1
Syarat-syarat lain / jenis-jenis kalimat efektif di antaranya: 1) kelogisan, 2) keparalelan,
3) kehematan, 4) kevariasian, 5) Penekanan (Dalman, 2016; Keraf, 1994; Parera, 1988; suparno
dan Yunus, 2007). Pada jenis kalimat logis atau kalimat yang mengandung unsur kelogisan tidak
hanya memperhatikan struktur kalimat, melainkan juga harus memperhatikan unsur kelogisan.
Misalnya, dalam kalimat : Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan maka penulisan
skripsi dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kalimat ini tidak logis karena tidak mungkin
hanya dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, lantas penulisan skripsi dapat
diselesaikan. Kalimat tersebut harus diganti dengan memperhatikan kelogiasan misalnya dengan
cara mengubah kalimat tersebut menjadi : Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan
karena penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya..
Unsur keparalelan dalam kalimat efektif dapat dipenuhi dengan memperhatikan
kaparalelan (kesejajaran) bentuk dalam kalimat majemuk, baik dalam bentuk verba yang mengisi
unsur predikat ataupun bentuk lainnya misalnya yang mengisi unsur subyek, obyek ataupun
pelengkap. Perhatikan bentuk kalimat berikut. (1) Pengenalan uang asli dapat dilakukan dengan
cara melihat, diterawang, dan diraba. (2) Tahap terakhir dari pembangunan gediung itu adalah
mengecat tembok, memasang lampu, dan pengaturan tata ruang. Pada dua kalimat tersebut bisa
dieefektifkan menjadi: (1) Pengenalan uang asli dapat dilakukan dengan cara melihat,
menerawang, dan meraba uang tersebut. (2) Tahap terakhir pembangunan Gedung itu yaitu
dilakukan dengan cara mengecat tembok, memasang lampu, dan mengatur tata ruang gedung.
Unsur kehematan dalam kalimat dapat dimaknai sebagai penggunaan kata dan kalimat
yang tidak boros, seperlunya, dan tidak berlebihan. Perhatikan kalimat yang tidak hemat berikut:
(1) Gadis itu sangat cantik sekali. (2) Baju itu berwarna merah. Pada kalimat pertama terdapat
pemborosan kata yaitu sangat yang maknanya sama dengan kata sekali. Seharusnya kalimat (1)
diubah menjadi Gadis itu sangat cantic atau gadis itu cantic sekali. Demikian pula pada kalimat
(2) di atas terjadi pemborosan kata yaitu kata berwarna yang diikuti dengan kata merah yang
pada dasarnya sudah mengandung warna. Kalimat nmor (2) bisa diperbaiki agar menjadi kalimat
efektit (kalimat hemat) yaitu menjadi : Baju itu merah.
Pada unsur kevariasian (kalimat bervariasi) dapat dilakukan dengan memvariasikan
kalimat baik tuturan lisan ketika komunikator dalam posisi sedang berpidato atau kebalikannya
ketika komunikator berposisi sebagai penulis maka tuturan dalam pidatonya ataupun dalam
tulisannya harus membuat kalimat yang bervariasi (tidak monoton jenis kalimatnya, tidak
monoton bentuk kalimatnya). Dalam hal ini, perlu adanya penggunaan jenis kalimat yang
bervariasi dari penggunaan jenis kelimat tunggal divariasikan ke dalam jenis kalimat mejemuk,
begitu juga perlu divariasikan dari bentuk kalimat pasif menjadi kalimat aktif, dari bentuk
kalimat berpola SPOK menjadi kalimat inversi yaitu bersusun terbalik.
Pada unsur penekanan maka penulis dalam tulisannya dapat menuliskan hal yang penting
pada awal kalimat. Dengan demikian, awal kalimat tidak melulu didominasi unsur subyek, bisa
juga fungsi keterangan misalnya diposisikan pada awal kalimat untuk menakankan bagian
terpenting dalam kalimat yang hendak disampaikan penulis.
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1993. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
_________. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung: CV. Yrama Widya.
Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Efendi, Mahmudi. 1996. Kemampuan Menulis Mahasiswa Biologi di LPTK se-Nusa Tenggara
Barat. Laporan Penelitian Dosen Muda. Mataram: Universitas Mataram.
2
Parera, Jos Daniel. 1988. Belajar Mengutarakan Pendapat. Jakarta: Gramedia.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: UGM Press.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende : Nusa Indah.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.
Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Menulis, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Suparno, dan Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: UT Press.