Anda di halaman 1dari 3

Kalimat Efektif

Oleh Drs. Mahmudi Efendi, M.Si.

Hakikat Kalimat Efektif


Kalimat efektif dapat diberi pengertian sebagai kalimat yang memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan gagasan penutur atau penulis sehingga pendengar atau pembaca dapat
memahami gagasan yang terungkap dalam kalimat sebagaimana gagasan yang dimaksudkan oleh
penutur atau penulis (Dalman, 2016; Suparno dan Yunus, 2007). Selanjutnya dijelaskan juga
bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, serta mudah dipahami oleh si
pembaca dan pendengar (Dalman, 2016).
Dari sudut pandang sintaksis, Ramlan (1987) dan Depdikbud (1993) menjelaskan bahwa
hakikat kalimat paling tidak minimal merupakan satuan gramatik menduduki fungsi Predikat
dalam kalimat yang disampaikan oleh komunikator (penulis dan pembicara) kepada komunikan
(pembaca dan pendengar/ penyimak) dengan menggunakan bahasa yang cermat sehingga pesan
yang disampaikan komunikator dipahami sama oleh komunikan sebagaimana yang dimaksudkan
oleh komunikator. Dengan demikian, kalimat efektif juga bisa dimaknai sebagai kalimat yang
disusun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan agar makna atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak bermakna ambigu (bermakna ganda), sehingga
komunikan dapat memahami pesan sebagaimana yang dimaksudkan oleh komunikator.

Syarat-syarat kalimat efektif


Syarat-syarat kalimat efektif di antaranya: 1) harus menggunakan bahasa Indonesia baku
(meliputi : penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca, penulisan angka dan lambang
bilangan) khususnya dalam ragam bahasa baku / resmi; 2) adanya kejelasan subyek; dan 3)
kejelasan predikat. Khusus untuk penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca, dan
penulisan angka dan lambang bilangan maka harus digunakan oleh komunikator dengan
mengacu kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman
Umum Pembentukan Istilah, Pedoman Penyerapan Istilah Asing, dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa / Pusat Bahasa
(Dalman, 2016; Depdikbud,1993; Depdikbud 2003; Parera, 1988; Keraf, 1994).
Dalam hal kejelasan subyek, maka komunikator dalam menggunakan bahasa harus
menunjukkan adanya kejelasan sebyek dan kejelasan predikat agar tercapai keefektifan kalimat
(Dalman, 2016; Parera, 1988; Keraf, 1994). Dalam hal ini, untuk memperjelas subyek maka
dalam menggunakan Bahasa baik ragam lisan maupun ragam tulis harus menghindari
penggunaan kata depan dan kata tugas seperti kepada, dalam, untuk, dan lain-lain. Contoh:
Kepada hadirin diharap berdiri. Kehadiran kata kepada dalam kalimat tersebut membuat kalimat
tidak jelas karena mengaburkan subyek. Kalimat tersebut bisa diperbaki dengan menghilangkan
kata kepada sehingga kalimat tersebut diubah menjadi : Hadirin diharap berdiri.
Selanjutnya untuk kejelasan predikat dalam kalimat baik lisan maupun tulisan maka
komunikator harus menghadirkan predikat secara ekplisit dalam tuturannya ataupun dalam
tulisannya. Misalnya, dalam kalimat ; ‘mahasiswa ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan
data’, maka perlu diperjelas dengan menghadirkan predikat misalnya kata pergi, sehingga
kalimat tersebut bisa diperbaiki menjadi mahasiswa pergi ke lokasi penelitian untuk
mengumpulkan data.

1
Syarat-syarat lain / jenis-jenis kalimat efektif di antaranya: 1) kelogisan, 2) keparalelan,
3) kehematan, 4) kevariasian, 5) Penekanan (Dalman, 2016; Keraf, 1994; Parera, 1988; suparno
dan Yunus, 2007). Pada jenis kalimat logis atau kalimat yang mengandung unsur kelogisan tidak
hanya memperhatikan struktur kalimat, melainkan juga harus memperhatikan unsur kelogisan.
Misalnya, dalam kalimat : Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan maka penulisan
skripsi dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kalimat ini tidak logis karena tidak mungkin
hanya dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, lantas penulisan skripsi dapat
diselesaikan. Kalimat tersebut harus diganti dengan memperhatikan kelogiasan misalnya dengan
cara mengubah kalimat tersebut menjadi : Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan
karena penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya..
Unsur keparalelan dalam kalimat efektif dapat dipenuhi dengan memperhatikan
kaparalelan (kesejajaran) bentuk dalam kalimat majemuk, baik dalam bentuk verba yang mengisi
unsur predikat ataupun bentuk lainnya misalnya yang mengisi unsur subyek, obyek ataupun
pelengkap. Perhatikan bentuk kalimat berikut. (1) Pengenalan uang asli dapat dilakukan dengan
cara melihat, diterawang, dan diraba. (2) Tahap terakhir dari pembangunan gediung itu adalah
mengecat tembok, memasang lampu, dan pengaturan tata ruang. Pada dua kalimat tersebut bisa
dieefektifkan menjadi: (1) Pengenalan uang asli dapat dilakukan dengan cara melihat,
menerawang, dan meraba uang tersebut. (2) Tahap terakhir pembangunan Gedung itu yaitu
dilakukan dengan cara mengecat tembok, memasang lampu, dan mengatur tata ruang gedung.
Unsur kehematan dalam kalimat dapat dimaknai sebagai penggunaan kata dan kalimat
yang tidak boros, seperlunya, dan tidak berlebihan. Perhatikan kalimat yang tidak hemat berikut:
(1) Gadis itu sangat cantik sekali. (2) Baju itu berwarna merah. Pada kalimat pertama terdapat
pemborosan kata yaitu sangat yang maknanya sama dengan kata sekali. Seharusnya kalimat (1)
diubah menjadi Gadis itu sangat cantic atau gadis itu cantic sekali. Demikian pula pada kalimat
(2) di atas terjadi pemborosan kata yaitu kata berwarna yang diikuti dengan kata merah yang
pada dasarnya sudah mengandung warna. Kalimat nmor (2) bisa diperbaiki agar menjadi kalimat
efektit (kalimat hemat) yaitu menjadi : Baju itu merah.
Pada unsur kevariasian (kalimat bervariasi) dapat dilakukan dengan memvariasikan
kalimat baik tuturan lisan ketika komunikator dalam posisi sedang berpidato atau kebalikannya
ketika komunikator berposisi sebagai penulis maka tuturan dalam pidatonya ataupun dalam
tulisannya harus membuat kalimat yang bervariasi (tidak monoton jenis kalimatnya, tidak
monoton bentuk kalimatnya). Dalam hal ini, perlu adanya penggunaan jenis kalimat yang
bervariasi dari penggunaan jenis kelimat tunggal divariasikan ke dalam jenis kalimat mejemuk,
begitu juga perlu divariasikan dari bentuk kalimat pasif menjadi kalimat aktif, dari bentuk
kalimat berpola SPOK menjadi kalimat inversi yaitu bersusun terbalik.
Pada unsur penekanan maka penulis dalam tulisannya dapat menuliskan hal yang penting
pada awal kalimat. Dengan demikian, awal kalimat tidak melulu didominasi unsur subyek, bisa
juga fungsi keterangan misalnya diposisikan pada awal kalimat untuk menakankan bagian
terpenting dalam kalimat yang hendak disampaikan penulis.

Daftar Pustaka
Depdikbud. 1993. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
_________. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung: CV. Yrama Widya.
Dalman. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Efendi, Mahmudi. 1996. Kemampuan Menulis Mahasiswa Biologi di LPTK se-Nusa Tenggara
Barat. Laporan Penelitian Dosen Muda. Mataram: Universitas Mataram.

2
Parera, Jos Daniel. 1988. Belajar Mengutarakan Pendapat. Jakarta: Gramedia.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: UGM Press.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende : Nusa Indah.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.
Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Menulis, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Suparno, dan Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: UT Press.

Anda mungkin juga menyukai