ANALISIS WACANA
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Haerunnisyah (1851040002)
Thalia Anggie Angelina (1851040006)
Ananda Reski Novalia (1851042007)
M. Fachmy Achdan Kadir (1851041011)
Husnul Fatimah (1851042003)
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
2.1 Referensi..................................................................................................3
2.2 Inferensi...................................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................9
3.1 Simpulan................................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan referensi.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan inferensi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Referensi
Referensi secara tradisional berarti hubungan antara kata dengan benda
(orang, tumbuhan, sesuatu lainnya) yang ditunjuknya. Referensi merupakan
perilaku penulis/ pembicara. Jadi, yang menentukan referensi suatu tuturan adalah
pihak penulis sendiri, sebab hanya pihak penulis yang paling mengetahui hal yang
diujarkan dengan hal yang dirujuk oleh pengujarnya. Pendengar atau pembaca
hanya dapat menerka hal yang dimaksud oleh pembicara dalam ujarannya itu.
Terkaan itu bersifat relatif, bisa benar, bisa pula salah (Lubis dalam Adityawan,
2016:20).
Menurut (Djajasudarma, 2016:39), referensi yang digunakan di dalam
bahasa adalah unsur-unsur yang disebut nama diri, pronomina persona (orangan),
dan unsur kosong (sifat) atau hilang. Unsur pelaku perbuatan, penderita perbuatan
(pengalami), pelengkap perbuatan dan perbuatan yang dilakukan pelaku, serta
tempat perbuatan dapat kita temukan, baik pada wacana lisan maupun wacana
tulis. Unsur tersebut sering diulang untuk memperjelas makna, dan sebagai acuan
(referensi). Referensi di dalam bahasa yang menyangkut nama diri digunakan
sebagai topik baru (untuk memperkenalkan) atau untuk menegaskan bahwa topik
masih sama.
Lubis (dalam Adityawan, 2016:20) membagi referensi menjadi dua yaitu
referensi menurut jenisnya dan referensi menurut bentuknya. Referensi menurut
jenisnya dapat dipilah menjadi tiga jenis, yaitu: (1) referensi personal, (2)
referensi demonstratif, dan (3) referensi komparatif. Sedangkan berdasarkan
bentuknya dapat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu: (1) referensi dengan nama, (2)
referensi dengan kata ganti, dan (3) referensi dengan pelesapan.
Menurut Halliday (dalam Adityawan, 2016:21) referensi dilihat dari
acuannya dapat dibagi menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut yaitu referensi
eksofora dan referensi endofora. Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap
kata yang terletak di luar teks. Referensi endofora adalah interpretasi terletak di
3
dalam teks itu sendiri. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai
referensi eksofora dan referensi endofora.
1) Referensi Eksofora
Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap kata yang terletak di luar
teks yaitu pada konteks situasi. Referensi ini membawa kita ke luar teks,
misalnya, tampak pada kalimat di bawah ini.
(1) Kami ada untuk Barito Putra.
Pada wacana (1), terlihat bahwa pembaca atau pendengar tidak akan tahu
yang dimaksud kami dalam wacana tersebut. Kata kami menunjukkan sesuatu
yaitu kelompok suporter Barito Putra. Pembaca atau pendengar akan tahu
maksudnya jika kita mengetahui konteks saat penutur mengucapkannya atau
menunjukkannya. Jadi, referensi eksofora itu mengaitkan langsung antara teks
dengan sesuatu yang ditunjuk referensi eksofora itu mengaitkan langsung antara
teks dengan sesuatu yang ditunjuk di luar teks. Referensi eksofora merupakan
penunjukan atau interpretasi terhadap kata yang relasinya terletak dan tergantung
pada konteks situasional. Bila interpretasi itu terletak di dalam teks itu sendiri,
maka relasi penunjuk itu dinamakan referensi endofora.
2) Referensi Endofora
Referensi endofora adalah interpretasi terletak di dalam teks itu sendiri.
Referensi ini merupakan referensi intratekstual yang mengacu kepada sesuatu
yang teridentifikasi di dalam teks di sekelilingnya. Referensi endoforik termasuk
kategori umum untuk menamakan pengacuan ke dalam teks, entah secara anaforik
ataupun kataforik. Hubungan endofora ini dibagi atas dua bagian, yaitu referensi
endofora anafora dan referensi endofora katafora. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat paparan berikut ini.
a) Referensi endofora anafora
Referensi endofora anafora yaitu hubungan antara bagian yang satu dengan
bagian lainnya dalam teks. Hubungan ini menunjuk pada sesuatu yang telah
disebut sebelumnya. Sebagai contoh referensi endafora anafora sebagai berikut:
4
(2) Muhamad Ridwan adalah pemain sepak bola. Dia bermain di Persib
Bandung.
Pada wacana (2), kata dia pada kalimat kedua mengacu pada Muhamad
Ridwan, yaitu nama yang disebutkan sebelumnya pada kalimat pertama. Pada
pengacuan masih merujuk pada sesuatu atau seseorang yang berada dalam teks,
jadi tidak perlu dicari nama Muhamad Ridwan yang mana.
b) Referensi endofora katafora yaitu bagian yang ditunjuk mengacu pada sesuatu
yang akan disebut sesudahnya. Contoh kalimat referensi endofora katafora
RWOKERI sebagai berikut:
(3) Turunkan CEO Persegres. Bang Anton.
Pada wacana di atas, kata CEO pada kalimat pertama mengacu pada kata
yang disebut sesudahnya, yaitu Bang Anton. Penunjuk ini sekaligus menjadi
jawabannya. Pada pengacuan masih merujuk pada sesuatu atau seseorang yang
berada dalam teks, jadi tidak perlu dicari siapa yang menjadi CEO tim Persegres.
Dari penjelasan (3), penulis dapat menyimpulkan bahwa referensi
merupakan penjelasan kata yang terdapat pada wacana dengan benda (orang,
kelompok suporter, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis referensi menurut Halliday yaitu referensi eksofora dan
referensi endofora. Peneliti membatasi penelitian ini dengan menggunakan
referensi eksofora dan referensi endofora, karena peneliti hanya menganalisis
tentang interpretasi di luar wacana dan interpretasi di dalam wacana.
Menurut (Kibrik, 1999) fenomena persaingan antara referensi,
bagaimanapun, nyata. Misalkan ada dua referensi yang sangat aktif pada titik
tertentu. Misalkan pembicara perlu menyebutkan hanya satu dari mereka pada
titik itu, dan menggunakan bentuk referensi yang dikurangi. Karena penerima juga
tahu bahwa ada dua rujukan yang diaktifkan dengan sangat tinggi, bagaimana ia
memulihkan rujukan yang benar dari formulir yang dikurangi? Situasi ini disebut
konflik referensial, atau, secara ambigu, secara ambiguitas. Setiap bahasa
memiliki daftar perangkat yang melakukan diskriminasi untuk membedakan
antara referensi tersebut, misalnya gender.
5
2.2. Inferensi
Inferensi adalah bagian penting dalam unsur eksternal wacana yang dapat
dimanfaatkan seorang komunikan atau lawan tutur ketika hendak memahami
wacana. Inferensi secara leksikal artinya adalah kesimpulan. Berkait dengan itu,
Mulyana (dalam Ahmad dan D San Fauziya, 2019) mengartikan inferensi sebagai
proses yang harus dilakukan pembaca yang secara harfiah tidak diungkapkan
dalam wacana secara eksplisit. Inferensi (wacana) percakapan adalah proses
interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks (Numertayasa dan Sutama
dalam Ahmad dan D San Fauziya, 2019). Mulyana (dalam Ahmad dan D San
Fauziya, 2019) pun sepaham dengan yang dikatakan Nurmatayasa dan Sutama
yang menambahkan bahwa pengetahuan konteks sosiokultural menjadi aspek
penting dalam memahami inferensi wacana. Sementara itu, dalam pandangan
Djajasudarma (dalam Ahmad dan D San Fauziya, 2019) “interferensi terjadi bila
proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami
makna secara harfiah tidak terdapat pada wacana yang diungkapkan oleh
pembicara atau penulis.”
Menurut (Amin, 2011:2) Inferensi atau penarikan kesimpulan merupakan
cara pendengar atau petutur untuk menduga dan merespon kemauan pembicara
atau penutur. Sehingga pendengar atau petutur dituntut untuk mampu memahami
informasi (maksud) pembicara atau penutur.
Adapun jenis-jenis inferensi menurut Cummings (dalam Amin, 2011:2),
inferensi terbagi menjadi 3 jenis yaitu inferensi deduktif, inferensi elaboratif, dan
inferensi percakapan.
1) Inferensi Deduktif
Inferensi deduktif memiliki kaitan dengan makna semantik. Implikatur
percakapan, pra-anggapan, dan sejumlah konsep lain memuat kegiatan inferensi.
inferensi dapat diperoleh dari kaidah deduktif logika dan dari makna semantik
item leksikal. Inferensi menggunakan penalaran deduksi dalam kegiatan
penalaran dan interpretasi ujaran. Inferensi deduktif dibagi menjadi dua, yaitu :
- Inferensi langsung
6
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi
yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh
lebih luas dari premisnya.
Contoh:
(1) Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi
saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke
ulang tahun temanya.
(2) Pohon yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
Dari premis tersebut dapat kita tarik kesimpulan (inferensi) bahwa:
pohon yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
2) Inferensi Elaboratif
Inferensi elaboratif adalah urutan dari sederhana-ke-kompleks atau dari
umum-ke-rinci, yang memiliki karakteristik khusus.Inferensi elaboratif memiliki
peran dalam interpretasi ujaran. Inferensi Elaboratif adalah inferensi yang muncul
berdasarkan pengetahuan,baik secara umum maupun pengetahuan individu,
Inferensi elaboratif sangat terkait dengan pengetahuan ekstralinguistik penutur
bahasa.
Contoh:
7
Dalam menyampaikan cerita tentang sejarah, seseorang dapat saja mulai
dengan memberikan rangkuman mengenai peristiwa-peristiwa penting
dalam sejarah, kemudian menjelaskan rincian peristiwa-peristiwa penting
itu. Cerita sejarah tersebut dirinci dalam satu tahap sampai mencapai
tingkat keterincian yang sudah dispesifikasi oleh tujuan.
3) Inferensi Percakapan
Inferensi percakapan dapat terjadi dalam tuturan/percakapan. Tuturan
dapat berimplikasi proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut,
atau disebut implikatur percakapan. Untuk mengetahui implikatur percakapan
harus diteliti meskipun dapat dipahampi secara intuitif. Argumen merupakan
manifestasi proses bawah sadar secara publik dapat digunakan pendengar untuk
menemukan kembali implikatur percakapan.
Contoh:
Mira: Apakah kamu suka es krim?
Anton: Apa itu Magnum Gold?
Mira bertanya apakah lawan tuturnya menyukai es krim atau tidak. Akan
tetapi, Anton sebagai lawan tutur tidak menjawab ya atau tidak. Namun,
keduanya melakukan kerja sama. Mira tidak memerlukan jawaban ya,
namun sudah mengerti kalau Anton menyukai es krim karena
menyebutkan merek es krim terkenal. Artinya, Anton menunjukkan
ketertarikan terhadap es krim.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Referensi secara tradisional berarti hubungan antara kata dengan benda
(orang, tumbuhan, sesuatu lainnya) yang ditunjuknya. Referensi merupakan
perilaku penulis/ pembicara. Menurut Halliday (dalam Adityawan, 2016:21)
referensi dilihat dari acuannya dapat dibagi menjadi dua bagian. Kedua bagian
tersebut yaitu referensi eksofora dan referensi endofora.
Menurut (Amin, 2011:2) Inferensi atau penarikan kesimpulan merupakan
cara pendengar atau petutur untuk menduga dan merespon kemauan pembicara
atau penutur. Sehingga pendengar atau petutur dituntut untuk mampu memahami
informasi (maksud) pembicara atau penutur. Adapun jenis-jenis inferensi menurut
Cummings (dalam Amin, 2011:2), inferensi terbagi menjadi tiga jenis yaitu
inferensi deduktif, inferensi elaboratif, dan inferensi percakapan.
B. Saran
Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada Allah Swt., kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan,
oleh karena itu saya masih perlu kritik dan saran yang membangun serta
bimbingan, terutama dari dosen pengampuh.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis, terutama
bagi kita semua yang mengambil mata kuliah Analisis Wacana. Amin.
9
DAFTAR PUSTAKA
10