Anda di halaman 1dari 26

Aritmetika ialah cabang tertua dan terdasar dari matematika yang digunakan oleh

hampir semua orang, dari perhitungan dasar sehari-hari sampai perhitungan di dunia bisnis
dan sains. Aritmetika yang digunakan sehari-hari oleh kita semua biasanya hanya aritmetika
dasar yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, padahal masih
banyak lagi cabang-cabang dari aritmetika yang lebih kompleks seperti persentase, akar
kuadrat, pemangkatan, akar bilangan, barisan, deret dan logaritma.
Pada bahasan kali ini akan membahas konsep dasar aritmetika khususnya konsep
dalam perpangkatan dan akar bilangan serta barisan dan deret dalam menyelesaikan masalah
matematika atau masalah lainnya.
PERPANGKATAN
Perpangkatan bilangan adalah perkalian berulang atau berganda suatu bilangan
dengan faktor-faktor bilangan yang sama. Bentuk perpangkatan sebagai berikut :
a x a x ..... x a = an
n faktor
Bentuk umumnya adalah an, dimana a disebut pokok atau bilangan dasar, sedangkan
n disebut pangkat atau eksponen.
Contoh :

23 (dibaca dua pangkat tiga) = 2 2 2 = 8


52 (dibaca lima pangkat dua) = 5 5 = 25
Perpangkatan bilangan sangat berguna untuk meringkas bentuk perkalian berulang
dalam jumlah besar.
Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa sifat yang berlaku dalam perpangkatan.
Terdapat 6 sifat operasi perpangkatan yaitu:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

(a x b)n= an x bn
am x an= am+n
am: an= amn
(a : b)n= an : bn
(am)n= amn
an =
dengan a 0
Pada perpangkatan, bilangan pokok dapat berupa bilangan bulat maupun pecahan,
demikian juga untuk pangkat atau eksponen. Pangkat juga dapat berupa bilangan nol. Dalam
perpangkatan, kedua komponen (bilangan pokok dan pangkat) sama pentingnya. Namun
demikian, perubahan hasil perpangkatan terutama ditentukan oleh nilai pangkatnya. Pangkat
dapat berupa bilangan nol, bilangan bulat (positif dan negatif),

bilangan pecahan (rasional) dan bilangan irrasional.

Skema Pangkat Bilangan


Bagaimana jika suatu bilangan dipangkatkan dengan nol? Sembarang bilangan bila
dipangkatkan nol akan menghasilkan nilai 1, tidak perduli apakah bilangan pokoknya
merupakan bilangan positif atau negatif. Contoh :

50 = 1
0

=1

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perpangkatan bilangan adalah bentuk


perkalian berulang atau berganda. Berdasarkan Skema Pangkat Bilangan, pangkat dapat
berupa bilangan bulat positif atau negatif. Pangkat bilangan bulat positif merupakan bentuk
perkalian berulang yang sebenarnya. Nilai pangkat/eksponen menunjukkan banyaknya
perkalian berulang (faktor) nilai itu sendiri. Sembarang bilangan bila dipangkatkan 1 akan
menghasilkan bilangan itu sendiri.
Contoh :

21 = 2
1

Sembarang bilangan bila dipangkatkan 2 akan menghasilkan perkalian berulang 2 kali


bilangan itu sendiri. Contoh :

32 = 3 x 3 = 9
102 = 10 x 10 = 100
2
=
x
=
Sembarang bilangan bila dipangkatkan 3 akan menghasilkan perkalian berulang 3kali
bilangan itu sendiri. Contoh :

43 = 4 x 4 x 4 = 64

103 = 10 x 10 x 10 = 1000
3
=
x
x

Perbandingan pembilang dan penyebut dalam bilangan pokok pecahan


bersifat tetap. Pangkat bilangan bulat negatif atau sering disebut pangkat tak sebenarnya,
menunjukkan bahwa perkalian berulang pecahan/kebalikan bilangan itu sendiri. Secara
umum bentuknya :
a-n=
di mana n adalah bilangan bulat positif.
Sembarang bilangan bila dipangkatkan -1 akan menghasilkan kebalikan bilangan itu
sendiri. Contoh :

3-1=

-1

-1

=8

Terlihat bahwa bila bilangan pokoknya adalah bilangan bulat,

maka pangkat -1 nya adalah pecahan / kebalikannya. Secara umum berlaku :


-1

Sembarang bilangan bila dipangkatkan -2 akan menghasilkan kuadrat kebalikan


bilangan itu sendiri. Contoh :

2-2=

=
-2

=6

Bila bilangan pokok berbentuk pecahan dipangkatkan -2, maka hasilnya dapat berupa
bilangan bulat ataupun bilangan pecahan.

AKAR BILANGAN
Pada dasarnya pengertian akar bilangan dapat dijelaskan melalui perpangkatan. Akar
bilangan merupakan perpangkatan dengan pangkat/eksponen bilangan pecahan. Pangkat
bilangan pecahan disebut juga pangkat rasional. Secara umum definisi akar bilangan adalah
sebagai berikut.
Definisi :

(dibaca : akar n dari bilangan a) adalah bilangan yang apabila dipangkatkan

dengan n hasilnya sama dengan a.


dapat ditulis
Contoh : Akar bilangan 2 atau sama dengan pangkat pecahan

=2
=

Akar bilangan 3 atau sama dengan pangkat pecahan

2.3.

=
=

=2
=

BARISAN
Sebelum kita mempelajari barisan, amati pola bilangan pada himpunan berikut ini.

1.
2.
3.
4.

Himpunan bilangan asli : {1, 2, 3, 4, 5, }


Himpunan bilangan bulat : {, -2, -1, 0, 1, 2, }
Himpunan bilangan asli ganjil : {1, 3, 5, 7, 9, }
Himpunan bilangan asli genap : {2, 4, 6, 8, 10, }
Setiap anggota himpunan di atas dapat diurutkan sehingga mempunyai keteraturan
atau pola. Penulisan beberapa anggota himpunan secara terurut seperti di atas akan dapat
menyatakan anggota himpunan yang lain yang mempunyai pola sama. Urutan bilangan yang
mempunyai pola atau keteraturan tertentu disebut barisan. Pada contoh himpunan di atas,
diperoleh barisan bilangan seperti berikut ini.

1.
2.
3.
4.

Barisan bilangan asli 1, 2, 3, 4, 5,


Barisan bilangan bulat , -2, -1, 0, 1, 2,
Barisan bilangan (asli) ganjil 1, 3, 5, 7, 9,
Barisan bilangan (asli) genap 2, 4, 6, 8, 10,
Nama barisan dicirikan oleh bilangan-bilangan yang membentuk barisan tersebut.
Adapula barisan yang diberi nama sesuai dengan penemunya. Contoh : Barisan bilangan
Fibonacci 1, 1, 2, 3, 5, 8, yang ditemukan pada tahun 1200 oleh Leonardo Fibonacci.
Masing-masing bilangan pada suatu barisan disebut suku barisan dan dipisahkan
dengan tanda koma. Suku pertama dilambangkan dengan u1, suku kedua dilambangkan
dengan u2 dan seterusnya. Jadi secara umum suatu barisan yang terdiri dari n suku ditulis
dalam bentuk sebagai berikut.
u1, u2, u3, u4, u5, ..... un
Indeks pada barisan di atas menyatakan banyaknya suku dan disebut panjang barisan.
Untuk n bilangan asli berhingga, barisan itu disebut barisan berhingga.
Pada contoh barisan bilangan yang telah disebutkan di atas, dua barisan bilangan
pertama mempunyai pola yang sama yaitu suku barisan diperoleh dari suku sebelumnya
ditambah 1. Perbedaan kedua barisan tersebut terletak pada suku awalnya saja. Suku barisan
bilangan pada contoh keempat dan kelima diperoleh dengan menambah suku sebelumnya
dengan bilangan 2. Perbedaan pada suku awal akan memberikan perbedaan pada suku-suku
berikutnya.
Selanjutnya kita akan mempelajari barisan aritmetika dan geometri. Untuk memahami
pengertian barisan aritmetika, perhatikan contoh-contoh barisan berikut ini.Contoh :

1. Barisan 2, 4, 6, 8,
2. Barisan 4, 1, -2, -5,
3. Barisan 3, 2
, 2, 1

, ...

Pada setiap barisan di atas, terlihat bahwa selisih dua suku yang berurutan selalu tetap
(konstan). Barisan dengan ciri seperti itu disebut barisan aritmetika dan selisih dua suku yang
berurutan disebut beda dan dilambangkan dengan b.
1. Beda barisan 2, 4, 6, 8, dapat diketahui dengan cara mengurangkan suku barisan (kecuali
suku awal) dengan suku sebelumnya. Jadi beda barisan tersebut adalah b = 4 2 = 6 4 = 8

6=2.
2. Beda barisan 4, 1, -2, -5, adalah b =1 4 = (2) 1 = (5) (2) = 3.
3. Beda barisan 3, 2
, 2, 1
, ... adalah b = 2
3=22
=1

2=

Jika kita ingin menentukan suku ke sekian dari suatu barisan aritmetika, berarti kita
harus mempunyai rumus untuk suku ke-n dari barisan aritmetika. Misalkan suku awal dan
beda dari barisan aritmetika dilambangkan dengan a dan b. Untuk menentukan rumus suku
ke-n suatu barisan aritmetika, perhatikan bagan berikut ini.
u1

u2

u3

a+b

un

a + 2b

a + (n 1) b

Jadi berdasarkan bagan di atas diperoleh rumus suku ke-n dari


barisan aritmetika yaitu un = a + (n 1) b.
Kita telah bersama-sama mempelajari barisan aritmetika. Sekarang kita akan
mempelajari barisan lain yang juga sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari yaitu
barisan geometri.
Contoh barisan 1, 2, 4, 8, 16 ...
Pada barisan itu perbandingan yang tetap adalah

=2

Perbandingan yang tetap itu disebut rasio dan dilambangkan dengan r. Jadi rasio barisan 1, 2,
4, 8, 16, adalah r = 2 .
Barisanyang mempunyai perbandingan tetap antara suku-suku yang berurutan disebut
barisan geometri. Jadi secara umum, barisan geometri berbentuk :
u1, u2, u3, u4, u5, ..... un dengan

r dimana r adalah konstanta.


Selanjutnya, kita bisa menentukan rumus suku ke-n dari barisan geometri tersebut

= r sehingga u2= u1 r

= r sehingga u3 = u2r, karena u2= u1 r maka u3 = u1.r.r = u1 r2

= r sehingga u4 = u3r, karena u3 = u1 r2maka u4= u1.r2.r = u1 r3

dan seterusnya sampai dengan suku ke-n yaitu un = u1rn-1


Jadi rumus suku ke-n dari suatu barisan geometri adalah un = u1rn-1
NOTASI SIGMA
Notasi sigma banyak digunakan dalam matematika khususnya bidang statistika.
Penggunaan notasi sigma di dalam statistika antara lain digunakan dalam menentukan mean,
simpangan baku, dan ragam. Sebelum membahas notasi sigma, perhatikan jumlah lima
bilangan ganjil berikut ini. : 1 + 3 + 5 + 7 + 9
Pola barisan tersebut adalah sebagai berikut.
Suku ke-1 = 1= 2(1) 1
Suku ke-2 = 3 = 2(2) 1
Suku ke-3 = 5 = 2(3) 1
Suku ke-4 = 7 = 2(4) 1
Suku ke-5 = 9 = 2(5) 1
Jadi secara umum pola barisan bilangan di atas adalah 2k 1 dengan k = 1, 2, 3, 4, 5.
Penjumlahan lima bilangan asli yang ganjil di atas dapat disingkat dengan menggunakan
notasi sigma. Lambang notasi sigma adalah yang merupakan huruf kapital Yunani yang
berarti penjumlahan. Notasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler pada tahun
1755. Jadi penulisan 1 + 3 + 5 + 7 + 9 dengan

Bilangan real adalah bilangan dengan yang sudah Anda kenal dalam kehidupan sehari-hari:
bilangan bulat, pecahan, desimal, dan akar, misalnya. [
Awal perkembangan aritmatika
Aritmatika tumbuh dari kebutuhan yang orang untuk menghitung benda-benda. Misalnya,
laki-laki atau perempuan Zaman Batu mungkin diperlukan untuk menghitung jumlah anak
yang mereka miliki.
Kemudian, satu orang mungkin ingin mengetahui jumlah lembu yang akan diberikan dalam
pertukaran untuk istri atau suami. Selama berabad-abad, namun, menghitung mungkin tidak
pernah melampaui 10 panggung, jumlah jari mana yang bisa mencatat jumlah objek.
Pada beberapa waktu, orang mulai menyadari bahwa angka bisa berdiri untuk sesuatu selain
benda-benda nyata. Mereka mengerti bahwa empat ekor lembu, empat batu, empat bintang,

dan empat keranjang semua memiliki sesuatu yang sama, sebuah fourness yang dapat
diungkapkan oleh beberapa simbol, seperti 4.
Tampaknya bangsa Sumeria kuno Mesopotamia (setelah 4000 SM) adalah yang pertama
untuk mengembangkan cara-cara sistematis berurusan dengan angka dalam arti yang abstrak.
Sejauh ini yang paling maju matematis dari peradaban kuno Mesir, Babilonia, India, dan
Cina. Masing-masing peradaban ini tahu tentang dan digunakan bilangan bulat, pecahan, dan
aturan dasar untuk menangani nomor tersebut.
Mereka menggunakan aritmatika untuk memecahkan masalah tertentu dalam bidang-bidang
seperti perdagangan dan perdagangan, tetapi mereka belum mengembangkan sistem teoritis
aritmatika.
Pembentukan sistem aritmatika teoritis seperti terjadi di antara orang-orang Yunani kuno di
abad ketiga SM Orang Yunani mengembangkan seperangkat teorema untuk menangani angka
dalam arti abstrak, tidak hanya untuk tujuan perdagangan.

Barisan dan Deret Aritmetika membahas khusus tentang kumpulan suatu bilangan yang
memiliki pola tersendiri. Disini akan dibedakan tentang barisan dan deret. Adapun materi
yang akan kita pelajari pada barisan dan deret aritmetika adalah barisan, sisipan, suku tengah,
dan jumlah n suku pertama suatu deret aritmetika. Selain barisan dan deret aritmetika, juga
akan dibahas tentang barisan dan deret geometri, silahkan dibaca pada artikel "Barisan dan
Deret Geometri". Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan masing-masing berikut
ini.

Barisan Aritmetika
Pengertian barisan
Barisan merupakan kumpulan suatu bilangan (atau bentuk aljabar) yang disusun
sehingga membentuk suku-suku yang dipisahkan dengan tanda koma dan memiliki pola
tertentu. Bentuknya disusun sebagai berikut :

u1,u2,u3,u4,u5,u6,u7,....
Keterangan :

u1 artinya suku ke-1 (suku pertama)


u2
artinya suku ke-2 (suku kedua)
dan seterusnya....

Contoh : Berikut beberapa contoh barisan!


1). Barisan bilangan ganjil : 1, 3, 5, 7, ....
Keterangan :
suku ke-1 (suku pertama) adalah 1 (u1=1),
suku ke-2 (suku kedua) adalah 3 (u2=3),
suku ke-3 (suku ketiga) adalah 5 (u3=5),
dan seterusnya ....
2). Barisan bilangan genap : 2, 4, 6, 8, ....
3). Barisan sebarang : 1, 5, 3, -2, 5, 7, ...
Pengertian barisan aritmetika
Barisan Aritmetika merupakan suatu barisan yang memiliki selisih yang sama antara
dua suku-suku yang berdekatan. Nilai selisih yang sama itu dinamakan bedanya yang
disimbulkan dengan huruf b
.
Misal barisannya : u1,u2,u3,u4,u5,u6,u7,....
Cara menghitung bedanya (b) adalah

b=u2u1=u3u2=u4u3=.....=unun1
Adapun rumus suku ke-n nya adalah un=a+(n1)b
dengan a = suku pertamanya (u1), b = bedanya, dan un = suku ke-n
Dari rumus suku ke-n nya, dapat disusun barisan aritmetikanya,

un=a+(n1)b
u1=a+(11)b=a
u2=a+(21)b=a+b
u3=a+(31)b=a+2b
u4=a+(41)b=a+3b
u5=a+(51)b=a+4b
dan seterusnya .....
sehingga barisan aritmetikanya : a,a+b,a+2b,a+3b,....
Contoh :
1). Dari barisan berikut ini, manakah yang merupakan barisan aritmetika?

a). 1, 3, 5, 7, ..... b). 2, 5, 8, 11, 14, ....


c). 1, 2, 5, 7, 8, .... d). 3, 5, 6, 2, 12, .... e). 4, 2, 0, -2, -4, ....
Penyelesaian :
Disebut barisan aritmetika jika selisih dua suku yang berdekatan sama. Mari kita cek setiap
barisan yang ada.
a). 1,3+2,5+2,7+2,....
Karena selisihnya selalu sama antara dua suku yang berdekatan, maka barisan ini termasuk
barisan aritmetika dengan bedanya 2. Cara mencari bedanya : b=31=2 atau

b=53=2 atau b=75=2 dan seterusnya.


b). 2,5+3,8+3,11+3,14+3,....
Selisihnya sama, sehingga termasuk barisan aritmetika dengan bedanya 3.
c). 1,2+1,5+3,7+2,8+1,....
Selisihnya tidak sama, sehingga bukan termasuk barisan aritmetika.
d). 3,5+2,6+1,24,12+10,....
Selisihnya tidak sama, sehingga bukan termasuk barisan aritmetika.
e).

4,22,02,22,42,...
.
Selisihnya sama, sehingga termasuk barisan aritmetika dengan bedanya -2. Cara mencari
bedanya :

b=u2u1=24=2 atau b=u3u2=02=2 dan seterusnya.


2). Tentukan suku ke-101 dari barisan aritmetika -1, 3, 7, 11, 15, ....?
Penyelesaian :
*). dari barisannya diperoleh a=1 dan b=73=4
*). Menentukan suku ke-101 dengan un=a+(n1)b

u101=a+(1011)b=1+1004=1+400=399
Jadi, suku ke-101 nya adalah 399 (u101=399).
3). Diketahui suku ke-2 dan suku ke-4 suatu barisan aritmetika berturut-turut 6 dan 14.
Tentukan nilai suku ke-11 nya!
Penyelesaian : diketahui u2=6 dan u4=14
Untuk menentukan nilai suku pada suatu barisan, kita memerlukan nilai a dan bedanya (b)
dengan menjabarkan suku-suku yang diketahui.
*). Rumus suku ke-n:un=a+(n1)b

u4=a+(41)b=a+3ba+3b=14 .... pers(i)


u2=a+(21)b=a+ba+b=6 .... pers(ii)
*). Menentukan nilai a dan b dengan eliminasi pers(i) dan pers(ii)

a+3b=14a+b=62b=8b=4
Pers(ii) : a+b=6a+4=6a=2
*). Menentukan suku ke-11

u11=a+(111)b=2+104=2+40=42
Jadi, suku ke-11 nya adalah 42.
4). Tentukan banyak bilangan antara 1 sampai 500 yang habis dibagi oleh 3 !
Penyelsaian :
*). Kita daftar dulu barisan bilangan yang habis dibagi 3 antara 1 sampai 500
barisannya : 3, 6, 9, 12, ... , 498
diperoleh a=3 dan b=63=3
*). Untuk menentukan banyak suku, kita gunakan suku terakhirnya.
Suku terakhir = 498 artinya un=498

una+(n1)b3+
(n1)33+3n33nn=498=498=498=498=498=4983=166
artinya suku terakhir adalah suku ke-166, ini menandakan bahwa banyaknya suku ada 166
suku.
5). Jika suku-suku 2k+2,k+7, dan 3k+6 merupakan tiga suku pertama berurutan barisan
aritmetika, tentukan besarnya suku ke-11?
Penyelesaian :
Diketahui : u1=2k+1,u2=k+7, dan u3=3k+6
*) Tiga suku berurutan barisan aritmetika, selisihnya sama :

u2u1(k+7)(2k+2)k+55+16k=u3u2=(3k+6)
(k+7)=2k1=2k+k=3k=63=2
diperoleh nilai k=2
*). Menentukan besarnya suku pertama (a) dan bedanya (b) dengan k=2

a=u1=2k+2=2.2+2=6

u2=k+7=2+7=9
b=u2u1=96=3

Blog Koma - Penyajian Data merupakan salah satu materi bagian dari Statistika. Untuk
penyajian data, data kita bagi menjadi dua bagian yaitu data tunggal dan data berkelompok.
Untuk pengertian data tunggal dan data berkelompok, baca materi "statistika secara umum".
Penyajian Data Tunggal
Data tunggal dapat disajikan dalam bentuk : Tabel, diagram batang, diagram garis,
diagram lingkaran, diagram batang daun, dan diagram kotak garis.
Berikut penjelasan masing-masing penyajian data tunggal.
a). Tabel
Penyajian data tunggal dalam bentuk tabel dinamakan tabel distribusi frekuensi tunggal.
Di sini langsung melibatkan frekuensinya masing-masing.
Contoh :
Berikut adalah data ulangan harian matematika dari 30 siswa kelas XI.
7, 8, 6, 8, 7, 7,
6, 6, 6, 7, 7, 7,
7, 7, 8, 6, 6, 6,
7, 7, 5, 5, 7, 7,
6, 6, 8, 8, 5, 6
Dari kumpulan dita di atas, susunlah dalam bentuk tabel!.
Penyelesaian :
Dari data di atas, terdapat beberapa nilai yang sama.
*). nilai amatan 5 muncul sebanyak 3 sehingga frekuensinya f=3
*). nilai amatan 6 muncul sebanyak 10 sehingga frekuensinya f=10
*). nilai amatan 7 muncul sebanyak 12 sehingga frekuensinya f=12
*). nilai amatan 8 muncul sebanyak 5 sehingga frekuensinya f=5
Tabel distribusi frekuensi tunggalnya,

Tally(Turus) menyatakan tanda yang menunjukkan banyakknya data.


b). Diagram Batang
Diagram batang adalah diagram penyajian data dalam bentuk batang atau kotak yang
dicatat dalam interval tertentu pada bidang cartesius. Ada dua jenis diagram batang, yaitu
diagram batang vertikal dan diagram batang horizontal.
Contoh :
Jumlah lulusan SMA X di suatu daerah dari tahun 2001 sampai tahun 2004 adalah sebagai
berikut.

Nyatakan data di atas dalam bentuk diagram batang.


Penyelesaian :
Data tersebut dapat disajikan dengan diagram batang sebagai berikut.

c). Diagram Garis


Diagram garis adalah diagram penyajian data dalam bentuk garis. Diagram garis
biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan yang berkesinambungan.
Contoh :

Dalam enam bulan pertama tahun 2007, pemakaian daya listrik dari koperasi ABC seperti
tertuang pada tabel berikut.

Sajikan data diatas ke dalam diagram garis dan kemudian tafsirkan.!


Penyelesaian :

Dari diagram garis di atas dapat dibaca dan ditafsirkan, misalkan :


*). Pada bulan Januari - Februari pemakaian listrik bertambah dengan kemiringan garisnya
positif.
*). Pada bulan Februari - Maret pemakaian listrik menurun dengan kemiringan garisnya
negatif.
*). Dari bulan Maret - Juni pemakaian listrik semakin meningkat dengan kemiringan garisnya
positif untuk setiap bulannya, meskipun kemiringannya ini masih lebih kecil dibandingkan
dengan periode bulan Januari - Februari.
d). Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah diagram penyajian data dalam bentuk lingkaran. Bagianbagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagianbagian atau persen dari keseluruhan. Untuk
membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu ditentukan besarnya persentase tiap objek
terhadap keseluruhan data dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran.
Cara menentukan besar sudut dan persentase datanya,

Besar persentase :
Persentase nilai A = banyak

Ajumlah seluruh data100%

Besar Sudut :
Sudut nilai A = banyak

Ajumlah seluruh data360

Untuk memudahkan mengingat, pada lingkaran berlaku perbandingan :

banyak nilai Ajumlah seluruh data=Sudut A360=Persen


A100%
Contoh :
Tabel berikut menunjukkan banyaknya siswa di suatu kabupaten menurut tingkat sekolah
pada tahun 2007.

Sajikan data di atas dalam diagram lingkaran dan tentukan besar persentasenya masingmasing!
Penyelesaian :
Jumlah seluruh siswa adalah 1.000 orang. Seluruh siswa diklasifikasikan menjadi 5 katagori:
SD = 175 orang, SMP = 600 orang, dan SMA = 225 orang.
*). Menentukan besarnya persentase masing-masing :
siswa SD = 1751000100%=17,5%
siswa SMP = 6001000100%=60%
siswa SMA = 2251000100%=22,5%
*). Menentukan besarnya sudut masing-masing :
siswa SD = 1751000360=63
siswa SMP = 6001000360=216
siswa SMP = 2251000360=81
Berikut diagram lingkarannya :

e). Diagram Batang Daun


Dalam diagram batang daun, data yang terkumpul diurutkan terlebih dulu dari data
ukuran terkecil sampai dengan ukuran yang terbesar. Diagram batang daun terdiri dari dua

bagian yaitu batang dan daun. Bagian batang memuat angka puluhan dan bagian daun
memuat angka satuan. Dari pengertian ini, berarti diagram batang daun cocok digunakan
untuk data yang besarnya sampai puluhan saja.
Contoh :
Buatlah diagaram batang daun dari data berikut.
45, 10, 20, 31, 48, 20, 29, 27, 11, 8,
25, 21, 42, 24, 22, 36, 33, 22, 23, 13,
34, 29, 25, 39, 32, 38, 50, 5
Penyelesaian :
Diagram batang daunnya adalah

Dari diagram batang daun di atas dapat dibaca sebagai berikut :


*). Ukuran terkecil (nilai terkecil) adalah 5,
*). Ukuran terbesar adalah 50,
*). Ukuran ke-1 sampai ke-9 adalah 5, 8, 10, 11, 20, 20, 21, 22, 22.
*). Ukuran ke-16 (nilai ke-16) adalah 29.
f). Diagram Kotak Garis
Data statistik yang dipakai untuk menggambarkan diagram kotak garis adalah statistik
lima serangkai, yang terdiri dari data ekstrim (data terkecil dan data terbesar) dan kuartil
(Q1,Q2,Q3). Untuk materi yang berkaitan menetukan besarnya kuartil, silahkan baca
materi "Ukuran Pemusatan Data".
Contoh :
Diketahui data sebagai berikut:
41, 52, 66, 86, 91, 65, 86, 88, 41, 62, 42, 59, 72, 99, 53,
69, 87, 93, 64, 44, 64, 42, 92, 54, 78, 86, 92, 100, 79, 47
Buatlah statistik lima serangkai dan diagram kotak garisnya!
Penyelesaian :
*). Data diurutkan terlebih dahulu,
41, 41, 42, 42, 44, 47, 52, 53, 54, 59, 62, 64, 64, 65, 66, 69,
72, 78, 79, 86, 86, 86, 87, 88, 91, 92, 92, 93, 99, 100
*). Menentukan unsur-unsur statistik lima serangkai,

xmin=41 (nilai terkecil)


xmax=100 (nilai tertinggi)
Q1=53 (nilai kuartil bawah)
Q2=67,5 (nilai kuartil tengah atau median)

Q3=87 (nilai kuartil atas)


*). Statistik lima serangkainya :

*). Diagram kotak garis

Penyajian Data Berkelompok


Data tunggal dapat diolah menjadi bentuk-bentuk interval tertentu, data tersebut disebut
data berkelompok. Data berkelompok dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
berkelompok, histogram, poligon, dan ogif(ogive).
i). Tabel Distribusi Frekuensi berkelompok
Data yang berukuran besar (n>30) lebih tepat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
berkelompok, yaitu cara penyajian data yang datanya disusun dalam kelas-kelas tertentu.
Langkah-langkah menyusun Tabel Distribusi Frekuensi berkelompok
1). Tentukan jangkauannya (J), J = nilai terbesar - nilai terkecil.
2). Menentukan banyak interval (K) dengan rumus "Sturgess" yaitu: K=1+3,3logn
dengan n adalah banyak data.
Banyak kelas harus merupakan bilangan bulat positif hasil pembulatan terbaik.

3). Menentukan panjang interval kelas (I) dengan menggunakan rumus: I=JK
4). Menentukan batas-batas kelas. Data terkecil harus merupakan batas bawah interval kelas
pertama atau data terbesar adalah batas atas interval kelas terakhir.
5). Memasukkan data ke dalam kelas-kelas yang sesuai dan menentukan nilai frekuensi setiap
kelas dengan sistem turus atau frekuensi.
Contoh :
Seorang peneliti mengadakan penelitian tentang berat badan dari 35 orang.
Data hasil penelitian itu (dalam kg) diberikan berikut ini:
48 32 46 27 43 46 25 41 40 58 16 36
21 42 47 55 60 58 46 44 63 66 28 56
50 21 56 55 25 74 43 37 51 53 39
Sajikan data tersebut ke dalam tabel distribusi frekuensi.!
Penyelesaian :
Langkah-langkah menyusun tabel distribusi frekuensi
1). Jangkauan (J) = XmaxXmin=7416=58.
2). Banyak kelas (K) =1+3,3logn=1+3,3log35=6,095. Banyak kelas dibulatkan
menjadi "6".
3). Panjang interval kelas (I) adalah I=JK=586=9,67 .
Panjang interval kelas dibulatkan menjadi "10" (selalu bulatkan ke atas). Dengan panjang
interval kelas = 10 dan banyak kelas = 6, diperoleh tabel distribusi frekuensi berikut.

Dari tabel diperoleh beberapa informasi :


*). Banyak kelas (K) ada enam kelas yaitu 16 - 25, 26 - 35, 36 - 45, 46 - 55, 56 - 65, 66 - 75
*). Panjang kelas (I) adalah 10 , misalkan : 16 - 25 memuat nilai 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, dan 25 yaitu mengkover 10 nilai (datum).
*). Setiap kelas memiliki batas bawah kelas dan batas atas kelas.
Kelas ke-1 : 16 - 25 , batas bawahnya 16 dan batas atasnya 25
Kelas ke-2 : 26 - 35 , batas bawahnya 26 dan batas atasnya 35
Kelas ke-3 : 36 - 45 , batas bawahnya 36 dan batas atasnya 45
Kelas ke-4 : 46 - 55 , batas bawahnya 46 dan batas atasnya 55
Kelas ke-5 : 56 - 65 , batas bawahnya 56 dan batas atasnya 65

Kelas ke-6 : 66 - 75 , batas bawahnya 66 dan batas atasnya 75


*). Setiap kelas memiliki nilai tengah, nilai tengah = 12 (batas bawah + batas atas)
Kelas ke-1 : 16 - 25 , nilai tengah x1=12(16+25)=20,5
Kelas ke-2 : 26 - 35 , nilai tengah x2=12(26+35)=30,5
Kelas ke-3 : 36 - 45 , nilai tengah x3=12(36+45)=40,5
Kelas ke-4 : 46 - 55 , nilai tengah x4=12(46+55)=50,5
Kelas ke-5 : 56 - 65 , nilai tengah x5=12(56+65)=60,5
Kelas ke-6 : 66 - 75 , nilai tengah x6=12(66+75)=70,5
*). Setiap kelas memiliki tepi bawah kelas dan tepi atas kelas.
Tepi bawah = batas bawah - 0,5 .
Tepi atas = batas atas + 0,5 .
Kelas ke-1 : 16 - 25 , tepi bawahnya 16 - 0,5 = 15,5 dan tepi atasnya 25 + 0,5 = 25,5
Kelas ke-2 : 26 - 35 , tepi bawahnya 26 - 0,5 = 25,5 dan tepi atasnya 35 + 0,5 = 35,5
Kelas ke-3 : 36 - 45 , tepi bawahnya 36 - 0,5 = 35,5 dan tepi atasnya 45 + 0,5 = 45,5
Kelas ke-4 : 46 - 55 , tepi bawahnya 46 - 0,5 = 45,5 dan tepi atasnya 55 + 0,5 = 55,5
Kelas ke-5 : 56 - 65 , tepi bawahnya 56 - 0,5 = 55,5 dan tepi atasnya 65 + 0,5 = 65,5
Kelas ke-6 : 66 - 75 , tepi bawahnya 66 - 0,5 = 65,5 dan tepi atasnya 75 + 0,5 = 75,5
ii). Histogram
Histogram adalah diagram yang menyajikan data dari tabel distribusi frekuensi dengan
bentuk batang dan berimpitan. Sumbu mendatar (sumbu x) menyatakan tepi kelas, dan
sumbu tegak (sumbu y) menyatakan frekuensi. Untuk pembuatan histogram, pada setiap
interval kelas diperlukan tepi-tepi kelas. Tepi-tepi kelas ini digunakan unntuk menentukan
titik tengah kelas. Penyajian histogram dapat disajikan berdasarkan tepi-tepi kelas atau
berdasarkan nilai tengah.
*). nilai tengah = 12
(batas bawah + batas atas)
atau
*). nilai tengah = 12 (tepi bawah + tepi atas) .
*). Tepi bawah kelas ke-k
= 12 [ Nilai tengah kelas ke-(k1) + Nilai tengah kelas ke-k ]
*). Tepi atas kelas ke-k
= 12 [ Nilai tengah kelas ke-k + Nilai tengah kelas ke-(k+1) ]
*). Panjang kelas
= Nilai tengah kelas ke-(k+1) Nilai tengah kelas ke-k
Contoh :
Dari tabel angket berikut, buatlah histogramnya.!

Penyelesaian :
Histogram yang disajikan berdasarkan tepi-tepi kelas

iii). Poligon frekuensi


Poligon frekuensi adalah diagram garis yang menghubungkan setiap titik tengah batang
bagian atas dari suatu histogram dan batang - batangnya dihapus.
Contoh :
Hasil pengukuran berat badan terhadap 100 siswa SMP X digambarkan dalam distribusi
bergolong seperti di bawah ini. Sajikan data tersebut dalam histogram dan poligon frekuensi.

Penyelesaian :
Histogram dan poligon frekuensi dari tabel di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Frekuensi Relatif dan Kumulatif


Frekuensi relatif dari suatu data adalah dengan membandingkan frekuensi pada interval
kelas itu dengan banyak data dinyatakan dalam persen.
Frekuensi relatif kelas ke-k
= frekuensi

kelas ke-kTotal data100%

Frekuensi kumulatif kelas ke-k adalah jumlah frekuensi pada kelas yang dimaksud
dengan frekuensi kelas-kelas sebelumnya.
Ada dua macam frekuensi kumulatif, yaitu :
1) frekuensi kumulatif "kurang dari" ("kurang dari" diambil terhadap tepi atas kelas).
2) frekuensi kumulatif "lebih dari" ("lebih dari" diambil terhadap tepi bawah kelas).
contoh :
Dari tabel distribusi frekuensi berikut,

Tentukan :
a). Frekuensi kumulatif untuk interval 46 - 55 (kelas ke-4),
b). Frekuensi kumulatif lebih dari,
c). Frekuensi kumulatif kurang dari.
Penyelesaian :
a). Frekuensi relatif kelas ke-4
= frekuensi

kelas ke-4Total data100%=1035100%=28,57% .

b). Frekuensi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas)


*). kelas ke-1 : 16 - 25 , tepi atas 25 + 0,5 = 25,5.
frekuensi kumulatif kurang dari 25,5 adalah 5
*). kelas ke-2 : 26 - 35 , tepi atas 35 + 0,5 = 35,5.
frekuensi kumulatif kurang dari 35,5 adalah 5 + 3 = 8
*). kelas ke-3 : 36 - 45 , tepi atas 45 + 0,5 = 45,5.
frekuensi kumulatif kurang dari 45,5 adalah 5 + 3 + 9 = 17
*). kelas ke-4 : 46 - 55 , tepi atas 55 + 0,5 = 55,5.
frekuensi kumulatif kurang dari 55,5 adalah 5 + 3 + 9 + 10 = 27
*). kelas ke-5 : 56 - 65 , tepi atas 65 + 0,5 = 65,5.
frekuensi kumulatif kurang dari 65,5 adalah 5 + 3 + 9 + 10 + 6 = 33
*). kelas ke-6 : 66 - 75 , tepi atas 75 + 0,5 = 75,5.
frekuensi kumulatif kurang dari 75,5 adalah 5 + 3 + 9 + 10 + 6 + 2 = 35
c). Frekuensi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah)
*). kelas ke-1 : 16 - 25 , tepi bawah 16 - 0,5 = 15,5.
frekuensi kumulatif lebih dari 15,5 adalah 5 + 3 + 9 + 10 + 6 + 2 = 35
*). kelas ke-2 : 26 - 35 , tepi bawah 26 - 0,5 = 25,5.
frekuensi kumulatif lebih dari 25,5 adalah 3 + 9 + 10 + 6 + 2 = 30
*). kelas ke-3 : 36 - 45 , tepi bawah 36 - 0,5 = 35,5.
frekuensi kumulatif lebih dari 35,5 adalah 9 + 10 + 6 + 2 = 27
*). kelas ke-4 : 46 - 55 , tepi bawah 46 - 0,5 = 45,5.
frekuensi kumulatif lebih dari 45,5 adalah 10 + 6 + 2 = 18
*). kelas ke-5 : 56 - 65 , tepi bawah 56 - 0,5 = 55,5.
frekuensi kumulatif lebih dari 55,5 adalah 6 + 2 = 8
*). kelas ke-6 : 66 - 75 , tepi bawah 66 - 0,5 = 65,5.
frekuensi kumulatif lebih dari 65,5 adalah 2

iv). Ogif (ogive)


Grafik yang menunjukkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif lebih
dari dinamakan poligon kumulatif. Untuk populasi yang besar, poligon mempunyai banyak
ruas garis patah yang menyerupai kurva sehingga poligon frekuensi kumulatif dibuat mulus,
yang hasilnya disebut ogif.
Ada dua macam ogif, yaitu sebagai berikut.
a. Ogif dari frekuensi kumulatif kurang dari disebut ogif positif.
b. Ogif dari frekuensi kumulatif lebih dari disebut ogif negatif.
Contoh :
Hasil tes ulangan Matematika terhadap 40 siswa kelas XI IPA digambarkan dalam tabel di
bawah ini.

Gambarlah ogif naik dan ogif turun.


Penyelesaian :
*). Daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari

*). Berikut diagram ogif (ogive) dari tabel di atas.

Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori


probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel,
unit sampel, dan probabilitas.

Deret aritmetika
Jumlah n
suku pertama deret aritmetika
Deret aritmetika merupakan jumlahan dari suku-suku pada barisan aritmetika. Jumlahan
yang dimaksud adalah penjumlahan untuk beberapa suku berhingga (n
suku pertama). Simbol yang digunakan adalah sn yang artinya jumlah n suku pertama.
Misalkan :

s1=u1 (jumlah 1 suku pertama)

s2=u1+u2 (jumlah 2 suku pertama)


s3=u1+u2+u3 (jumlah 3 suku pertama)
s4=u1+u2+u3+u4 (jumlah 4 suku pertama)
dan seterusnya.
Bagaimana kalau yang dijumlahkan sukunya banyak sekali, maka kita akan menggunakan
rumusnya langsung. Berikut rumus jumlah n suku pertama berdasarkan :
*). Diketahui suku pertama (u1) dan suku terakhirnya (un),

sn=n2(u1+un)
*). Diketahui suku pertama (u1=a) dan bedanya (b),

sn=n2(2a+(n1)b)
*). Diketahui banyak suku (n suku) dan suku tengahnya (ut),
Rumus suku tengahnya : ut=u1+un2
Rumus jumlahnya : sn=n2(u1+un)=n.u1+un2=n.ut
Sehingga : sn=n.ut
Ketiga rumus sn di atas memberikan hasil yang sama. Jika sobat tidak ingin mengingat
ketiganya, cukup ingat rumus kedua saja yaitu sn=n2(2a+(n1)b)
Contoh :
1). Tentukan jumlah 11 suku pertama dari barisan 2, 4, 6, 8, ....?
Penyelesaian :
*). Dari barisan diperoleh a=2 dan b=42=2
Jumlah 11 suku pertamanya :

sns11=n2(2a+
(n1)b)=112(2.2+(111)2)=112(4+20)=112(24)=11.12=132
2). Diketahui suatu barisan aritmetika yang terdiri dari 11 suku dengan suku tengahnya
adalah 34. Tentukan jumlah 11 suku pertama barisan tersebut.!
Penyelesaian :
Diketahui n=11 dan ut=34
Sehingga jumlah 11 suku pertamanya adalah :

sn=n.uts11=11.34=374

3). Tentukan jumlah semua bilangan antara 5 sampai 200 yang habis dibagi 4!
Penyelesaian :
*). Pertama kita daftar dulu bilangan-bilangan yang habis dibagi 4 antara 5 sampai 200.
Bilangannya : 8, 12, 16 ... , 196
dengan a=8 dan b=84=4
*). Menentukan banyaknya suku dengan menggunakan suku terakhir (un=196)

una+(n1)b8+
(n1)48+4n44nn=196=196=196=196=192=1924=48
artinya ada 48 bilangan yang habis dibagi 4 antara 5 sampai 200 .
Sehingga jumlah semua bilangan 8+12+16+....+196 yang ada 48 suku

sns48=n2(u1+un)=482(8+196)=24204=4896
Jadi, jumlah semua bilangan yang habis dibagi 4 antara 5 sampi 200 adalah 4.896
Barisan dan deret Aritmetika juga sering dikaitkan dengan persamaan kuadrat dan
fungsi kuadrat dalam penyelesaian suatu soal SBMPTN atau soal-soal masuk perguruan
tinggi negeri. Silahkan juga baca materi mengenai persaman dan fungsi kuadrat.

Anda mungkin juga menyukai