Anda di halaman 1dari 20

Media Pembelajaran

MATEMATIKA
Untuk SMP/MTs Kelas VIII
POLA BILANGAN

Sumber: www.shutterstock.com
PETA KONSEP

Pola barisan bilangan sederhana

Pola Bilangan Barisan dan deret bilangan


Pola Bilangan

Pemecahan masalah barisan dan deret

Konfigurasi persegi
Konfigurasi objek
Konfigurasi lingkaran
Pola Konfigurasi Keterkaitan antarsuku

Generalisasi konfigurasi objek


Observasi

Ambillah kalender yang ada di rumahmu dan guntinglah kalender


bulan Januari 2018. Lalu, tuliskan tanggal-tanggal pada hari Senin.
Senin : 1, 8, 15, 22, 29.
Dapatkah kamu jelaskan tentang perubahan tanggal pada
setiap hari yang sama? Tentu kamu akan mendapatkan
kesimpulan bahwa selalu ada perubahan 7 hari pada setiap
tanggal di hari yang sama.

Bilangan-bilangan yang terbentuk pada setiap hari Senin membentuk


sebuah pola, yaitu bilangan berikutnya lebih 7 dari bilangan
sebelumnya.
Observasi

Bentuk penulisan setiap bilangan


menggunakan tanda koma “,“ seperti 1, 8,
15, 22, 29 selanjutnya disebut barisan
bilangan.
Bagaimana jika kita jumlahkan semua
tanggal pada hari Selasa?
2 + 9 + 16 + 23 + 30 = . . .
Bentuk penulisan setiap bilangan Sumber: dokumen penerbit
menggunakan tanda tambah “+” seperti di
atas disebut dengan deret bilangan.
1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA
A. Pengertian Bilangan Urutan dan Bilangan Cacahan

Bilangan Asli

Bilangan urutan yang dimulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya selanjutnya disebut “bilangan asli”
yang dalam bahasa Inggris disebut “natural numbers”. Di Indonesia, A digunakan sebagai lambang
dari himpunan bilangan asli sehingga A = {1, 2, 3, 4, . . .}.

Sementara di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, N


digunakan sebagai lambang untuk “himpunan bilangan asli” karena yang dimaksud adalah “the
set of natural numbers”. Jadi dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan asli dilambangkan dengan
N = {1, 2, 3, 4, . . .}.
Bilangan Cacah
Dalam matematika, “tidak punya” berarti menunjuk pada “himpunan” atau “kumpulan
benda” yang tidak memiliki anggota. Himpunan yang tidak memiliki anggota untuk selanjutnya
disebut “himpunan kosong” dan banyaknya anggota himpunan kosong adalah nol dan ditulis
dengan lambang “0”.

Selanjutnya, keberadaan objek dalam suatu kumpulan benda hanya mungkin “ada” jika
kumpulan itu ada isinya atau “tidak ada”. Jika kumpulan itu tidak ada isinya. Bilangan 1, 2, 3, 4, .
. . , dan seterusnya menyatakan banyaknya anggota untuk kumpulan yang ada isinya dan 0 (nol)
untuk kumpulan yang tak ada isinya. Oleh karena itu, untuk himpunan bilangan cacah adalah C =
{0, 1, 2, 3, 4, . . .}.

Sementara itu, di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar, C atau
W digunakan sebagai lambang untuk himpunan bilangan cacah yang dikenal dengan istilah
“cardinal numbers” atau “whole numbers”. Dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan cacah
dilambangkan dengan C = {0,1, 2, 3, 4, . . .} atau W = {0,1, 2, 3, 4, . . .}.
1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA
B. Pengertian Pola dan Barisan Bilangan
Barisan bilangan berhubungan erat dengan bilangan urutan dan bilangan cacahan.
Sebagai bilangan urutan secara umum, urutan suku-sukunya diberi lambang , , , , . . ., yang
bermakna sebagai “urutan pertama, urutan kedua, urutan ketiga, urutan keempat, dan
seterusnya”. Selanjutnya, setiap bilangan yang diurutkan ditulis berjajar dan sebagai
pemisah di antara dua suku yang berurutan digunakan tanda koma (,).
Contoh Masalah
Misalkan disediakan pola susunan huruf-huruf L
seperti berikut (Gambar 1.1).
Pertanyaannya adalah ″berdasarkan pola huruf L,
berapa petak persegi satuan yang diperlukan
untuk membentuk huruf L yang ke-100″.
Pemecahan Masalah
Misalkan pola yang dapat kita amati dari
Gambar 1.1 adalah seperti berikut
(Gambar 1.2).

Berdasarkan pola yang dapat diamati dari Gambar 1.2, banyaknya petak persegi
satuan yang diperlukan untuk membentuk suku (unit) pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya adalah = 1 + 3 = 1 + (1 + 2)
= 2 + 4 = 2 + (2 + 2)
= 3 + 5 = 3 + (3 + 2)
= 4 + 6 = 4 + (4 + 2)

Dengan melihat pola dari hingga tersebut, maka


= n + (n + 2) = 2n + 2 = 2(n + 1).
Oleh karena rumus suku ke-n dari barisan bilangan tersebut, adalah = 2(n + 1),
maka dengan mengganti nilai n = 100 pada = 2(n + 1) diperoleh
→ = 2(100 + 1)
= 2(101)
= 202
Dengan demikian, banyaknya petak persegi satuan yang diperlukan untuk
membentuk huruf L yang ke-100 adalah 202.

Lebih lanjut, barisan bilangan n suku yang dihasilkan pada pemecahan masalah
tersebut adalah

Dari barisan bilangan tersebut, urutan suku-sukunya adalah = 4, = 6, = 8, =


10, . . ., = 202, dan = 2(n + 1).
Kerjakan Latihan 1 halaman 11 – 12
1.2 MENENTUKAN RUMUS SUKU KE-n BARISAN BILANGAN

A. Dengan Tuntunan Pola

Hal yang penting untuk diketahui adalah:

Selanjutnya, dengan diketahuinya rumus suku ke-n dari barisan tersebut, kita
dapat menentukan secara cepat sembarang suku yang ditanyakan.
B. Secara Intuitif

Secara intuitif (kata hati) artinya jika kita menebak


rumus suku ke-n sesuai dengan apa yang kita angankan dan
setelah dicoba ternyata benar, maka rumus yang kita
angankan itu benar. Sebaliknya, jika setelah dicoba ternyata
salah, maka rumus yang kita angankan itu salah.
C. Dengan Prosedur Matematika
Prosedur matematika dapat dilakukan dengan cara mengamati pola selisih suku-suku
yang berurutan pada barisan bilangan yang bersangkutan. Apabila hingga satu tingkat
penyelidikan selisih tetapnya belum ditemukan, maka penyelidikan dilanjutkan ke
tingkat kedua. Jika hingga dua tingkat penyelidikan selisih tetapnya juga belum
ditemukan, maka penyelidikan diteruskan ke tingkat yang ketiga. Begitu seterusnya.
Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat dua (B3D) berupa polinom
berderajat dua dengan perolehan hasil selengkapnya seperti berikut.

Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat tiga (B3T) juga berupa
polinom berderajat 3, yaknidengan perolehan hasil selengkapnya seperti berikut.
Contoh Soal
Tentukan suku ke-100 dari suatu barisan bilangan yang rumus umumnya
adalah .

Jawab:
= n (n + 3) ⇒ = 100 (100 + 3)

= 100(103)

= 10.300

Jadi, suku ke-100 dari barisan tersebut adalah 10.300.

Kerjakan Latihan 2 halaman 21 – 22


1.3 MENGENAL POLA-POLA KHUSUS
A. Pola Genap

Bentuk umum pola genap adalah

B. Pola Ganjil
Bentuk umum pola ganjil adalah
C. Pola Persegi

Bentuk umum pola persegi adalah

D. Pola Persegi Panjang

Bentuk umum pola persegi panjang adalah


E. Pola Segitiga
Bentuk umum pola segitiga adalah

F. Pola Aritmetika

Bentuk umum pola aritmetika adalah

Jumlah hingga suku ke-n pola aritmetika adalah

atau
G. Pola Geometri
Bentuk umum pola geometri adalah

Jumlah hingga suku ke-n pola geometri adalah

, jika r < 1
atau
, jika r > 1.
Contoh Soal
Seutas tali dipotong menjadi lima bagian dengan panjang masing-masing
bagian membentuk barisan geometri. Jika potongan tali yang terpendek
5 cm dan potongan tali yang terpanjang 80 cm, tentukan panjang tali
semula.
Jawab:

Jadi, panjang tali semula adalah 155 cm.

Kerjakan Latihan 3 halaman 32 – 33 Kerjakan Latihan Ulangan Bab 1


halaman 35– 38

Anda mungkin juga menyukai