PENDAHULUAN
Kerajaan Saudi Arabia berdiri pada tahun 1920-an, tetapi proklamasi terhadap
negaranya dilakukan pada tahun 1932 oleh Raja Abdul Aziz ibn Abdul Rahman al-Saud.
Jadi, pendiri kerajaan ini adalah Raja Abdul Aziz (almarhum) yang wafat pada tahun 1373 H
atau 1953 M, lalu digantikan oleh putranya, Raja Raud ibn Abdul Aziz. Setelah itu, berturut-
turut Raja Saudi Arabia adalah Raja Faisal, Raja Khaled, dan dilanjutkan Raja Fahd ibn
Abdul Aziz ibn Saud.
Sistem pendidikan di Saudi Arabia pada dasarnya mengambil kurikulum yang ada
pada negara-negara Arab lainnya, terutama negara Mesir, dengan lebih menekankan pada
mata pelajaran keagamaan. Kurikulum untuk sekolah-sekolah pria dan wanita pada setiap
jenjang yang sama pada prakteknya sama kecuali sekolah wanita menambahkan mata
pelajaran manajemen rumah tangga, sementara sekolah pria menambahkan mata pelajaran
jasmani, yang tidak diajarkan pada sekolah wanita. Sekolah-sekolah swasta diharuskan oleh
peraturan mengikuti kurikulum yang sama seperti pada sekolah-sekolah negeri.
Pada makalah ini penulis akan memaparkan pembahasan studi tentang potret sistem
pendidikan di Saudi Arabia. Mulai dari potret sistem pemerintahannya, sistem
pendidikannya, kondisi demografi dan income negaranya, dan lain sebagainya mengenai
Negara Saudi Arabia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nama resmi negara ini adalah Kerajaan Saudi Arabia (The Kingdom of Saudi
Arabia) yang berdiri pada tahun 1932. Awal lahirnya negara ini ketika Abdul-Azeez Ibn
Abdur-Rahman al-Saud dan Sultan Najd dan Pengikutnya menyatukan kedua bagian
negaranya dibawah satu administrasi dan satu nama. Kata Saudi itu sendiri berasal dari
nama rumah Saud yang berkuasa. Rumah atau istana Saud telah berkuasa semenjak 1744
ketika pendirinya Muhammad Ibn Saud, emir atau penduasa daerah Diriyah, sebuah
negara kecil setengah merdeka di Najd (di daerah Arab tengah) mulai memasuki aliansi
politik-religius dengan Muhammad Ibn Abdul-Wahhab, seorang reformis Muslim
fundamentalis. Aliansi ini memberikan kepada daerah Saudi pengakuan hukum dan
kepada reformis fundamentalis dukungan politik serta militer dalam rangka jihad
memurnikan keimanan dan melenyapkan segala prektek-prektek kotor yang dianggap
sebagai bagian dari modernisasi. Pada tahun 1990-an, aliansi ini masih hidup dan altif
diantara keturunan Muhammad Ibn Saud, dan keturunan Muhammad Ibn Wahhab, dan
juga hidup dalam jaringan ulama wahabbi. Aliansi ini merupakan bagian dari pengakuan
terhadap negara Saudi.1
Sistem pemerintahan Saudi Arabia adalah monarki atau kerajaan, dengan Al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai undang-undangnya. Kekuasaan
legislatif dan yudikatif dipegang oleh dewan kabinet dan raja. Saat ini putra mahkotanya
adalah Pangeran Abdullah ibn Abdul Aziz al-Saud, yang merangkap sebagai Wakil
Perdana Menteri dan Panglima Garda Nasional.
Kerajaan Saudi Arabia memperingati hari nasionalnya setiap tahun, pada hari
pertama rasi bintang Libra, yaitu tanggal 23 September, sesuai dengan tanggal
didirikannya kerajaan tersebut oleh Raja Abdul Aziz al-Saud. Kalender resminya adalah
1
Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Cet. 1 (Bandung: Lubuk Agung,
2001), hlm. 39
2
kalender Hijriyah, yakni berpedoman atas peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW
dari Makkah ke Madinah, yang bertepatan dengan tahun 622 M.2
Kerajaan Saudi Arabia terletak di sudut barat daya Benua Asia, meliputi area
seluas 2.4.00.000 km2, menempati 4/5 atau 80 o/o dari total wilayah Semenanjung
Arabia. Di sebelah barat berbatasan dengan Jordania, Irak, dan Kuwait; di sebelah timur
berbatasan dengan Teluk Arab; di sebelah selatan berbatasan dengan Oman dan Yaman.
Populasi penduduknya lebih dari 16.900.000 jiwa (1994), dengan Riyadh sebagai ibu
kotanya. Kondisi geografis Saudi Arabia tergolong spesifik: sebagian besar gurun, bukit,
dan di beberapa daerah berdekatan dengan sungai atau laut.3
Secara geografis, Saudi Arabia terbagi dalam tiga lahan tanah yang terbentang
jauh dari ujung utara sampai jauh ke ujung selatan. Tanah bagian timur menjadi Propinsi
Timur Saudi, lahan bagian tengah menjadi Propinsi tengah (atau Najd); lahan bagian
barat terbagi dalam dua propinsi: Propins barat (atau Hijaz) dan Propinsi Selatan (atau
Asseer). Kecuali daerah pegunungan di barat daya propinsi Asseer, Saudi Arabia pada
umumnya daerah padang pasir yag kering yang mendapat hujan rata-rata 100 milimeter
per tahun.
Menurut sejarah, keadaan lingkungan yang keras dan kasar, ditambah lagi
kekurangan gizi dan fasilitas pemeliharaan kesehatan, berakibat jarangnya penduduk yang
tinggal di suatu daerah. Selama tahun 1960-an penduduk diperkirakan hanya 1,5 sampai
2 juta orang (Stacey International 1977). Peningkatan pendapatan dari minyak, khususnya
selama tahun 1960-an dan perbaikan pendidikan yang terus menerus, perbaikan gizi serta
fasilitas kesehatan telah berdampak berkurangnya angka kematian bayi, meningkatnya
batas waktu harapan hidup dan berkurangnya emigrasi.
2
Rachman Assegaf, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat
(Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 69.
3
Ibid., hlm. 67.
3
Dalam tahun 1991, baru ada data statistik tidak resmi, yang mencatat jumlah
penduduk Saudi Arabia yaitu, sekitar 16 juta orang, yang 11,5 juta (72%) merupakan
warga negara, dan 4,5 juta (28%) adalah pekerja tamu beserta pengikutnya. Rata-rata
pertumbuhan penduduk asli Arab adalah 3,65%, terutama melalui kelahiran, sedangkan
pertumbuhan penduduk asing 4,3% terutama melalui imigrasi.4
Setelah perang Dunia II, produksi minyak Saudi Arabia menjadi basis pendapatan
negara; meskipun baru dimulai pada tahun 1973 ketika terjadi revolusi harga minyak
dunia, pembangunan nasional Saudi Arabia mengalami peningkatan dramatis. Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) Saudi Arabia pada tahun 1977 mencapai 40 triliun
US$, Tiga tahun kemudian, yakni pada tahun 198, meningkat menjadi 70 triliun US$.
Maka konten saja dana sebesar itu mampu mengembangkan infrastruktur kota. Tidak
ketinggalan pula, bidang pendidikan. Selain dari kunjungan jamaah haji, kekuatan
ekonomi Saudi Arabia bersumber dari minyak.6
4
Agustiar Syah Nur, Op.Cit., hlm. 39-40.
5
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit., hlm. 67-68
6
Ibid., hlm. 70.
7
http://cahkaliboyo.blogspot.com/2013/05/sistem-pendidikan-di-saudi-arabia.html. (Di akses tanggal 18
Oktober 2017)
4
Pada tahun 1989 Arab Saudi memiliki sistem pendidikan dengan lebih dari 14.000
lembaga pendidikan, termasuk tujuh universitas dan pelatihan guru, sebelas perguruan
tinggi, di samping sekolah untuk pelatihan kejuruan dan teknis, kebutuhan khusus dan
keaksaraan dewasa. Sistem ini berkembang sangat cepat, sehingga di 1988-1989 saja, 950
sekolah baru dibuka untuk menampung 400.000 siswa baru.
Untuk pendidikan umum, baik laki-laki dan perempuan mendapat kurikulum yang
sama dan ujian tahunan yang sama pula. Ujian umum dibagi menjadi 4 bagian:
Pendidikan Dasar yang terdiri dari SD (6-12 tahun), pendidikan menengah (12-15 tahun),
pendidian sekunder (15-18 tahun) dan pendidikan tinggi (Universitas atau Akademik).9
8
Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 200.
9
Ibid., hlm. 198.
5
Raja Fadh di Riyadh yang diresmikan pada tahun 1408 H atau 1988 M merupakan salah
satu pusat gelanggang olahraga terbesar di dunia yang dapat menampung 80.000
penonton.
10
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit., hlm. 72.
11
Ibid., hlm. 70-71.
6
Pendidikan Islam tradisional bagi laki-laki difokuskan untuk membentuk calon-
calon anggota dewan ulama. Kurikulum untuk sekolah islam tradisional juga sebagian
menggunakan kurikulum pendidikan umum, tetapi fokusnya pada studi Islam dan bahasa
Arab. Untuk pendidikan agama, dilakukan dibawah supervisi dari Universitas Islam
Imam Saud (Riyadh) dan Universitas Islam Madinah (Madinah). Namun demikian, di
universitas-universitas umum, pelajaran agama islam merupakan mata kuliah wajib
apapun jurusan mahasiswa.12
Sebagian besar sekolah di Saudi Arabia dijalankan pada tiga tingkat pengelolaan:
tingkat sekolah, tingkat distrik, dan tingkat nasional. Pada tingkat sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab melaksanakan operasional sekolah sehari-hari, seperti penegakan
disiplin, daftar, kehadiran, registrasi, supervisi guru dan sebagainya. Semua sekolah
dalam distrik tertentu termasuk pada sebuah direktorat distrik yang bertindak sebagai
12
Binti Maunah, Op. Cit., hlm. 198-199.
13
Agustiar Syah Nur, Op. Cit., hlm. 49-50.
7
penghubung antara masing-masing sekolah dan kementrian atau organisasi pemerintah
pusat yang membawahinya.
Ditingkat dasar dibentuk dua macam madrasah, yaitu Madrasah al-Quran (jenis
taman pendidikan Al-quran di Indonesia) dan Madrasah Ibtidaiyah (sekolah dasar)
menggantikan sekolah Desa yang dihapus pada tahun 1954. Untuk tingkat menengah,
semua terdapat dua jenjang sekolah umum (non kejuruan), yaitu Kafaah dan Tuhijiyah
yang masing-masing lamanya tiga tahun, tetapi kemudian diubah menjadi Idadiyah yang
lama belajarnya juga tiga tahun.
14
Ibid., hlm. 47-49.
8
pendidikan dengan berbagai alternatif jurusan, misalnya keguruan, perusahaan,
perdagangan, kejian Alquran, dan teologi Islam.15
Pendidikan bagi anak-anak wanita Saudi dikelola secara khusus oleh suatu badan
yaitu General Administration of Girls Education (GAGE) yang dibentuk pada tahun
1960. Pendirian sekolah-sekolah khusus bagi anak-anak wanita tertunda karena adanya
rasa keberatan dari sebagian orang tua dan ulama yang beranggapan bahwa pendirian
sekolah-sekolah modern itu berdampak tidak baik bagi anak-anak wanita. Sekolah-
sekolah wanita ini diletakkan dibawah pengawasan dan pengelolaan ulama, dan dengan
demikian terpisah dari Kementrian Pendidikan.
Seluruh pendidikan prasekolah di Saudi Arabia, baik negeri atau swasta berada di
bawah GAGE. Alasannya adalah karena seluruh personil yang terlibat dalam
pengelolaannya, baik staf administratif atau guru adalah wanita. Pada sekolah-sekolah ini
berlaku sistem koedukasional di mana anak laki-laki boleh digabung dengan anak-anak
perempuan sampai mereka berusia 7 tahun. Sesudah itu mereka mulai dipisahkan, anak
laki-laki meneruskan pendidikannya ke sekolah-sekolah di bawah Kementrian
Pendidikan, dan anak perempuan ke sekolah-sekolah yang berada di bawah GAGE.16
15
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit., hlm. 71.
16
Agustiar Syah Nur, Op. Cit., hlm. 42-45.
9
I. SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b. Garis-garis besar
pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
10
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata
pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-
1995. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan
Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak
mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan
perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan
perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
11
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal
istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum
(TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran.
12
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.
13
g. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap
level.
14
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah
dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi
sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan
dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan
para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam
kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013
KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum yang baru.
Perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 Adalah sebagai berikut :
15
-Pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat;
-Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar
siswa di sekolah atau luar sekolah;
-Penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah,
dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi:
Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer
materi. Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C
sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia
16
berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat
penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih
bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
17
BAB III
PENUTUP
Sistem pemerintahan Saudi Arabia adalah monarki atau kerajaan, dengan Al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai undang-undangnya. Kekuasaan legislatif dan
yudikatif dipegang oleh dewan kabinet dan raja.
Secara geografis, Saudi Arabia terbagi dalam tiga lahan tanah yang terbentang jauh
dari ujung utara sampai jauh ke ujung selatan. Tanah bagian timur menjadi Propinsi Timur
Saudi, lahan bagian tengah menjadi Propinsi tengah (atau Najd); lahan bagian barat terbagi
dalam dua propinsi: Propins barat (atau Hijaz) dan Propinsi Selatan (atau Asseer).
Sistem pendidikan di Saudi Arabia pada dasarnya mengambil kurikulum yang ada
pada negara-negara Arab lainnya, terutama negara Mesir, dengan lebih menekankan pada
mata pelajaran keagamaan. Untuk pengembangan tenaga kependidikan pemerintah
membangun lembaga pendidikan guru.
Sistem Pendidikan di Arab Saudi memisahkan antara laki-laki dan perempuan sesuai
syariat Islam. Secara umum, system pendidikan dibagi menjadi tiga bagian utama:
Pendidikan umum untuk laki-laki, pendidikan umum untuk perempuan, dan pendidikan Islam
untuk laki-laki.
18