Anda di halaman 1dari 24

Kompetensi Dasar:

3.6 Menggeneralisasi pola bilangan dan jumlah pada barisan Aritmetika dan Geometri
4.6 Menggunakan pola barisan aritmetika atau geometri untuk menyajikan dan menyelesaikan masalah
kontekstual (termasuk pertumbuhan, peluruhan, bunga majemuk, dan anuitas)

Indikator Pencapaian Kompetensi:


• Mengidentifikasi fakta pada barisan berdasarkan pola iteratif dan rekursif
• Menjelaskan konsep pola bilangan
• Menjelaskan konsep barisan dan deret aritmatika
• Menjelaskan konsep barisan dan deret geometri
• Menggunakan prosedur untuk menyajikan dan menyelesaikan masalah kontekstual (termasuk
pertumbuhan, peluruhan, bunga majemuk, dan anuitas) dengan pola barisan aritmetika atau geometri
• Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan dan deret aritmetika dan geometri
Kalian pasti pernah bermain ayunan. Ketika masih bersekolah di Taman Kanak-kanak, SD, bahkan
sekarang pasti kalian tidak asing dengan ayunan gantung. Pernahkah kalian berfikir, berapa jauh panjang
lintasan yang dilalui oleh ayunan ketika kalian memainkannya? Bagaimanakah cara menghitung panjang
lintasan yang dilalui oleh ayunan dari pertama kali bergerak hingga berhenti? Ternyata konsep ayunan
sama seperti pendulum. Kita dapat menghitung panjang lintasan yang dilalui ayunan menggunakan
konsep barisan dan deret. Pada materi ini, kita akan belajar tentang pola bilangan, barisan, deret, dan
aplikasi mengenai barisan dan deret. Untuk lebih jelasnya, simak materi berikut ini.

A. POLA BILANGAN
Ketika kalian duduk di bangku SMP, kalian sudah pernah mempelajari materi pola bilangan. Pola
bilangan merupakan susunan bilangan yang diatur menurut pola – pola tertentu. Macam – macam pola
bilangan yang telah kalian pelajari terdapat 7 macam. Mari kita mengingat kembali macam – macam pola
bilangan yang sudah pernah kalian pelajari.
1. Pola Bilangan Ganjil
Pola bilangan ganjil adalah susunan bilangan yang terdiri dari bilangan – bilangan ganjil. Contoh
pola bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, 11, ... . Pola bilangan ganjil sendiri dapat kita tentukan
menggunakan rumus:
un = 2n – 1
Dengan:
un = suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, ... dst.).
Contoh:
Diketahui pola bilangan 1, 3, 5, 7, ... . Tentukan suku ke-15 dari pola tersebut!
Jawab:
Kita diminta untuk menentukan suku ke-15, maka dari itu:
n = 15
un = 2n – 1
u15 = 2(15) – 1
= 30 – 1
= 29
Jadi, suku ke-15 yang memenuhi pola tersebut adalah 29.

2. Pola Bilangan Genap


Pola bilangan genap adalah susunan bilangan yang terdiri dari bilangan – bilangan genap. Contoh
pola bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, ... . Pola bilangan genap sendiri dapat kita tentukan
menggunakan rumus:
un = 2n
Dengan:
un = suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, ... dst.).

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 2


Contoh:
Terdapat pola bilangan sebagai berikut: 2, 4, 6, 8, ... . Tentukan suku ke-20 pola tersebut!
Jawab:
Kita diminta untuk menentukan suku ke-20, maka dari itu:
n = 20
un = 2n
u20 = 2(20)
= 40
Jadi, suku ke-20 dari pola tersebut adalah 40.

3. Pola Bilangan Persegi


Perhatikan gambar berikut:

Gambar di atas merupakan gambar yang merepresentasikan pola bilangan persegi. Pola bilangan
persegi adalah susunan bilangan yang terdiri dari bilangan – bilangan kuadrat sempurna. Contoh
bilangan persegi yaitu 1, 4, 9, 16, 25, 36, ... . Berdasarkan gambar di atas dapatkah kalian
menentukan jumlah bulatan pada pola yang diberi tanda tanya?
Pola bilangan persegi dapat dihitung menggunakan rumus:
un = n2
Dengan:
un = suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, dst.).
Contoh:
Tentukan suku ke-26 dari suatu pola bilangan persegi!
Jawab:
Kita diminta untuk menentukan suku ke-26, maka dari itu:
n = 26
un = n2
u26 = 262
= 26  26
= 676
Jadi, suku ke-26 dari pola bilangan persegi adalah 676.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 3


4. Pola Bilangan Persegi Panjang
Pola bilangan persegi panjang adalah susunan bilangan yang membentuk sebuah pola yang berbentuk
bangun persegi panjang. Untuk lebih memahami tentang pola bilangan persegi panjang perhatikan
gambar berikut:

Pola bilangan persegi panjang dapat digambarkan seperti pada gambar 5.2 di atas. Contoh pola
bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, 30, 42, ... . Pola bilangan persegi panjang pada gambar
5.2 ditentukan dengan:
u1 = 1  2 = 2
u2 = 2  3 = 6
u3 = 3  4 = 12
u4 = 4  5 = 20, sehingga pola bilangan persegi panjang dapat dirumuskan sebagai:

Dengan:
un = rumus suku ke-n
n = bilangan asli (1, 2, 3, dst.).
Dengan menggunakan rumus pola bilangan persegi panjang, coba tentukan berapa jumlah bulatan
pada gambar 5.2 yang diberi tanda tanya.

5. Pola Bilangan Segitiga


Pola bilangan segitiga adalah susunan bilangan yang membentuk sebuah pola yang berbentuk
segitiga. Perhatikan gambar berikut untuk memahami gambaran pola bilangan segitiga!

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 4


Seperti pada gambar 5.3 di atas, maka pola bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, ... . Rumus untuk
menentukan pola bilangan segitiga dapat dihitung dengan:
1
𝑢𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)
2
Contoh:
Tentukan nilai suku ke-10 dari pola bilangan 1, 3, 6, 10, 15, ...!
Jawab:
Kita diminta menentukan nilai suku ke-10, sehingga:
n = 10
1
𝑢𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)
2
1
𝑢10 = (10)(11)
2
1
= (110)
2
= 55
Jadi, suku ke-10 dari pola barisan tersebut adalah 55.

6. Pola Bilangan Fibonacci


Pola bilangan fibonacci adalah susunan bilangan yang susunan angkanya merupakan hasil
penjumlahan dari dua suku sebelumnya. Cara menentukan pola bilangan fibonacci adalah mula –
mula kita tentukan suku pertama dan suku keduanya. Kemudian bilangan selanjutnya merupakan
hasil penjumlahan dari dua suku sebelumnya. Berikut cara menentukan bilangan – bilangan pada
pola fibonacci.
u1 = a
u2 = u2
u3 = a + u2
u5 = u3 + u4
un = un – 2 + un – 1
Contoh bilangan fibonacci adalah 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, ... dst. Sehingga barisan tersebut di dapatkan
dari:
a =0
u2 = 1
u3 = 0 + 1 = 1
u4 = 1 + 1 = 2
u5 = 1 + 2 = 3
u6 = 2 + 3 = 5 dan seterusnya.
Contoh:
Lanjutkan pola barisan berikut: 1, 4, 5, 9, 14, 23, ... , ... , ...!

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 5


Jawab:
Pola 1, 4, 5, 9, 14, 23 adalah pola barisan fibonacci, sehingga tiga bilangan selanjutnya dari bilangan
tersebut di dapatkan dari:
u7 = 14 + 23 = 37
u8 = 23 + 37 = 60
u9 = 37 + 60 = 97
Maka dari itu, bilangan selanjutnya dari pola tersebut adalah 37, 60, dan 97.

7. Pola Bilangan Segitiga Pascal


Perhatikan gambar berikut:

Kalian semua tentunya sudah pernah mengamati bentuk seperti pada gambar 5.4. Gambar 5.4
tersebut disebut dengan segitiga pascal. Sesuai namanya, pola bilangan segitiga pascal tentunya
berasal dari segitiga pascal. Pola bilangan segitiga pascal merupakan jumlah bilangan – bilangan dari
setiap baris pada segitiga pascal. Susunan bilangan – bilangan pada pola bilangan segitiga pascal
dapat disaksikan pada gambar di bawah.

Berdasarkan gambar di atas, pola bilangan segitiga pascal diantaranya adalah 1, 2, 4, 8, 16, 32, ... dst.
Maka dari itu, pola bilangan segitiga pascal dapat ditentukan menggunakan rumus:
un = 2n – 1
Dengan:
un = suku ke-n yang akan dicari
n = bilangan asli (1, 2, 3, ... dst.).

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 6


Berdasarkan konsep pola bilangan segitiga pascal yang sudah dijelaskan, coba hitunglah berapa nilai
suku ke-11 dari pola bilangan segitiga pascal? Periksakan pekerjaanmu kepada gurumu!

LATIHAN SOAL

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 7


B. BARISAN DAN DERET
Hampir sama dengan pola bilangan, barisan merupakan suatu susunan bilangan – bilangan dengan urutan
tertentu yang berlandaskan dengan suatu urutan tertentu. Dalam masing – masing susunan bilangan
tersebut diurutkan sesuai urutannya yang disebut sebagai suku. Dalam suatu barisan kita sering
mendengar sebutan suku pertama, suku kedua, suku ketiga dan seterusnya. Suku ke-n dari suatu barisan
aritmatika disimbolkan dengan un.
Sedangkan deret adalah hasil penjumlahan suku – suku dari suatu barisan. Jumlah suku ke-n suatu
deret dinotasikan dengan Sn. Pada subbab ini kita akan mempelajari tentang barisan dan deret. Dalam
matematika terdapat dua barisan dan deret yaitu barisan dan deret aritmatika serta barisan dan deret
geometri.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 8


1. Barisan dan Deret Aritmatika
a. Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah susunan bilangan – bilangan yang selisih antara dua bilangan yang
berurutan sama. Selisih antara suku pertama dengan suku kedua, suku kedua dengan suku ketiga,
dan selanjutnya bernilai sama. Pada barisan aritmatika, selisih sering disebut sebagai beda.
Perhatikan contoh barisan bilangan berikut:

Kedua barisan di atas merupakan contoh barisan aritmatika karena selisih dari dua suku yang
berurutan bernilai sama. Selisih pada barisan yang pertama bernilai 3, sedangkan selisih pada
barisan kedua bernilai 5. Cara menentukan suku ke-n pada barisan aritmatika ditentukan
menggunakan rumus:
un = a + (n – 1) b
Dengan:
un = Suku ke-n barisan aritmatika
a = Suku pertama barisan aritmatika
n = Bilangan asli (1, 2, 3, ... dst)
b = Beda (selisih) = u2 – u1 = u3 – u2 = u4 – u3 dan seterusnya
Contoh:
Diketahui suatu barisan berikut: 2, 6, 10, 14, 18, ... , 90. Tentukan:
a) Rumus umum suku ke-n pada barisan tersebut!
b) Nilai suku ke-12 barisan tersebut!
c) Jumlah suku pada barisan tersebut!
Jawab:
a) Untuk menentukan rumus umum suku ke-n suatu barisan aritmatika, kita gunakan rumus
umum barisan aritmatika sebagai berikut:
un = a + (n – 1) b
Pada soal, terdapat barisan: 2, 6, 10, 14, 18, ... , 90 maka:
a =2
b =6–2=4
Kemudian nilai a dan b kita substitusikan ke dalam rumus suku ke-n barisan aritmatika:
un = a + (n – 1) b
un = 2 + (n – 1) 4
un = 2 + 4n – 4
un = 4n – 2
Jadi, rumus suku ke-n barisan tersebut adalah un = 4n – 2.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 9


b) Nilai suku ke-12 barisan tersebut dapat digunakan menggunakan 2 cara seperti berikut:
Cara I: Menggunakan rumus suku ke-n barisan aritmatika
un = a + (n – 1) b
u12 = 2 + (12 – 1) 4
u12 = 2 + (11) 4
u12 = 2 + 44
u12 = 46
Cara II: Pada soal a, kita telah menentukan rumus umum suku ke-n untuk barisan ini, kita
substitusikan n ke dalam rumus
un = 4n – 2
u12 = 4(12) – 2
u12 = 48 – 2
u12 = 46
Jadi, nilai suku ke-12 barisan tersebut adalah 46.
c) Untuk menentukan jumlah suku pada barisan tersebut, kita lihat kembali soal. Pada soal
diketahui barisan: 2, 6, 10, 14, 18, ... , 90. Suku terakhir barisan tersebut adalah 90, sehingga:
un = 90
Pada soal ini juga terdapat 2 cara untuk menyelesaikan soal ini:
Cara I: Menggunakan rumus umum suku ke-n barisan aritmatika
un = a + (n – 1) b
90 = 2 + (n – 1) 4
90 = 2 + 4n – 4
90 = 4n – 2
88 = 4n
n = 22
Cara II: Kita gunakan rumus yang telah kita dapatkan pada soal a
un = 4n – 2
90 = 4n – 2
88 = 4n
n = 22
Jadi, banyak suku pada barisan tersebut adalah 22.

b. Suku Tengah Barisan Aritmatika


Suku tengah barisan aritmatika adalah suku yang selalu berada di tengah barisan aritmatika dan
membagi suku pada barisan aritmatika sama banyak. Syarat suatu barisan aritmatika memiliki
suku tengah adalah jika jumlah suku pada barisan aritmatika itu ganjil. Perhatikan contoh berikut:

Suku barisan aritmatika pada contoh di atas berjumlah ganjil. Karena jumlah suku pada barisan
tersebut berjumlah 7, maka dari itu suku tengah pada barisan aritmatika adalah suku ke-4 yaitu
11. Cara menentukan suku tengah barisan aritmatika dapat dilakukan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 10


1
𝑢𝑡 = (𝑎 + 𝑢𝑛 )
2
Dengan:
ut = suku tengah barisan aritmatika;
a = suku pertama barisan aritmatika;
un = suku terakhir barisan aritmatika.
Kemudian untuk menentukan di suku berapakah suku tengahnya, dapat ditentukan menggunakan
rumus:
𝑛+1
𝑡=
2
Dengan:
t = Letak suku tengah;
n = Banyaknya suku barisan aritmatika.
Contoh:
Diketahui barisan aritmatika 2, 7, 12, 17, ... , 222. Tentukan:
a) Suku tengah barisan tersebut
b) Banyak suku pada barisan tersebut
c) Suku berapakah suku tengahnya?
Jawab:
a) Untuk menentukan suku tengah barisan tersebut, maka kita tentukan suku pertama dan suku
akhir dari barisan. Sehingga:
a =2
un = 222
Kemudian, kita substitusikan ke dalam rumus suku tengah barisan aritmatika:
1
𝑢𝑡 = (𝑎 + 𝑢𝑛 )
2
1
𝑢𝑡 = (2 + 222)
2
1
𝑢𝑡 = (224)
2
𝑢𝑡 = 112
Jadi, suku tengah barisan tersebut adalah 112.
b) Untuk menentukan banyak suku pada barisan tersebut, kita gunakan rumus suku ke-n barisan
aritmatika
un = a + (n – 1) b
222 = 2 + (n – 1) 5
222 = 2 + 5n – 5
222 = 5n – 3
225 = 5n
n = 45
Jadi, banyak suku pada barisan tersebut adalah 45.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 11


c) Pada soal b, kita telah menentukan banyak suku pada barisan tersebut. Untuk menentukan
letak suku tengahnya, kita substitusikan nilai n yang terletak pada soal b ke dalam rumus letak
suku tengah barisan aritmatika
𝑛+1
𝑡=
2
45 + 1
𝑡=
2
46
𝑡= = 23
2
Jadi, suku tengah barisan tersebut terletak pada suku ke-23.

c. Sisipan Barisan Aritmatika


Sisipan barisan aritmatika adalah barisan aritmatika baru yang didapatkan dari barisan aritmatika
lama dengan cara menyisipkan beberapa bilangan diantara dua suku barisan aritmatika yang
lama. Misalkan diantara dua bilangan yaitu x dan y kemudian disisipkan sebanyak k bilangan
sedemikian rupa sehingga terbentuk barisan aritmatika dengan beda b’, maka beda barisan
aritmatika baru yang terbentuk dirumuskan:
𝑦−𝑥
𝑏′ =
𝑘+1
Dengan:
b’ = Beda barisan aritmatika setelah disisipkan
x = Bilangan awal yang diketahui
y = Bilangan terakhir yang diketahui
k = Banyaknya bilangan yang disisipkan
Contoh:
Diantara bilangan 4 dan 28 disisipkan lima bilangan sehingga bilangan – bilangan semula dengan
bilangan – bilangan yang disisipkan membentuk barisan aritmatika. Tentukan:
a) Beda barisan yang terbentuk
b) Jumlah suku pada barisan aritmatika yang terbentuk
c) Tulislah barisan aritmatika yang terbentuk
Jawab:
a) Untuk menentukan beda barisan yang terbentuk, kita gunakan rumus:
𝑦−𝑥
𝑏′ =
𝑘+1
Pada soal, telah diketahui:
x =4
y = 28
k =5
𝑦 − 𝑥 28 − 4
𝑏′ = =
𝑘+1 5+1
24
𝑏′ = =4
6
Jadi, beda barisan yang terbentuk adalah 4.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 12


b) Setelah kita menentukan beda barisan yang terbentuk, kita dapat menentukan jumlah suku
barisan aritmatika yang dapat ditentukan menggunakan rumus:
n =k+2
n =5+2
n =7
Jadi, banyak suku barisan aritmatika yang terbentuk adalah 7.
c) Barisan aritmatika yang terbentuk adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28.

d. Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah penjumlahan secara berurut suku – suku pada barisan aritmatika. Jumlah
n suku pertama barisan aritmatika dirumuskan dengan Sn. Jika terdapat suku – suku barisan
aritmatika, yaitu u1, u2, u3, ... , un maka nilai penjumlahan suku – suku barisan aritmatika secara
umum dituliskan sebagai:
Sn = u1 + u2 + u3 + ... + un
Untuk lebih memudahkan kalian untuk menghitung jumlah n suku pertama pada barisan
aritmatika, maka deret aritmatika dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑛
𝑆𝑛 = (𝑎 + 𝑢𝑛 )
2
Dengan:
Sn = Jumlah n suku pertama barisan aritmatika
a = Suku pertama
un = Suku terakhir
Pada subbab sebelumnya, kita telah membahas mengenai barisan aritmatika, yang mana kita telah
mengetahui bahwa rumus suku ke-n pada barisan aritmatika adalah:
un = a + (n – 1) b
Jika rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut kita substitusikan ke dalam rumus deret
aritmatika, maka jumlah n suku pertama barisan aritmatika dapat kita turunkan menjadi:

Contoh:
Diketahui barisan aritmatika: 5, 9, 13, 17, ... .
a) Tentukan rumus suku ke-n barisan tersebut!
b) Tentukan rumus jumlah n suku pertama barisan tersebut!
c) Hitunglah jumlah 15 suku pertama barisan tersebut!
Jawab:
a) Rumus suku ke-n barisan tersebut dapat dihitung dengan cara:
un = a + (n – 1) b
Pada soal telah kita ketahui bahwa:
a=5
b=9–5=4
Kita substitusikan nilai a dan b ke dalam rumus suku ke-n barisan aritmatika:
Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 13
un = a + (n – 1) b
un = 5 + (n – 1) 4
un = 5 + 4n – 4
un = 4n + 1
Jadi, rumus suku ke-n barisan tersebut adalah un = 4n + 1.
b) Kemudian untuk menentukan jumlah n suku pertama barisan tersebut dapat kita cari dengan
cara mensubstitusikan rumus suku ke-n barisan aritmatika, yang telah kita temukan pada soal
a ke dalam rumus deret aritmatika sebagai berikut:
𝑛
𝑆𝑛 = (𝑎 + 𝑢𝑛 )
2
𝑛
𝑆𝑛 = (5 + 4𝑛 + 1)
2
𝑛
𝑆𝑛 = (4𝑛 + 6)
2
𝑆𝑛 = 𝑛(2𝑛 + 3)
𝑆𝑛 = 2𝑛2 + 3𝑛
Jadi, rumus jumlah n suku pertama barisan tersebut adalah Sn = 2n2 + 3n.
c) Karena pada soal b kita telah menemukan rumus jumlah n suku pertama barisan aritmatika,
maka untuk menghitung jumlah 15 suku pertama kita gunakan rumus yang telah kita temukan
pada soal b:
Sn = 2n2 + 3n
S15 = 2(15)2 + 3(15)
S15 = 2(225) + 45
S15 = 450 + 45
S15 = 495
Jadi, jumlah 15 suku pertama barisan tersebut adalah 495.

LATIHAN SOAL

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 14


2. Barisan dan Deret Geometri
a. Barisan Geometri
Barisan geometri adalah susunan bilangan – bilangan yang perbandingan antara dua bilangan
yang berurutan sama. Perbandingan antara suku pertama dengan suku kedua, suku kedua dengan
suku ketiga, dan selanjutnya bernilai sama. Pada barisan geometri, perbandingan sering disebut
sebagai rasio. Perhatikan contoh barisan bilangan berikut:

Ketiga barisan di atas merupakan contoh barisan geometri karena perbandingan dari dua suku
yang berurutan bernilai sama. Perbandingan antarsuku yang berurutan pada barisan yang pertama
1
adalah 2, perbandingan antarsuku yang berurutan pada barisan kedua adalah 3, sedangkan
perbandingan antarsuku yang berurutan pada barisan ketiga adalah 1. Cara menentukan suku ke-n
pada barisan geometri ditentukan dengan menggunakan rumus:
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 15


Dengan:
un = Suku ke-n barisan geometri;
a = Suku pertama barisan geometri;
𝑢2 𝑢3 𝑢4
r = Rasio (perbandingan) = = = dan seterusnya;
𝑢1 𝑢2 𝑢3
n = Bilangan asli (1, 2, 3, ... dst).
Contoh:
Diketahui barisan bilangan: 3, 6, 12, 24, 48, ... , 6.144. Tentukan:
a) Rumus suku ke-n barisan tersebut;
b) Nilai suku ke-8 barisan tersebut;
c) Banyak suku pada barisan tersebut.
Jawab:
a) Untuk menentukan rumus suku ke-n ada beberapa hal yang perlu kita ketahui. Barisan pada
soal di atas adalah barisan geometri karena perbandingan antarsuku yang berurutan bernilai
sama, yang diketahui:
a=3
6
𝑟= =2
3
Kemudian, kita substitusi nilai a dan r ke dalam rumus umum suku ke-n barisan geometri:
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
𝑢𝑛 = 3. 2𝑛−1
Jadi, rumus suku ke-n pada barisan tersebut adalah un = 3. 2n – 1.
b) Nilai suku ke-8 barisan tersebut, dapat kita hitung menggunakan rumus suku ke-n barisan
geometri.
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
𝑢8 = 3. 28−1
𝑢8 = 3. 27
𝑢8 = 3 × 128
𝑢8 = 384
Jadi, nilai suku ke-8 pada barisan tersebut adalah 384.
c) Untuk menentukan banyak suku pada barisan geometri tersebut, kita dapat menggunakan
rumus suku ke-n barisan geometri. Sebelumnya kita ketahui bahwa suku terakhir (un) adalah
6.144. Kita substitusikan ke dalam rumus suku ke-n barisan geometri.
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
6.144 = 3 × 2𝑛−1
2𝑛−1 = 2.048
2𝑛−1 = 211
𝑛 − 1 = 11
𝑛 = 12
Jadi, banyak suku pada barisan geometri tersebut adalah 12 suku.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 16


b. Suku Tengah Barisan Geometri
Sama halnya seperti barisan aritmatika, pada barisan geometri juga berlaku suku tengah barisan
geometri. Suku tengah barisan geometri adalah suku yang selalu berada di tengah barisan
geometri dan membagi suku pada barisan geometri sama banyak. Syarat suatu barisan geometri
memiliki suku tengah adalah jika jumlah suku pada barisan geometri itu ganjil. Cara menentukan
nilai suku tengah pada barisan geometri dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑢𝑡 = √𝑎 × 𝑢𝑛

Dengan:
ut = Suku tengah barisan geometri;
a = Suku pertama barisan geometri;
un = Suku terakhir barisan geometri.
Kemudian, untuk menentukan letak suku tengah pada barisan geometri sama seperti pada barisan
aritmatika yaitu:
𝑛+1
𝑡=
2
Contoh:
Diketahui barisan geometri yaitu 3, 3√2, 6, 6√2, ... , 768. Banyaknya suku pada barisan geometri
ini adalah ganjil.
a) Carilah suku tengahnya!
b) Berapakah banyak suku pada barisan itu?
c) Suku ke berapakah suku tengahnya?
Jawab:
a) Untuk menentukan nilai suku tengahnya kita gunakan rumus suku tengah barisan geometri
yaitu:
𝑢𝑡 = √𝑎 × 𝑢𝑛
Pada soal diketahui bahwa:
a =3
un = 768
Kita substitusikan nilai a dan un ke dalam rumus suku tengah barisan geometri.
𝑢𝑡 = √3 × 768
𝑢𝑡 = √2304
𝑢𝑡 = 48
Jadi, suku tengah pada barisan geometri tersebut adalah 48.
b) Untuk menentukan banyak suku pada barisan itu, kita gunakan rumus suku ke-n barisan
geometri. Pada soal, dapat kita ketahui bahwa r = √2. Kita substitusikan ke dalam rumus suku
ke-n barisan geometri.
𝑢𝑛 = 𝑎. 𝑟 𝑛−1
𝑛−1
768 = 3. (√2)
𝑛−1
(√2) = 256
𝑛−1 16
(√2) = (√2)

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 17


𝑛 − 1 = 16
𝑛 = 17
Jadi, banyak suku pada barisan geometri tersebut adalah 17 suku.
c) Untuk menentukan letak suku tengah pada barisan geometri kita gunakan rumus:
𝑛+1
𝑡=
2
17 + 1
=
2
18
=
2
𝑡=9
Jadi, suku tengah barisan geometri tersebut terletak pada suku ke-9.

c. Sisipan Barisan Geometri


Sisipan barisan geometri adalah barisan geometri baru yang didapatkan dari barisan geometri
lama dengan cara menyisipkan beberapa bilangan diantara dua suku barisan geometri yang
diketahui. Misalkan diantara dua bilangan yaitu x dan y kemudian disisipkan sebanyak k bilangan
sedemikian rupa sehingga terbentuk barisan geometri dengan beda r’, maka rasio barisan
geometri baru dapat ditentukan menggunakan rumus:
𝑘+1 𝑦
𝑟′ = √
𝑥
Dengan:
r’ = Rasio barisan geometri setelah diberi sisipan;
k = Banyaknya bilangan yang disisipkan;
y = Bilangan terakhir yang diketahui;
x = Bilangan awal yang diketahui.
Contoh:
Diantara bilangan 2 dan 1.458 disisipkan 5 bilangan sehingga bilangan – bilangan semula dengan
bilangan – bilangan yang disisipkan membentuk barisan geometri.
a) Tentukan rasio dari barisan geometri yang terbentuk!
b) Tulislah suku – suku barisan geometri yang terbentuk!
Jawab:
a) Pada soal, terdapat beberapa hal yang telah diketahui yaitu:
x=2
y = 1.458
k=5
Kemudian kita substitusikan ke dalam rasio barisan geometri setelah disisipkan:
𝑘+1 𝑦
𝑟′ = √
𝑥
5+1 1.458
𝑟′ = √
2
6
𝑟 ′ = √729

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 18


𝑟′ = 3
Jadi, rasio barisan geometri setelah diberi sisipan adalah 3.
b) Maka dari itu, rasio barisan geometri yang terbentuk adalah 2, 6, 18, 54, 162, 486, 1.458.

d. Deret Geometri
Deret geometri adalah penjumlahan secara berurut suku – suku pada barisan geometri. Jika
terdapat suku – suku barisan geometri, yaitu u1, u2, u3, ... , un maka nilai penjumlahan suku – suku
barisan geometri secara umum dituliskan sebagai:
Sn = u1 + u2 + u3 + ... + un
Untuk lebih memudahkan kalian dalam menghitung jumlah n suku pertama pada barisan
geometri, maka deret geometri dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆𝒏 = untuk 𝑟 < 1
(1 − 𝑟)
atau
𝑛
𝑎(𝑟 − 1)
𝑆𝑛 = untuk 𝑟 > 1
(𝑟 − 1)
Dengan:
Sn = Jumlah n suku pertama barisan geometri;
a = Suku pertama barisan geometri;
n = Banyaknya suku barisan geometri;
r = Rasio barisan geometri.
Contoh:
Hitunglah jumlah 7 suku pertama pada deret geometri: 7 + 14 + 28 + ...!
Jawab:
Pada soal telah kita ketahui bahwa:
a =7
r = 2, maka r > 1.
Kemudian, untuk menentukan jumlah 7 suku pertama kita gunakan rumus deret geometri. Kita
substitusikan a dan r ke dalam rumus deret geometri.
𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 =
(𝑟 − 1)
7(27 − 1)
𝑆7 =
(2 − 1)
7(128 − 1)
𝑆7 =
1
𝑆7 = 7(127)
𝑆7 = 889
Jadi, jumlah 7 suku pertama pada deret geometri di atas adalah 889.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 19


LATIHAN SOAL
Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini!
1. Diketahui suatu barisan: 1, 3, 9, 27, ... , 6.561.
a. Tentukan rumus suku ke-n dari barisan tersebut!
b. Berapakah nilai suku ke-6 dari barisan itu?
c. Berapakah banyak suku pada barisan tersebut?
2. Suatu barisan geometri diketahui suku ke-3 adalah 20 dan suku ke-6 adalah 160.
a. Tentukan suku pertama dan rasionya!
b. Tentukan rumus suku ke-n barisan geometri tersebut!
c. Tentukan nilai suku ke-8 barisan tersebut!
d. Suku ke berapakah yang nilainya 5.120?
1 1 1
3. Diketahui barisan geometri: , , , … , 128. Banyak suku pada barisan geometri itu ganjil.
8 4 2
a. Tentukan nilai suku tengahnya!
b. Suku ke berapakah suku tengahnya?
c. Berapakah banyaknya suku pada barisan tersebut?
4. Diantara bilangan 7 dan 224 disisipkan 4 buah bilangan sehingga bilangan – bilangan semula
dengan bilangan – bilangan yang disisipkan membentuk barisan geometri.
a. Tentukan rasio barisan geometri yang terbentuk!
b. Berapakah banyak suku pada barisan tersebut?
c. Tulislah suku – suku barisan geometri yang terbentuk!
5. Diketahui barisan geometri: 192, 48, 12, 3, ... .
a. Tentukan rumus suku ke-n barisan geometri itu!
b. Tentukan rumus jumlah n suku pertama barisan geometri tersebut!
c. Tentukan jumlah 7 suku pertama barisan tersebut!
6. Diketahui suatu deret 3 + 6 + 12 + ... = 1.533. Tentukan:
a. Banyaknya suku pada deret tersebut!
b. Nilai suku terakhirnya!
7. Suatu deret geometri diketahui S2 = 18 dan S4 = 90. Tentukan:
a. Suku pertama dan rasio deret geometri tersebut!
b. Jumlah 8 suku pertama deret geometri itu!
8. Jumlah n suku pertama dari suatu deret geometri dirumuskan dengan Sn = 3n – 1. Tentukan:
a. Rumus suku ke-n dari barisan geometri yang memenuhi deret tersebut!
b. Suku pertama dan rasio barisan geometri yang dimaksud!
9. Sebuah bola dari ketinggian 81 meter dijatuhkan ke lantai. Setelah menyentuh ke lantai bola
tersebut memantul kembali. Pantulan pertama setinggi 27 m, pantulan kedua setinggi 9 m,
pantulan ketiga setinggi 3 m dan seterusnya dengan pola tetap. Hitunglah jumlah tinggi pantulan
bola setelah bola memantul 6 kali!

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 20


C. APLIKASI BARISAN DAN DERET DALAM KEHIDUPAN
SEHARI - HARI
Apa manfaat kita mempelajari barisan dan deret? Rupanya materi barisan dan deret juga dapat diterapkan
pada kehidupan sehari – hari. Pada subbab ini, kita akan belajar tentang materi barisan dan deret dan juga
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari. Kita dapat belajar untuk memecahkan permasalahan nyata
yang berhubungan dengan materi barisan dan deret. Untuk itu, simak materinya di bawah ini.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah atau ukuran suatu benda. Semisal kita berbicara tentang
pertumbuhan manusia, sejak manusia lahir maka akan mengalami perubahan ukuran dari waktu ke
waktu. Manusia akan mengalami perubahan berat badan, tinggi badan dan lain sebagainya. Contoh
lain misal di suatu kota terdapat pertumbuhan penduduk. Maka jumlah penduduk di suatu kota setiap
tahun bertambah yang mempengaruhi kepadatan penduduk.
Kaidah barisan dan deret ternyata dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tentang
pertumbuhan. Pada pembahasan ini, pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan eksponensial
yaitu pertumbuhan yang ditentukan melalui deret geometri. Pertumbuhan akan selalu bertambah
dengan suatu presentase yang konstan (tetap) dalam periode waktu tertentu. Secara umum,
pertumbuhan dirumuskan dengan:
Ht = H0 (1 + r)t
Dengan:
Ht = Jumlah nilai benda setelah t tahun;
H0 = Jumlah nilai benda mula – mula;
r = Laju pertumbuhan;
t = Jangka waktu;
Contoh:
Diketahui jumlah penduduk di suatu daerah pada tahun 2012 berjumlah 3 juta jiwa dengan tingkat
pertumbuhan 2% per tahun. Berapa jumlah penduduk di daerah tersebut pada akhir tahun 2020?
Jawab:
H0 = 3.000.000 jiwa.
r = 2% = 0,02 per tahun.
t = 2020 – 2012 = 8 tahun.
Ht = H0 (1 + r)t
H8 = 3.000.000 (1 + 0,02)8
= 3.000.000 (1,02)8
= 3.000.000 (1,171659)
= 3.514.978 jiwa
Jadi, jumlah penduduk daerah tersebut pada akhir tahun 2020 adalah 3.514.978 jiwa.

2. Peluruhan (Penyusutan)
Jika pertumbuhan merupakan bertambahnya nilai suatu benda, peluruhan adalah sebaliknya.
Peluruhan adalah berkurangnya nilai suatu benda. Contoh suatu peluruhan terdapat pada harga
barang yang kita beli. Misal pada tahun 2017, harga suatu ponsel android adalah 3 juta rupiah maka

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 21


pada tahun ini tentunya harganya sudah berkurang dikarenakan pada tahun ini nilai barang tersebut
sudah berkurang baik dari segi spesifikasi atau beberapa aplikasi yang belum terbarukan dengan
aplikasi pada ponsel – ponsel android pada masa sekarang.
Peluruhan juga dapat dihitung menggunakan kaidah barisan dan deret. Peluruhan yang
dimaksud yaitu peluruhan yang sesuai dengan deret geometri. Nilai peluruhan selalu berkurang
dengan presentasi yang konstan (tetap) dalam suatu jangka waktu tertentu. Secara umum, nilai
penyusutan suatu benda dapat dihitung menggunakan suatu rumus di bawah ini:
Mt = M0 (1 – p)t
Dengan:
Mt = Nilai suatu benda setelah t tahun;
M0 = Nilai benda mula – mula;
p = Tingkat peluruhan;
t = Jangka waktu.
Contoh:
Harga sebuah mobil baru pada tahun 2016 adalah Rp300.000.000,00. Jika nilai jual sebuah mobil
mengalami penyusutan 20% per tahun, berapakah harga mobil tersebut pada tahun 2020?
Jawab:
M0 = Rp300.000.000,00.
p = 20% = 0,2 per tahun.
t = 2020 – 2016 = 4 tahun.
Mt = M0 (1 – p)t
M4 = 300.000.000 (1 – 0,2)4
= 300.000.000 (0,8)4
= 300.000.000 (0,4096)
= 122.880.000
Jadi, harga mobil tersebut pada tahun 2020 adalah Rp122.880.000,00.

3. Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung atas jumlah pinjaman pokok ditambah bunga yang
diperoleh sebelumnya. Jika anda menyimpan uang di bank dan bunga yang diperoleh setiap akhir
periode tidak anda ambil, bunga tersebut akan bersama – sama modal menjadi modal baru yang akan
berbunga pada periode berikutnya.
Uang yang dibungakan dengan bunga majemuk akan bertambah sebagaimana pertumbuhan,
maka perhitungan bunga majemuk sama seperti perhitungan tentang pertumbuhan sebagaimana
dirumuskan dengan:
Mn = M (1 + i)n
Dengan:
Mn = Modal akhir;
M = Modal awal;
i = Suku bunga majemuk;
n = Jangka waktu.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 22


Contoh:
Sari menabung uang di bank sebesar Rp10.000.000,00 dengan suku bunga 4% per tahun. Apabila
uang itu tidak pernah diambil, berapa besar tabungan itu setelah 3 tahun?
Jawab:
M = Rp10.000.000,00.
i = 4% = 0,04 per tahun.
n = 3 tahun.
Mn = M (1 + i)n
M3 = 10.000.000 (1 + 0,04)3
= 10.000.000 (1,04)3
= 10.000.000 (1,124864)
= 11.248.640
Jadi, besar tabungan Sari setelah 3 tahun adalah Rp11.248.640,00.

4. Anuitas
Anuitas adalah sejumlah pembayaran atau penerimaan uang dalam jumlah yang tetap dan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu tertentu tersebut dinamakan periode. Pembayaran secara
anuitas dilakukan setiap akhir periode. Periode pembayaran bisa setiap bulan, triwulan, kuartal,
semester, atau setiap tahun. Jumlah pembayaran anuitas terdiri dari angsuran dan bunga. Nilai anuitas
ditentukan dengan menggunakan rumus:
𝑀×𝑖
𝐴=
1 − (1 + 𝑖)−𝑡
Dengan:
A = Anuitas;
M = Besar pinjaman;
i = Suku bunga;
t = Periode.
Contoh:
Anji membeli rumah di suatu perumahan menggunakan Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Harga
rumah tersebut adalah Rp200.000.000,00 dan akan dilunasi dalam jangka waktu 5 tahun dengan
anuitas. Jika besar bunga adalah 1% per bulan dan anuitas pertama dibayar setelah satu bulan,
tentukan besarnya anuitas!
Jawab:
M = Rp200.000.000,00
i = 1% = 0,01 per bulan
t = 5 tahun = 60 bulan
𝑀×𝑖 200.000.000 × 0,01 2.000.000
𝐴= = =
1 − (1 + 𝑖 ) −𝑡 1 − (1 + 0,01) −60 1 − (1,01)−60
2.000.000 2.000.000
𝐴= = = 4.448.889,54
1 − 0,55044962 0,44955038
Jadi, besarnya anuitas adalah Rp4.448.889,54.

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 23


LATIHAN SOAL
Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini!
1. Pada tahun 2001 penduduk negara Amazonia tercatat 25 juta jiwa. Jika tingkat pertumbuhannya
mencapai 3% per tahun, tentukan perkiraan jumlah penduduk Amazonia pada tahun 2021!
2. Diketahui harga beli sebuah sepeda motor adalah Rp15.000.000,00 dan harga jualnya menurun
sebesar 10% setiap tahun. Tentukan harga jual sepeda motor setelah pemakaian selama 5 tahun!
3. Modal sebesar Rp40.000.000,00 didepositokan dengan suku bunga majemuk 5% per tahun.
Tentukan besar modal setelah 4 tahun!
4. Pinjaman sebesar Rp85.000.000,00 dikenakan suku bunga majemuk setiap bulan. Setelah satu
tahun, pinjaman tersebut menjadi Rp107.797.000,00. Tentukan besar suku bunganya!
5. Pak Junaidi menginvestasikan saham sebesar Rp200.000.000,00 di PT. Solid Gold Berjangka
dengan suku bunga majemuk 4% per semester. Jika saham tersebut menjadi Rp273.720.000,00,
berapa tahun pak Junaidi menginvestasikan sahamnya?
6. Pak Feri membeli laptop seharga Rp8.000.000,00. Laptop tersebut akan dilunasi dengan sistem
anuitas selama setahun dengan pembayaran setiap dua bulan dengan bunga 1% tiap dua bulan.
Berapa besar Anuitas yang harus dibayarkan oleh pak Feri?

Modul Belajar Matematika Kelas XI Semester Genap Page 24

Anda mungkin juga menyukai