Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN WACANA

DALAM KUMPULAN MAKALAH MAHASISWA

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Muhammad Azwan, 176210263

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Universitas Islam Riau. Pekanbaru

muhammadazwan252@gmail.com

A. PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dalam


kehidupan sehari- hari. Bahasa juga dapat di katakana sebagai hal yang paling penting
dalam mengungkapkan segala sesuatu yang ada pada diri manusia karena dapat
mengekspresikan perilaku manusia. Bahasa digunakan untuk mengungkapkan segala
yang ada dipikiran dan ide kita kepada orang lain. Kita menyadari bahwa segala
aktivitas dan berinteraksi tidak ada artinya tanpa bahasa (Wahyuni, 2015:1).

Menurut (Chaer, 2015:1) bahasa adalah Fenomena yang menghubungkan


dunia makna dengan dunia bunyi. Lalu sebagai penghubung di antara kedua dunia itu,
bahsa di bangun oleh tiga buah komponen, yaitu komponen leksikon, komponen
gramatikan, dan komponen fonologi Bahasa merupakan suatu sistem dan ketiga
komponen tersebut merupakan subsistem yang terikat dengan dunia pragmatik atau
dunia konteks. Oleh sebab itu dapat di simpulkan bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi yang mampu
mengekspresikan perilaku dan mampu mengungkapkan ide serta pemikiran kepada
orang lain.

Menurut (Faraba, 2017:2), dalam ilmu bahasa atau linguistik terdapat


beberapa cabang ilmu seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan
analisis wacana. Semua cabang ilmu yang ada di dalam ilmu bahasa, mempunyai
peranan dan fungsi masing-masing. Kemudian dari pada itu dari setianp cabang ilmu
tersebut terdapat kesalahan-kesalahan penggunaan oleh masyarakat tutur yang yang
di dasari oleh fator-faktor tertentu. Hal ini jelas menimpulkan kesenjangan karena
kesalahan tersebut akan beraakibat kepada perubahan dari simtem suatu bahasa
tersebut.

Pengertian kesalahan berbahasa dikemukakan oleh Corder (dalam Supriani,


2012:69) bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga
merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.
Analisis kesalahan berbahasa merupakan ilmu yang mempelajari atau membahasa
penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan atauran yang telah ditentukan
berdasarkan tata bahasa baku/standar baku. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada
tataran linguistik seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, hingga wacana.

Menurut (Setyawati, 2010:146) kesalahan bahasa tataran wacana meliputi (a)


kesalahan dalam kohesi dan (b) kesalahan dalam koherensi. wacana yang kohesif dan
koheren merupakan wacana yang utuh, yakni informasi dalam suatu wacana runtut
dari awal sampai akhir. Hal ini dimaksudkan agar pembaca lebih mudah memahami
isi dalam informasi yang disajikan penulis. Pada dasarnya, kohesi merujuk pada
perpautan bentuk, sedangkan koherensi merujuk pada perpautan makna.

Tarigan (dalam Setyawati, 2010:145) mengemukakan bahwa wacana


merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat, atau
klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambunganyang mempunyai
awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana dapat
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri, ensiklopedia, dan
sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

Wacana adalah unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk


karangan yang utuh dan dengan amanat yang lengkap dengan koherensi dan kohesi
yang tinggi. Wacana utuh harus dipertimbangkan dari segi isi (informasi) yang
koheren sedangkan sifat kohesifnya dipertimbangkan dari keruntutan unsur
pendukungnya yaitu bentuk (Wirawati, 2018:3).

Oleh sebab itu dapat di katakan bahwa wacana merupakan cabang ilmu
bahasa yang kajiannya lebih luas dari kalimat atau klausa dan oleh karena itu dapat
juga dimaksudkan sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan
lisan atau tertulis. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk dan
makna, hubungan dalam wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan
bentuk yang disebut kohesi dan hubungan makna atau hubungan semantis yang
disebut koherensi.

Wacana dapat dibagi menjadi dua macam yaitu wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung
dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau
ujaran.Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis, penyampaian isi atau
informasi disampaikan secara tertulis. Ini dimaksudkan agar tulisan tersebut dapat
dipahami dan diinterprestasikan oleh pembaca.

(Hanafiah, 2014:136) mengungkapkan bahwa sebuah wacana yang baik terdiri


dari rangkaian kalimat yang memiliki saling keterkaitan arti, antara satu kalimat
bertaut makna dengan kalimat lainnya dari awal hingga akhir. Dengan kata lain
wacana adalah suatu kesatuan bahasa yang lengkap yang mengandung suatu gagasan
yang memiliki unsur kohesi dan koherensi. Suatu wacana benar-benar kohesi bila
terdapat kesesuaian bentuk bahasa terhadap konteks

Hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana tulis tersusun


berkesinambungan dan membentuk suatu kepaduan. Oleh karena itu, kepaduan
makna dan kerapian bentuk pada wacana tulis merupakan salah satu faktor yang
penting dalam rangka meningkatkan tingkat keterbacaan. Hubungan dalam wacana
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi dan
hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi (Widiatmoko,
2015:2).

Mulyana (dalam Rahmawati, 2017:4) mengungkapkan bahwa wacana yang


kohesif dan koheren merupakan wacana yang utuh, yakni informasi dalam suatu
wacana runtut dari awal sampai akhir. Hal ini dimaksudkan agar pembaca lebih
mudah memahami isi dalam informasi yang disajikan penulis. Pada dasarnya, kohesi
merujuk pada perpautan bentuk, sedangkan koherensi merujuk pada perpautan
makna. Unsur-unsur kohesi dalam wacana dibagi menjadi dua, yakni kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal.

Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren. Halliday dan
Hasan mengungkapkan bahwa penentu utama untuk menentukan apakah seperangkat
kalimat itu merupakan suatu teks sangat bergantung pada hubungan-hubungan
kohesif yang ada di dalam dan di antara kalimatkalimat itu yang dapat membentuk
suatu jaringan atau tekstur texture (Aflahah, 2006:10).

(Rahmawati, 2017:18) mengungkapkan bahwa kohesi leksikal merupakan


keterpautan makna dalam wacana juga dilihat pada segi kosakatanya, sedangkan
kohesi gramatikal merupakan unsur-unsur wacana berupa kata atau kalimat yang
digunakan untuk menyusun suatu wacana sehingga memiliki keterkaitan yang padu
dan utuh.

Kendati demikin dapat di simpulkan bahwa unsur kohesi di dalam wacana


merupakan keselarasan bentuk antara kalmat satu dengan kalimat yang lain sehingga
membentuk satu kesatuan yang utuh, sedangkan unsur koherensi di dalam wacana
mengarah kepada pertalian makna dalam suatu kalimat dengan kalimat yang lain
yang bertujuan agar pembaca mampu menafsirkan maksud dari suatu teks dengan
jelas.
Berdasarkan pengertian, konsep dan kaidah yang telah di paparkan di atas
maka fenomena yang di temukan adalah analisis kesalahan berbahasa dapat dilihat
pada tulisan karya ilmiah terutama pada makalah mahasiswa yang berupa kesalahan
berbahasa tataran wacana. Fenomena yang di lihat ini di pengaruhi oleh kondisi
dimana masih banyak mahasiswa yang belum benar-benar memahami penggunaan
bahasa terutama kesalahan dalam bidang kohesi dan koherensi yang di pengaruhi
beberapa faktor seperti pengaruh kesalahan penggunaan pengacuan, kesalahan
penggunaan penyulihan, kekurang efektifan wacana karena tidak ada pelesaapan dan
kesalahan penggunaan konjungsi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk kesalahan


berbahasa tataran wacana yang berkaitan dengan kesalahan penggunaan kohesi dan
koherensi pada kumpulan makalah mahasiswa Universitas Islam Riau. Adapun satu
tujuan penelitian yang dicapai, yaitu mendeskripsikan bentuk kesalahan berbahasa
dalam tataran wacana pada kumpulan makalah mahasiswa Universitas Islam Riau.

Oleh karena itu penelitian ini menitik beratkan kepada analisis kesalahan
berbahasa tataran wacana dalam bidang kohesi dan koherensi pada penulisan karya
tulis ilmiah atau makalah yang di buat oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Islam Riau.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kesalahan dalam Kohesi


 Penggunaan Konjungsi

No Judul Kutipan/data
1 Landasan Biologis pada Bahasa Ketergantungan dengan air menjadi
lebih kecil oleh tumbuhnya reptil.
2. Produksi ujaran Pada bagian isi, kedua pembicara juga
harus memiliki pengetahuan, latar
bersama, atau topik pembicaraan yang
sama.
3. Karya Tulis Ilmiah Menulis Paragraf Dalam kegiatan menulis ini, penulis
Deskripsi haruslah terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, maupun
kosa kata.
4. Penyimpanan dan Retrieval Kata Akan tetapi, gudang ini bukan
sembarangan gudang, karena tidak
hanya barangnya yang di simpan ini
unik, adalah kata, dan cara
pengaturannya juga sangat rumit.
5. Penyimpanan dan Retrieval Kata Dengan hal-hal seperti ini dapatlah di
duga atau disimpulkan bahwa kamus
mental kita yang lebih umum
dinamakan sebagai leksikon mental.

Data 1
Berdasarkan analisis di atas jika kita cermati dengan seksama, akan kita temukan
kesalahan dalam penggunaan konjungsi dalam wacana-wacana diatas, tepatnya pada
kata-kata yang bercetak miring. Akan lebih tepat jika konjungsi dalam wacana di atas
diganti seperti dibawah ini :
1. “Ketergantungan pada air menjadi lebih kecil dengan tumbuhnya reptil”.
2. “Pada bagian isi, kedua pembicara juga harus memiliki pengetahuan, latar
bersama, dan topik pembicaraan yang sama”.
3. “Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.”.
4. “Akan tetapi, gudang ini bukan sembarangan gudang, karena tidak hanya
barangnya yang di simpan disini unik, yaitu kata, tetapi cara pengaturannya
juga sangat rumit”.
5. “Dengan hal-hal seperti ini dapatlah di duga dan disimpulkan bahwa kamus
mental kita yang lebih umum dinamakan sebagai leksikon mental”.

Daftar Pustaka
Aflahah. (2006). Kohesi Dan Koherensi Dalam Wacana. Volume 1 No 7 hlmn 18.
diakses 30 April 2020.
Chaer, Abdul. (2015). Sintaksis zBahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Faraba, Dkk. (2017). Pelesapan Subjek Dan Predikat Pada Judul-Judul Berita Line
News Populer. Jurnal Pena Indonesia Volume 3 No 1 hlmn 1–15. diakses 30
April 2020.
Hanafiah. (2014). Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada Wacana Buletin Jumat.
Volume 11 No 2 hlmn 135–152. diakses 30 April 2020
Rahmawati, Linda Dwi. (2017). Kohesi Dan Koherensi Wacana Pembaca Menulis Di
Jawa Pos. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Volume 1 No 2 hlmn
8. diakses 30 April 2020
Setyawati. (2010). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Supriani.. (2012). Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa. Jurnal Edukasi Kultura
Volume 1 No 2 hlmn 67–76. diakses 30 April 2020
Wahyuni. (2015). Afiks Pembentuk Verba dalam Bahasa Bugis dialek Luwu Oleh
Nurul Wahyuni. Jurnal Humanika Volume 3 No 15 hlmn 1–19.
https://doi.org/1979-8296 diakses 30 April 2020
Widiatmoko, Widi. (2015). Analisis Kohesi Dan Koherensi Wacana Berita Rubrik
Nasional Di Majalah Online Detik. Jurnal Sastra Indonesia Volume 4 No 1
hlmn 1–12. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi%0AANALISIS. diakses
30 April 2020.
Wirawati, Denik. (2018). Analisis Wacana Naskah Drama Esok , Di Neraka. Volume
1 No 2 hlmn 1–14. diakses 30 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai