Misalnya : 382.657
Angka 3 nilainya 300.000
Angka 8 nilainya 80.000
Angka 2 nilainya 2.000
Angka 6 nilainya 600
Angka 5 nilainya 50
Angka 7 nilainya 7
Jadi, 382.657 = 300.000 + 80.000 + 2.000 + 600 + 50 + 7
3. Konsep kurang dari (<) dan lebih dari (>) antara 2 bilangan
Misalkan dua bilangan yang akan dibandingkan, yaitu bilangan 5 angka.
Perhatikan angka puluh ribuannya. Bilangan yang angka puluh ribuannya lebih
besar, nilainya lebih besar. Jika angka puluh ribuannya sama, perhatikan angka
ribuannya. Bilangan yang angka ribuannya lebih besar, nilainya lebih besar. Jika
angka ribuannya sama, dilihat angka ratusannya. Bilangan yang angka ratusannya
lebih besar, nilainya lebih besar, demikian seterusnya.
B. Bilangan Cacah
Bagaimana cara kita menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan?
Sebagai contoh kita pandang kumpulan siswa di suatu kelas. Banyaknya siswa
yang ada dalam kelas tersebut kita nyatakan dengan suatu bilangan.

Setiap kumpulan dapat dihubungkan dengan suatu bilangan. Bilanganbilangan itu masing-masing mempunyai nama. Kita juga menggunakan lambing
untuk setiap bilangan. Misalnya lambang 5 mewakili bilangan lima. Kata
lima adalah nama untuk bilangannya.
Pengertian-pengertian itu kita perkenalkan kepada murid tahap demi tahap.
Mula-mula kita perkenalkan kumpulan. Anggota-anggotanya adalah menyatakan
banyaknya anggota kumpulan. Murid-murid harus berlatih sampai mereka dengan
mudah dapat menemukan bilangan yang tepat untuk setiap kumpulan, setiap
kumpulan dihubungkan dengan satu bilangan. Tetapi setiap bilangan dapat
dihubungkan dengan banyak sekali kumpulan barang-barang.
Sekarang, bayangkanlah kumpulan sapi-sapi hijau atau kumpulan semua
orang yang berkepala tiga. Kumpulan-kumpulan itu tidak mempunyai anggota.
Kita sebut kumpulan demikian itu himpunan kosong. Bilangan untuk himpunan
kosong adalah nol, lambangnya adalah 0. Anak-anak dapat melihat bahwa
kumpulan gajah dalam ruang kelas mereka adalah himpunan kosong. Banyaknya
anggota himpunan itu adalah nol. Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya
disebut bilangan cacah.
Kita bandingkan dua bilangan yang tidak sama, 3 < 8 dan 9 > 5 dibaca 3
kurang dari 8 dan 9 lebih dari 5. Pernyataan-pernyataan itu disebut
ketidaksamaan. Apakah sifat-sifat urutan bilangan? Pernyataan itu kita jawab
setelah melakukan beberapa percobaan dengan urutan bilangan. Misalnya, kita
minta dua anak masing-masing memilih suatu bilangan. Tanpa mengetahui
bilangan-bilangan yang dipilih itu kita dapat menentukan hal-hal berikut ini:
a) Dua bilangan itu sama atau tidak sama. Jika tidak sama, tentulah salah
satu lebih kecil daripada yang lain. Dengan demikian telah kita
temukan satu sifat urutan bilangan, yakni: Jika a dan b bilangan cacah,
maka tepat satu dari yang di bawah ini harus benar.
a=b

atau a < b

atau b < a

Pada garis bilangan, sifat urutan itu dapat dikatakan sebagai berikut:
Pilihlah sebuah titik pada garis bilangan. Kemudian pilihlah sebuah titik lagi.
Maka kedua titik itu berimpit atau berlainan.
8

Sekarang, kita cari suatu sifat lagi dari urutan bilangan. Jika mengetahui
bahwa suatu bilangan n lebih kecil daripada 6 dan 6 lebih kecil daripada 9, apakah
yang kita ketahui tentang urutan n dan 9? Dapatkah pertanyaan itu dijawab tanpa
mengetahui berapakah n itu? Kita dapat menggunakan garis bilangan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Jawabnya secara umum dapat dikatakan sebagai
berikut:
Jika a < b dan b < c, tentu a < c. pada garis bilangan yang mendatar
tampak bahwa jika titik a terletak di sebelah kiri b, tentu titik a terletak di sebelah
kiri c.

Jika kita menjumlah bilangan-bilangan, maka dapatlah kita menemukan


suatu sifat urutan lagi.
Kita mengetahui bahwa 3 < 8. Sekarang 3 kita tambah 4 dan 8 kita tambah
4. Apakah urutan antara jumlah-jumlahnya, yakni 7 dan 12 sama dengan urutan
antara 3 dan 8? Dengan kata lain apakah 3 + 4 < 8 + 4 ? Kita dapatkan bahwa jika
antara dua bilangan terdapat suatu urutan dan kedua bilangan itu ditambah
bilangan yang sama, maka urutan jumlahnya sama dengan urutan bilanganbilangan yang sama. Dengan kata lain: urutan dua bilangan tidak berubah jika
kedua bilangan itu ditambah dengan bilangan yang sama. Sifat itu berlaku untuk
semua bilangan cacah.
Jika a < b tentu a + c < b + c itu dapat diperlihatkan pada garis bilangan
c

a+c

a<b

b+c

a+c<b+c

Kita dapat melakukan percobaan-percobaan untuk menyelidiki sifat urutan


hasil kali bilangan-bilangan asli, misalnya:
Jika 2 < b, apakah 2 x 3? Mereka dapat memahami sifat-sifat itu dengan
jalan menyelidiki banyak contoh pada garis bilangan.
C. Operasi Bilangan, Teknik Penyelesaiannya dan Pembelajarannya di SD
1. Penjumlahan
Pengerjaan jumlah atau penjumlahan merupakan pengerjaan hitung yang
pertama kali dikenal anak-anak. Bukan saja dikenal di sekolah tetapi juga
mungkin di masyarakat sebelum anak mengenal sekolah. Hal demikian itu terjadi
misalnya di lading, di warung, dan di lapangan permainan. Misalnya:
a. Di ladang ada 3 ekor kerbau yang digembalakan, kemudian Budi
membawa 2 ekor lagi untuk digembalakan pula. Berapa ekor kerbau
yang ada di ladang sekarang?
b. Di rumah ibu Ani terdapat sebutir telur. Ia pergi ke warung untuk
membeli 3 butir telur lagi untuk menjamu tamunya. Berapa butir
telur yang ada sekarang di rumah ibu Ani?
c. Ada 2 orang anak sedang bermain di halaman sebuah rumah.
Kemudian datang temannya 4 orang bergabung. Berapa anak yang
ada di halaman rumah itu sekarang?
Itulah contoh-contoh persoalan sehari-hari yang untuk penyelesaiannya
memerlukan pengetahuan tentang operasi jumlah atau penjumlahan.
Fakta-fakta dasar Penjumlahan
Yang dimaksud dengan fakta-fakta dasar penjumlahan ialah penjumlahan
atau kombinasi bilangan dari 0 sampai 9, misalnya 9+1, 6+3, 9+9. Adapun 12+9
bukan fakta dasar penjumlahan sebab 12 bukan bilangan yang lambangnya terdiri
dari satu angka. Jadi ada 100 kombinasi fakta dasar penjumlahan, yaitu:
0 + 0, 0 + 1, 0 + 2, , 0 + 9,
1 + 0, 1 + 1, 1 + 2, , 1 + 9,
10

2 + 0, 2 + 1, 2 + 2, , 2 + 9,
, ,

, ,

, ,

, ,

, ,

, ,

9 + 0, 9 + 1, 9 + 2, , 9 + 9
Anak-anak untuk pertama kali memperoleh pengajaran penjumlahan pada
umumnya di kelas I SD. Jadi taraf berpikirnya masih konkret. Oleh karena itu,
pengajaran akan lebih dipahami bila diberikan dengan menggunakan benda-benda
konkret atau alat peraga dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Soal cerita
itu kemudian diubah ke dalam model konkret atau model diagram (gambar)
kemudian baru dilanjutkan ke dalam symbol.
Perhatikanlah contoh berikut:

11

Ada 3 anak sedang bermain. Kemudian 2 temannya datang bergabung.


Ada berapa anak sekarang? Soal cerita tersebut diterangkan kepada anak melalui
langkah-langkah berikut

MODEL KONKRIT

ADA 3 ANAK SEDANG


BERMAIN. KEMUDIAN 2
TEMANNYA DATANG.

3+2 =

SIMBOL

MODEL DIAGRAM

Ada 4 pendekatan atau jalan untuk menerangkan penjumlahan, yaitu


dengan kumpulan, dengan pengukuran, dengan mesin fungsi, dan dengan cara
bersusun panjang/ bersusun dengan kumpulan, dengan pengukuran, dengan mesin
fungsi, dan dengan cara bersusun panjang/ bersusun pendek.
a. Penjumlahan melalui Kumpulan
Penjumlahan dengan menggunakan dasar kumpulan didasarkan kepada
gabungan dua kumpulan lepas. Mengingat dua anak-anak masih real maka
12

kumpulan yang diambil harus kumpulan dengan anggota real atau gambar dengan
anggota real. Misalnya:
(1) Saya punya kelerang dua buah. Kemudian saya membeli lagi tiga buah.
Berapa buah kelerang sekarang yang saya miliki? Pada saat kita
menceritakan hal ini kepada anak, kita supaya membawa lima buah
kelereng dan seutas tali atau semacamnya untuk batas kumpulan.
Gambarnya kira-kira sebagai berikut:

2+3=5
Catatan:
Sebagai pengganti kelereng dalam soal cerita itu kita dapat menggunakan
benda-benda lain, seperti: mobil-mobilan, pensil, buku, dan lain-lain. Dan anak
supaya diikutkan secara aktif dalam menyelesaikan soal tersebut.Misalnya; Saya
punya dua buah kelereng. Coba nak ambil lagi tiga buah. Setelah anak mengambil
dan menyatukannya, kita bertanya lagi. Berapa banyaknya kelereng sekarang?
(2) Di halaman rumah saya ada tiga ekor ayam. Kemudian datang dua ekor
lagi. Ada berapa ekor ayam di halaman rumah saya sekarang? Ayam
sukar untuk diadakan. Bila adapun pasti takut lepas. Sebagai
penggantinya, kita dapat menggunakan ayam sebagai model (ayamayaman dari tanah liat misalya). Lambangnya kira-kira sebagai berikut:

13

3+2=5
Selain dengan menggunakan model konkret, ayam dengan kumpulan
seperti di atas kita dapat pula menggunakan papan flannel dengan gambar-gambar
ayam (model diagram) atau yang lainnya yang dapat ditempelkan pada papan
flannel itu. Anak-anak dapat menjawab dengan aktif pertanyaan Anda bila mereka
menempelkan gambar ayam itu pada papan flannel. Pertanyaan-pertanyaan itu
misalnya:
Coba ambil dua ekor ayam, kemudian tempelkan pada papan flannel itu.
Kemudian ambil tiga ekor lagi dan tempelkan pula pada papan flannel itu. Ada
berapa ekor sekarang? Jadi, 2 + 3 =
b. Penjumlahan melalui Pengukuran
Pada penjumlahan dengan pengukuran, yang dijumlahkan itu bukan
bilangan

cardinal

dari

kumpulan-kumpulan

tetapi

ukuran

panjangnya.

Penjumlahan dengan pengukuran dapat diperagakan dengan garis bilangan,


timbangan bilangan atau batang Cuisenaire (berwarna).
Dengan Garis Bilangan
Dengan cara ini yang dihitung itu bukan titik-titik pada garis bilangan
tetapi jaraknya.
a

Sebagai langkah pertama kita mulai dengan keadaan real. Karena


itu kita buat garis bilangan pada kertas dalam bentuk tangga

bilangan sebagai berikut.


Langkah berikutnya kita dapat menggunakan kertas bergaris
bilangan yang ditempelkan pada dinding atau papan tulis. Sebagai
pelompatnya dapat dibuat gambar kodok dari kertas kemudian
digunting, atau dibuat dari tanah liat. Ceritanya misalnya sebagai
berikut. Coba ambil kodokmu nak. Suruh ia melompat 2 kotak

14

mulai dari nol dan suruhlah ia melompat 3 kotak lagi. Berapa


c

kotak kodokmu telah melompat? Jadi berapakah 2+3?


Setelah diperagakan dengan benda-benda real atau modelnya, kita
dapat menggunakan yang lebih abstrak yaitu hanya dengan garis
bilangan.

Dengan Timbangan Bilangan


Timbangan bilangan dapat kita gunakan untuk peragaan penjumlahan
bilangan.
Timbangan bilangan dengan posisi 2+3= 5 atau 3+2= 5. Cara
menggunakan alat itu dalam penjumlahan 2 dan 3 adalah sebagai berikut. Mulamula diambil satu kepingan batu timbangan dan dikaitkan pada posisi 3 pada
tangan-tangan yang sama. Agar timbangan itu seimbang lagi kita harus
mengambil satu keping batu timbangan dan dikaitkan pada posisi 5 pada tangantangan yang berbeda (di sebelah kanan). Ini berarti 2+3= 5.
Dengan Batang Kuisener
Ambil satu batang duaan, yaitu batang yang berwarna hijau muda.
Kemudian ambil satu batang tigaan, yaitu batang yang berwarna merah.
Tempatkan kedua batang di atas ujung-ujungnya saling melekat.
Kemudian cari sebuah batang lain yang persis dapat menutup kedua batang
di muka. Ternyata batang yang dapat menutup persis kedua batang di atas
berwarna kuning. Panjang batang berwarna kuning itu lima satuan. Ini berarti
2+3=5. Untuk memudahkan penggambaran, pada buku-buku pelajaran atau papan
tulis, kedua penyajian di muka digambar dua dimensi sebagai berikut.
2

3
5

2+3
c. Penjumlahan melalui Mesin Fungsi

2+3=5

15

Pada umumnya mesin fungsi tidak dipergunakan untuk menerangkan


penjumlahan atau pegerjaan hitung lainnya, tetapi lebih banyak dipergunakan
untuk latihan dan pengenalan pada fungsi.
Ambillah sebuah kotak mesin fungsi +3 yang menggunakan kartu, pada
muka kartu yang keluar kita harus menulis lambang bilangan untuk bilangan yang
ketiga lebih besar dari bilangan yang dimasukkan. Misalnya bila pada muka kartu
yang dimasukkan itu ditulis 2, maka pada bagian belakangnya harus ditulis 5, bila
pada mukanya ditulis 6, maka pada bagian belakang kartu yang akan keluar harus
ditulis 9, dan seterusnya.
Konstruksi mesin itu seperti berikut.

Aturannya +3
Masuka

10

15

n
Hasil

13

18

Bila yang dimasukkan kita misalkan x, maka hubungan antara yang masuk
dengan yang keluar itu adalah f: x -- x+3. Ini tidak lain daripada fungsi. Dengan
kata lain, bila yang masuk kita misalkan x dan yang keluar kita misalkan y, maka
hubungan antara x dan y adalah y= x+3, ini adalah fungsi (linear).
d. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang dan bersusun pendek

16

Pak Agus mempunya kebun kelapa. Pada bulan Januari, ia memetik 2.438
buah. Pada bulan Februari, ia memetik 1.562 buah. Pada bulan Maret, ia memetik
3.724 buah. Jumlah kelapa yang dipetik selama 3 bulan adalah 2.438 + 1.562 +
3.724. Jumlah ini dapat kita tentukan dengan;
1) Cara bersusun panjang
2.438 = 2.000 + 400 +30 + 8
1.562 = 1.000 + 500 + 60 + 2
3.724 = 3.000 + 700 + 20 + 4
= 6.000 + 1.600 +110 + 14
= 6.000 + (1.000+600) + (100+10) + (10+4)
= (6.000 + 1.000) + (600 + 100) + (10 + 10) + 4
= 7.000 + 700 + 20 +4
= 7.724
2) Cara bersusun pendek/ penjumlahan berdasarkan nilai tempat dengan
menyimpan.
111

2.438
1.562
3.724 +
7.724
Langkah-langkahnya sebagai berikut. Jumlahkan bilangan satuan: 8 + 2 +
4 = 14 tulis angka 4 pada tempat satuan, kita simpan 1 pada tempat puluhan.
Jumlahkan bilangan puluhan: 1 + 3 + 6 + 2 = 12 tulis angka 2 pada tempat
puluhan, kita simpan 1 pada tempat ratusan. Jumlahkan bilangan ratusan: 1 + 4 +
5 + 7 = 17 tulis angka 7 pada tempat ratusan, kita simpan 1 pada tempat ribuan.
Jumlahkan bilangan ribuan: 1 + 2 + 1 + 3 = 7 tulis angka 7 pada tempat ribuan.
Kita peroleh 2.348 + 1.562 + 3.724 = 7.724
Sifat-sifat Penjumlahan
Pada bagian ini akan ditunjukkan sifat-sifat penjumlahan yang berlaku
pada himpunan bilangan cacah. Sifat-sifat itu ialah: tertutup, pertukaran
(komutatif), dan pengelompokan (asosiatif).
Untuk tahap ini siswa jangan dituntut untuk bisa menyebutkan sifat-sifat
itu dan himpunan bilangan mana yang memenuhi sifat-sifat itu, tetapi cukup
diminta dapat memahami bahwa bila kita ambil beberapa buah bilangan cacah 2,
3, dan 5 misalnya, maka 3 + 5 itu adalah bilangan cacah, 2 + 3 = 3 + 2, dan (2 +3)
+ 5 = 2 + (3 + 5). Siswa akan mengatakan bahwa 2 + 3 itu sama dengan 3 + 2
17

karena 2 + 3 = 5 dan 3 + 2 = 5 pula. Sama halnya dengan (2 +3) + 5 = 2 + (3 + 5)


karena (2 +3) + 5 = 10 dan 2 + (3 + 5) = 10 juga.
(a) Tertutup
Ambillah dua bilangan cacah, misalnya 3 dan 6. Apakah jumlah dua
bilangan cacah itu bilangan cacah? Dari contoh di atas 3+6 diperoleh hasil 9. Itu
juga merupakan bilangan cacah.
Jumlah setiap dua bilangan cacah sebarang adalah bilangan cacah pula.
Dikatakan bahwa bilangan cacah itu tertutup di bawah penjumlahan. Apakah
bilangan cacah tertutup di bawah pengurangan? Tidak, sebab selisih dua bilangan
cacah tidak selalu hasilnya bilangan cacah lagi. Misalnya dalam 9 10 = -1,
meskipun 9 dan 10 itu bilangan cacah tetapi -1 bukan bilangan cacah. Begitu pula
dalam 2 6 = -4, meskipun 2 dan 6 itu bilangan cacah tetapi -4 bukan bilangan
cacah.
(b) Pertukaran
Ambillah dua bilangan cacah, misalnya 3 dab 6. Apakah 3 + 6 = 6 + 3? Ya
betul, hasilnya tidak berubah. Jadi, apakah dua bilangan cacah yang dijumlahkan
itu letaknya (tempatnya) selalu dapat dipertukarkan? Ya, betul. Oleh karena itu
setiap dua bilangan cacah sebarang, bila dijumlahkan, letaknya selalu dapat
dipertukarkan, maka dikatakan bahwa bilangan cacah itu memenuhi sifat
pertukaran (komutatif) jumlah.
2. Pengurangan
Pada penjumlahan, kita mencari jumlahnya.
4

Suku

suku
jumlah

Pada pengurangan, kita mencari selisihnya.


5
Yang
Dikurangi

3
pengurang

=
selisih

18

Pada 5 3 = ..... kita harus mencari bilangan yang bila ditambahkan


kepada 3 diperoleh 5.
Fakta-fakta Dasar Pengurangan
Pada fakta-fakta dasar pengurangan, bilangan yang dikurangi harus kurang
atau sama dengan 18, sedangkan pengurangnya ialah bilangan cacah dari 0 sampai
9, dengan catatan bahwa selisihnya harus bilangan cacah dan besarnya dari 0
sampai dengan 9. Perhatikan contoh berikut.
18 - 9, 16 - 7, 9 - 8, dan 2 - 1 adalah fakta dasar
18 - 2, dan 15 - 4 bukan fakta dasar sebab selisihnya lebih besar dari 9
16 - 12 dan 17 - 10 bukan fakta dasar sebab pengurangnya lebih besar dari
9
8 - 9 dan 4 - 7 bukan fakta dasar sebab selisihnya bilangan negatif
Seperti pada penjumlahan, soal cerita sehari-hari mengenai pengurangan
yang akan diterangkan itu supaya diubah dulu kedalam model, baru kemudian ke
dalam simbol. Ini sangat penting terutama pada saat-saat permulaan anak-anal
mengenal konsep pengurangan. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Ada 4 buah roti, yang satu dimakan adik. Ada berapa roti sekarang?
Langkah-langkah mengerjakannya sebagai berikut
Ada 4 buah
roti, yang
satu
dimakan
adik.

Model konkret

Simbol
Model diagram

Persoalan
Kita ketahui penjumlahan itu berkaitan dengan penggabungan atau

penyatuan himpunan benda-benda sejenis. Oleh karena itu pengurangan berkaitan


dengan pemisahan himpunan benda-benda sejenis. Pada umumnya persoalan
pengurangan dapat dilihat dalam 3macam keadaan, yaitu membuang, mencari
suku yang hilang, dan membandingkan.

19

a. Membuang
Dodi punya 5 buah kelereng, ia berikan pada adiknya 2 buah. Berapa
kelereng sisanya ?

2=

b. Mencari suku yang hilang


Dedi punya jeruk 3 buah, setelah di beri lagi oleh neneknya, ia mempunyai 6 buah
jeruk. Berapa jeruk yang di beri oleh neneknya?

c. Membandingkan
Budi punya kelereng 3 buah
Anton punya kelereng 5 buah
Berapa buah lebihnya kelereng anton?

20

Anton

Budi

Pendekatan dalam pengurangan


a. Pengurangan melalui kumpulan
Banyak cerita sehari-hari yang pemecahannya memerlukan pemahaman
pengurangan. Misalnya:
Adik punya 5 buah kelereng, ia berikan pada kakaknya 2 buah. Berapa
kelereng sisanya ?

- 2 = 3

Pengurangan melalui pengukuran


Pengurangan dengan pengukuran dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan
garis bilangan, timbangan bilangan, dan batang kuisener.
a. Pengurangan dengan garis bilangan. Meragakan penjumlahan pada garis
bilangan ialah dengan bergerak maju (ke sebelah kanan). Oleh karena
pengurangan adalah lawan penjumlahan maka pengurangan pada garis
bilangan ialah bergerak mundur (ke sebelah kiri).
Seperti pada penjumlahan, kita dapat menggunakan tangga garis bilangan,
pita garis bilangan dan garis bilangan. Cerita realnya misalnya sebagai berikut.
Pada tangga garis bilangan berikut Rini mencoba melompat 5 kotak (satuan) ke
depan (ke kanan). Kemudian mundur sebanyak 2 kotak. Apa yang terjadi?

21

52=3
Dengan garis bilangan 5 2 = 3 itu adalah sebagai berikut:

52=3

b. Pengurangan dengan timbangan bilangan


c. Pengurangan dengan batang kuisener
Batang kuisener atau batang berwarna dapat kita pergunakan untuk
meragakan pengurangan. Untuk melihat peragaannya kita ambil contoh:
Dodi memiliki 6 buah kelereng, empat kelereng diberikan kepada adiknya.
Berapa kelereng yang sekarang dimiliki Dodi? Mari kita jawab dengan
menggunakan batang kuisener;

Cara menjawab soal tersebut adalah sebagai berikut. Ambil sebuah batang
berwarna 6 satuan (batang berwarna hijau tua). Kemudian ambil sebuah batang
berwarna 4 satuan (berwarna ungu), tempelkan di samping batang berwarna hijau
tua itu sehingga salah satu ujung-ujungnya pas (posisis ini menunjukkan 6-4).
Kemudian cari batang berwarna lain yang dapat menutup tempat yang kosong
dengan pas. Batang tersebut adalah berwarna merah. Jadi 6 4 = 2
(a) Pengurangan dengan cara bersusun pendek
Contoh:

22

Didi mengikuti perlombaan jalan cepat. Jarak yang harus ditempuh adalah
8.743 meter. Ia sudah menempuh jarak 5.281 meter. Berapa jarak yang harus
ditempuh Didi?
Penyelesaian:
Diketahui: jarak tempuh dalam lomba lari adalah 8.743 meter
Jarak yang sudah ditempuh adalah 5.281 meter
Ditanya: berapa jarak yang masih harus ditempuh?
Jawab: Didi masih harus menempuh jarak (8.743-5.281) meter. Untuk
menentukannya dapat mencapainya dengan cara bersusun pendek seperti berikut
6 1
4
8 7 4
5 2 8
3 4 6

3
1
2

Langkah-langkahnya:
a) Kurangi bilangan satuan: 3 1 = 2. Tulis angka 2 pada tempat satuan
b) Kurangi bilangan puluhan: 4 8 (karena 4<8 maka kita pinjam satu
ratusan, sehingga bilangan ratusannya 7-1 jadi tinggal 6. Dan bilangan
puluhannya 10+4 menjadi 14). Sehingga menjadi 14 8 = 6. Tulis angka 6
pada tempat puluhan.
c) Kurangi bilangan ratusan: 6 2 = 4. Tulis angka 4 pada tempat ratusan.
d) Kurangi bilangan ribuan: 8 5 = 3. Tulis angka 3 pada tempat ribuan.
Jadi, Didi masih harus menempuh jarak 3.462 meter.
Sifat-sifat pengurangan
1. Apakah operasi pengurangan tertutup pada bilangan cacah? Dengan
mengambil beberapa pasangan bilangan cacah sembarang, kita akan
mengatahui bahwa sifat pengurangan itu tidak tertutup pada bilangan
cacah. Sebab selisih dua bilangan cacah tidak selalu hasilnya bilangan
cacah lagi. Misalnya dalam 4 9 = -5, meskipun 4 dan 9 adalah bilangan
cacah tetapi -5 bukan bilangan cacah.

23

2. Apakah operasi pengurangan memenuhi sifat pertukaran? Ambillah dua


bilangan cacah, misalnya 3 dan 5. Apakah 3 5 = 5 3? Tidak, karena 3
5 = -2 sedangkan 5 3 = 2. Oleh karena tidak setiap bilangan cacah, bila
dikurangkan, letaknya dapat dipertukarkan, maka sifat pengurangan pada
bilangan cacah tidak memenuhi sifat pertukaran.
3. Perkalian
Pada tingkat sekolah dasar, penjumlahan dan pengurangan dikenalkan
melalui benda-benda konkret atau gambarnya. Ini adalah suatu keyakinan dan
kepercayaan dari sejak lama bahwa konsep matematika supaya ditanamkan
kepada anak-anak melalui contoh-contoh dunia nyata.
Begitu pula perkalian bagi anak-anak di tingkat rendah supaya dijelaskan
melalui benda-benda konkret atau gambar benda-benda konkret dan dikaitkan
pula dengan kehidupan sehari-hari. Dari keadaan kehidupan nyata sehari-hari itu
dibuat dulu ke tahap model konkret atau model gambar dan kemudian dilanjutkan
kepada tahap akhir yaitu tahap simbolik.
Contoh:
Ibu Ani punya 2 dus telur. Masing-masing dus berisi 6 biji. Berapa biji
telur bu Ani? Soal tersebut dapat diperagakan seperti berikut

Ibu Ani punya 2 dus


telur dengan masingmasing berisi 6 telur

Model konkret

2x6=
simbol

Persoalan sehari-hari
Model gambar

Fakta dasar perkalian


24

Yang dimaksud dengan fakta-fakta dasar perkalian ialah perkalian


bilangan 0 sampai dengan 9, misalnya 8 x 3, 1 x 9, 6 x 0, dan 5 x 4.
Adapun 3 x 15 bukan fakta dasar perkalian sebab 15 bukan bilangan yang
lambangnya terdiri dari satu angka. Pada perkalian ada 100 kombinasi fakta dasar
yaitu:

0 x 0, 0 x 1, 0 x 2, ..., 0 x 9
1 x 0, 1 x 1, 1 x 2, ..., 1 x 9
2 x 0, 2 x 1, 2 x 2, ..., 2 x 9
.....................................
.....................................
.....................................
9 x 0, 9 x 1, 9 x 2, ..., 9 x 9
Untuk menerangkan perkalian, ada 7 pendekatan yang dapat ditempuh,
yaitu kumpulan, pengukuran, jajaran, produk Cartesius, kartu nilai tempat, blok
model Dienes, kantong nilai tempat, abakus, mesin fungsi, dan cara
mendatar/bersusun panjang/bersusun pendek.
1) Perkalian melalui himpunan (kumpulan)
Perkalian dapat diterangkan dengan menggunakan pendekatan himpunan,
yaitu himpunan-himpunan lepas yang ekuivalen dan sejenis.
Contoh:
Fajar mempunyai 3 bungkus permen karet, masing- masing bungkus berisi
4 buah permen karet. Berapa buah permen karet yang dimiliki Fajar? Perhatikan
gambar berikut!

25

Gambar dibawah menunjukkan 3 himpunan yang masing-masing


anggotanya 4 buah.

3 x 4 = 12

Banyak anggota himpunan dari 3 himpunan yang masing-masing anggotanya 4


buah adalah 12 (3 x 4 = 12).
Pemahaman konsep perkalian dapat diilustrasikan sebagai pemasangan
silang antara dua himpunan, yaitu: Jika a dan b bilangan cacah, A dan B adalah
himpunan yang terhingga sedemikian hingga n(A) = a dan n(B) = b, maka a x b =
n (A x B).

Misalkan perkumpulan bulu tangkis mempunyai pemain putra

sebanyak 3 orang, yaitu: Rudi, Candra, dan Gunawan, serta mempunyai 2 orang
pemain putri, yaitu: Susi dan Yeni. Jika akan diturunkan bermain dalam pasangan
ganda campuran, maka pasangan yang mungkin terjadi adalah: (1) Rudi dan Susi;
(2) Rudi dan Yeni; (3) Candra dan Susi; (4) Candra dan Yeni; (5) Gunawan dan
Susi; dan (6) Gunawan dan Yeni. Jadi banyaknya pasangan atau kombinasi yang
mungkin terjadi adalah 6 pasang. Banyaknya pasangan tersebut didapat dari
pemasangan silang dua anggota himpunan atau didapat dari perkalian bilangan 3
dan bilangan 2.
Contoh lain, ambil dua himpunan A dan B yang saling lepas, A dengan a
anggota dan B dengan b anggota, kemudian bentuklah A x B. Maka banyaknya
anggota (pasangan) dalam A x B disebut a x b. Misalkan A = {a, b, c} dan B = {k,
l, m, n}. Maka A x B = {(a, k), (a, l), (a, m), (a, n), (b, k), (b, l), (b, m), (b, n), (c,
k), (c,l), (c, m), (c, n)}. Hasil perkalian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 6.1.2: Perkalian silang dua anggota himpunan
X

26

a, k

a, l

a, m

a, n

b, k

b, l

b, m

b, n

c, k

c, l

c, m

c, n

Atau perkalian tersebut dapat digambarkan sebagai persilangan 3 baris dengan 4


garis, seperti gambar berikut:

Gambar 6.1.1: Persilangan 3 garis dengan 4 garis


Perkalian dapat pula dinyatakan sebagai penjumlahan berulang, dengan
definisi: Jika a dan b bilangan cacah, maka a.b = b + b + b + ... + b atau ab adalah
penjumlahan berulang yang mempunyai a suku dan tiap-tiap suku adalah b. Atau
perkalian axb ialah penjumlahan atau penjumlahan berganda yang mempunyai a
suku dan tiap-tiap suku sama dengan b. Definisi ini dapat pula dilihat pada
Bell(1962), Atau dapat dinyatakan: Jika N + N = 2 x N, maka N + N + N = 3 x
N dan seterusnya.

Dan pada Grossnickle (1959), definisi perkalian ini

diilustrasikan dengan: 2 x 5 = 10, sebagai 2 groups of 5`s are 10. Misal: Jika
ada 4 kandang ayam, dalam setiap kandangnya terdapat 5 ekor ayam, maka
jumlah ayam tersebut adalah 5 + 5 + 5 + 5 = 4 x 5 = 20 ekor ayam.
Perkalian dapat pula dipandang sebagai gabungan suatu himpunan atau dengan
perkataan lain, a x b ialah banyaknya anggota dalam persatuan (gabungan) a

27

himpunan, yang sepasang-sepasang lepas dan masing-masing mempunyai b


anggota.
Misal: Jika A1, A2, A3, ... An adalah himpunan-himpunan yang sepasang-sepasang
lepas dan masing-masing mempunyai b anggota, maka a x b adalah banyaknya
anggota : A1 A2 A3 ... An. Contoh Perkalian 3 x 4 dapat diperagakan
sebagai berikut:




Gambar 6.1.2: Perkalian 3 x 4 anggota
Atau dengan jajaran yang terdiri dari 3 baris masing-masing dengan 4 anggota
(pesawat) seperti gambar berikut:

Gambar 6.1.3: Perkalian 3 x 4 anggota


Definisi lain dalam hal perkalian dapat digunakan dengan pendekatan kelipatan
suatu bilangan, atau dengan istilah lain yaitu membilang loncat, seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 6.1.3: Kelipatan suatu bilangan
Kelipata

Kelipatan ke

10

10

28

10

12

14

16

18

20

12

15

18

21

24

27

30

12

16

20

24

28

32

36

40

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Penggunaan kelipatan pada proses perkalian misalnya 2 x 4 , yaitu mencari


kelipatan 4 pada langkah ke dua (pada tabel di atas adalah 8, karena pada
kelipatan 4 kita temukan: 4, 8, .....). Contoh lain, 4 x 5 , bilangan yang dimaksud
adalah bilangan pada kelipatan 5 dalam langkah ke 4 ( pada tabel di atas adalah
20, karena pada kelipatan 5 kita temukan: 5, 10, 15, 20, ..... ).

Fakta dasar perkalian adalah perkalian bilangan 0 sampai dengan 9. Sedangkan


fakta dasar pembagian adalah pembagian bilangan dimana bilangan yang
dibaginya dari 0 sampai dengan 81, pembaginya bilangan asli dari satu sampai
dengan 9, dan hasil baginya adalah bilangan cacah dari 0 sampai dengan 9.
Dalam kalimat matematik seperti 6 x 9 = 54, 6 dan 9 disebut faktor sedangkan 54
hasil kali dan semuanya menyusun apa yang disebut fakta perkalian.
Fakta dasar perkalian dalam bilangan cacah dapat dimisalkan sebagai berikut,
yaitu ada sembarang bilangan a x b = c, dengan keterangan sebagai berikut :
0 a 9 (a tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 9),
0 b 9 (b tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 9),
0 c 81 (c tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 81), dengan
keterangan a, b, dan c elemen (anggota) bilangan cacah.
Contoh-contoh perkalian fakta dasar dapat dilihat pada tabel perkalian di bawah
ini.

29

Tabel 6.1.4: Perkalian Fakta Dasar


x 0 1

0 0

1 0

2 0

3 0

4 0

5 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45

6 0

6 12 18 24 30 36 42 48 54

7 0

7 14 21 28 35 42 49 56 63

8 0

8 16 24 32 40 48 56 64 72

9 0

9 18 27 36 45 54 63 72 81

10 12 14 16 18

12 15 18 21 24 27

12 16 20 24 28 32 36

Untuk memantapkan penguasaan fakta dasar perkalian dan pembagian


dapat digunakan tabel, jari tangan, dan mengaitkan suatu perkalian dengan fakta
yang mudah diingat, seperti kelipatan dua yang hasil perkaliannya selalu bilangan
genap, kelipatan lima sering ada pada penggaris atau bilangan menit pada jam
(satu bilangan nilainya 5 menit, dan kelipatan tujuh yang ada pada perhitungan
hari dalam satu mingu.
Sifat Operasi Hitung Perkalian
Dalam perkalian bilangan cacah berlaku sifat-sifat, yaitu: (1) tertutup, (2)
komutatif, (3) asosiatif, (4) elemen identitas, (5) perkalian dengan bilangan nol,
dan (6) distributif perkalian terhadap penjumlahan (Soewito, 1991/1992: 40-42).
Juga dapat dilihat pada

Wheeler (1973), yang memiliki: Commutative,

30

Assosiative, Identity, Distributive (distributif perkalian terhadap penjumlahan),


dan sifat perkalian dengan bilangan nol.

Berikut ini penjelasan sifat-sifat

perkalian tersebut, yaitu:


1) Sifat Tertutup
Sifat tertutup dalam perkalian bilangan cacah maksudnya ialah, jika ada
dua bilangan cacah atau lebih diperkalikan, maka hasilnya bilangan cacah pula
(tidak keluar dalam konteks bilangan cacah). Misalnya: 2 x 4 = 8 , 3 x 7 = 21 dan
lain lain, 8 dan 21 adalah anggota bilangan cacah.
2) Sifat Pertukaran (Commutative)
Sifat pertukaran (komutatif) didefinisikan: Untuk semua bilangan cacah a
dan b berlaku a.b = b.a. Atau dengan perkataan lain, hasil suatu perkalian tidak
berubah bila pengali dan yang terkalikan dipertukarkan. Untuk bukti secara
umum, dapat diambil himpunan A dan B sedemikian hingga n(A) = a, n(B) = b.
Karena A x B = B x A maka, n ( A X B) = n (B x A) atau a.b = n ( A x B) = n ( B
x A) = b.a. Misalkan 3 x 4 = 4 x 3 = 12. Karena 4 + 4 + 4 = 3 + 3 + 3 + 3 = 12
Bukti lain adalah sebagai berikut: Ambil himpunan H dengan a anggota dan I
dengan b anggota. H dan I saling lepas, a x b adalah banyaknya anggota himpunan
H x I, yaitu himpunan { (x,y) : x H, y I }. b x a adalah banyaknya anggota
himpunan I x H , yaitu himpunan { (y,x) : y I, x H}. Karena setiap (x, y) H x I
dapat dipasangkan dengan ( y, x) I x H dan sebaliknya, maka H x I sama dengan I
x H, dengan kata lain a x b = b x a. Sebagai contoh diambil: H = {k, l, m, n} dan
I = {s, t }, maka perkalian silang kedua himpunan tersebut menjadi: {(k,s), (k,t),
(l,s), (l,t), (m,s), (m,t), (n,s), (n,t)}. Sedangkan Jika perkalian himpunannya
tersebut dipertukarkan (dibalikkan posisi), maka menjadi seperti berikut, yaitu:
{(s, k), (s, l), (s, m), (s, n), (t, k), (t, l), (t, m), (t, n)}. Dalam kasus ini dapat
disimpulkan bahwa perkalian dua himpunan tersebut adalah sama, karena masingmasing menghasilkan 8 kemungkinan pemasangan anggota himpunan. Dengan
adanya sifat komutattif perkalian, maka perbedaan antara pengali dan terkalikan
tidak berarti, dan untuk menyatakan masing-masing disebut faktor.
31

Pemakaian sifat komutatif dapat dilihat pada contoh berikut:


a). Seorang yang harus mengalikan 439 x 8 akan lebih mudah kalau ia
melakukannya sifat pertukaran, yaitu 8 x 439 dari pada 439 x 8
b). 2 x 9 berarti 9 + 9
9 x 2 berarti 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2
Dengan demikian seorang yang harus menghitung 9 x 2 akan mengubahnya
dengan 2 x 9 karena bentuk 2 x 9 ini lebih mudah dihitung.
c). Penggunaan sifat komutatif sering digunakan dalam perhitungan luas suatu
daerah (bangun datar/dua dimensi), contohnya seperti gambar berikut, bahwa luas
gambar di sebelah kiri sama dengan luas daerah di sebelah kanannya:

5 cm

3 cm
3 cm

5 cm

Gambar 6.1.4: Luas suatu daerah dalam dua posisi


3) Sifat Pengelompokan (Assosiative)
Untuk mengalikan tiga bilangan cacah, misalnya 2 x 3 x 4, dapat
digunakan pengelompokan yang berbeda, yaitu:
2 x 3 x 4 = (2 x 3) x 4 = 6 x 4 = 24 atau,
2 x 3 x 4= 2 x (3 x 4) = 2 x 12 = 24
Dengan demikian didapat (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4). Dari contoh tersebut nampak
adanya sifat asosiatif dalam perkalian.

32

Cara lain untuk memperlihatkan sifat assosiatif adalah dengan membuat alat
peraga tiga dimensi, yang terdiri dari panjang, lebar dan tinggi. Contoh berikut
perkalian (4 x 3) x 2 = 4 x (3 x 2), seperti gambar berikut:

2 cm
4 cm

4 cm
3 cm

2 cm

cm

Gambar 6.1.5: Bangun ruang dalam dua posisi

Sifat asosiatif tersebut dapat dikatakan sulit diterima oleh siswa kelas III
sekolah dasar sebab kemampuan siswa masih terbatas, yaitu harus memahami
terhadap benda ruang tiga dimensi, pemahaman terhadap benda ruang tiga
dimensi tersebut siswa harus memiliki daya tilik ruang, seperti pada kubus ada
istilah sisi, rusuk dan titik sudut, maka dari itu sifat tersebut tidak akan diajarkan
dalam penelitian tindakan kelas ini.
4) Elemen Identitas dan Sifat Perkalian degan Bilangan 0 (nol)
Bilangan 1 (satu) adalah elemen identitas perkalian sehingga untuk setiap
bilangan cacah a berlaku 1.a = a dan a.1 = a. Sedangkan untuk bilangan 0 (nol)
berlaku 0. a = 0 dan a.0 = 0
Contoh:
4 x 1 = 4 ; 6 x 1 = 6 ; 1 x 8 = 8 ; 1 x 10 = 10 ; dsb.
4 x 0 = 0 ; 2 x 0 = 0 ; 5 x 0 = 0 ; 0 x 10 = 0; dsb.

33

5) Sifat Penyebaran (Distributive) Perkalian terhadap Penjumlahan


Untuk setiap bilangan cacah a, b, dan c berlaku: a x (b + c) = (a x b) + (a x c) dan
(b + c) x a = (b x a) + (c x a). Sifat distributif ini dapat diilustrasikan sebagai
berikut, dengan contoh 3 x 8 menjadi (3 x 5) + (3 x 3):

Gambar 6.1.6.: Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan


Contoh: 7 x 13 = 7 x (10 + 3) = (7 x 10) + (7 x 3)
8 x 13 = 8 x (10 + 3) = (8 x 10) + (8 x 3)
63 x 4 = (60 + 3) x 4 = (60 x 4) + (3 x 4) = 240 + 14 = 254
34 x 21 = (34 x 20) + (34 x 1) = 680 + 34 = 714
Sifat-sifat tersebut di atas fungsinya untuk mempermudah penyelesaian suatu soal,
seperti contoh soal berikut:
87 x 34 = 34 x 87

(sifat komutatif)

= (30 + 4) x (80 + 7)

(sifat distributif)

= 30 x (80+7) + 4 x (80+7)

(sifat distributif)

= (30 x 80) + (30 x 7) + (4 x 80) + (4 x 7) (sifat distributif)


= 2400 + 210 + 320 + 28
= 2400 + 530 + 28
= 2400 + 558
34

= 2958

6). Pemberian Contoh dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari


Dalam pemberian contoh perkalian, hendaknya mengacu pada definisi yang sudah
dipahami siswa, yaitu definisi penjumlahan berulang. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan sejumlah himpunan dan garis bilangan.

Misalkan untuk

menjelaskan 3 x 2=.... dengan pendekatan himpunan:

Gambar 6.1.7: Perkalian sebagai penggabungan himpunan


Sedangkan jika menggunakan pendekatan garis bilangan untuk perkalian
seperti 3 x 2 dapat digambarkan sebagai berikut:
0

Gambar 6.1.8: Perkalian dalam garis bilangan

Penggunaan perkalian dalam kehidupan sehari-hari dapat dikaitkan dengan jumlah


siswa, jumlah orang yang berbaris, dan lain-lain yang memperlihatkan adanya
keteraturan. Misalkan: jika jumlah meja di dalam kelas ada 20 dan setiap satu
meja dipakai 2 kursi, maka jumlah kursi dapat diprlihatkan oleh perkalian 20 x 2
kursi = 40 kursi.
3. Pengurangan dan Pembagian
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan istilah-istilah kebalikan atau
invers, begitupu dalam matematika. Seperti pengurangan dapat didefinisikan
sebagai kebalikan penjumlahan, sedangkan pembagian didefiniskan sebagai

35

kebalikan dari perkalian. Atau dengan kalimat lain pengurangan didefinisikan


sebagai berikut:
Pengurangan bilangan b dari bilangan cacah a, ditulis a b menghasilkan bilangan
cacah c, jika dan hanya jika c b = a atau c a = b.
Contoh:
7+2=9
12 + 3 = 15

sebab 9 2 = 7
sebab 15 12 = 3

24 + 23 = 47 sebab 47 23 = 24
Pengurangan ini sering dijadikan sebagai pemeriksaan hasil dari penjumlahan,
untuk meyakinkan bahwa hasil penjumlahan tersebut benar. Misalkan, apakah
benar 12 + 13 = 25, maka untuk meyakinkan hasil penjumlahan tersebut cobalah
balikan, berapkah 25 13 = ? Jika hasil 12, maka hasil penjumlahan tersebut
adalah benar.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai masalah yang melibatkan
penyelesaiannya berhubungan dengan pengurangan. Misalanya dalam contoh soal
berikut.
Contoh Soal
Amin disuruh ibunya membeli 10 butir telur, ketika dalam perjalanan pulang tibatiba terjatuh, sehingga telur yang dibelinya ada yang pecah. Adapun telur yang
masih tersisa 7 butir. Berapa butir telor yang pecah?
Jawab:
Soal tersebut dapat diselesaikan dengan pendekan model matematika seperti
berikut:

10 7 = 3

sebab 7 + 3 = 10

Misalkan x adalah telur yang pecah, maka


10 x = 7
36

x=3
Jadi telur yang pecah adalah 3 butir.
Sedangkan pembagian didefinikan sebagai berikut:
Jika x bilangan cacah dan y bilangan asli, maka x dibagi y sama dengan
bilangan cacah z, jika dan hanya jika z.y = x
Contoh:
12 : 3 = 4

sebab 4 x 3 = 12

42 : 7 = 6

sebab 6 x 7 = 42

20 : 5 = 4

sebab 4 x 5 = 20

Contoh Soal
Ibu membagikan kue sebanyak 30 biji kepada anaknya yang berjumlah 5 orang,
masing mendapatkan bagian yang sama. Berapakah anaknya masing-masing
mendapatkan kue?
Jawab:
Misalkan A, B, C, D, dan E adalah nama-nama anak, jika 30 kue dibagi habis
kepada 5 orang, maka masing-masing mendapatkan 6 biji kue. Dan gambar yang
da[at dibuat adalah sebagai berikut

37

Contoh soal
Pak Ahmad membagikan uang sodaqoh kepada sejumlah pakir miskin sebanyak
Rp. 50.000,00, masing-masing medapatkan Rp. 12.500,00. Berapakah jumlah
pakir miskin yang diberi uang oleh Pak Ahmad?
Jawab:
Misalkan jumlah orang pakir miskin adalah p.

50000
12500
p
Rp. 50.000,00 : p = Rp. 12.500,00 atau ditulis
12500 p = 50000

p=

50000
12500

p=4
Jadi banyaknya pakir miskin yang dibagi uang sebanyak 4 orang

38

Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Jadi, bilangan cacah adalah sebagai gabungan bilangan asli dengan
bilangan 0 (nol), bilangan asli itu sendiri adalah himpunan A = {1, 2, 3, ..),
jadi bilangan cacah terdiri dari {0, 1, 2, 3, ..}. Sifat-sifat Penjumlahan yaitu:
tertutup, komutatif, asosiatif, dan sifat penjumlahan dengan nol. Fakta dasar
penjumlahan terdapat 100 yaitu dimulai dari 0 + 0 sampai dengan 9 + 9.
Penguasaan konsep perkalian sedikitnya dapat dilakukan dengan empat
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pemasangan dari dua anggota himpunan; (2)
pendekatan penjumlahan berulang; (3) pendekatan gabungan dua himpunan; dan
(4) pendekatan membilang loncat. Sifat perkalian adalah: tertutup, komutatif,
asosiatif, distributive, adanya Elemen Identitas dan Sifat Perkalian degan
Bilangan 0 (nol). Fakta dasar perkalian sebanyak 100, dimuali dari 0 x 0 sampai
dengan 9 x 9. Pengurangan bilangan b dari bilangan cacah a, ditulis a b
menghasilkan bilangan cacah c, jika dan hanya jika c b = a atau c a = b.
Pembgian didefinikan: Jika x bilangan cacah dan y bilangan asli, maka x dibagi y
sama dengan bilangan cacah z, jika dan hanya jika z.y = x

39

Daftar pustaka
http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/BilanganACB.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/
http://www.academia.edu/3330678/Teori_Bilangan_Sejarah_
http://www.academia.edu/5400153/SEJARAH_TEORI_BILANGAN
http://repository.upi.edu/3389/
Karso, dkk, 2004, Modul Pendidikan Matematika 1, Universitas Terbuka, Jakarta
Heruman, 2007, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

40

Anda mungkin juga menyukai