Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATEMATIKA

(Barisan, Deret, Logaritma & Eksponen)

Fawaz F. Siradjudin

XII IPA 1

SMA Negeri 17 BEKASI


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan interkasinya
dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika dalam
interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan peralatan yang digunakan. Ilmu matematika
sekarang ini masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri,
asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik. Mengingat peranan
matematika yang semakin besar dalam tahun-tahun mendatang, tentunya banyak sarjana
matematika yang sangat dibutuhkan yang sangat terampil, andal, kompeten, dan berwawasan
luas, baik di dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam disiplin ilmu lainnya yang saling
menunjang. Untuk menjadi sarjana matematika tidaklah mudah, harus benar-benar serius
dalam belajar, selain harus belajar matematika, kita juga harus mempelajari bidang-bidang
ilmu lainnya. Sehingga, jika sudah menjadi sarjana matematika yang dalam segala bidang
bisa maka sangat mudah untuk mencari pekerjaan.
Ilmu matematika merupakan mata pelajaran yang pasti diajarkan baik di SD,
SMP,maupun SMA. Di SMA biasanya materi yang diajarkan merupakan pengembangan
darimateri di jenjang sebelumnya, seperti halnya materi eksponen dan logaritma.
Ketika berbicara tentang matematika yang terbayang adalah bahwa matematika itu sulit.
Sebab yang terpikir adalah teori-teori dan rumus-rumus yang banyak dan merepotkan.
Padahal, justru disitulah letak daya tarik matematika, mampu mengasah kesabaran dan
ketajaman logika seseorang. Matematika selalu dilibatkan dan dibutuhkan oleh seluruh
bidang keilmuan dan segalaaspek kehidupan, termasuk ilmu kimia, fisika dan bidang ilmu
lainnya. Hubungan antarakimia, fisika dengan matematika seolah hubungan ibu dan anak.
Dimana sang anak selalu bersandar pada ibunya untuk memecahkan segala kerumitan
hidupnya. Matematika selalu dibutuhkan oleh ilmu kimia untuk menyelesaikan
permasalahannya, misalnya penggunaanlogaritma dalam menentukan derajat keasaman.
Dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi maupun dalam kehidupan sehari-hari, eksponen dan
logaritma seringkali digunakan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa pertumbuhan.
Misalnya uang yang di investasikan di bank, pertambahan penduduk dan lain sebagainya. Hal
ini dikarenakan logaritma merupakan invers atau kebalikan dari eksponen. Logaritma juga
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah eksponen yang sulit untuk dicari akar-akar
atau penyelesaiannya

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, pemakalah dapat
merumuskan pembahasan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan barisan dan deret ?
2. Bagaimana menghitung dan menentukan jumlah baris dan deret aritmatika ?
3. Bagaimana menghitung dan menentukan jumlah baris dan deret geometri ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pola bilangan, barisan dan deret
2. Untuk mengetahui cara menghitung barisan dan deret aritmatika
3. Untuk mengetahui cara menghitung baris dan deret geometri
A. Pengertian Barisan dan Deret

1. Barisan Bilangan

Perhatikan susunan bilangan berikut :


a. 1, 2, 3, 4, 5,…; dinamakan barisan bilangan asli
b. 2, 4, 6, 8, 10,…; dinamakan barisan bilangan asli genap
c. 1, 3, 6, 10, 15,…; dinamakan barisan bilangan segitiga
d. 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13,…; dinamakan barisan bilangan Fibonacci

Bilangan-bilangan yang membentuk suatu barisan disebut suku-suku barisan.


Bilangan pertama atau suku pertama dilambangkan dengan u1, suku kedua dengan u2, suku
ketiga dengan u3, suku ke-k dengan uk,…, demikian seterusnya sampai suku ke-n dengan
un (n bilangan asli).
Indeks n menyatakan banyaknya suku dalam barisan itu. Untuk nilai n bilangan asli
berhingga, barisan itu dinamakan barisan berhingga. Suku ke-n dilambangkan dengan
undisebut suku umum barisan. Pada umumnya, suku ke-n atau un merupakan fungsi dengan
daerah asal (domain) bilangan asli n.
Barisan bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola atau aturan tertentu
antara satu bilangan dengan bilangan berikutnya. Jika bilangan pertama u1, bilangan kedua u2,
bilangan ketiga u3, …, dan bilangan ke-n adalah un, maka barisan bilangan itu dituliskan
sebagai u1, u2, u3, ... , uk, ... , un

B. Barisan Aritmatika

Perhatikan barisan aritmatika 1, 3, 5, 7,… dan 2, 4, 6, 8,….; setiap selisih anatara dua suku
yang berurutat adalah tetap nilainya yaitu:
3-1 = 5-3 = 7-5 =…= 2
4-2 = 6-4 = 8-6 =…= 2

Secara umum u1, u2, u3, ... , un adalah barisan aritmatika apabila u 2 – u1 = u3 – u2 = u4 –
u3 =konstanta. Konstanta ini disebut beda dan dinyatakan dengan b.
Sehingga barisan aritmatika dapat kita definisikan sebagai berikut:
Barisan aritmatika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua suku yang berurutan
selalu tetap. Bentuk umum : u1, u2, u3, ... , un atau a, ( a + b ), ( a + 2b ), ... , (a + (n – 1) b)
Pada barisan aritmatika, berlaku un – un-1 = b , sehingga un = un-1 + b.

a. Rumus umum suku ke-n pada Barisan Aritmatika


Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku pertama a dan beda b, maka suku barisan itu
dapat divisualisasikan sebagai berikut :
I u1 = a
I u2 = a + b
I u3 = a + 2b
I u4 = a + 3b
I un = a + ( n -1 ) b
Berdasarkan pola atau keteraturan suku-suku barisan di atas, maka rumus suku ke-n untuk
barisan aritmatika dapat ditentukan dengan hubungan berikut.
Misalkan suatu barisan aritmatika dengan suku pertama a dan beda b, rumus umum suku ke-n
dari barisan aritmatika itu ditentukan oleh : I un = a + ( n -1 ) b

b. Suku tengah pada barisan aritmatika


Suku tengah suatu barisan aritmatika dapat ditentukan melalui deskripsi berikut ini.
Misalkan barisan aritmatika yang terdiri dari atas (2k-1) suku : u1, ... ,uk, ... , u2k-1, maka suku
tengahnya adalah uk.
Suku tengah uk = a + (k-1) b = ½{2a+2(k-1)b} = ½{a+a+(2k-2)b} = ½ {u 1 + u2k-1}. Jadi, suku
tengahnya ditentukan oleh hubungan uk = ½ {u1+u2k-1}.

C. Deret Aritmatika
Jumlah beruntun suku-suku suatu barisan aritmatika disebut sebagai deret aritmatika. Sebagai
contoh :
· Dari barisan aritmatika 1, 3, 5, 7, …, 99 dapat dibentuk deret aritmatika 1 + 3 + 5 + 7 + … +
99,
· Dari barisan aritmatika 2, 4, 6, 8, …, 2n dapat dibentuk deret aritmatika 2 + 4 + 6 + 8 + … +
2n.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan, jika u 1, u2, u3, ... , un, merupakan suku – suku barisan
aritmatika, maka u1 + u2 + u3 + ... + un dinamakan sebagai deret aritmatika.
a. Rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika dilambangkan dengan Sn , dan Sn ditentukan oleh :
Sn = u1 + u2 + u3 + ... + un-2 + un-1 + un
Substitusikan u1 = a, u2 = a+b, u3 = a+2b , un-2 = un – 2b, un-1 =un – b; diperoleh
Sn = a + (a+b) + (a+2b) + ... + (un – 2b) + (un – b) + un …(*)
Jika urutan suku-suku penjumlahan pada persamaan (*) itu dibalik, diperoleh:
Sn = un + (un – b) + (un – 2b) + ... + (a+2b) + (a+b) + a … (**)
Jumlahkan masing masing ruas pada persamaan (*) dengan persamaan (**), sehingga
diperoleh :

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika dapat
ditentukan melalui hubungan sebagai berikut.
Jumlah n suku pertama suatu deret aritmatika u1 + u2 + u3 + ... + un ditentukan dengan
menggunakan hubungan : Sn = n/2 (a+ un)
Dengan n = banyak suku, a = suku pertama, dan un = suku ke-n.
a. Sifat-sifat Sn pada deret aritmatika
Jumlah n suku pertama deret aritmatika mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1. Sn = n/2 (a+ un) merupakan fungsi kuadrat dari n (n bilangan asli) yang tidak memiliki suku
tetapan.
2. Untuk setiap n bilangan asli berlaku hubungan Sn - Sn-1 = un (Suku ke-n).

D. EKSPONEN

Pengertian Eksponen

Eksponen merupakan perkalian bilangan yang sama secara berulang. Sebagai contoh, jika kita
mengalikan angka 7 secara berulang sebanyak 4 kali, yaitu 7×7×7×7, kita dapat menuliskannya
dengan 74 = 2401
Secara umum, an = a×a×a….×a dengan a sebanyak n kali. Artinya, kita mengalikan a secara
berulang sebanyak n kali. (an dibaca “a pangkat n”).

Eksponen biasa juga disebut dengan pangkat. Pada perpangkatan an, a disebut sebagai basis
bilangan pokok dan n disebut sebagai pangkat.

Sifat-Sifat Eksponen:
Eksponen bilangan bulat positif, yaitu :
am × an = am+n
Secara umum untuk mengalikan bilangan-bilangan berpangkat dengan bilangan pokok sama,
jumlahkan pangkatnya saja sedangkan bilangan pokoknya tetap sama.
Misalkan : a3×a4 = (a×a×a) × (a×a×a×a) = a3+4 = a7

(am)n = amn
Untuk mencari pemangkatan dari suatu bilangan berpangkat, kalikan pangkatnya saja sedangkan
bilangan pokoknya tetap sama.
Misalkan : (a5)2 = a5×2 = a10

a^m/a^n = am-n (m>n dan a≠0)


Untuk membagikan bilangan-bilangan berpangkat dengan bilangan pokok sama, kurangkan
pangkatnya saja sedangkan bilangan pokoknya tetap sama.
Misalkan : 3^7/3^4 = 3^(7-4) = 3^3 = 27

(ab)m = am × bm
Untuk memangkatkan suatu hasil kali, pangkatkan setiap faktor dari hasil kali tersebut dengan
pangkatnya.
Misalkan : (2×4)3 = 2^3×4^3=8×64= 512

(a/b)^m = a^m/b^m (b≠0)


Untuk memangkatkan suatu hasil bagi, pangkatkan pembilang dan penyebut dari hasil bagi tersebut
dengan pangkatnya.
Misalkan :(6/3)^3=6^3/3^3 = 216/27 = 8

Eksponen bulat negatif dan nol :


a0 = 1 jika a ≠ 0
misal p = 0
diperoleh : ap × aq = ap+q = a0+q = aq
a0 × aq = 1 × aq = aq
jadi a0 = 1

a-n = 1/a^n

Eksponen rasional :
a^(m/n) = (√(n&a))^m = √(n&a^m ) jadi a^(m/n)= √(n&a^m )
(√(n&a))^n= a
√(n&ab) = √(n&a) × √(n&b)
√(n&a/b) = √(n&a)/√(n&b)
a^(1/n) = √(n&a) (dimana n adalah bilangan bulat positif)
√(m&√(n&a)) = √(mn&a)

Fungsi Eksponen
Fungsi basis a adalah fungsi yang mempunyai bentuk umum :
f : x → ax atau y = f(x) = ax
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fungsi eksponen y = f(x) = ax
f(x) = ax disebut rumus atau aturan bagi fungsi eksponen beku atau fungsi eksponen standar.
a disebut bilangan pokok atau basis bagi fungsi f(x) = ax, dengan ketentuan :
A > 0 dan a ≠ 1 (0 < a < 1 atau a >1 )
peubah x dinamakan peubah bebas atau variable bebas (independent variable) dan himpunan dari
semua peubah x disebut daerah asal atau domain fungsi fungsi f, ditulis: D_f = {x ǀ x ϵ R }
peubah y dinamakan peubah bergantung atau variable tak bebas (dependent variable) dan
himpunan dari semua peubah y disebut daerah hasil atau wilayah hasil atau range fungsi f, ditulis:
W_f = { y ǀ y > 0 dan y ϵ R }

Persamaan Eksponen
Definisi Persamaan Eksponen
Persamaan eksponen adalah persamaan yang eksponennya mengandung peubah x dan tidak
menutup kemungkinan bilangan pokoknya juga mengandung peubah x.
Dalam pasal-pasal berikut ini dibahas beberapa macam bentuk persamaan eksponen disertai cara
menentukan penyelesaian.
Bentuk a^(f(x)) = ap
Himpunan penyelesaian dari persamaan eksponen af(x) = ap dapat ditentukan dengan menggunakan
sifat berikut.
Jika a^(f(x)) = ap (a > 0 dan a ≠ 1), maka f(x) = p

Bentuk 〖 a〗^f(x) = a^g(x)


Himpunan penyelesaian dari persamaan eksponen a^f(x) = a^g(x) dapat ditentukan dengan
menggunakan sifat berikut:
Jika a^f(x) = a^g(x) ( a> 0 dan a ≠ 1 ), maka f(x) = g(x)

Bentuk a^f(x) = b^f(x)


Himpunan penyelesaian dari persamaan eksponen a^f(x) = b^f(x) , dengan a ≠ b, dapat ditentukan
dengan menggunakan sifat berikut.
Jika a^f(x) = b^f(x) ( a> 0 dan a ≠ 1, b > 0 dan b ≠ 1, dan a ≠ b), maka f(x) = 0

Bentuk 〖{h(x)}〗^(f(x)) = 〖{h(x)}〗^(g(x))


Himpunan penyelesaian dari persamaan eksponen 〖{h(x)}〗^(f(x)) = 〖{h(x)}〗^(g(x)) dapat
ditentukan dengan menggunakan sifat berikut.
Jika {h(x)}f(x) = {h(x)}g(x), maka kemungkinannya adalah
f(x) = g(x)
h(x) = 1
h(x) = 0, asalkan f(x) dan g(x) keduanya positif
h(x) = -1,asalkan f(x) dan g(x) keduanya ganjil atau f(x) dan g(x) keduanya.

Bentuk A{af(x)}2 + B{af(x) + C = 0


Himpunan penyelesaian dari persamaan eksponen A{af(x)}2 + B{af(x) + C = 0 (a > 0 dan a ≠ 1, A,
B, dan C bilangan real dan A≠ 0) dapat ditentukan dengan cara mengubah persamaan eksponen itu
kedalam persamaan kuadrat.

Pertidaksamaan Eksponen
Definisi pertidaksamaan eksponen
Pertidaksamaan eksponen adalah pertidaksamaan yang eksponennya mengandung peubah x, dan
tidak menutup kemungkinan bilangan pokoknya juga mengandung peubah x.

Penyelesaian dari pertidaksamaan eksponen menggunakan sifat fungsi monoton naik dan sifat
fungsi monoton turun pada fungsi-fungsi eksponen baku.

Sifat fungsi monoton naik (a > 1)


Jika af(X ) ≥ ag(x), maka f(x) ≥ g (x)
Jika af(x) ≤ ag(x), maka f(x) ≤ g(x)
Sifat fungsi monoton turun (0 < a < 1)
Jika af(x) ≥ ag(x), maka f(x) ≤ g(x)
Jika af(x) ≤ ag(x), maka f(x) ≥ g(x)

E. LOGARITMA

PENGERTIAN LOGARITMA
Misalnya a adalah bilangan positif (a > 0) dan g adalah bilangan positif yang tidak sama dengan 1 (g
> 0 dan g ≠ 1). Logaritma a dengan bilangan pokok g (ditulis: glog a) adalah eksponen yang akan
dimiliki oleh a jika bilangan a ini dinyatakan dalam bentuk bilangan berpangkat dengan bilangan
pokok g.
Ditulis :
glog a = x jika dan hanya jika a = gx
dari definisi diatas jelas bahwa a = gx dan glog a = x merupakan dua buah hubungan yang ekuivalen
atau setara. Ini berarti setiap betuk bilangan berpangkat dapat diubah kebentuk logaritma, dan
sebaliknya. Bentuk a = gx dinamakan bentuk eksponen sial dan bentuk glog a = x dinamakan bentuk
logaritma.
Selain itu beberapa ketentuan yang harus dipahami dalam logaritma diantaranya adalah:
Bilangan pokok atau basis logaritma g ditetapkan positif dan tidak sama dengan 1 (g > 0 dan g ≠ 1).
Untuk g = 10, biasanya bilangan pokok ini tidak dituliskan, jadi log 5 yang dimaksud adalah 10log 5.
Untuk g = e ( e bilangan irasional dengan e ≅ 2.71828. . .), elog a = ln a ( dibaca: logaritma natural
dari a ) yaitu logaritma dengan bilangan pokok e.
Bilangan yang dicari logaritmanya a disebut numerous, dengan a bernilai positif (a > 0)
Hasil logaritma x dapat bernilai positif ,nol, ataupun negatif.
Beberapa sifat dasar logaritma :
glog gn = n, g log g = 1, dang log 1 = 0

SIFAT-SIFAT LOGARITMA
Logaritma dari suatu hasil kali dua bilangan sama dengan jumlah kedua logaritmanya, yaitu :
alog (m×n) = alog m + alog n
bukti :
misal alog m = x dan alog n = y. sehingga, ax = m dan ay = n
dengan mengalikan ax = m dan ay = n, diperoleh
ax+y = m×n
↔ alog (m×n) = x+y = alog m + alog n [ terbukti ]
Logaritma dari suatu hasil bagi dua bilangan sama dengan selisih kedua logaritmanya, yaitu :
alogm/n = alog m – alog n
bukti :
misal alog m = x dan alog n = y. sehingga, ax = m dan ay = n
dengan membagi ax = m dengan ay = n, diperoleh
ax-y = m/n
↔ alog m/n = x – y = alog m – alog n [ terbukti ]
Logaritma dari suatu bilangan berpangkat sama dengan hasil kali dari pangkat dan bilangan tersebut,
yaitu :
alogmn= n×alog m
bukti :
misal alog m = x. artinya ax = m. sehingga,
(a^x )^n = mn
↔ anx = mn
↔ alog mn = n × x = n × alog m [ terbukti ]
aalog b = b dan 〖a^n〗_(〖log⁡b〗^m ) = m/(n ) alog b
g log a × a log b = g log b

FUNGSI LOGARITMA
Fungsi logaritma dengan bilangan pokok a ( a> 0 dan a ≠ 1 ) adalah fungsi yang mempunyai bentuk
umum :
Y = f(x) = a log x
Fungsi logaritma y = f(x) = a log x merupakan fungsi invers dari fungsi eksponen y = f(x) = ax.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fungsi logaritma y = f(x) = a log x.
f(x) = a log x disebut rumus atau aturan bagi fungsi logaritma standar.
a adalah bilangan pokok atau basis bagi fungsi f(x) = a log x, dengan ketentuan :a> 0 dan a ≠ 1 (0 < a
< 1 atau a > 1).
Daerah asal (domain) fungsi f(x) = a log x adalah Df = { x ‫ ׀‬x > 0 dan x ϵ R }.
Wilayah hasil (range) fungsi f(x) = a log x adalahWf = {y ǀ y ϵ R}.

PERSAMAAN LOGARITMA
Definisi persamaan logaritma
Persamaan logaritma adalah persamaan yang numerusnya mengandung variable x dan tidak menutup
kemungkinan bilangan pokoknya juga mengandung variable x.

Dalam pasal-pasal berikut ini akan dibahas beberapa macam bentuk persamaan logaritma disertai
cara-cara menentukan penyelesaiannya.

Bentuk a log f(x) = a log p


Himpunan penyelesaian dari persamaan logritmaa log f(x) = a log p dapat ditentukan dengan
menggunakan sifat berikut.
Jika a log f(x) = a log p maka f(x) = p asalkan f(x) > 0

Bentuk a log f(x) = b log f(x)


Himpunan penyelesaian dari persamaan logaritma alog f(x) = b log f(x) (dengan a ≠ b) dapat
ditentukan dengan menggunakan sifat berikut.
Jika a log f(x) = b log f(x) (dengan a ≠ b) maka f(x) = 1

Bentuk a log f(x) = a log g(x)


Himpunan penyelesaian dari persamaan logaritma alog f(x) = a log g(x) dapat ditentukan dengan
menggunakan sifat berikut.
Jika a log f(x) = a log g(x) makaf(x) = g(x) asalkan f(x) dan g(x) keduanya positif

PERTIDAKSAMAAN LOGARITMA
Definisi pertidaksamaan logaritma
Pertidaksamaan logaritma adalah pertidaksamaan yang numerusnya mengandung variable x dan tidak
menutup kemungkinan bilangan pokoknya juga mengandung variable x.

Penyelesaian dari pertidaksamaan logaritma menggunakan sifat fungsi monoton naik dan sifat
monoton turun pada fungsi-fungsi logaritma standar. Sifat-sifat ini sebagai berikut:
Sifat fungsi logaritma monoton naik (a > 1)
Jika a log f(x) ≥ a log g(x) maka f(x) ≥ g(x) ; f(x) dan g(x) > 0
Jika a log f(x) ≤ a log g(x) maka f(x) ≤ g(x) ; f(x) dan g(x) > 0

Sifat fungsi logaritma monoton turun (0 < a < 1)


Jika a log f(x) ≥ a log g(x) maka f(x) ≤ g(x) ; f(x) dan g(x) > 0
Jika a log f(x) ≤ a log g(x) maka f(x) ≥ g(x) ; f(x) dan g(x) > 0

CONTOH SOAL BARIS DAN DERET

1. Sebuah mobil dibeli dengan haga Rp. 80.000.000,00. Setiap tahun nilai jualnya
menjadi 3/4 dari harga sebelumnya. Berapa nilai jual setelah dipakai 3 tahun ?

A. Rp. 20.000.000,00

B. Rp. 25.312.500,00

C. Rp. 33.750.000,00

D. Rp. 35.000.000,00

E. Rp. 45.000.000,00

PEMBAHASAN :

Kata kunci dalam soal ini adalah “Setiap tahun nilai jualnya menjadi 3/4 dari harga
sebelumnya”, ini artinya rasionya 3/4 dan termasuk dalam deret geometri.

Yang jadi pertanyaannya adalah suku ke-4 dengan a = 80.000.000

u4 = ar3 = 80.000.000(3/4)3 = 33.750.000

JAWABAN : C

2. Sebuah bola jatuh dari ketinggian 10 m dan memantul kembali dengan ketinggian 3/4
kali tinggi sebelumnya, begitu seterusnya hingga bola berhenti. Jumlah seluruh
lintasan bola adalah …

A. 65m B. 70m C. 75m D. 77m E. 80m

PEMBAHASAN :

Karena bola memantul terus-terusan sampai berhenti, berarti ini termasuk deret
geometri tak hingga. Untuk mencari panjang lintasan bola yang memantul ini, rumus
yang digunakan adalah
Panjang lintasan = ketinggian bola jatuh + 2(kali deret takhingga)

Dalam deret takhingga ini, yang menjadi suku pertamaya adalah pantulan pertama
(bukan ketinggian bola jatuh pada awal).

Pantulan pertama = 10 x 3/4 = 30/4 m (suku pertama)

= = 30

P.Lintasan = 10 + 2(30) = 70m

JAWABAN : B

3. Seutas tali dipotong menjadi 7 bagian dan panjang masing–masing potongan


membentuk barisan geometri. Jika panjang potongan tali terpendek sama dengan 6cm
dan potongan tali terpanjang sama dengan 384cm, panjang keseluruhan tali tersebut
adalah … cm.

A. 378

B. 390

C. 570

D. 762

E. 1.530

PEMBAHASAN :

u1 = a = 6

u7 = ar6 = 384

6.r6 = 384

r6 = 64 => r = 2

Sn =
S7 =

= = 762

JAWABAN : D

4. Sebuah bola pingpong dijatuhkan dari ketinggian 25 m dan memantul kembali dengan
ketinggian 4/5 kali tinggi semula. Pematulan ini berlangsung terus menerus hingga
bola berhenti. Jumlah seluruh lintasan bola adalah … m.

A. 100 B. 125 C. 200

D. 225

E. 250

PEMBAHASAN :

Karena bola memantul terus-terusan sampai berhenti, berarti ini termasuk deret
geometri tak hingga. Untuk mencari panjang lintasan bola yang memantul ini, rumus
yang digunakan adalah

Panjang lintasan = ketinggian bola jatuh + 2(kali deret takhingga)

Dalam deret takhingga ini, yang menjadi suku pertamaya adalah pantulan pertama
(bukan ketinggian bola jatuh pada awal).

Pantulan pertama = 25 x 4/5 = 20m (suku pertama)

= = 100

P.Lintasan = 25 + 2(100) = 225m

JAWABAN : D

5. Jumlah deret geometri tak hingga +1+ + 1/2 + … = …

A. 2/3 ( + 1)

B. 3/2 ( + 1)
C. 2 ( + 1)

D. 3 ( + 1)

E. 4 ( + 1)

PEMBAHASAN :

r = u2 / u1 = 1 / = 1/2

= x

=2 +1

JAWABAN : C

6. Jumlah deret geometri tak hingga adalah 7, sedangkan jumlah suku – suku yang
bernomor genap adalah 3. Suku pertama deret tersebut adalah …

A. 7/4 B. ¾ C. 4/7 D. ½`E. 1/4

PEMBAHASAN :

Deret geometri : a + ar + ar2 + ar3 + ar4 + ar5 + ar6 + …

Perhatikan suku genap dan ganjilnya, dimana pada suku-suku genap, suku pertamanya
adalah ar dan pada suku-suku ganjil, suku pertamanya adalah ar, dengan rasionya
adalah r2.

=
7=

7(1 – r) = a … (i)

Berdasarkan rumus jumlah deret geometri tak hingga diatas, maka kita memperoleh
rumus deret geometri takhingga bersuku genap dengan mengganti suku awal dengan
“ar” dan rasionya “r2“.

Sgenap =

3=

3(1 – r2) = ar … (ii)

Substitusi (i) ke (ii), sehingga diperoleh :

3(1 – r2) = (7(1 – r))r

3 – 3r2 = 7r – 7r2

4r2 – 7r + 3 = 0

(4r-3)(r-1) = 0

r = 3/4 atau r = 1

substitusi nilai “r” tersebut ke persamaan (i), sehingga diperoleh :

untuk r = ¾

a = 7(1 – r) = 7(1 – 3/4) = 7/4

untuk r = 1

a = 7(1 – r) = 7(1 – 1) = 0

JAWABAN : A

7. Pertambahan penduduk suatu kota tiap tahun mengikuti aturan barisan geometri. Pada
tahun 1996 pertambahannya sebanyak 6 orang, tahun 1998 sebanyak 54 orang.
Pertambahan penduduk pada tahun 2001 adalah … orang.

A. 324 B. 486 C. 648 D. 1.458 E. 4.374

PEMBAHASAN :

tahun 1996 => u1 = a = 6


tahun 1998 => u3 = ar2 = 54

6.r2 = 54

r2 = 9 => r = 3

tahun 2001 => u6 = ar5

6.(3)5 = 1.458

JAWABAN : D

8. Diketahui barisan geometri dengan u1 = x3/4 dan u4 = x . Rasio barisan geometri


tesebut adalah …

A. x2. B. x2 C. x1/4 D. E.

PEMBAHASAN :

JAWABAN : E

9. Diketahui sebuah barisan geometri -192, 96, -48, 24, … . Tentukan nilai suku ke
delapan dari barisan tersebut?

Jawaban & Penjelasan:

Untuk menentukan suku ke-n dari sebuah barisan geometri, maka harus ditentukan
terlebih dulu nilai rasionya. Rumus umum mencari rasio adalah:

r = U2/U1 = U3/U2 = U4/U3 dst….

r = U2/U1

= 96/(-192) = -1/2.

Subtitusikan nilai rasio ke rumus suku ke-n barisan geometri.

Un = U1.r^(n – 1)

U8 = (-192).(-1/2)^(8 – 1)
U8 = (-192).(-1/2)^7

U8 = (-192).(-1/-128)

U8 = (-192).(1/128)

U8 = -3/2.

10. Sebuah daerah pada tahun 3008 memiliki jumlah penduduk 24 orang. Tiap tahunnya
jumlah penduduk bertambah dua kali lipatnya. Maka, jumlah penduduk pada tahun
3012 adalah…

Jawaban & Penjelasan:

Ini adalah bentuk barisan geometri dengan rumus suku ke n:

Un = U1.r^(n – 1) —–> ( tanda ^ berarti pangkat).

Jumlah penduduk tahun 3008 (U1) = 24 orang.

Tiap tahun penduduk bertambah 2x lipat (rasio) = 2.

Maka, jumlah penduduk tahun 3012 (U5):

Un = U1.r^(n – 1)

U5 = 24.2^(5 – 1)

U5 = 24.2^4

U5 = 24.16 = 384 orang.

Jadi, jumlah penduduk daerah tersebut pada tahun 3012 adalah 384 orang.

CONTOH SOAL EKSPONEN DAN LOGARITMA

1. Dengan merasionalkan penyebut, bentuk sederhana dari adalah …


A. 2 –3 B. 3 – 3 C. 3 – 2 D. 4 – 2 E. 4 +2
PEMBAHASAN :
= x

=2 –3

JAWABAN : A

2. =…
A. 24 32 B. 27 32 C. 26 35 D. 28 32 E. 28 35
PEMBAHASAN :

= 23 3-2 2 34
= 23+1 3-2+4
= 2 4 32
JAWABAN : A

3. Bentuk pangkat bulat positif dari adalah …

A. B. C. D. E.
PEMBAHASAN :

JAWABAN : B

4. Dengan merasionalkan penyebut, bentuk sederhana dari adalah …


A. –7 – 4 B. –7 – C. 7 – 4 D. 7 + 4 E. 7 –
PEMBAHASAN :

=7–4
JAWABAN : C
5. Nilai x yang memenuhi persamaan 4x+1 = 8x-1 adalah …
A. 3 B. 4 C. 5 D. 6 E. 7
PEMBAHASAN :
4x+1 = 8x-1
22(x+1) = 23(x-1)
22x+2 = 23x-3
2x + 2 = 3x – 3

5=x

JAWABAN : C
6. Nilai dari 2log 3 – 2log 6 + 2log 8 = …
A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5
PEMBAHASAN :
2
log 3 – 2log 6 + 2log 8 = 2log [(3 : 6) x 8]
= 2log 4
= 2log 22
= 2 2log 2
=2

JAWABAN : B
7. Jika 2log 3 = x dan 3log 5 = y , maka 4log 15 = …
A. xy + 1 B. C. D. E.
PEMBAHASAN :
4
log 15 =

=
=

JAWABAN : C

8. Jika =a+b dengan a dan b bilangan bulat, maka a + b = …


A. -5 B. -3 C. -2 D. 2 E. 3
PEMBAHASAN :

= -5 + 2

jadi a = -5 dan b = 2, sehingga

a + b = -5 + 2 = -3

JAWABAN : B
9. Jika 2log a + 2log b = 12 dan 3.2log a – 2log b = 4, maka a + b = …
A. 144 B. 272 C. 528 D. 1.024 E. 1.040
PEMBAHASAN :
2
log a + 2log b = 12
2
log [a.b] = 12
a.b = 212 … (i)
3.2log a – 2log b = 4
2
log a3 – 2log b = 4
2
log [a3 : b] = 4
a3 : b = 2 4
a3 : 24 = b … (ii)
substitusi (ii) ke (i), diperoleh

a.[ a3 : 24] = 212


a4 = 212.24
a4 = 216
a = 24 … (iii)
substitusi (iii) ke (ii), sehingga diperoleh

(24)3 : 24 = b
28 = b
a + b = 2 4 + 28
= 16 + 256

= 272

JAWABAN : B
10.Jika a = 8 dan b = 9, maka a-1/3.b1/2 = …
A. 4/3 B. 4/3 C. 2/3 D. 3/4 E. 3/2
PEMBAHASAN :
a-1/3.b1/2 = 8-1/3.91/2
= (23)-1/3.(32)1/2
= 2-1.3
= 3/2

JAWABAN : E
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Pola bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola tertentu

 Barisan bilangan adalah suatu urutan bilangan dengan aturan tertentu yang masing-
masing bilangan dalam urutan tersebut disebut suku dan setiap suku digabungkan dengan
tanda koma ( , ). Bentuk umum barisan bilangan U1, U2, U3, U4, ..., Un

 Deret bilangan adalah penjumlahan dari suku-suku suatu barisan, bentuk umum deret
yaitu U1 + U2 + U3 + U4 + ... + Un

 Baris aritmetika adalah suatu barisan bilangan yang memiliki selisih dua suku yang
berurutan selalu tetap. Rumus suku ke-n baris aritmetika Un = a + (n – 1)b

 Deret aritmatika memiliki rumus jumlah suku pertama Sn = n {2a + (n – 1)b}

 Sisipan pada barisan aritmatika apabila diantara 2 suku disisipkan k buah suku
sehingga terbentuk barisan aritmatika baru dengan beda atau selisih merupakan selisih
baru.

B. Saran
 Penulis menyarankan agar pembaca tidak hanya mengetahui barisan dan deret
aritmatika maupun barisan dan deret geometri pada makalah ini, namun juga
memperbanyak latihan mengerjakan soal dan dapat membedakan barisan dan deret
aritmatika serta barisan dan deret geometri.

 Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu dikembangkan pendekatan pembelajaran


yang dapat mengaktifkan siswa, mengkondisikan siswa sehingga dapat mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya dan menggunakan modelmodel yang dikembangkan sendiri oleh
siswa.Namun demikian dalam implementasinya di sekolah tidaklah mudah, sehingga perlu
kerja keras para guru dan siswa. Keberhasilan implementasi tergantung pada kemampuan
guru untuk membuat suatu iklim dimana siswa mau mencoba berpikir dengan cara baru dan
mengkomunikasikannya dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai