MATEMATIKA
Untuk SMP/MTs Kelas VIII
POLA BILANGAN
Sumber: www.shutterstock.com
PETA KONSEP
Konfigurasi persegi
Konfigurasi objek
Konfigurasi lingkaran
Pola Konfigurasi Keterkaitan antarsuku
Bilangan Asli
Bilangan urutan yang dimulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya selanjutnya disebut “bilangan asli”
yang dalam bahasa Inggris disebut “natural numbers”. Di Indonesia, A digunakan sebagai lambang
dari himpunan bilangan asli sehingga A = {1, 2, 3, 4, . . .}.
Selanjutnya, keberadaan objek dalam suatu kumpulan benda hanya mungkin “ada” jika
kumpulan itu ada isinya atau “tidak ada”. Jika kumpulan itu tidak ada isinya. Bilangan 1, 2, 3, 4, .
. . , dan seterusnya menyatakan banyaknya anggota untuk kumpulan yang ada isinya dan 0 (nol)
untuk kumpulan yang tak ada isinya. Oleh karena itu, untuk himpunan bilangan cacah adalah C =
{0, 1, 2, 3, 4, . . .}.
Sementara itu, di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar, C atau
W digunakan sebagai lambang untuk himpunan bilangan cacah yang dikenal dengan istilah
“cardinal numbers” atau “whole numbers”. Dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan cacah
dilambangkan dengan C = {0,1, 2, 3, 4, . . .} atau W = {0,1, 2, 3, 4, . . .}.
1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA
B. Pengertian Pola dan Barisan Bilangan
Barisan bilangan berhubungan erat dengan bilangan urutan dan bilangan cacahan.
Sebagai bilangan urutan secara umum, urutan suku-sukunya diberi lambang , , , , . . ., yang
bermakna sebagai “urutan pertama, urutan kedua, urutan ketiga, urutan keempat, dan
seterusnya”. Selanjutnya, setiap bilangan yang diurutkan ditulis berjajar dan sebagai
pemisah di antara dua suku yang berurutan digunakan tanda koma (,).
Contoh Masalah
Misalkan disediakan pola susunan huruf-huruf L
seperti berikut (Gambar 1.1).
Pertanyaannya adalah ″berdasarkan pola huruf L,
berapa petak persegi satuan yang diperlukan
untuk membentuk huruf L yang ke-100″.
Pemecahan Masalah
Misalkan pola yang dapat kita amati dari
Gambar 1.1 adalah seperti berikut
(Gambar 1.2).
Berdasarkan pola yang dapat diamati dari Gambar 1.2, banyaknya petak persegi
satuan yang diperlukan untuk membentuk suku (unit) pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya adalah = 1 + 3 = 1 + (1 + 2)
= 2 + 4 = 2 + (2 + 2)
= 3 + 5 = 3 + (3 + 2)
= 4 + 6 = 4 + (4 + 2)
Lebih lanjut, barisan bilangan n suku yang dihasilkan pada pemecahan masalah
tersebut adalah
Selanjutnya, dengan diketahuinya rumus suku ke-n dari barisan tersebut, kita
dapat menentukan secara cepat sembarang suku yang ditanyakan.
B. Secara Intuitif
Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat tiga (B3T) juga berupa
polinom berderajat 3, yaknidengan perolehan hasil selengkapnya seperti berikut.
Contoh Soal
Tentukan suku ke-100 dari suatu barisan bilangan yang rumus umumnya
adalah .
Jawab:
= n (n + 3) ⇒ = 100 (100 + 3)
= 100(103)
= 10.300
B. Pola Ganjil
Bentuk umum pola ganjil adalah
C. Pola Persegi
F. Pola Aritmetika
atau
G. Pola Geometri
Bentuk umum pola geometri adalah
, jika r < 1
atau
, jika r > 1.
Contoh Soal
Seutas tali dipotong menjadi lima bagian dengan panjang masing-masing
bagian membentuk barisan geometri. Jika potongan tali yang terpendek
5 cm dan potongan tali yang terpanjang 80 cm, tentukan panjang tali
semula.
Jawab:
⇒