1. ALFONS SENE
2.RAMLAN B TONDON
BAB II
PENDAHULUAN
1. Hakikat Linguistik
Menurut Harimurti Kridalaksana, linguistik adalah ilmu tentang tata bahasa,
penyelidikan bahasa secara ilmiah. Lebih jauh lagi, linguistik adalah ilmu yang
khusus mempelajari bahasa. Maksudnya, sistem tanda bunyi yang disepakati untuk
dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi (2005: 3).
Kata linguistik berasal dari kata latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa-
bahasa Roman berarti bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin. Dalam bahasa
latin langue dan langange dalam bahasa Perancis, dan lingua dalam bahasa Itali,
Verhaar (2004: 3)
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa lingustik adalah ilmu yang khusus
mempelajari bahasa, tata bahasa, dan penyelidikan bahasa secara ilmiah. Sehingga
dapat dipergunakan dalam hal bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi.
Selanjutnya gagasan dan pandangan Jakobson lain adalah telaah tentang aphasia dan
bahasa kanak-kanak. Aphasia yang dimaksud adalah gejala kehilangan kemampuan
menggunakan bahasa lisan baik sebagian maupun seluruhnya, sebagai akibat
perkembangan yang salah. Gangguan afasik dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni:
1. Similarity disorders, yang mempengaruhi seleksi dan subtitusi item, dengan
stabilitas kombinasi dan konstektur yang bersifat relative.
2. Contiguity disorders, yang seleksi dan subtitusinya secara relative normal
sedangkan kombinasi rusak dan tidak gramatikal, urutan kata kacau, hilangnya
infleksi dan preposisi, konjungsi, dan sebagainya
I. Jika dilihat dari contoh fonologi, penggunaan fonem /b/ pada kata <baku> dan /p/
pada <paku> tidak mempunyai makna. Namun karena diposisikan bersama sebagai
pasangan minimal (minimal pairs), dimana keduanya daerah artikulasi yang sama
yakni bilabial, maka penggunaan fonem /b/ dan /p/ menjadi memiliki fungsi pembeda
makna.
II. Dari aspek morfologi dapat dilihat contoh penggunaan awalan Me- dan Pe-.
Awalan me-tulis dan pe-tulis memiliki fungsi pembeda. Me-tulis menjadi ‘menulis’
sebagai kata kerja dan pe-tulis menjadi ‘penulis’. Penggunaan morfem bebas atau kata
dasar yang sama namun didahului oleh morfem terikat yang berbeda maka fungsinya
pun menjadi berbeda.
III. Selanjutnya dari tataran sintaksis, kalimat tersebut memiliki struktur yang benar.
Jika disegmentasikan kalimat itu menjadi /letusan gunung Merapi/, /menewaskan/,
dan /200 orang/. Pemenggalan struktur kalimat dilakukan berdasarkan fungsi masing-
masing unsur.
Kemudian penerapan fungsi bahasa menurut Jakobson dapat kita aplikasikan dalam
analisis wacana baik berupa teks maupun non-teks. Penerapan aliran fungsional dalam
bahasa Indonesia tidak sepenuhnya dapat diterima. Selain adanya konsep bahasa yang
berbeda, namun juga sulit mencari padanan istilah dalam bahasa Indonesia. Namun
demikian aliran ini sangat mempengaruhi dalam perkembangan tata bahasa bahasa
Indonesia. Dengan mengenal fungsional maka kita mengetahui fungsi bahasa bukan
hanya sebagai sistem ‘langue’ (istilah Sassure), tetapi juga dalam bentuk tuturan
‘parole’.
Dalam ranah kesusasteraan, enam fungsi bahasa dapat dimanfaatkan untuk menelaah
karya sastra. Model komunikasi sastra yang lebih dikenal dengan model komunikasi
Jakobson dapat digunakan dalam kajian, puisi, novel, drama, dan hal lain yang
menggunakan bahasa. Jadi, sebagai pijakan awal dalam mengkaji bahasa baik dalam
sastra mapun linguistik, enam fungsi bahasa dapat diterapkan dalam analisis bahasa
Indonesia. Kendati demikian, sangat diperlukan adanya pengembangan konsep dan
gagasan yang dapat menjawab problematika kebahasaan secara tuntas
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Baik Jakobson maupun Martinet menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem
tanda yang bermakna yang memiliki fungsi. Bahasa merupaka semiotika sosial.
Kirsten (1991:
2. Linguistik Fungsional merupakan gerakan linguistik yang beranggapan bahwa
struktur fonologis, gramatikal dan semantic ditentukan oleh fungsi yang dijalankan
oleh masyarakat dan bahwa bahasa itu sendiri memfunyai fungsi yang beraneka
ragam.Kridalaksana (2008:68)
3. Gagasan-gagasannya merupakan pengembangan dari Aliran Praha.
4. Daya tarik pemikiran fungsionalisme ini diadopsi oleh pemikiran-pemikiran dan
gagasan linguistik selanjutnya, seperti MAK Halliday.
B. SARAN
Dalam mempelajari linguistik kita juga harus mengetahui aliran – aliran dalam
dilinguistic untuk itu diharapkan dalam mempelajari linguistic kita lebih dituntut
untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan linguistik itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
1. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
2. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
3. Verhaar, J. W. M. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi social. Didalam masyarakat ada
komunikasi atau saling hubungan antar anggota . untuk keperluan itu diperlukan suatu
wahana yang dinakan bahasa .dengan demikian ,setiap masyarakat dipastikan
memiliki dan mengunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat
tanpa bahasa , dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat.
Menurut whorf dan Sapir bahasalah yang menentukan corak suatu masyarakat .
hipotesis dari dua ahli ini memang mengejutkan dan melawan arus. Akan tetapi
bagaimanapun juga kebenaran hipotesis itu masih harus diuji. Disuatu media massa
( Abadi ,1971 ) seorang bernama kang En menulis sebuah artikel “ bahasa yang
merusak mental Bangsa “.hal ini diketengahkan sebab tulisan itu tampaknya beranjak
dari hipotesis whorf – sapir
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana yang dimaksud dengan aliran linguistik fungsional
b) Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari aliran linguistik fungsional
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui linguistik aliran fungsional
2. Untuk belajar lebih jauh dari aliran fungsional itu sendiri
3. Untuk mengetahui pengertian dari aliran linguistik fungsional