Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Kerajaan Saudi Arabia berdiri pada tahun 1920-an, tetapi proklamasi terhadap
negaranya dilakukan pada tahun 1932 oleh Raja Abdul Aziz ibn Abdul Rahman al-Saud.
Jadi, pendiri kerajaan ini adalah Raja Abdul Aziz (almarhum) yang wafat pada tahun 1373 H
atau 1953 M, lalu digantikan oleh putranya, Raja Raud ibn Abdul Aziz. Setelah itu, berturut-
turut Raja Saudi Arabia adalah Raja Faisal, Raja Khaled, dan dilanjutkan Raja Fahd ibn
Abdul Aziz ibn Saud.

Sistem pendidikan di Saudi Arabia pada dasarnya mengambil kurikulum yang ada
pada negara-negara Arab lainnya, terutama negara Mesir, dengan lebih menekankan pada
mata pelajaran keagamaan. Kurikulum untuk sekolah-sekolah pria dan wanita pada setiap
jenjang yang sama pada prakteknya sama kecuali sekolah wanita menambahkan mata
pelajaran manajemen rumah tangga, sementara sekolah pria menambahkan mata pelajaran
jasmani, yang tidak diajarkan pada sekolah wanita. Sekolah-sekolah swasta diharuskan oleh
peraturan mengikuti kurikulum yang sama seperti pada sekolah-sekolah negeri.

Pada makalah ini penulis akan memaparkan pembahasan studi tentang potret sistem
pendidikan di Saudi Arabia. Mulai dari potret sistem pemerintahannya, sistem
pendidikannya, kondisi demografi dan income negaranya, dan lain sebagainya mengenai
Negara Saudi Arabia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. POTRET SISTEM PEMERINTAHAN

Nama resmi negara ini adalah Kerajaan Saudi Arabia (The Kingdom of Saudi
Arabia) yang berdiri pada tahun 1932. Awal lahirnya negara ini ketika Abdul-Azeez Ibn
Abdur-Rahman al-Saud dan Sultan Najd dan Pengikutnya menyatukan kedua bagian
negaranya dibawah satu administrasi dan satu nama. Kata Saudi itu sendiri berasal dari
nama rumah Saud yang berkuasa. Rumah atau istana Saud telah berkuasa semenjak 1744
ketika pendirinya Muhammad Ibn Saud, emir atau penduasa daerah Diriyah, sebuah
negara kecil setengah merdeka di Najd (di daerah Arab tengah) mulai memasuki aliansi
politik-religius dengan Muhammad Ibn Abdul-Wahhab, seorang reformis Muslim
fundamentalis. Aliansi ini memberikan kepada daerah Saudi pengakuan hukum dan
kepada reformis fundamentalis dukungan politik serta militer dalam rangka jihad
memurnikan keimanan dan melenyapkan segala prektek-prektek kotor yang dianggap
sebagai bagian dari modernisasi. Pada tahun 1990-an, aliansi ini masih hidup dan altif
diantara keturunan Muhammad Ibn Saud, dan keturunan Muhammad Ibn Wahhab, dan
juga hidup dalam jaringan ulama wahabbi. Aliansi ini merupakan bagian dari pengakuan
terhadap negara Saudi.1

Sistem pemerintahan Saudi Arabia adalah monarki atau kerajaan, dengan Al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai undang-undangnya. Kekuasaan
legislatif dan yudikatif dipegang oleh dewan kabinet dan raja. Saat ini putra mahkotanya
adalah Pangeran Abdullah ibn Abdul Aziz al-Saud, yang merangkap sebagai Wakil
Perdana Menteri dan Panglima Garda Nasional.

Kerajaan Saudi Arabia memperingati hari nasionalnya setiap tahun, pada hari
pertama rasi bintang Libra, yaitu tanggal 23 September, sesuai dengan tanggal
didirikannya kerajaan tersebut oleh Raja Abdul Aziz al-Saud. Kalender resminya adalah

1
Agustiar Syah Nur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Cet. 1 (Bandung: Lubuk Agung,
2001), hlm. 39

2
kalender Hijriyah, yakni berpedoman atas peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW
dari Makkah ke Madinah, yang bertepatan dengan tahun 622 M.2

B. KONDISI DEMOGRAFI DAN POTENSI INCOME NEGARA

Kerajaan Saudi Arabia terletak di sudut barat daya Benua Asia, meliputi area
seluas 2.4.00.000 km2, menempati 4/5 atau 80 o/o dari total wilayah Semenanjung
Arabia. Di sebelah barat berbatasan dengan Jordania, Irak, dan Kuwait; di sebelah timur
berbatasan dengan Teluk Arab; di sebelah selatan berbatasan dengan Oman dan Yaman.
Populasi penduduknya lebih dari 16.900.000 jiwa (1994), dengan Riyadh sebagai ibu
kotanya. Kondisi geografis Saudi Arabia tergolong spesifik: sebagian besar gurun, bukit,
dan di beberapa daerah berdekatan dengan sungai atau laut.3

Secara geografis, Saudi Arabia terbagi dalam tiga lahan tanah yang terbentang
jauh dari ujung utara sampai jauh ke ujung selatan. Tanah bagian timur menjadi Propinsi
Timur Saudi, lahan bagian tengah menjadi Propinsi tengah (atau Najd); lahan bagian
barat terbagi dalam dua propinsi: Propins barat (atau Hijaz) dan Propinsi Selatan (atau
Asseer). Kecuali daerah pegunungan di barat daya propinsi Asseer, Saudi Arabia pada
umumnya daerah padang pasir yag kering yang mendapat hujan rata-rata 100 milimeter
per tahun.

Menurut sejarah, keadaan lingkungan yang keras dan kasar, ditambah lagi
kekurangan gizi dan fasilitas pemeliharaan kesehatan, berakibat jarangnya penduduk yang
tinggal di suatu daerah. Selama tahun 1960-an penduduk diperkirakan hanya 1,5 sampai
2 juta orang (Stacey International 1977). Peningkatan pendapatan dari minyak, khususnya
selama tahun 1960-an dan perbaikan pendidikan yang terus menerus, perbaikan gizi serta
fasilitas kesehatan telah berdampak berkurangnya angka kematian bayi, meningkatnya
batas waktu harapan hidup dan berkurangnya emigrasi.

Sebelum produksi minyak komersial di mulai tahun 1938, pendapatan negara


boleh dikatakan sangat kecil dan terutama berasal dari bantuan luar negeri, pemasukan
datang dari kaum muslimin asing yang menunaikan ibadah haji dan dari pajak tahunan
(tithe) yang di bentuk di bebankan pada ternak produksi pertanian

2
Rachman Assegaf, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat
(Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 69.
3
Ibid., hlm. 67.

3
Dalam tahun 1991, baru ada data statistik tidak resmi, yang mencatat jumlah
penduduk Saudi Arabia yaitu, sekitar 16 juta orang, yang 11,5 juta (72%) merupakan
warga negara, dan 4,5 juta (28%) adalah pekerja tamu beserta pengikutnya. Rata-rata
pertumbuhan penduduk asli Arab adalah 3,65%, terutama melalui kelahiran, sedangkan
pertumbuhan penduduk asing 4,3% terutama melalui imigrasi.4

Saudi Arabia termasuk pengekspor gandum terbesar ke-6 (1991). Perkebunan


kurmanya yang berkualitas tinggi juga mampu menembus pasar internasional. Untuk
meningkatkan pelayanan terhadap jamaah haji, pemerintah setempat terus-menerus
membangun dan merenovasi berbagai bangunan dan fasilitas yang berhubungan dengan
ibadah haji, termasuk pembangunan dan perenovasian masjid-masjid di Makkah dan
Madinah. Selama berabad-abad ibadah haji ini tidak sekedar menjalankan kewajiban
agama, tetapi sebagai sumber devisa negara yang terbatas di dunia mengalahkan income
hasil kunjungan wisata negara-negara lain.5

Setelah perang Dunia II, produksi minyak Saudi Arabia menjadi basis pendapatan
negara; meskipun baru dimulai pada tahun 1973 ketika terjadi revolusi harga minyak
dunia, pembangunan nasional Saudi Arabia mengalami peningkatan dramatis. Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) Saudi Arabia pada tahun 1977 mencapai 40 triliun
US$, Tiga tahun kemudian, yakni pada tahun 198, meningkat menjadi 70 triliun US$.
Maka konten saja dana sebesar itu mampu mengembangkan infrastruktur kota. Tidak
ketinggalan pula, bidang pendidikan. Selain dari kunjungan jamaah haji, kekuatan
ekonomi Saudi Arabia bersumber dari minyak.6

C. FILSAFAT PENDIDIKAN YANG DIJADIKAN DASAR PENGEMBANGAN


PENDIDIKAN

Pemikiran tentang pendidikan di Arab Saudi awalnya bercorak pendidikan kuttab


dan sistem pendidikan di Arab Saudi memisahkan laki-laki dan perempuan sesuai dengan
syariat Islam. Jadi, jika ditinjau dari ranah pemikiran filsafat, Saudi sangat
mengedepankan ideologi bangsanya yang merupakan negara Islam.7

4
Agustiar Syah Nur, Op.Cit., hlm. 39-40.
5
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit., hlm. 67-68
6
Ibid., hlm. 70.
7
http://cahkaliboyo.blogspot.com/2013/05/sistem-pendidikan-di-saudi-arabia.html. (Di akses tanggal 18
Oktober 2017)

4
Pada tahun 1989 Arab Saudi memiliki sistem pendidikan dengan lebih dari 14.000
lembaga pendidikan, termasuk tujuh universitas dan pelatihan guru, sebelas perguruan
tinggi, di samping sekolah untuk pelatihan kejuruan dan teknis, kebutuhan khusus dan
keaksaraan dewasa. Sistem ini berkembang sangat cepat, sehingga di 1988-1989 saja, 950
sekolah baru dibuka untuk menampung 400.000 siswa baru.

Secara administratif, dua organisasi mengawasi lembaga pendidikan yang paling


dalam di kerajaan. Departemen pendidikan mengawasi pendidikan anak laki-laki,
program pendidikan untuk menyandang cacat, pendidikan orang dewasa dan perguruan
tinggi junior untuk laiki-laki. Girls pendidikan yang dikelola oleh Direktoral Jendral
Girls Pendidikan, sebuah organisasi dijalankan oleh ulama, bekerja sama erat dengan
Departemen Pendidikan. Derektoral Jendral mengawasi pendidikan umum anak
perempuan, TK dan pembibitan untuk kedua anak laki-laki dan perempuan dan program-
program melek hurif perempuan, serta perguruan tinggi pendidikan dan perguruan tinggi
junior untuk anak perempuan. Depertemen Pendidikan Tinggi adalah otoritas mengawasi
perguruan tinggi kerajaan dan universitas.8

D. KEBIJAKAN STRATEGIS DIBIDANG PENDIDIKAN

Sistem pendidikan di Arab Saudi memisahkan antara laki-laki dan perempuan


sesuai dengan syariat Islam. Secara umum, sistem pendidikan dibagi menjadi 3 bagian
utama:

1. Pendidikan umum untuk laki-laki


2. Pendidikan umum untuk perempuan
3. Pendidikan islam untuk laki-laki

Untuk pendidikan umum, baik laki-laki dan perempuan mendapat kurikulum yang
sama dan ujian tahunan yang sama pula. Ujian umum dibagi menjadi 4 bagian:
Pendidikan Dasar yang terdiri dari SD (6-12 tahun), pendidikan menengah (12-15 tahun),
pendidian sekunder (15-18 tahun) dan pendidikan tinggi (Universitas atau Akademik).9

Sebagai bentuk pembinaan pemuda, Saudi Arabia berupaya meningkatkan prestasi


mereka dibidang olahraga dan kebudayaan yang ditangani oleh Badan Negara Urusan
Kesejahteraan Pemuda (General Presidency of Youth Welfare). Stadion Internasional

8
Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, Cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 200.
9
Ibid., hlm. 198.

5
Raja Fadh di Riyadh yang diresmikan pada tahun 1408 H atau 1988 M merupakan salah
satu pusat gelanggang olahraga terbesar di dunia yang dapat menampung 80.000
penonton.

Masalah pendidikan di Saudi Arabia ditangani oleh dua departemen, kedua


departemen itu adalah:

1. Wizarah al-MarifaWa al-Tsaqafah (Departemen Ilmu Pengetahuan dan


Kebudayaan) yang menangani Pendidikan Dasar dan Menengah, baik umum
maupun khusus.
2. Wizarah al-Talim al-Aly (Departemen Pengajaran Tinggi) yang menangani
lembaga pendidikan tinggi, baik dilingkungan Perguruan Tinggi Umum (PTU)
maupun Perguruan Tinggi Agama (PTA).10
E. KEBIJAKAN NEGARA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Sejak tahun 1950-an, Saudi Arabia telah melancarkan usaha pendidikan.


Pendidikan didirikan secara cuma-cuma bagi semua penduduk, seluruh biaya ditanggung
oleh pemerintah. Bahkan sekolah atau lembaga tertentu yang didirikan di luar negeri
untuk mempopulerkan bahasa arab atau kajian Islam, bukan hanya tanpa biaya,
melainkan pendaftar yang diterima mendapat tunjangan dana akomodasi, buku-buku serta
lainnya. Belakangan ini Arab Saudi telah menggandakan Alquran dan Terjemahannya
yang telah diratifikasi oleh Departemen Agama di Indonesia untuk dicetak dan dibagikan
ke berbagai masjid serta institusi pendidikan islam lainnya.11

Sejak tahun 1920-an, sejumlah kecil lembaga swasta telah menawarkan


pendidikan sekuler terbatas untuk anak laki-laki, tetapi tidak sampai tahun 1951 yang
program ekstensif sekolah menengah yang didanai publik dimulai. Pada tahun 1957
universitas pertama tidak didedikasikan untuk mata pelajaran agama, universitas Riyadh,
kemudian diganti dengan King Saud Universitas, didirikan. Departemen pendidikan, yang
diberikan lembaga pendidikan publik untuk anak laki-laki, didirikan pada 1954.
Pendidikan publik didanai untuk anak perempuan dimulai pada tahun 1960 di bawah
inspirasi kemudian Crown Prince Faisal dan Iffat istrinya.

10
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit., hlm. 72.
11
Ibid., hlm. 70-71.

6
Pendidikan Islam tradisional bagi laki-laki difokuskan untuk membentuk calon-
calon anggota dewan ulama. Kurikulum untuk sekolah islam tradisional juga sebagian
menggunakan kurikulum pendidikan umum, tetapi fokusnya pada studi Islam dan bahasa
Arab. Untuk pendidikan agama, dilakukan dibawah supervisi dari Universitas Islam
Imam Saud (Riyadh) dan Universitas Islam Madinah (Madinah). Namun demikian, di
universitas-universitas umum, pelajaran agama islam merupakan mata kuliah wajib
apapun jurusan mahasiswa.12

F. PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PENGEMBANGAN TENAGA


KEPENDIDIKAN
1. Pengembangan Kurikulum

Dengan sedikit keahlian dalam pendidikan modern, sistem pendidikan di Saudi


Arabia pada dasarnya mengambil kurikulum yang ada pada negara-negara Arab lainnya,
terutama negara Mesir, dengan lebih menekankan pada mata pelajaran keagamaan.
Kurikulum untuk sekolah-sekolah pria dan wanita pada setiap jenjang yang sama pada
prakteknya sama kecuali sekolah wanita menambahkan mata pelajaran manajemen rumah
tangga, sementara sekolah pria menambahkan mata pelajaran jasmani, yang tidak
diajarkan pada sekolah wanita. Sekolah-sekolah swasta diharuskan oleh peraturan
mengikuti kurikulum yang sama seperti pada sekolah-sekolah negeri.

Pengimplementasian kurikulum dimonitor melalui berbagai cara seperti melalui


kepala sekolah, kunjungan oleh para inspektur dari kantor-kantor distrik, dan juga melalui
sistem ujian akhir yang mencakup seluruh materi yang seharusnya diajarkan pada setiap
semester.13

2. Pengembangan Tenaga Kependidikan.

Sebagian besar sekolah di Saudi Arabia dijalankan pada tiga tingkat pengelolaan:
tingkat sekolah, tingkat distrik, dan tingkat nasional. Pada tingkat sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab melaksanakan operasional sekolah sehari-hari, seperti penegakan
disiplin, daftar, kehadiran, registrasi, supervisi guru dan sebagainya. Semua sekolah
dalam distrik tertentu termasuk pada sebuah direktorat distrik yang bertindak sebagai

12
Binti Maunah, Op. Cit., hlm. 198-199.
13
Agustiar Syah Nur, Op. Cit., hlm. 49-50.

7
penghubung antara masing-masing sekolah dan kementrian atau organisasi pemerintah
pusat yang membawahinya.

Direktorat distrik bertanggung jawab atas penempatan guru-guru, pertikaian antar


guru dan kepala sekolah, pengaduan orang tua, logistik sekolah, dan lain-lain. Kementrian
atau badan-badan tingkat nasional berlokasi di ibu kota negara, Riyadh. Fungsi umum
kantor-kantor tingkat nasional ini adalah mengangkat personil, menetapkan kebijakan dan
kurikulum, mengalokasikan dana, membuat perencanaan, melakukan pemilihan dan
pencetakan buku teks, melaksanakan supervisi dan mengadministrasian berbagai upaya
pendidikan.

Untuk menyediakan guru-guru dalam rangka perluasan sekolah dasar di Saudi,


lembaga pendidikan guru didirikan oleh pemerintah. Program pendidkan berlangsung
selama dua tahun dengan calon-calon siswanya dari tamatan sekolah dasar. Lembaga ini
kemudian ditingkatkan programnya menjadi tiga tahun sesudah tamatan sekolah
menengah pertama, dan inilah yang sebagian besar saat ini yang menjadi guru-guru
sekolah dasar di Saudi Arab. Guru-guru untuk sekolah menengah pertama dan atas pada
umumnya adalah tamatan perguruan tinggi empat tahun, walaupun ada sebagian guru-
guru sekolah menengah pertama tamatan program pendidikan guru pada tingkat
menengah.14

G. SISTEM PENJENJANGAN PENDIDIKAN YANG DIKEMBANGKAN

Ditingkat dasar dibentuk dua macam madrasah, yaitu Madrasah al-Quran (jenis
taman pendidikan Al-quran di Indonesia) dan Madrasah Ibtidaiyah (sekolah dasar)
menggantikan sekolah Desa yang dihapus pada tahun 1954. Untuk tingkat menengah,
semua terdapat dua jenjang sekolah umum (non kejuruan), yaitu Kafaah dan Tuhijiyah
yang masing-masing lamanya tiga tahun, tetapi kemudian diubah menjadi Idadiyah yang
lama belajarnya juga tiga tahun.

Ditingkat menengah atas yang disebut Madrasah Tsanawiyah terdapat dua


jurusan, yaitu Ilmi (jurusan ilmu pengetahuan) dan Adabi (Jurusan sastra). Sekolah ini
bersifat umum (nonkejuruan) dengan fokus mempersiapkan para siswanya untuk
melanjutkan studi ketingkat perguruan tinggi. Meskipun demikian, bagi mereka yang
bermaksud untuk terjun ke masyarakat disediakan ketrampilan tertentu oleh lembaga

14
Ibid., hlm. 47-49.

8
pendidikan dengan berbagai alternatif jurusan, misalnya keguruan, perusahaan,
perdagangan, kejian Alquran, dan teologi Islam.15

Pendidikan bagi anak-anak wanita Saudi dikelola secara khusus oleh suatu badan
yaitu General Administration of Girls Education (GAGE) yang dibentuk pada tahun
1960. Pendirian sekolah-sekolah khusus bagi anak-anak wanita tertunda karena adanya
rasa keberatan dari sebagian orang tua dan ulama yang beranggapan bahwa pendirian
sekolah-sekolah modern itu berdampak tidak baik bagi anak-anak wanita. Sekolah-
sekolah wanita ini diletakkan dibawah pengawasan dan pengelolaan ulama, dan dengan
demikian terpisah dari Kementrian Pendidikan.

Seluruh pendidikan prasekolah di Saudi Arabia, baik negeri atau swasta berada di
bawah GAGE. Alasannya adalah karena seluruh personil yang terlibat dalam
pengelolaannya, baik staf administratif atau guru adalah wanita. Pada sekolah-sekolah ini
berlaku sistem koedukasional di mana anak laki-laki boleh digabung dengan anak-anak
perempuan sampai mereka berusia 7 tahun. Sesudah itu mereka mulai dipisahkan, anak
laki-laki meneruskan pendidikannya ke sekolah-sekolah di bawah Kementrian
Pendidikan, dan anak perempuan ke sekolah-sekolah yang berada di bawah GAGE.16

H. PERBEDAAN ANTARA LEMBAGA PENDIDIKAN MILIK SWASTA DAN


NEGARA

Ekspansi Formal program pendidikan agama dalam masyarakat yang teknologi


modernisasi telah menciptakan beberapa dislokasi ekonomi dan beberapa derajat
polarisasi sosial antara mereka yang dilengkapi terutama dengan pendidikan agama dan
mereka siap untuk bekerja disektor ekonomi modern.

Disektor swasta, misalnya, di mana sebagian besar pertumbuhan kerja


diperkirakan 1990-1995, kerja dilakukan diproyeksikan meningkat sebesar 213.500, tapi
pada saat yang sama tenaga kerja Saudi Arabia diperkirakan meningkat sebesar 433.900.
Akibatnya, meningkatnya jumlah lulusan dalam studi agama pada tahun 1985, 2.733
mahasiswa di Universitas Islam Madinah dan lebih dari 8.000 pada Muhammad bin Saud
University di Riyadh adalah sumber potensial ketidakpuasan dari negara dan agenda
modernisasi.

15
Abd Rachman Assegaf, Op. Cit., hlm. 71.
16
Agustiar Syah Nur, Op. Cit., hlm. 42-45.

9
I. SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Sejarah mencatat bahwa Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yakni


kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013, kurikulum tersebut mengalami pembaruan-
pembaruan mengikuti perkembangan dunia pendidikan yang semakin modern dan
tentunya karena faktor perkembangan zaman. Berikut kurikulum dari dulu sampai
sekarang.

1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok: a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b. Garis-garis besar
pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada
pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum
ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana

10
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata
pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-
1995. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan
Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak
mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964


Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana
berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan
perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan
perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di

11
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.

5. Kurikulum Periode 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal
istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.

Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum
(TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model
ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat
adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan
gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran
penolakan CBSA bermunculan.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

12
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa
untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses, kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.

8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.

Ciri-ciri KBK sebagai berikut:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
b. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
c. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
e. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester.
f. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi
menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.

13
g. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap
level.

9. Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1
ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi,
penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan
tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/
karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan
Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan
permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun
2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama
dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.

14
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah
dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi
sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan
dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan
para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam
kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013
KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum yang baru.

10. Kurikulum Periode 2013


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan pemutakhiran dari
kurikulum sebelumnya. Sampai saat ini pun saya belum menerima wujud aslinya seperti
apa. Namun berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.

Perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 Adalah sebagai berikut :

Mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran.


Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas. Mengintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan
dengan 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative);
Mengintegrasikan HOTS (Higher Order Thinking Skill).

Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus


menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang. Pengintegrasian dapat berupa :

-Pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah


(masyarakat/komunitas);

-Pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler;

15
-Pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat;

Perdalaman dan perluasan dapat berupa:

-Penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada


pengembangan karakter siswa,

-Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar
siswa di sekolah atau luar sekolah;

-Penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah,
dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.

Penjelasan Singkat tentang Gerakan Literasi Sekolah

Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan


mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh
untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi:

1. Literasi Dini (Early Literacy),


2. Literasi Dasar (Basic Literacy),
3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy),
4. Literasi Media (Media Literacy),
5. Literasi Teknologi (Technology Literacy),
6. Literasi Visual (Visual Literacy).

Keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication,


Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation).

Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer
materi. Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C
sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia

16
berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat
penting, 4 C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih
bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.

Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.

Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif


yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan
memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan
kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan
berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam
membangun gagasan/ide-ide.

Maka tidak mungkin lagi menggunakan model/metode/strategi/pendekatan yang


berpusat kepada guru, namun kita perlu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active
Learning). Khusus untuk PPK merupakan program yang rencananya akan disesuaikan
dengan 5 hari belajar atau 8 jam sehari sedangkan untuk 2 hari merupakan pendidikan
keluarga.

17
BAB III

PENUTUP

Sistem pemerintahan Saudi Arabia adalah monarki atau kerajaan, dengan Al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai undang-undangnya. Kekuasaan legislatif dan
yudikatif dipegang oleh dewan kabinet dan raja.

Secara geografis, Saudi Arabia terbagi dalam tiga lahan tanah yang terbentang jauh
dari ujung utara sampai jauh ke ujung selatan. Tanah bagian timur menjadi Propinsi Timur
Saudi, lahan bagian tengah menjadi Propinsi tengah (atau Najd); lahan bagian barat terbagi
dalam dua propinsi: Propins barat (atau Hijaz) dan Propinsi Selatan (atau Asseer).

Sistem pendidikan di Saudi Arabia pada dasarnya mengambil kurikulum yang ada
pada negara-negara Arab lainnya, terutama negara Mesir, dengan lebih menekankan pada
mata pelajaran keagamaan. Untuk pengembangan tenaga kependidikan pemerintah
membangun lembaga pendidikan guru.

Sistem Pendidikan di Arab Saudi memisahkan antara laki-laki dan perempuan sesuai
syariat Islam. Secara umum, system pendidikan dibagi menjadi tiga bagian utama:
Pendidikan umum untuk laki-laki, pendidikan umum untuk perempuan, dan pendidikan Islam
untuk laki-laki.

18

Anda mungkin juga menyukai