Anda di halaman 1dari 14

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

00:20 AIK ZATIL NO COMMENTS


Kurikulum adalah suatu progam pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu (Zakiah Darajat, 1996: 122). Lebih tegas S. Nasution(1991:9) mengatakan, bahwa: kurikulum bukan sekedar memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi termasuk pula didalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam menurut S. Nasution asas-asas kuriulum pendidikan Islam meliputi: asas filosofis , sosiologis, organisatoris dan psikologis(S. Nasution, 1991 :12). Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam pada tiga dimensi, yaitu ontology, epistimologi dan axiology. Adanya asas sosiologis berperan untuk memberikan dasar dalam menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan asas organisatoris berfungsi memberikan dasardasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disajikan, disusun dan penentuan luas dan urutan mata pelajaran. Selanjutnya aspek psikologis tentang perkembangan anak didik dalam berabgai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya( S. Nasution: 11-14). Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam menurut Al-Syaibani antara lain: 1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak al-karimah, baik dalm tujuan pengajaran, materi dan gerak pelaksanaannya. 2. Kandungan materi pendidikan, mencakup aspek jasmaniah, intlektual, psikologi maupun spiritual. 3. Adanya keseimbangan antara ilmu syariat dan ilmu aqidah. 4. Tidak melupakan bakat, maupun aspirasi seni, tetapi juga tidak merusak perkembangan akhlak alkarimah. 5. Mempertimbangkan perkembangan dan kondisi psikologi pesrta didik. Adapun prinsip-prinsip kurikulum dalam pendidikan Islam, menghendaki keterkaitannya dengan sumber pokok agama yaitu al Quran dan Al hadits dimanapun dan kapanpun lembaga pendidikan itu ada (Muhammad Arifin, 1994: 96). Sehubungan dengan itu al-

Syaibani menyebutkan ada tujuh prinsip kurikulum pendidikan Islam yang harus diperhatikan: 1. Prinsip perbuatan yang sempurna dengan agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya. 2. Prinsip menyeluruhpad tujuan dan kandungankurikulum, yakni mencapkup tujuan pembinaan akhlak, akal, jasmani, dll. 3. Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan kurikulum. 4. Prinsip yang berkaitan antar bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan pelajar. 5. Prinsip pemeliharaan individu-individual di antara pelajar baik dari segi minat maupun bakatnya.

6. Prinsip menrima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangn zaman dan tempat. 7. Prinsip keterkaitan antara berbagi mata pelajran dengan pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum (al-syaibani: 1979: 519-525) Ibnu Khaldun membagi isi kurikulum pendidikan Islam dengan dua tingkatan sebagai berikut: 1. Tingkat pemula (manhaj ibtidai) Materi kurikulum pemula difokuskan pada pembelajarn Al-Quran dan Assunnah. 2. Tingkat atas (manhaj aliy) Kurikulum tingkat ini mempunyai dua klasifikasi, yaitu : a. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri. Seperti ilmu Syariah yang mencakup fikih, tafsir, hadist b. Ilmu-ilmu yang ditunjukkan untuk ilmu yang lain, dan bukan berkaitan dngan zatnya sendiri. Misalnya, ilmu bahasa, matematika, mantiq (Abdu al-Rahman bin Khaldun, 1992:622).

Dan al-ghazali membagi isi kurikulum dengan mempertimbangkan jenis dan kebutuhan ilmuilmu itu sendiri dengan empat kelompok: 1. Ilmu-ilmu al-quran dan ilmu-ilmu agama. Misalnya: ilu fiqih, Tafsir, hadits dan sebagainya, 2. Ilmu-ilmu bahasa sebagai lat untuk mempelajari ilmu-ilmu al-Quran dan ilmu agama. 3. Ilmu-ilmu yang fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu kedokteran, matematika, industri, pertanian, dan teknologi 4. Ilmu-ilmu beberapa cabang ilmu filsafat( Fatiyah Hasan Sulaiman, 1964: 134-136). Selanjutnya al-Ghazali membagi isi kurikulum menurut fungsinya: 1. Ilmu terpuji yaitu ilmu-ilmu agama yang dapat menyucikan jiwa dan menghindarkan hal-hal yang buruk, ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. 2. Ilmu tercela, yaitu ilmu yang tidak berguna untuk masalah dunia dan akhirat serta mendapat kerusakan, misalnya ilmu sihir 3. Ilmu-ilmu dalam batas tertentu dan tidak boleh dipelajari secara mendalam, karena kan mendatangkan ilhad (ateis), separti ilmu filsafat, teologi, politik dan rekayasa. Adapun pengelompokan menurut sumbernya, al-ghazali membagi dalam dua hal: 1. Ilmu Syriah, yaitu ilmu-ilmu yang didapat dari wahtu Ilahi dan sabda Nabi. 2. Ilmu Aqliyah, yaitu ilmu yang bersumber dari akal pikir setelah mengadakan eksperimen dan akulturasi (Mursyid Ahamad, 1974: 136)

A. ANALISA Pengertian kurikulum

Dari beberapa pengertian diatas dapat dianalisa oleh penulis bahwa Kurikulum adalah sesuatu yang dapat direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia yang akan dibentuk. Kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai denagn tujuan yang ingin dicapai. Murray print (1993) memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan pengalaman belajar, progam sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalm sebuah dokumen serat hasil dari implemetasi dokumen yang telah disusun. Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan rumusan kurikulum menurut Undang-Undang pendidikan kita yang dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 (Wina sanjaya:2008) tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran sera cara yang digunakan sebagi pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Yang dimaksud isi bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Asas-Asas Kurikulum Dari asas -asas yang disebutkan S. Nasution bahwasanya asas-asas kurikulum pendidikan Islam meliputi: asas filosofis, sosiologis, organisatoris dan psikologis dapat dipaparkan lebih lanjut.(S.Nasution 2001:11-15) maka dapat dipaparkan bahwa: Asas filosofis yang membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam pada tiga dimensi, yaitu ontology, epistimologi dan axiology. Ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam. Dari berbagai aliran filsafat pada dasarnya menjadikan khazanah pemikiran intlektual di bidang kurikulum pendidikan Islam. Sejalan dengan itu al-Syaibani mengatakan: bahwa, Filsafat pendidikan Islam tidak tergolong filsafat maupun buatan manusia bhakan, ia mempunyai watak yang berdiri sendiri dan cirikhas yang memperoleh wujudnya dari wahyuTuhan yang Maha Esa, namun kebebbasan dan kelainan darifilsafat buatan manusia tidak bertentangan dengan adanya persamaan diantara keduanya (al-Syaibani, 1979:525) Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang baik. Apakah yang dimaksud dengan baik pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai cita-cita atau filsafat yang dianut Negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbadaan dalam tujuan pendidikan, juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara ngajar dan penilaiannya. Kurikulum pasti mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicitacitakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.

Dalam jurnal disebut aspek psikologis yaitu tentang perkembangan anak didik dalam berabagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya. Tetapi dalam buku Wina Sanjaya disebutkan asas psikologi karna aspek dan asas itu berbeda penempatannya. Psikologi sebagai asas dalam kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harpan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis anak didik memiliki keunikan dan perbadaanperbadaan, baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memperhatiakan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak. Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Keslahan persepsi atau kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan arah dan kesalahn praktik pendidikan. Pentingnya pemahaman tentang masa-masa perkembangan ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Kedua anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan priode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan mereka. Ketiga pemahaman akan perkemabnagn anak, akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses pemberian bantuan memcahkan berbagai masalah yang dihadapi, maupun dalam

mengantisipasi kejadian-keadian yang tidak dihapkan. Meninjau Asas Sosiologi maka Tiap anak akan berbeda latar belakang dan kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Juga perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pertimbangan dalam kurikulum. Oleh sebab masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam perkembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Dalam hal inipun harus kita jaga, agar asas ini tidak terlalu mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau society-centered curriculum. Asas Organisatoris adalah Asas yang berkenan dengan masalah, dalam bentuk ynag bagaiman bahan pelajaran kan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisahpisah, ataukah diusahakan adanya hubungan anatara pelajaran yang diberikan. Ataukah diusahakan hubungn yang lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu. Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cenderungmemilih kurikulum yang subject-centred, atau yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikoogi ini lebih cenderung memilih kerikulum terpadu atau integrated kurikulum. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam

Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam yang disebutkan oleh Al-Syaibani sangatlah berbeda dengan ciri-ciri kurikulum Pendidikan umum. Kurikulum Islam mewujudkan keperibadian berpadu dan menyediakan individu dalam setiap aspek kehidupan, Menanamkan kepercayaan, pemulihan akhlak dan membangunkan jiwa rohani, Memerlukan suasana rohani antara guru dan murid bagi menanamkan kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan , Menekankan kepentingan rancangan latihan guru yang baik, Membina kemahiran menilai, Mewujudkan jati diri asas kebahagian abadi adalah dari Allah SWT, penyatuan semua umat peraturan dan harapan, Membantu individu memperolehi sifat ulama yang terpelajar, Menekankan nilai dan keikhlasan manusia bekerja kerana Allah dan manusia, Membentuk manusia mempercayai Allah, berlaku adil dan bersimpati terhadap insan sejenis dengannya, Mengukur kepercayaan, akhlak dan pengetahuan manusia dalam mencari ketulusan dan dedikasi terhadap kerjanya, Kurikulum itu menerima perkaedahan yang disebut di dalam Al Quraan. Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam Adapun prinsip-prinsip kurikulum dalam pendidikan Islam, yang berkaitan dengan sumber pokok agama yaitu al Quran dan Al hadits dimanapun dan kapanpun lembaga pendidikan itu ada. Prinsip yang ditetapkan Allah dan diperintahkan Rasulullah berikut ini dapat dijadikan pegangan dasar dalam kurikulum tersebut. (Muhammad Arifin, 1994: 96) 1. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS.al-Qishosh ayat 77)

77) )
2. Sabda Rasulullah SAW: Barang siapa yang menginginkan dunia(kebahagiaan hidup di dunia), maka hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki akhirat(kebahagiaan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki keduanya, maka hendaklahia menguasai ilmu keduanya. (Muhammad Arifin, 1994: 96) Selain prinsip-prinsip kurikulum yang disebutkan al-Syaibani, menurut Klipatrik, bahwa suatu kurikulum yang baik perlu didasarkan atas tiga prinsip sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang sekolah. 2. Menjadikan kehidupan aktual anak kearah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan menyeluruh. 3. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu ui coba atas keberhasilan sekolah, sehingga anak didik mampu berkembang dan memikirkan hal-hal baru yang baik untuk diamalkan melalui perkembangn yang matang. (William H Kilpatrik)

Content (Isi) Kurikulum Pendidikan Islam Dari isi kurikulum yang telah dikemukakan oleh para ahi diatas, tampaknya mencerminkan adanya dikotomi keilmuan dan masih membeda-bedakan ilmu dari Allah dan ilmu produk dari manusia. Padahal dalam epistimologi Islam dinyatakan bahwa semua ilmu itu merupakan produk Allah semata, sedang manusia menginterpretasiakn saja. Sehingga dapat disebutkan bahwa kurikulum pendidikan Islam dengan tiga orientasi. Yang ketiganya disajikan dengan pendekatan terpadu yaitu: 1. Isi kurikulum yang berorientasi pada ketuhanan. Rumusan kurikulum yang berkaitan denagan ketuhanan, mengenai zat, sifat dan perbuatanNya dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika, ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu-ilmu tentang alQuran dan as sunnah(tafsir, musthalaah hadist, linguistik, usul fiqih dan lain sebagainya). 2. Isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan. Rumusan ini, kurikulum yang berkaitan dengan hal ihwal manusia., baik manusia sebagai mahluk individu , mahluk sosial, mahluk berbudaya dan mahluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu politik , ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi, sejarah linguistik, ilmu seni, ilmu arsitek, biologi, kedokteran, perdagangan, komunikasi, administrasi, matematiak, olahraga, dan sebagainya. 3. Isi kurikulum yang berdasarkan kealaman. Rumusan ini yang kurikulum bekaitan denag fenomena alam semesta, sebagai yang diamantkan Allah SWT untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, farmasi, pertanian, kehutanan, perikanan, astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, dan sebagainya. Ketiga isi kurikulum tersebut, disajikan dengan terpadu tanpa adanya pemisahan. Misalnya, jika membicarakan Tuhan da sifat-sifatNya, akan berkaitan pula dengan relasi Tuhan dengan manusia dan alam semesta (Abu Ahmadi, 1986:71-73) Berdasarkan ketiga orientasi kurikulum diatas, maka sistem pengajaran kurikulum pendidkan Islam dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Jenjang pendidikan dasar, didasrkan atas pendekatan psikologi-religi. Pendekatan ini sejalan denagn filosof muslim seperti Al Ghazali dan ibn Khaldun misalnya: mereka sepakat bahwa penidikan tingkat dasr diprioritaskan kepada penghafalan al Quran, sebab alQuran merupakan asal agama , sumber berbagai ilmu pengetahuan dan asas pelaksanaan pendidikan Islam. Disamping itu isi al Quran mencakup materi penanaman aqidah dalam jiwa anak didik serta akhlak mulia dan pembinaan menuju hal-hal yang positif. 2. Jenjang pendidikan menengah didasrkan atas pendekatan psikologi-scientifis. 3. Sedang jenjang pendidikan didasarkan atas pendekatan religi, scientific dan filosofis (Muhaimin dan abd mujib, 219)

Nampaknya jenis kurikulum terpadu ini sesuai dengan konsep pendidikan Islam. Hal ini karena semua kegiatan kurikulum mengintregasiakn semua masalah kehidupan tanpa terkecuali. Sehingga kurikulum ini dapat menghasilkan manusia yang universaldan manusia yang utuh. Untuk merealisasikan kurikulum terpadu ini, dapat dialkukan empat metode pendekatan, yaitu: 1. Memasukkan mata pelajran keIslaman sebagai bagian intregal dari sitem kurikulum yang ada. Misalnya, memasukkan materi-materi bidang studi Islam secara wajib mulai tigkat dasr sampai keperguruan tinggi. 2. Menawarkanmata pelajaran pilihan dalam studi keIslaman yang diwajibkan pada tingkat pemula. Pada tingkata berikutnya diharuskan memilih studi-studi Islam yang bebas. 3. Mengarahkan terjadinya intrgasi antara ilmu-ilmu umum, atau paling tidak untuk menjembatani jurang pemisah antara keduanya. Misalnya: diajarkan mata pelajaran ilmu sosial Islam, filsafat matematika Islam dan sebaginya. Tujuan utma progam ini adalah untuk memberikan semacam keterangan keagamaan kepada mata pelajaran tersebut. Dan kemudian mengintregasikan ke dalam hirarki ilmu keIslaman. 4. Terlebih dahulu mengintegrasikan semua disiplin ilmu didalam kerangka kurikulum pendidikan Islam. Stelah menmpuh mata pelajaran dasar yang telah diintegrasikan didalam kurikulum yang sudah dipadukan antara ilmu-ilmu keIslaman dan ilmu-ilmu umum dalam jenjang berikutnya merek akan memilih spesialisasi yang diminati.(Kuntowijoyo, 1991:352-354) Apabila keempat metode pendekatan tersebut diatas dilakukan secara terpadu, maka kurikulum pendidikan Islam dapat mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan Islam yang ditata dengan normanorma Islami.

Ciri dan Dasar Kurikulum Pendidikan Islam a) Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di amalkan harus berdasarkan pada AlQuran dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.[7] Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya. b) Dasar-Dasar Kurikulum Pendidikan Islam Dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam antara lain adalah :

Dasar Agama Kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk membina iman yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, beraklak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Dasar Falsafah Pendidikan Islam harus berdasarkan wahyu Tuhan dan tuntutan Nabi SAW serta warisan para ulama. Dasar Psikologis Kurikulum tersebut harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa, tahap kematangan dan semua segi perkembangannya.

Dasar Sosial Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran mereka dalam membina umat dan bangsanya.[8] Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum pendidikan Islam, diantaranya: a) Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup murid, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan relevansi dengan tuntutan pekerjaan. b) Prinsip efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. c) Prinsip efisiensi adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai dan dapat memenuhi harapan. d) Prinsip kesinambungan adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan. e) Prinsip fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak yang meliputi fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, mengembangkan program pengajaran, serta tahap-tahap pengembangan kurikulum. f) Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat.[9]

KURIKULUM DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


BAB I PENDAHULUAN Salah satu tugas pokok dari filsafat pendidikan islam adalah memberikan kompas atau arah dari tujuan pendidikan islam dan suatu tujuan pendidikan hendaknya dicapai harus direncanakan ( diprogramkan) yang disebut dengan kurikulum. Kurikulum merupakan suatu alat yang sangat penting bagi keberhasilan tujuan pendidikan.Oleh karena itu antara tujuan pendidikan dengan program ( kurikulum) harus ada kesesuaian atau kesinambungan, artinya tujuan pendidikan yang ingin dicapai harus tercantum / gambaran dalam program yang tertuang dalam kurikulum BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kurikulum Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran.Ada pula yang mengatakan berasal dari bahasa prancis courieryang berarti berlari.[1] Kurikulum dalam arti sempit yaitu sebuah rencana pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai tingkat terbaik.sedangkan dalam arti luas kurikulum yaitu semua yang menyangkut aktifitas yang dilakukan dan dialami pendidik dan peserta didik, baik dalam bentuk formal maupun nonformal, guna mencapai tujuan pendidikan.[2] Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwasanya kurikulum adalah merupakan suatu rancangan mata pelajaran dalam proses pendidikan dan apabila seseorang telah menguasai sejumlah mata pelajaran dalam rancangan tersebut berarti dia telah berhasil mencapai tujuan pendidikan yang dapat kita lihat melalui sebuah kelulusan/ijazah. B. Cakupan kurikulum Berdasarkan pada tuntutan perkembangan, maka para perancang kurikulum dewasa ini menetapkan cakupan kurikulum meliputi empat bagian yaitu: 1. Bagian yang berkenaan dengan tujuan tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar. 2. Bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi , data, aktivitas-aktivitas, dan pengalamanpengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus. 3. Bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut 4. Bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu.[3] Dari beberapa penjelasan diatas isi kurikulum itu menyangkut beberapa bagian/unit yang mengantarkan anak didik kepada perubahan pola pikir yang diharapkan dan luasnya cakupan/isi kurikulum itu dikarenakan adanya perkembangan zaman yang harus dipikul oleh sekolah untuk menghasilkan kualitas sdm yang diharapkan. C. Pendekatan Kurikulum Didalam menyusun atau merevisi sebuah kurikulum pendidikan, menurut Noeng Muhadjir,ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : 1. Pendekatan akademik. Digunakan untuk menyusun program pendidikan keahlian berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu. 2. Pendekatan Teknologi. Digunakan untuk menyusun program pendidikan keahlianyang bertolak pada analisiskompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu. 3. Pendekatan Humanistik Digunakan untuk menyusun program pendidikan keahlian yang bertolak dari ide memanisiakan manusia.[4] D. Asas Asas Kurikulum Secara teoritis penyusunan sebuah kurikulum harus berdasarkan asas-asas tertentu. Asas asas tersebut antara lain menurut S.Nasution yaitu : 1. Asas Filosofis

Berperan sebagai penentuan tujuan umum pendidikan dimana asas ini merupakan pandangan hidup mendidik anak sesuai dengan tujuan pendidikan. 2. Asas Sosiologis Memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Asas Organisatoris Asas ini memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan urutan mata pelajaran. 4. Asas Psikologis Asas ini memberikan prinsip prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dipahami oleh anak didik sesuai dengan perkembangan.[5] E. Ciri-Ciri kurikulum Dalam Pendidikan Islam Omar Mohammad al- Toumy al- Syaibany menyebutkan lima ciri kurikulum pendidikan islam sebagai berikut; 1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan kandungan, metode-metode,alat-alat, dan tekniknya bercorak agama. 2. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya. 3. Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antara pengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual dan pengembangan social. 4. Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik. 5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.[6] F. Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam Kurikulum pendidikan islam memiliki beberapa prinsip yang harus ditegakkan : 1. Prinsip pertautan dengan agama . Dalam arti bahwa semua hal yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk tujuan, kandungan, metode, dan lain-lain, yang berlaku dalam proses pendidikan agama, senantiasa berdasarkan ajaran dan akhlak islam. 2. Prinsip universal.maksdnya ,tujuan dan kandungan kurikulum pendidikan islam harus meliputi segala aspek yang bermanfaat, baik bagi peserta didik, seperti penanaman akhlak,akal,jasmani, maupun bagi masyarakat, seperti perkembangan spiritual, kebudayaan,social,ekonomi,politik dll. 3. Prinsip keseimbangan didalam tujuan kurikulum dengan kandungannya.kurikulum pendidikan yang berdasarkan pada filsafat dan ajaran islam senantiasa menekankan pentingnya kehidupan dunia dan akhirat secara seimbang. 4. Prinsip keterhubungan kurikulum dengan bakat , minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik, serta dengan lingkungan social yang menjadi tempat berinteraksi peserta didik. 5. Prinsip memperhatikan perbedaan individu agar kurikulum pendidikan islam memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakatnya. 6. Prinsip perkembangan dan perubahan.dalam arti bahwa, kurikulum pendidikan islam senantiasa sejalan dengan perkembangnan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. 7. Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas-aktivitas pendidikan yang terkandung dalam kurikulum.[7] Dengan melihat ciri, prinsip, dan beberapa karakteristik kurikulum pendidikan Islam, Abdul-Rahman Shalih Abdullah membagi kurikulum dalam tiga kategori, yaitu: Al-umum al-diniyyab, yaitu ilmu-ilmu keislaman normative yang menjadi kerangka acuan bagi segala ilmu yang ada. Al-umum al-insaniyyab, yaitu ilmu-ilmu social dan humaniora yang berkaitan dengan manusia dan interaksinya, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, pendidikan, dan lain-lain. Al-ulum al-kauniyyab, yaitu ilmu-ilmu kealaman yang mengandung asas kepastian. Seperti fisika, kimia, biologi, matematika, dan lain-lain.[8] Dengan ketiga kategori ini, pendidikan islam secara tegas menolak dualisme dan sekularisme kurikulum.Dimana dualisme kurikulum mengandung dua bahaya menurut Abdul-Rahman yaitu: Ilmu-ilmu keislaman mendapat kedudukan yang lebih rendah daripada ilmu-ilmu lainnya. Lahirnya adopsi skularisme yang mengorbankan domain agama, yang pada gilirannya dapat melahirkan konsep antiagama.[9]

a) b) c)

a) b)

BAB III PENUTUP Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tinjauan filosofis tentang kurikulum meliputi: 1.Pengertian kurikulum kurikulum adalah merupakan suatu rancangan mata pelajaran dalam proses pendidikan dan apabila seseorang telah menguasai sejumlah mata pelajaran dalam rancangan tersebut berarti dia telah berhasil mencapai tujuan pendidikan yang dapat kita lihat melalui sebuah kelulusan/ijazah. 2. Cakupan Kurikulum. 3. Pendekatan Kurikulum. 4.Asas asas kurikulum,meliputi: Asas Filosofis Asas Sosiologis Asas Organisatoris Asas Psikologis 5.Ciri ciri kurikulum. 6. Prinsip prinsip kurikulum. 7.Abdul-Rahman Shalih Abdullah membagi kurikulum dalam tiga kategori, yaitu: Al-umum al-diniyyab Al-umum al-insaniyyab Al-ulum al-kauniyyab Dengan ketiga kategori ini, pendidikan islam secara tegas menolak dualisme dan sekularisme kurikulum. DAFTAR PUSTAKA Nata,Abudin.1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Suharto,Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam . Jogyakarta: Ar-Ruz Media

[1] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, hlm.123 [2] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.130 [3] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, hlm.124-125 [4] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.132-133 [5] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, hlm.125 [6] Ibid.,hlm.127 [7] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.134-135 [8] Ibid.,hlm.136-137 [9] Ibid.,hlm.137
Diposkan oleh renny_khusnawaty di 00

E.Dasar Umum Yang Menjadi Landasan Kurikulum Pendidikan Islam Dengan penjelasan yang kami utaraka dimuka, maka bias ditarik sebuah kesimpulan, sejumlah dasar umum bagi krikulum pendidikan islam yaitu: a)Agama Mengenai dasar yang pertama ini, maka segala sistem yang ada dalam kehidupan masyarakat termasuk sistem pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada agama Islam atau syariat Islam dan sesuatu yang terkandung didalamnya. Sedangkan segala sember dari semuanya adalah Kitab Allah dan Sunnah Nabi SAW. Setelah kedua sumber ini maka barulah muncul beberapa sumber yang lainnya yang berlandasan pada keduanya, baik itu menguraikan apa yang terkandung didalamnya atau memperluas hokum-hukum furu dari dasar-dasar dan hukum-hukum umum yang terkandung pada keduanya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan-tujuan ini, maka kurikulum dalam pendidikan islam itu harus menyeluruh kandungan-kandungannya, melebihi ilmu-ilmu agama dan alat-akatnya. Dari uraian tersebut kurikulum pandidikan islam harus mengandung segala ilmu yang bermanfaat dalam agama dan dunia. Islam tidak menghalangi seseorang untuk mempelajari ilmu manapun yang itu berguna, selama kajian itu diterapkan dalam dalam akidah dan akhlak. b)Falsafah Suatu sistem yang mempunyai watak yang berdiri sendiri dan cirri-ciri yang khas yang memperoleh wujudnya dari wahyu Tuhan, bimbingan Nabi yang utama, dan peninggalan pemikiran Islam yang benar disepanjang zaman dan waktu. c)Psikologis Disamping dua dasar kurikulum pendidikan islam itu, adala lagi dasar ketiga yang sangat berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kematangan bakat-bakat, intelek tual, emosi, kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan minat, kecakapan yang bermacam-macam, dan pemikiran merekan yaitu dasar psikologis. Semua itu tidak diabaikan oleh kurikulum pendidikan Islam dan metode-metode pengajaran. Bukan hanya itu, para pendidik selalu mengajak dan menghargai hal itu dalam menentukan kurikulum pendidikan Islam yang sesuai dengan peserta didik.Sedangkan dalam kurikulum pedidikan Islam sendiri, juga mengajak dan menggalakkan dalam membantu perkembangan peserta didik yang sesuai dengan kematangan dan bakatnya masing-masing. Dalam pemikirn Islam tidak melarang mendalami dan mengkaji psikologi ini pada peserta didik dinegeri Islam mapun, selagi sesui dengan pertimbangan-pertimbangan dan tujuantujuan kurikulum, kandungannya, serta susunan dan pelaksanaannya. d)Sosial Social juga menjadi dasar utama dalam kurikulum pendidikan Islam yang mengandung cirri-ciri masyarakat Islam dalam pendidikan dan dan kebudayaannya yang bersifat umu atau khusus. Dari penjelasan tersebutu diatas maka jelaslah bahawa kurikulum pendidikan islam itu diterapkan dalam kerangka masyarakat yang memiliki identitas khas dan kepribadian budayanya. Oleh karena itu kurikulum pendidikan Islam berkewajiban untuk menguatkan hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaannya dalam menentukan tujuan-tujuannya, penyusunan kurikulumnya, dan metode-metode pengajarannya.

Sedangkan tugas dari kurikulum pendidikan Islam yang berkaitan dengan social, yaitu turut serta dalam proses pemasyarakatan bagi peserta didik, penyesuaian mereka dengan masyarakat Islam dimana mereka hidup, memperoleh kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya, serta cara berfikir dan tingkah laku yang diinginkan, cara bergaul yang sehat, sikap kerjasama dan menghargai tanggungjawab. Inilah yang menjadi dasar utama kurikulum pendidikan islam. Dari penjelasan tersebut maka jelaslah bahwa kurikulum pendidikan islam telah mempertimbangan dalam segala aspek baik itu dalam tujuan-tujuan dan metode-metodenya.

ASAS-ASAS DAN PRINSIP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Asas-asas Kurikulum Pendidikan Islam Secara umum, dapat dikatakan bahwa penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas tertentu. Menurut Nasution (199:1-14), hendaknya kurikulum memiliki empat asas yaitu asas filosofis, sosiologis, organisatoris dan psikologis. Pertama, asas filsafat berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan Islam sehingga susunan kurikulum mengandung kebenaran; kedua, asas sosiologi berperan untuk memberikan dasar dalam menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, asas organisatoris berfungsi untuk memberikan dasar dalam bentuk bagaimanan bahan pelajaran itu disusun dan penentuan luas urutan mata pelajaran; dan keempat, asas psikologi tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspek, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya. Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik objek-objek. Pada mulanya, dimensi ini diterapkan oleh Allah swt. dalam pengajaran-Nya kepada Nabi Adam dengan memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda (Q.S Al-Baqarah [2]:31), dan belum sampai pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan; Dimensi epistemologi adalah perwujudan kurikulum yang sah harus berdasarkan pada metode konstruksi pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajak berpikir menyeluruh, reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan bersifat tidak mutlak, tentatif, dan dapat berubah-ubah (Q.S Al-Baqarah [2]:26-27); dan dimensi aksiologis, mengarahkan pembentukan kurikulum yang direncanakan sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri anak didik untuk memiliki nilai-nilai yang tidak dinginkan. Tugas ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam. Dari berbagai macam filsafat, pada dasarnya menjadikan khasanah pemikiran intelektual di bidang kurikulum pendidikan Islam lainnya, semakin banyak pula kontribusi teori dan konsep. Teori dan konsep yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak dapat begitu saja diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu dan hasilnya dimodifikasi pada khazanah kurikulum pendidikan Islam (Muhaimin & Abd. Mujib, 1993:188-190). Al-Syaibani memandang kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan bakat dan keterampilan mereka yang bermacam-macam, dan menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, Al-Shaybn menjadikan agama (Islam) sebagai asas utama kurikulum pendidikan Islam (Al-Shaybn, 1979:524). Dengan demikian, dalam sistem pendidikan Islam harus terdapat dasar falsafah, tujuan, dan kurikulum karena tujuan pendidikan tidak akan tercapai jika tidak ada kurikulum. Dalam kurikulum terkadang isi dan pelajaran yang akan ditranfomasikan kepada anak didik. Dalam kurikulum ini pula dimuat nilai-nilai yang bersumber dari Alquran dan sunah.

Anda mungkin juga menyukai