Anda di halaman 1dari 8

Sentuhan Linguistik Dalam Pembelajaran Bahasa

Analisis kesalahan berbahasa ditujukan untuk guru yang sedang mengajarkan siswa bahasa asing atau
bahasa kedua. Didalam pembelajaran itu seorang guru mengidentifikasi berbagai kesalahan yang
dilakukan oleh siswa yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua untuk dirumuskan menjadi
strategi pembelajaran. Tujuan utamanya adalah agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa
ketika belajar bahasa asing atau bahasa kedua itu dapat direduksi atau berkurang pada kesempatan
berikutnya. Dalam rangka mengidentifikasi kesalahan itu tentu seorang guru harus memiliki kemampuan
teori kebahasaan dan kaidah kebahasaan. Teori-teori kebahasaan dan kaidah-kaidah kebahasaan dari
sudut pandang tataran linguistik yang dapat membantu kita dalam rangka menyelesaikan kasus-kasus
atau persoalan-persoalan di fenomena kebahasaan dalam bahasa Indonesia.

Sudut pandang tataran linguistik yang akan membantu kita dalam melihat fenomena kebahasaan lalu
kita dapat terbantu untuk bisa mengidentifikasi (2:33) fenomena kebahasaan itu salah atau benar
termasuk di dalamnya nanti kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku didalam bhasa bahasa Indonesia.
Kaidah itu hadir dari teori-teori kebahasaan oleh karena itu teori kebahasaan dan kaidah merupakan dua
hal yang sangat erat hubungannya sehingga kita harus bisa menguasai keduanya.

Tataran linguistik

Pragmatik

1. Fonologi

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia fonologi ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsingya.

2. Morfologi

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia morfologi ialah cabang linguistik tentang morfem dan
kombinasinya; ilmu bentuk kata.

3. Sintaksis

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia sintaksis ialah cabang linguistik tentang susunan kalimat dan
bagiannya; ilmu tata kalimat.

4. Semantik

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia semantik ialah ilmu tentang makna kata dan kalimat;
pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata.

Linguistik Dalam Pembelajaran

Fonologi

Bagaimana fonologi berfungsi ketika kita menganalisis kesalahan berbahasa.

1. Aspek Fonotaktik, istilah Fonotaktik merupakan urutan bunyi yang dimungkinkan didalam bahasa
Indonesia.
Contoh jenis-jenisnya

- DH, BH, DZ, SH, GH, TH

2. Kaidah Peluluhan, kaidahnya berbunyi bahwa setiap kata dasar yang diawali oleh bunyi S, K, P, atau T
semuanya akan luluh ketika dilekati oleh prefiks meng- atau prefiks peng-, kecuali mempunyai. Karena
didalam kbbi kata mempunyai tidak ditulis memunyai.

3. Diftong Dan Kluster,

Deretan vokal Versus diftong

Deretan konsonan Versus kluster

Poin penting dalam diftong dan kluster adalah di pengecualian kluster.

4. Silabe/Suku Kata

Beberapa hal yang dapat diselesaikan misalnya perihak penjlidan dan Unram, lalu persoalan kk (06:33)
yang terdiri atau satu silabe, kata yang Suku awalnya terdapat unsur "ER".

Contoh kasus

1. Perihal aspek Fonotaktik

Dharma, Bhakti, Adzan, Sholat, Maghrib.

Didalamnya masing-masing ada urutan bunyi yang sebenarnya tidak dimungkinkan didalam bahasa
Indonesia. Urutan bunyi pada Dharma ada urutan bunyi Dh, pada Bhakti ada urutan bunyi Bh, pada
Adzan ada urutan bunyi Dz, pada Sholat ada urutan bunyi Sh, dan di Maghrib ada urutan bunyi Gh.
Secara teoritis di dalam bahasa Indonesia urutan bunyi yang telah disebutkan tidak terdapat didalam
bahasa Indonesia. Oleh karena itu secara teori kebahasaan tidak dimungkinkan dari aspek Fonotaktik
dalam fonologi berarti data-data yang ditampilkan pada no 1 itu penulisnya salah. Titik fokus ada pada
penulisan bukan pelafalan. Didalam bahasa Indonesia belum ada kaidah pelafalan kecuali bunyi "e" yang
terbagi menjadi 3 jenis bunyi.

2. Soal kaidah peluluhan.

Menyiram, Mengarang, Memandang, Menanam.

3. Perihal diftong kluster.

A-ir dan Survei, Man-di dan transfer, Menransfer?

Dalam Air ada urutan A-ir yang terpisah suku katanya berarti itu adalah deretan vokal berbeda dengan
survei berada dalam satu kata dimana "ei" Merupakan diftong. Begitupula dengan kluster prinsipnya
sama dengan diftong. Kluster itu karena berbicara konsonan berarti "nd" Pada mandi terpisah pada suku
katanya karena "nd" Merupakan deretan konsonan biasa. Sedangkan "tr" Pada transfer karena berada
pada satu suku kata yaitu trans, "tr" Merupakan kluster. Apa hubungan kluster dengan analisis
kesalahan berbahasa? Kaidah peluluhan pada nomor dua diatas ketika bentuk dasarnya adalah kluster
meskipun di awali oleh bunyi S, K, P, atau T yang pada kasus ini adalah bunyi T itu tidak di luluhkan
sehingga bentuk menransfer itu salah yang benar itu ada mentransfer.
4. Bantuan bagaimana suku kata dan fonologi khususnya di fonetik bisa membantu kita misalnya
mengapa orang-orang ketika melafalkan tulisan penjilidan ini menjadi penjilitan bukan "d" Yang
diucapkan melainkan "t". Begitu pula ketika melafalkan Unram mengapa seolah-olah ada muncul bunyi
"d" Diantara bunyi "n" dan bunyi "r" Di pemisahan suku kata antara "un" dan "ram".ini dapat dijelaskan
dalam segi kebahasaan dan dapat membantu kita dalam mendeskripsikan atau menjelaskan kesalahan-
kesalahan berbahasa. Berikutnya soal satu silabe yang dicontohkan dengan kata Bom yang
mendapatkan prefiks meng-. Bom ini adalah kata yang berupa satu silabu atau satu suku kata hukumnya
atau kaidahnya yang berasal dari teori kebahasaannya di morfologi kajian Morfofonemik ketika kata
dasar itu satu suku kata laku meng- melekat padanya meng- itu akan terealisasi menjadi menge- begitu
pula peng- menjadi penge- sehingga bentuk yang benar atau kata yang benar itu adalah mengebom
kalau menggunakan peng- berarti pengebom dan dibanyak tempat masih saja misalnya yang menulis
pemboman atau membom itu tentu keliru bisa jadi salah. Begitu pula bentuk-bentuj yang kata dasarnya
di suku awaknya ada unsur "er" Untuk kemudahan pelafalan ketika afiks atau prefiks ber-, ter- yang
bergabung dengan kata dasar yang semacam itu terjadini dan ber itu akan berubah menjadi te- atau be-
Misalnya dalam kasus tepercaya. Untuk mengetahui kata-kata tersebut salah atau benar harus
memanfaatkan KBBI edisi ke-V.

Menit 14

#Kasus Tepercaya

Kita pasti sering mendengar liputan 6 menyebutkan tajak terpercaya yang seharusnya

Tepercaya. Cara memfonis semua data itu apakah benar atau salah tentu kita harus menggunakan
kamus besar bahasa Indonesia edisi kelima, meskipun ada beberapa data yang mengikuti kaidah dan ada
yang sedikit berbeda.

#MORFOLOGI DALAM MENYELESAIKAN KASUS-KASUS KEBAHASAAN

1. Imbuhan

ME-

ME-/-KAN

ME-/-I

KATA DEPAN DAN IMBUHAN

2. Morfofonemik

Morfofonemik Meng- dan Peng-

Morfofonemik Ber-

Morfofonemik Ter-
Morfofonemik Per-

3. DASAR DAN TURUNAN

DIKONTRAKKAN

DIKONTRAKAN

MENGETAHUI

4. PENINJU DAN PETINJU

PETANI DAN PENANI

PEMUKIMAN DAN PEMUKIMAN

PERKEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN

Banyak warga Indonesia yang belum bisa membedakan kata-kata dasar di atas.

#KASUS-KASUS

1. MENANYA, MENANYAKAN, MENANYAI.

Dalam mencermati perbedaan kata tersebut memang sulit jadi kita harus memahami afiks-afiks yang
digunakan.

2. Di BALIK DAN DIBALIK

Mahasiswa Indonesia harus mengetahui mana kata yang dipisah dan mana yang digabung.

3. MENG, MENGE, MENY, MEM/PENG, PENGE, MENY, PEM

Realisasi afiks-afiks didalam bahasa Indonesia kita harus kuasai karena tanpa pengetahuan itu kita tidak
bisa memfonis apakah bentuk turunan yang dibuat oleh penulis benar atau salah.

4. BER

5. KONTRAK, DIKONTRAKKAN, DIKONTRAKAN

Pada nomor lima ini mewakili bentuk dasar dan turunan. Bagaimana fenomena kebasaan yang sering
terjadi berdasarkan hal ini misalnya pada kata KONTRAK Ketika ditambahkan imbuhan dalam bentuk
aktif seperti MENGONTRAKKAN lalu diubah menjadi bentuk pasif DIKONTRAKKAN kadang-kadang orang
menulis dengan menghilangkan satu k sehingga menjadi DIKONTRAKAN padahal DIKONTRAKKAN
dengan DIKONTRAKAN itu berbeda dan ketidaktahuan sepele ini bisa mengubah maknanya.

6. MENGETAHUI (TAHU, TAU, KETAHUI)

7. PETANI/PENANI, PERMUKIMAN/PEMUKIMAN

Kita harus bisa membedakannya.

Dapat disimpulkan dari sudut pandang morfologi bahwa kita terbantu dalam menyelesaikan kasus-kasus
kebahasaan yang terjadi.
#SINTAKSIS

1. KETRANSITIFAN

INTRANSITIF

- MONOTRANSITIF

 -DWITRANSITIF ) ekatransitif, yaitu jenis kalimat yang hanya memiliki satu objek.
 Kalimat dwitransitif, yaitu jenis kalimat yang hanya memiliki dua objek.
 Kalimat semitransitif, yaitu jenis kalimat yang dilengkapi dengan pelengkap.

2. KONJUNGTOR

KOORDINATIF

KORELATIF

SUBORDINATIF

ANTAR KALIMAT

Pada jenis-jenis KONJUNGTOR ini orang-orang sering salah menggunakannya atau salah penempatan.

3. FUNGSI

SUBJEK

PREDIKAT

OBJEK

PELENGKAP

KETERANGAN

4. KALIMAT PARTISIPAL

VERBA MENGAWALI KALIMAT TANPA KONJUNGTOR

Hal pertama yang kita uji untuk memvonis kalimat itu benar atau salah adalah struktur fungsinya. Jadi
kita cek subjek predikat objek pelengkap dan keterangannya apakah sudah standar atau tidak.

Kalimat partisipial
Sebuah istilah yang didapat dari sebuah buku penyuluhan yang dipublikasikan oleh badan
pengembangan dan pembinaan bahasa.

Ada istilah Kalimat partisipial yang verbalnya mengawali kalimat lalu tidak dihadirkan konjungtor di situ,
ini banyak terjadi di bahasa-bahasa jurnalistik di koran-koran baik daring maupun luring.

Tentang kestransitifan, ada istilah transitif dan intransitif, ada monotransitif ( artinya stu) dan ada
dwitransitif. ( dua)

Soal transitif dan intransitif, hati-hati menggunakan kata Menyebrang dan menyebrangi, ini berbeda,
salah satunya adalah intransitif berarti tidak membutuhkan objek di sebelah kanannya, yang satunya
transitif artinya mewajibkan kehadiran objek di belakangnya.

Begitu pula monotransitif dan dwitransitif antara membeli dan membelikan, membeli itu yang
monotransitif dan membelikan itu yang dwitransitif. Yang monotransitif wajib menghadirkan satu objek
di sebelah kanannya sedangkan yang dwitransitif mewajibkan dua objek di sebelah kanannya.

Yang monotransitif membeli, misalnya ibu membeli roti, selesai kalimatnya karena cukup satu yang
dibutuhkan di setelah membeli. Sedangkan, membelikan itu tidak bisa satu misalnya ibu membelikan
adik, tidak mungkin sampai di situ pasti ada pertanyaan yang muncul.

Pengetahuan ketransitifan ini penting sekali karena ketika dia hadirkan kalimat-kalimat nanti kita vonis
benar salah kita cek dulu verbanya transitif ataukah intransitif.

2. Konjungtor, intrakalimat banyak orang yang salah, salahnya soal pertukaran posisi konjungtor yang
seharusnya di dalam kalimat atau intrakalimat dijadikan antar kalimat, misalnya sedangkan, selalu saja
begitu kalimatnya selesai titik lalu sedangkan mengawali kalimat padahal konjungtor yang mengawali
kalimat itu harusnya konjungtor antar kalimat. Jadi sedangkan ditaruh di awal, padahal struktur fungsi
itu jelas salah tidak dibolehkan karena hukumnya sedangkan itu adalah konjungtor intrakalimat.

2. Konjungtor korelatif, sudah ditentukan dari sananya tidak boleh dipertukarkan baik itu pasangannya
dengan maupun, bukan itu pasangannya dengan melainkan, antara itu pasangannya dengan dan, jadi
antara a dan b baik a maupun b tidak a tetapi b bukan a melainkan b, judul lagu misalnya bukan dia
tetapi aku itu seharusnya bukan dia melainkan aku kalo kita lihat dari sudut pandang kaidah
kebahasaan. Begitu pula dengan jika, namun, namun yang seharusnya antarkalimat tapi dijadikan di
intrakalimat ( in artinya dalam) jadi kesalahannya itu soal penggunaan dan posisi penempatannya.

3. Struktur fungsi

Bisa dilihat kalimat (1234) seolah-olah benar tapi salah karena kalo kita cek subjeknya tidak ada, di situ
ada kata "dalam bab itu" sebagai keterangan karena ada preposisi "dalam" jelas itu keterangan. Lalu "itu
membicarakan" karena itu verba umumnya berupa predikat aktif transitif, kemudian beberapa hal pasti
objek karena verbanya adalah atau predikatnya adalah membicarakan. Keterangan kita temukan,
predikat kita temukan, beberapa hal itu sebagai objek kita temukan tetapi subjek tidak ada di situ, hal
pertama yang harus kita lakukan dalam memvonis kalimat itu benar atau salah kita cek struktur
fungsinya terlebih dahulu. Bagaimana cara kita membuatnya menjadi benar, salah satu cara adalah
membicarakan itu kita ubah menjadi dibicarakan jadi struktur pasif jadi subjeknya itu adalah beberapa
hal, dibicarakan itu adalah predikat, dalam bab itu tetap jadi keterangan. Beberapa hal dibicarakan
dalam bab itu, atau dalam bab itu dibicarakan beberapa hal. Apakah predikat boleh melalui subjek?
Boleh, karena ada struktur infensi. Cara kedua adalah, kata "dalam" kita hapuskan menjadi bab itu
membicarakan beberapa hal, bab itu sekarang menjadi subjek.

4. Kalimat partisipial, jelas terlihat bahwa yang mendahuluinya adalah verba "berbicara" lalu konjungtor
tidak ditemukan di sini, padahal konjungtorlah yang diperlukan agar kalimat ini bisa benar. Mengapa
demikian, kalimat ini terdiri atas dua kalimat. Kalimat pertama adalah "budi mengatakan bahwa dia
tidak terlibat" kalimat kedua sebenarnya adalah Budi berbicara kepada media kemarin di kantornya,
apakah Budi boleh diulang? Boleh saja, di dalam kalimat majemuk tetapi penulisannya dibagian anak
kalimat subjek yang sama itu tidak dituliskan. Apa hukumnya kalimat majemuk? Kalimat majemuk tentu
mewajibkan adanya konjungtor dan tentu terdiri atas minimal dua kalimat, di sini dua kalimat sudah ada
tetapi konjungtornya tidak ada sehingga itu tidak berterima di dalam bahasa Indonesia dari segi
sintaksis.

Semantik

4 hal yang menjadi contoh:

1. Polisemi, harus kenal makna konotatif denotatif, harus bisa bedakan kursi dengan kursi yang lain.
Termasuk ambiguitas, keterpaksaan ada dua makna yang terwakili terprestasi dalam satu struktur itu
harus hati-hati harus dihindari kadang-kadang kita keliru juga sehingga tidak sadar ada istilah homonem,
homofon, homograf harus kita kuasai, begitu juga ada fitur semantik kita menganalisis komponen kata-
kata tertentu untuk bisa dibedakan komponennya dengan kata yang lain sehingga sinonim itu
sebenarnya tidak ada bukan persamaan makna kata karena tidak ada yang 100% sama. Misalnya, kalau
kita cek komponen ayah dan bapak, itu pasti komponennya berbeda bukan sebuah sinonim yang kalau
kita tuntut pengertiannya itu maknanya benar-benar sama itu tidak dimungkinkan.

Contoh:

1. Kursi menteri/jatuh cinta

2. Istri jenderal yang ramah/pengusaha wanita yang kaya

Misalnya siapa yang ramah di situ, istrinya atau jenderalnya begitu pula yang kaya apakah wanita, yang
pekerjanya adalah pengusaha atau pengusaha yang mengusahakan wanita.

5. Kawanan, gerombolan, kelompok (guru)

Soal sinonim tadi, jangan sampai mengatakan murni sama karena tidak murni sama kalau kita analisis
dengan baik komponennya, jadi komponen-komponen maknanya kita sebut fitur semantik itu berbeda,
misalnya kalau kita cek penggunanya apakah kita bisa menyebut kawanan guru? Gerombolan guru?
Kelompok guru? Jelas umumnya kelompok guru karena itu yang normal dan positif, kawanan biasanya
untuk hal-hal yang semacam binatang, gerombolan perampok atau kata-kata tertentu yang ketika kita
analisis komponennya cocok dengan itu ada juga yang tidak cocok ini membuktikan bahwa perbedaan
maknanya itu jelas meskipun kalau kita lihat secara kelompok tergolong ke sinonim.

Bagaimana soal penulisan yang benar?


Memperhatikan kaidah-kaidah.

Ada dua yang bisa digunakan:

1. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia 2021

2. Mengecek apa yang ingin divonis di kamus besar bahasa Indonesia, KBBI yang berlaku sekarang
adalah KBBI edisi ke 5.

Anda mungkin juga menyukai