IMPLIKATUR PERCAKAPAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
NINDA
RESKI AMINI
SYAHRA RIADA
INDRA ROSANDA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Implikatur Percakapan” ini dengan baik. Makalah
ini dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
“Germanitische Linguistik” dan sebagai salah satu media belajar bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak yang ingin membantu guna menjadikan
makalah ini menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga makalah ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4
A. Latar belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan masalah.......................................................................................... 6
C. Tujuan............................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 7
A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16
3
BAB. I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
4
Ilmu bahasa dalam perkembangannya sering melakukan kajian yang hanya berkutat
pada tataran internal saja. Sehingga kondisi bahasa dengan beragam relevansi dan
hubungannya dengan sosio-kultural agak sedikit teralihkan.
Bahasa dan hubungannya dengan dunia luar/konteks sosial sangat menarik untuk
dikaji lebih mendalam. Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir,
ekspresi dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa akan menuntun
penggunanya untuk berlaku santun dalam setiap tindak tuturnya. Sebagai sarana ekspresi,
bahasa membawa penggunanya kepada tarap suasana kreatif. Hal ini bisa terlihat dari
fungsi bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan pemikiran tentang ilmu, teknologi
dan seni. Sebagai sarana komunikasi, bahasa akan menciptakan suatu kultur kehidupan
yang akrab.
Bahasa juga akan membawa penggunanya pada suatu kondisi yang
menitikberatkan kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan dalam konteks sosio-
kultural. Salah satu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana bahasa dimanifestasikan ke
dalam dunia komunikasi dengan mengaitkannya dengan koteks dan konteks adalah
pragmatik. Pengkajian bahasa yang berkutat pada tataran struktural adakalanya tidak
menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Karena pada pelaksanaannya, banyak penutur
bahasa menggunakan bahasa yang justru sangat bertentangan dengan kaidah struktural
bahasa itu sendiri.
Kadang kita banyak menemukan adanya suatu penggunaan bahasa yang “keluar” dari
kaidah bahasa yang ada. Namun demikian, penggunaan bahasa yang menyalahi struktur pun
pada faktanya tidak menyalahi kaidah komunikasi yang efektif dan efisien. Kondisi inilah
yang mendorong adanya kajian bahasa yang tidak hanya berkutat pada tataran
struktur/formal saja, melainkan suatu kajian bahasa yang lebih besar dari itu, yakni kajian
bahasa yang berhubungan dengan penggunaannya sesuai kondisi dan konteks kebahasaan
yang ada. inilah yang dinamakan kajian pragmatik. Salah satu kajian bahasa yang dapat
mengakomodir penggunaan bahasa yang “keluar” dari kaidah struktural bahasanya dan
mengedepankan konteks penggunaannya adalah kajian pragmatik dan analisis wacana.
Dalam kajiannya, kedua bidang kajian ini mengedepankan aspek kebahasaann yang
berkaitan dengan aspek luar dari bahasa itu sendiri. hal itu bisa berupa kondisi.
5
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Implikatur Percakapan?.
2. Apa saja ciri-ciri implikatur Percakapan?.
3. Apa saja jenis-jenis implikatur percakapan?.
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian implikatur percakapan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri implikatur percakapan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur percakapan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Implikatur
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Menurut Brown dan Yule
istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan atau
dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh
penutur. Pendapat seperti itu memilki arti bahwa suatu makna yang berbeda dengan makna
tuturan secara harfiah. Grice, H. P., berpendapat bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah
proposisi (maksud) yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu
konteks, sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari hal yang dinyatakan
sebelumnya juga hampir sama dengan pendapat Brown dan Yule, tetapi Grice mencoba
mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi makna. Ia juga
mengatakan implikatur percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian
utamanya adalah mempelajari ‘maksud suatu ucapan’ sesuai dengan konteksnya.
Menurut Gumpers, inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh
situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa
yang ditanggap oleh si pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau
sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau
kalimat yang lain supaya dapat ditanggapi oleh si pendengar.
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah
suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan kajian pada suatu makna yang
implisit dari suatu percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan.
Sesuatu yang memungkinkan berlangsungnya percakapan dikuasai oleh satu hukum atau
kaidah pragmatik umum yang menurut Grice disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah
tersebut mencakup tentang peraturan tentang bagaimana percakapan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari 2 pokok, yaitu:
7
a) Prinsip kooperatif yang menyatakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan
itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu. Contoh:
A: Was haben Sie von Beruf?
B: Ich bin Lehrerin.
b) Empat maksim percakapan yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
relevansi dan maksim pelaksanaan.
Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang
sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti
yang memadai. Contoh: Sseseorang harus mengatakan bahwa Jakarta adalah ibukota
Indonesia, bukan kota-kota yang lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu.
Contohnya lainnya :
1. Heute ist wolkig. Diucapkan pada saat memang cuaca sedang mendung.
2. Ketua tingkat kelas A Deutschabteilung adalah Eving Championg.
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta penututurnya memberikan kontribusi
yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Contoh:
1. Meine neue Nachbarin ist schӧn.
Penutur yang wajar tentu memakai ujaran pada contoh di atas karena lebih ringkas
dan juga menyimpan nilai kebenaran (truth value). Setiap orang tentu mengetahui bahwa
‘perempuan’ itu cantik.
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi
yang relevansi dengan masalah pembicara. Contohnya :
1. Die Mutter : Ani, deine Handy ist klingeln.
Ani : Ich bin esse.
Jawaban Ani pada contoh di atas sepintas tidak terhubung, tetapi apabila diamati,
hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban Ani mengimplikasikan bahwa saat
itu ia tidak dapat menerima telepon itu. Fenomena seperti ini, mengisyaratkan bahwa
fenomena relevansi tindak ucap peserta kontribusinya tisak selalu terletak pada makna
ujarannya, tetapi memungkinkan pula pada apa yang diimplikasikan ujaran itu. Contoh lain
misalnya,
1. Nana : Wie viel Uhr ist es jetzt?.
Ibu : die Sonne hat schon aufgang.
8
Wacana diatas, secara eksplisit tidak menjawab pertanyaan yang diajukan. Tetapi dengan
memperhatikan waktu matahari terbit, dapat diketahui inferensi pukul berapa ketika itu. Penutur
dan lawan tutur memiliki asumsi yang sama sehingga hanya dengan mengatakan “matahari sudah terbit” dia
menganggap sudah menjawab pertanyaan yang diajukan.
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara
langsung, tidak taksa (satu kata mempunyai dua makna). Contoh: Gibt mir, bitte!
9
A: Woher kommst du?.
B: Ich komme aus Java. (si B berusaha menyembunyikan identitasnya karena suatu hal
yang tidak pasti).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Menurut Brown dan
Yule istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan,
disarankan atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya
yang dikatakan oleh penutur.
B. Saran
Diharapkan kepada dosen atau mahasiswa untuk memberikan masukan akan
makalah kami. Agar kedepannya lebih baik lagi.
11