3.6 Menggeneralisasi pola bilangan dan jumlah pada barisan Aritmetika dan Geometri
4.6 Menggunakan pola barisan aritmetika atau geometri untuk menyajikan dan menyelesaikan masalah
kontekstual (termasuk pertumbuhan, peluruhan, bunga majemuk, dan anuitas)
A. POLA BILANGAN
Ketika kalian duduk di bangku SMP, kalian sudah pernah mempelajari materi pola bilangan. Pola
bilangan merupakan susunan bilangan yang diatur menurut pola – pola tertentu. Macam – macam pola
bilangan yang telah kalian pelajari terdapat 7 macam. Mari kita mengingat kembali macam – macam pola
bilangan yang sudah pernah kalian pelajari.
1. Pola Bilangan Ganjil
Pola bilangan ganjil adalah susunan bilangan yang terdiri dari bilangan – bilangan ganjil. Contoh
pola bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, 11, ... . Pola bilangan ganjil sendiri dapat kita tentukan
menggunakan rumus:
un = 2n – 1
Dengan:
un = suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, ... dst.).
Contoh:
Diketahui pola bilangan 1, 3, 5, 7, ... . Tentukan suku ke-15 dari pola tersebut!
Jawab:
Kita diminta untuk menentukan suku ke-15, maka dari itu:
n = 15
un = 2n – 1
u15 = 2(15) – 1
= 30 – 1
= 29
Jadi, suku ke-15 yang memenuhi pola tersebut adalah 29.
Gambar di atas merupakan gambar yang merepresentasikan pola bilangan persegi. Pola bilangan
persegi adalah susunan bilangan yang terdiri dari bilangan – bilangan kuadrat sempurna. Contoh
bilangan persegi yaitu 1, 4, 9, 16, 25, 36, ... . Berdasarkan gambar di atas dapatkah kalian
menentukan jumlah bulatan pada pola yang diberi tanda tanya?
Pola bilangan persegi dapat dihitung menggunakan rumus:
un = n2
Dengan:
un = suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, dst.).
Contoh:
Tentukan suku ke-26 dari suatu pola bilangan persegi!
Jawab:
Kita diminta untuk menentukan suku ke-26, maka dari itu:
n = 26
un = n2
u26 = 262
= 26 26
= 676
Jadi, suku ke-26 dari pola bilangan persegi adalah 676.
Pola bilangan persegi panjang dapat digambarkan seperti pada gambar 5.2 di atas. Contoh pola
bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, 42, ... . Pola bilangan persegi panjang pada gambar
5.2 ditentukan dengan:
u1 = 1 2 = 2
u2 = 2 3 = 6
u3 = 3 4 = 12
u4 = 4 5 = 20, sehingga pola bilangan persegi panjang dapat dirumuskan sebagai:
Dengan:
un = rumus suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, dst.).
Dengan menggunakan rumus pola bilangan persegi panjang, coba tentukan berapa jumlah bulatan
pada gambar 5.2 yang diberi tanda tanya.
Kalian semua tentunya sudah pernah mengamati bentuk seperti pada gambar 5.4. Gambar 5.4
tersebut disebut dengan segitiga pascal. Sesuai namanya, pola bilangan segitiga pascal tentunya
berasal dari segitiga pascal. Pola bilangan segitiga pascal merupakan jumlah bilangan – bilangan dari
setiap baris pada segitiga pascal. Susunan bilangan – bilangan pada pola bilangan segitiga pascal
dapat disaksikan pada gambar di bawah.
Berdasarkan gambar di atas, pola bilangan segitiga pascal diantaranya adalah 1, 2, 4, 8, 16, 32, ... dst.
Maka dari itu, pola bilangan segitiga pascal dapat ditentukan menggunakan rumus:
un = 2n – 1
Dengan:
un = suku ke-n yang akan dicari
n = bilangan asli (1, 2, 3, ... dst.).
LATIHAN SOAL
Kedua barisan di atas merupakan contoh barisan aritmatika karena selisih dari dua suku yang
berurutan bernilai sama. Selisih pada barisan yang pertama bernilai 3, sedangkan selisih pada
barisan kedua bernilai 5. Cara menentukan suku ke-n pada barisan aritmatika ditentukan
menggunakan rumus:
un = a + (n – 1) b
Dengan:
un = Suku ke-n barisan aritmatika
a = Suku pertama barisan aritmatika
n = Bilangan asli (1, 2, 3, ... dst)
b = Beda (selisih) = u2 – u1 = u3 – u2 = u4 – u3 dan seterusnya
Contoh:
Diketahui suatu barisan berikut: 2, 6, 10, 14, 18, ... , 90. Tentukan:
a) Rumus umum suku ke-n pada barisan tersebut!
b) Nilai suku ke-12 barisan tersebut!
c) Jumlah suku pada barisan tersebut!
Jawab:
a) Untuk menentukan rumus umum suku ke-n suatu barisan aritmatika, kita gunakan rumus
umum barisan aritmatika sebagai berikut:
un = a + (n – 1) b
Pada soal, terdapat barisan: 2, 6, 10, 14, 18, ... , 90 maka:
a =2
b =6–2=4
Kemudian nilai a dan b kita substitusikan ke dalam rumus suku ke-n barisan aritmatika:
un = a + (n – 1) b
un = 2 + (n – 1) 4
un = 2 + 4n – 4
un = 4n – 2
Jadi, rumus suku ke-n barisan tersebut adalah un = 4n – 2.
Suku barisan aritmatika pada contoh di atas berjumlah ganjil. Karena jumlah suku pada barisan
tersebut berjumlah 7, maka dari itu suku tengah pada barisan aritmatika adalah suku ke-4 yaitu
11. Cara menentukan suku tengah barisan aritmatika dapat dilakukan menggunakan rumus
sebagai berikut:
d. Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah penjumlahan secara berurut suku – suku pada barisan aritmatika. Jumlah
n suku pertama barisan aritmatika dirumuskan dengan Sn. Jika terdapat suku – suku barisan
aritmatika, yaitu u1, u2, u3, ... , un maka nilai penjumlahan suku – suku barisan aritmatika secara
umum dituliskan sebagai:
Sn = u1 + u2 + u3 + ... + un
Untuk lebih memudahkan kalian untuk menghitung jumlah n suku pertama pada barisan
aritmatika, maka deret aritmatika dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑛
𝑆𝑛 = (𝑎 + 𝑢𝑛 )
2
Dengan:
Sn = Jumlah n suku pertama barisan aritmatika
a = Suku pertama
un = Suku terakhir
Pada subbab sebelumnya, kita telah membahas mengenai barisan aritmatika, yang mana kita telah
mengetahui bahwa rumus suku ke-n pada barisan aritmatika adalah:
un = a + (n – 1) b
Jika rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut kita substitusikan ke dalam rumus deret
aritmatika, maka jumlah n suku pertama barisan aritmatika dapat kita turunkan menjadi:
Contoh:
Diketahui barisan aritmatika: 5, 9, 13, 17, ... .
a) Tentukan rumus suku ke-n barisan tersebut!
b) Tentukan rumus jumlah n suku pertama barisan tersebut!
c) Hitunglah jumlah 15 suku pertama barisan tersebut!
Jawab:
a) Rumus suku ke-n barisan tersebut dapat dihitung dengan cara:
un = a + (n – 1) b
Pada soal telah kita ketahui bahwa:
a=5
b=9–5=4
Kita substitusikan nilai a dan b ke dalam rumus suku ke-n barisan aritmatika:
Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 13
un = a + (n – 1) b
un = 5 + (n – 1) 4
un = 5 + 4n – 4
un = 4n + 1
Jadi, rumus suku ke-n barisan tersebut adalah un = 4n + 1.
b) Kemudian untuk menentukan jumlah n suku pertama barisan tersebut dapat kita cari dengan
cara mensubstitusikan rumus suku ke-n barisan aritmatika, yang telah kita temukan pada soal
a ke dalam rumus deret aritmatika sebagai berikut:
𝑛
𝑆𝑛 = (𝑎 + 𝑢𝑛 )
2
𝑛
𝑆𝑛 = (5 + 4𝑛 + 1)
2
𝑛
𝑆𝑛 = (4𝑛 + 6)
2
𝑆𝑛 = 𝑛(2𝑛 + 3)
𝑆𝑛 = 2𝑛2 + 3𝑛
Jadi, rumus jumlah n suku pertama barisan tersebut adalah Sn = 2n2 + 3n.
c) Karena pada soal b kita telah menemukan rumus jumlah n suku pertama barisan aritmatika,
maka untuk menghitung jumlah 15 suku pertama kita gunakan rumus yang telah kita temukan
pada soal b:
Sn = 2n2 + 3n
S15 = 2(15)2 + 3(15)
S15 = 2(225) + 45
S15 = 450 + 45
S15 = 495
Jadi, jumlah 15 suku pertama barisan tersebut adalah 495.
LATIHAN SOAL
Ketiga barisan di atas merupakan contoh barisan geometri karena perbandingan dari dua suku
yang berurutan bernilai sama. Perbandingan antarsuku yang berurutan pada barisan yang pertama
1
adalah 2, perbandingan antarsuku yang berurutan pada barisan kedua adalah 3, sedangkan
perbandingan antarsuku yang berurutan pada barisan ketiga adalah 1. Cara menentukan suku ke-n
pada barisan geometri ditentukan dengan menggunakan rumus:
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
Dengan:
ut = Suku tengah barisan geometri;
a = Suku pertama barisan geometri;
un = Suku terakhir barisan geometri.
Kemudian, untuk menentukan letak suku tengah pada barisan geometri sama seperti pada barisan
aritmatika yaitu:
𝑛+1
𝑡=
2
Contoh:
Diketahui barisan geometri yaitu 3, 3√2, 6, 6√2, ... , 768. Banyaknya suku pada barisan geometri
ini adalah ganjil.
a) Carilah suku tengahnya!
b) Berapakah banyak suku pada barisan itu?
c) Suku ke berapakah suku tengahnya?
Jawab:
a) Untuk menentukan nilai suku tengahnya kita gunakan rumus suku tengah barisan geometri
yaitu:
𝑢𝑡 = √𝑎 × 𝑢𝑛
Pada soal diketahui bahwa:
a =3
un = 768
Kita substitusikan nilai a dan un ke dalam rumus suku tengah barisan geometri.
𝑢𝑡 = √3 × 768
𝑢𝑡 = √2304
𝑢𝑡 = 48
Jadi, suku tengah pada barisan geometri tersebut adalah 48.
b) Untuk menentukan banyak suku pada barisan itu, kita gunakan rumus suku ke-n barisan
geometri. Pada soal, dapat kita ketahui bahwa r = √2. Kita substitusikan ke dalam rumus suku
ke-n barisan geometri.
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
𝑛−1
768 = 3. (√2)
𝑛−1
(√2) = 256
𝑛−1 16
(√2) = (√2)
d. Deret Geometri
Deret geometri adalah penjumlahan secara berurut suku – suku pada barisan geometri. Jika
terdapat suku – suku barisan geometri, yaitu u1, u2, u3, ... , un maka nilai penjumlahan suku – suku
barisan geometri secara umum dituliskan sebagai:
Sn = u1 + u2 + u3 + ... + un
Untuk lebih memudahkan kalian dalam menghitung jumlah n suku pertama pada barisan
geometri, maka deret geometri dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆𝒏 = untuk 𝑟 < 1
(1 − 𝑟)
atau
𝑛
𝑎(𝑟 − 1)
𝑆𝑛 = untuk 𝑟 > 1
(𝑟 − 1)
Dengan:
Sn = Jumlah n suku pertama barisan geometri;
a = Suku pertama barisan geometri;
n = Banyaknya suku barisan geometri;
r = Rasio barisan geometri.
Contoh:
Hitunglah jumlah 7 suku pertama pada deret geometri: 7 + 14 + 28 + ...!
Jawab:
Pada soal telah kita ketahui bahwa:
a =7
r = 2, maka r > 1.
Kemudian, untuk menentukan jumlah 7 suku pertama kita gunakan rumus deret geometri. Kita
substitusikan a dan r ke dalam rumus deret geometri.
𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 =
(𝑟 − 1)
7(27 − 1)
𝑆7 =
(2 − 1)
7(128 − 1)
𝑆7 =
1
𝑆7 = 7(127)
𝑆7 = 889
Jadi, jumlah 7 suku pertama pada deret geometri di atas adalah 889.
2. Peluruhan (Penyusutan)
Jika pertumbuhan merupakan bertambahnya nilai suatu benda, peluruhan adalah sebaliknya.
Peluruhan adalah berkurangnya nilai suatu benda. Contoh suatu peluruhan terdapat pada harga
barang yang kita beli. Misal pada tahun 2017, harga suatu ponsel android adalah 3 juta rupiah maka
3. Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung atas jumlah pinjaman pokok ditambah bunga yang
diperoleh sebelumnya. Jika anda menyimpan uang di bank dan bunga yang diperoleh setiap akhir
periode tidak anda ambil, bunga tersebut akan bersama – sama modal menjadi modal baru yang akan
berbunga pada periode berikutnya.
Uang yang dibungakan dengan bunga majemuk akan bertambah sebagaimana pertumbuhan,
maka perhitungan bunga majemuk sama seperti perhitungan tentang pertumbuhan sebagaimana
dirumuskan dengan:
Mn = M (1 + i)n
Dengan:
Mn = Modal akhir;
M = Modal awal;
i = Suku bunga majemuk;
n = Jangka waktu.
4. Anuitas
Anuitas adalah sejumlah pembayaran atau penerimaan uang dalam jumlah yang tetap dan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu tertentu tersebut dinamakan periode. Pembayaran secara
anuitas dilakukan setiap akhir periode. Periode pembayaran bisa setiap bulan, triwulan, kuartal,
semester, atau setiap tahun. Jumlah pembayaran anuitas terdiri dari angsuran dan bunga. Nilai anuitas
ditentukan dengan menggunakan rumus:
𝑀×𝑖
𝐴=
1 − (1 + 𝑖)−𝑡
Dengan:
A = Anuitas;
M = Besar pinjaman;
i = Suku bunga;
t = Periode.
Contoh:
Anji membeli rumah di suatu perumahan menggunakan Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Harga
rumah tersebut adalah Rp200.000.000,00 dan akan dilunasi dalam jangka waktu 5 tahun dengan
anuitas. Jika besar bunga adalah 1% per bulan dan anuitas pertama dibayar setelah satu bulan,
tentukan besarnya anuitas!
Jawab:
M = Rp200.000.000,00
i = 1% = 0,01 per bulan
t = 5 tahun = 60 bulan
𝑀×𝑖 200.000.000 × 0,01 2.000.000
𝐴= = =
1 − (1 + 𝑖 ) −𝑡 1 − (1 + 0,01) −60 1 − (1,01)−60
2.000.000 2.000.000
𝐴= = = 4.448.889,54
1 − 0,55044962 0,44955038
Jadi, besarnya anuitas adalah Rp4.448.889,54.