Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GERMANISTISCHE LINGUISTIK

IMPLIKATUR PERCAKAPAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

NINDA
RESKI AMINI
SYAHRA RIADA
INDRA ROSANDA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

1
KATA PENGANTAR

Puji  syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Implikatur Percakapan” ini dengan baik. Makalah
ini dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
“Germanitische Linguistik” dan sebagai salah satu media belajar bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak yang ingin membantu guna menjadikan
makalah ini menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga makalah ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, 21 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4

A. Latar belakang................................................................................................ 4
B. Rumusan masalah.......................................................................................... 6
C. Tujuan............................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 7

A. Pengertian impikatur percakapan................................................................... 7


B. ciri-ciri implikatur percakapan....................................................................... 9
C. jenis-jenis implikatur percakapan?................................................................ 10

BAB III PENUTUP................................................................................................... 11

A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16

3
BAB. I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberadaan bahasa dalam kehidupan sosio-kultural sangat mendapatkan tempat yang


amat vital bagi keberlangsungan transfer informasi dan pengetahuan di kalangan
masyarakat penutur bahasa itu sendiri. Bahasa yang juga merupakan alat yang sistematis
untuk menyampaikan gagasan atau perasaan penutur dengan menggunakan tanda, bunyi
dan  gestur yang berkaitan dengan mimik atau tanda-tanda yang disepakati dan
mengandung makna. Sudah seharusnya bahasa mempunyai peranan penting dalam setiap
tindak tutur si penutur bahasa. Bahasa yang juga berhakikat sebagai suatu tanda yang
bersifat produktif, dalam perkembangannya bahasa sering menumbuhkembangkan sistem
bahasa yang ada dan penggunaannya yang bersifat produktif. Maksudnya adalah bahwa
bahasa mempunyai sifat terus berkembang dari satu subsistem bahasa, yaitu kata,
menjadi subsistem bahasa lainnya, bisa berupa frasa, klausa, kalimat atau bahkan wacana.
Penggunaan bahasa yang sifatnya produktif sangat tidak terbatas jumlahnya. Karena
bagaimanapun juga, sang penutur bahasa akan terus mencoba menumbuhkembangkan
satu bahasa menjadi beberapa varian bahasa itu sendiri.
Sesuai dengan teori tersebut, maka akan mudah kita dapati perkembangan suatu
bahasa di tengah-tengah penutur bahasanya begitu cepat dan tidak terhindari. Bahasa
yang merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi antar manusia, dalam
keberadaannya mempunyai variasi atau ragam bahasa. karena bahasa yang menjadi objek
kajian bidang linguistik akan sangat memungkinkan berkembang dan perkembangannya
itu akan mudah diamati karena linguistik adalah salah satu ilmu empiris yang
penelitiaannya berdasar pada kenyataan-kenyataan yang dapat diamati di dalam
kehidupan berbahasa sehari-hari.

4
Ilmu bahasa dalam perkembangannya sering melakukan kajian yang hanya berkutat
pada tataran internal saja. Sehingga kondisi bahasa dengan beragam relevansi dan
hubungannya dengan sosio-kultural agak sedikit teralihkan.
Bahasa dan hubungannya dengan dunia luar/konteks sosial sangat menarik untuk
dikaji lebih mendalam. Bahasa di dalam penggunaannya berfungsi sebagai sarana pikir,
ekspresi dan sarana komunikasi. Sebagai sarana pikir, bahasa akan menuntun
penggunanya untuk berlaku santun dalam setiap tindak tuturnya. Sebagai sarana ekspresi,
bahasa membawa penggunanya kepada tarap suasana kreatif. Hal ini bisa terlihat dari
fungsi bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan pemikiran tentang ilmu, teknologi
dan seni. Sebagai sarana komunikasi, bahasa akan menciptakan suatu kultur kehidupan
yang akrab.
Bahasa juga akan membawa penggunanya pada suatu kondisi yang
menitikberatkan kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan dalam konteks sosio-
kultural. Salah satu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana bahasa dimanifestasikan ke
dalam dunia komunikasi dengan mengaitkannya dengan koteks dan konteks adalah
pragmatik. Pengkajian bahasa yang berkutat pada tataran struktural adakalanya tidak
menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Karena pada pelaksanaannya, banyak penutur
bahasa menggunakan bahasa yang justru sangat bertentangan dengan kaidah struktural
bahasa itu sendiri.
Kadang kita banyak menemukan adanya suatu penggunaan bahasa yang “keluar” dari
kaidah bahasa yang ada. Namun demikian, penggunaan bahasa yang menyalahi struktur pun
pada faktanya tidak menyalahi kaidah komunikasi yang efektif dan efisien. Kondisi inilah
yang mendorong adanya kajian bahasa yang tidak hanya berkutat pada tataran
struktur/formal saja, melainkan suatu kajian bahasa yang lebih besar dari itu, yakni kajian
bahasa yang berhubungan dengan penggunaannya sesuai kondisi dan konteks kebahasaan
yang ada. inilah yang dinamakan kajian pragmatik. Salah satu kajian bahasa yang dapat
mengakomodir penggunaan bahasa yang “keluar” dari kaidah struktural bahasanya dan
mengedepankan konteks penggunaannya adalah kajian pragmatik dan analisis wacana.
Dalam kajiannya, kedua bidang kajian ini mengedepankan aspek kebahasaann yang
berkaitan dengan aspek luar dari bahasa itu sendiri. hal itu bisa berupa kondisi.

5
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Implikatur Percakapan?.
2. Apa saja ciri-ciri implikatur Percakapan?.
3. Apa saja jenis-jenis implikatur percakapan?.
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian implikatur percakapan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri implikatur percakapan.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur percakapan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Implikatur
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Menurut Brown dan Yule
istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan atau
dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh
penutur. Pendapat seperti itu memilki arti bahwa suatu makna yang berbeda dengan makna
tuturan secara harfiah. Grice, H. P., berpendapat bahwa sebuah implikatur merupakan sebuah
proposisi (maksud) yang diimplikasikan melalui ujaran dari sebuah kalimat dalam suatu
konteks, sekalipun proposisi itu sendiri bukan suatu bagian dari hal yang dinyatakan
sebelumnya juga hampir sama dengan pendapat Brown dan Yule, tetapi Grice mencoba
mengaitkan suatu konteks yang melingkupi suatu tuturan yang turut memberi makna. Ia juga
mengatakan implikatur percakapan sebagai salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian
utamanya adalah mempelajari ‘maksud suatu ucapan’ sesuai dengan konteksnya.
Menurut Gumpers, inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh
situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si  pembicara tidak sama dengan apa
yang ditanggap oleh si pendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau
sering juga terjadi si  pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau
kalimat yang lain supaya dapat ditanggapi oleh si pendengar.
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan adalah
suatu bagian dari kajian pragmatik yang lebih mengkhususkan kajian pada suatu makna yang
implisit dari suatu percakapan yang berbeda dengan makna harfiah dari suatu percakapan.
Sesuatu yang memungkinkan berlangsungnya percakapan dikuasai oleh satu hukum atau
kaidah pragmatik umum yang menurut Grice disebut kaidah  penggunaan bahasa. Kaidah
tersebut mencakup tentang peraturan tentang  bagaimana percakapan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari 2 pokok, yaitu:

7
a) Prinsip kooperatif yang menyatakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan
itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu. Contoh:
A: Was haben Sie von Beruf?
B: Ich bin Lehrerin.
b) Empat maksim percakapan yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
relevansi dan maksim  pelaksanaan.
 Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang
sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada  bukti-bukti
yang memadai. Contoh: Sseseorang harus mengatakan bahwa Jakarta adalah ibukota
Indonesia, bukan kota-kota yang lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu.
Contohnya lainnya :
1. Heute ist wolkig. Diucapkan pada saat memang cuaca sedang mendung.
2. Ketua tingkat kelas A Deutschabteilung adalah Eving Championg.
 Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta penututurnya memberikan kontribusi
yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan  bicaranya. Contoh:
1. Meine neue Nachbarin ist schӧn.
Penutur yang wajar tentu memakai ujaran pada contoh di atas karena lebih ringkas
dan juga menyimpan nilai kebenaran (truth value). Setiap orang tentu mengetahui bahwa
‘perempuan’ itu cantik.
 Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi
yang relevansi dengan masalah pembicara. Contohnya :
1. Die Mutter : Ani, deine Handy ist klingeln.
Ani : Ich bin esse.
Jawaban Ani pada contoh di atas sepintas tidak terhubung, tetapi apabila diamati,
hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban Ani mengimplikasikan bahwa saat
itu ia tidak dapat menerima telepon itu. Fenomena seperti ini, mengisyaratkan bahwa
fenomena relevansi tindak ucap  peserta kontribusinya tisak selalu terletak pada makna
ujarannya, tetapi memungkinkan pula pada apa yang diimplikasikan ujaran itu. Contoh lain
misalnya,
1. Nana : Wie viel Uhr ist es jetzt?.
Ibu : die Sonne hat schon aufgang.

8
Wacana diatas, secara eksplisit tidak menjawab pertanyaan yang diajukan. Tetapi dengan
memperhatikan waktu matahari terbit, dapat diketahui inferensi pukul berapa ketika itu. Penutur
dan lawan tutur memiliki asumsi yang sama sehingga hanya dengan mengatakan “matahari sudah terbit” dia
menganggap sudah menjawab pertanyaan yang diajukan.
 Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara
langsung, tidak taksa (satu kata mempunyai dua makna). Contoh: Gibt mir, bitte!

2. Ciri-Ciri Implikatur Percakapan


Menurut Grice, H.P (Mujiyono, 1996:40) mengemukakan ada 5 ciri-ciri dari implikatur
percakapan, yakni:
1) Dalam keadaan tertentu, implikatur percakapan dapat dibatalkan baik dengan cara
eksplisit ataupun dengan cara kontektual (cancellable). Contoh:
A: Kannst du heute Abend Gruppe lernen?.
B: Ich weiβ nicht, weil meine Eltern zum Strand fahren.
2) Ketidakterpisahan implikatur percakapan dengan cara menyatakan sesuatu. Biasanya
tidak ada cara lain yang lebih tepat untuk mengatakan sesuatu itu, sehingga orang
memakai tuturan bermuatan implikatur untuk menyampaikannya (nondetachable).
Contoh: du kommst frűher jeden Tag zur Uni. (sebenarnya ujaran menyindir).
3) Implikatur percakapan mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai,
tetapi isi implikatur tidak masuk dalam makna konvensional kalimat itu
(nonconventional). Contoh:
A: Wie viel Uhr ist es jetzt?.
B: die Sonne hat schon aufgang.
4) Kebenaran isi implikatur tidak tergantung pada apa yang dikatakan, tetapi dapat
diperhitungkan dari bagaimana tindakan mengatakan apa yang dikatakan (calcutable).
Contohnya:
Konteks: diucapkan di depan seorang anak yang suka mengganggu temannya.
A: das Kind ist sehr freundlich darűber er viele Freunde hat. (sebenarnya sedikit yang
mau berteman dengannya).
5) Implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya
(indeterminate). Contoh:

9
A: Woher kommst du?.
B: Ich komme aus Java. (si B berusaha menyembunyikan identitasnya karena suatu hal
yang tidak pasti).

3. Jenis-Jenis Implikator Percakapan


Menurut Grice (Mudjiono, 1996 : 32-33) ada tiga jenis implikatur percakapan yakni:
1) Implikatur konvensional
Implikatur konvensional lebih mengacu pada makna kata secara konvensional, makna
percakapan ditentukan oleh “arti konvensional” kata-kata yang digunakan. Yaitu
implikatur yang diperoleh langsung dari makna kata dan bukan dari prinsip percakapan.
Contoh:
A: Ich suche den Bahnhof.
B: Der Bahnhof liegt vor dem Krankenhaus.
2) Praanggapan
Implikatur praanggapan lebih mengacu pada suatu pengetahuan bersama antara penutur
dan mitra tutur. Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan adalah
implikasi pragmatis yang tersirat di dalam suatu percakapan. Contoh:
A: Ist sie die neue Schűlerin hier?
B: Ja, ich sehe sie immer hier.
3) Implikatur nonkonvensional.
Implikatur nonkonvensional merupakan suatu implikatur yang lebih mendasarkan
maknanya pada suatu konteks yang melingkupi suatu percakapan. Praanggapan berupa
andaian penutur bahwa mitra tutur dapat mengenal pasti orang atau benda yang
diperkatakan. Contoh:
A: Jetzt Ali hat eine Katze.
B: Sorgfälting aufbewahren Fisch!

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Implikatur merupakan salah satu bagian dalam pragmatik. Menurut Brown dan
Yule istilah implikatur dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan,
disarankan atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya
yang dikatakan oleh penutur.
B. Saran
Diharapkan kepada dosen atau mahasiswa untuk memberikan masukan akan
makalah kami. Agar kedepannya lebih baik lagi.

11

Anda mungkin juga menyukai