Anda di halaman 1dari 84

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat

ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. # WITTGENSTEIN Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis # FERDINAND DE SAUSSURE Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain # PLATO Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut # BLOCH & TRAGER Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama. # CARROL Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia # SUDARYONO Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman. # SAUSSURE Bahasa adalah objek dari semiologi # Mc. CARTHY Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir

# WILLIAM A. HAVILAND Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu

Tugas 4 Bahasa Indonesia


May 26, 2011 at 4:07 pm (Tugas) Topik Judul PADAKATA : pemenggalan kata : SUATU MODEL KAIDAH PEMENGGALAN SUKU PERTAMA

BAHASA INDONESIA : KASUS PADA HURUF AWAL B Hasil analisis : pada judul ada yang tidak menggunakan spasi sebagai pemisahan antar kata, sehingga dalam pemrosesan pembacaan menjadi rancu. Uraian pendahuluan : Analisis kesalahan, yaitu :

Sejak komputer berhasil diciptakan orang = sejak komputer diciptakan di kalangan = dikalangan menggunakannya = menggunakan menamakannya = menamakan Di antaranya = diantaranya seperti linguistik komputasional dan bahkan inteligensi buatan = seperti, linguistik komputasional dan intelegensi buatan. Mengilangkan kata pun

sudah banyak = banyak (pemborosan kata) Mesin penerjemah adalah salah satu aplikasi dalam NLP yang terus diteliti agar dapat dihasilkan mesin penerjemah yang dapat menerjemahkan bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain = mesin penerjemah adalah salah satu aplikasi dalam NLP yang diamati agar menghasilkan mesin penerjemah yang dapat menerjemahkan bahasa satu kedalam bahasa yang lain. Haruslah = harus (tidak ada imbuhan lah) Pragmatik = Fragmatik sampai ke = sampai ke masih muncul banyak kesalahan = kata masih dan muncul dihilangkan kata yang betul = kata yang benar 2. Pemenggalan suku kata Atas = tidak digunakan pada paragraph pertama kalimat pertama. Boleh = dapat Ke dalam = kedalam Demikian = tersebut Dapat dengan tanpa = dirubah menjadi tidak Itu = tersebut Empat atau lebih huruf = empat huruf atau lebih Pada kata yang berawalan dengan huruf b = tersebut Di sini = disini Disebut di atas = disebutkan diatas Berawal dengan = berawalan Di dalam = dalam Untuk sementara = untuk

Di atas = diatas 4. Hasil percobaan Kata berawalan b yang diperoleh dari koleksi kedua adalah = dihilangkan 5. Kesimpulan Berawal dengan = berawalan dengan Permalink Leave a Comment

Tugas Sanding Kata


May 26, 2011 at 4:04 pm (Tugas) Dari hasil analisa yang telah kami baca dan analisis bersama, kami ingin menyimpulkan beberapa kesalahan mengenai makalah ini. Untuk pemilihan kata yang digunakan dalam makalah ini sudah baik, tetapi ada beberapa kata yang tidak baku. Jika dilihat dari penyusunan kalimat kami berpendapat masih ada beberapa kata yang tidak cocok jika dihubungkan, sehingga janggal jika didengar. Kemudian dari struktur ejaan yang digunakan sudah baik, hanya ada beberapa kata yang harus diperbaiki. Untuk keseimbangan antar kalimat dalam makalah ini sudah baik. Menurut kami topik yang ada dalam makalah ini yaitu Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Kelas diganti dengan Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Bahasa Indonesia. Karena dari makalah ini juga membahas tentang Bahasa Indonesia. Menurut kami judul yang digunakan dalam makalah ini sudah sesuai dengan isi makalah ini. Pada bagian abstrak terdapat kata pemelajar, menurut kami kata ini belum jelas maknanya, apakah kata pemelajar disini dimaksudkan untuk menunjukkan pelajar atau pengajar. Kemudian pada bagian awal pendahuluan dalam kalimat Kemampuan menyandingkan kata dalam berbahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis merupakan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menghasilkan tuturan atau tulisan yang baik dan wajar. Tuturan atau tulisan yang wajar adalah tuturan atau tulisan yang mengandung sanding kata yang menurut penutur asli bahasa yang bersangkutan wajar atau lazim. Namun, umumnya pemelajar bahasa asing sering mengalami kesulitan untuk memprediksi apakah sanding kata yang dihasilkannya memenuhi syarat kewajaran atau tidak. Keterhubungan antar kalimatnya tidak sesuai. Masih pada bagian pendahuluan terdapat pengulangan kata, yaitu berterima atau tidak; lazim atau tidak. Pada bagian konsep sanding kata ada kalimat yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, seperti dalam kalimat Definisi sanding kata dijelaskan oleh Baker (1992) sebagai kecenderungan sejumlah kata untuk bergabung secara teratur dalam suatu bahasa. Shei dan Pain (2000) menegaskannya sebagai sekelompok kata yang sering muncul

bersama. Dalam dua kamus berikut, sanding kata dijelaskan sebagai the way words combine in a language to produce a natural-sounding speech and writing (Oxford Collocation Dictionary, 2002:vii), the way in which some words are often used together; a habitual combination of words which sounds natural (Longman Dictionary of English Language and Culture, 1998:247). Kemudian ada kata memomulerkan, ini seharusnya diubah dengan mempopulerkan. Kemudian dalam kalimat Dengan demikian, sanding kata adalah kecenderungan sejumlah kata atau sekelompok kata muncul secara bersamasama untuk menghasilkan bicara dan/atau tulisan yang terdengar lazim dan berterima dalam suatu bahasa. Kata bicara seharusnya diubah dengan kata kata dan kata berterima diubah dengan kata diterima. Pada kalimat Benson, Benson, dan Ilson (1997) mengategorikan sanding kata ke dalam dua kategori, yaitu sanding kata gramatikal dan sanding kata leksikal. Kata mengategorikan diubah dengan mengkategorikan. Kemudian pada gambar dalam makalah ini seharusnya diberikan keterangan mengenai gambar yang ada dibawah gambar tersebut. Pada kalimat hasil di atas menunjukkan bahwa sanding kata memberantas korupsi hingga tuntas digunakan secara teratur oleh penutur bahasa Indoensia, sedangkan sanding kata memberantas korupsi hingga selesai tidak digunakan dan tidak berterima. kata tidak berterima seharusnya diubah dengan kata tidak diterima. Dalam kalimat bila pemelajar BIPA hendak mengetahui kata apa saja dapat bersading dengan kata apa saja, terjadi pengulangan kata. Pada kalimat Bila hasilnya diselusuri pada halaman pertama, kata selusuri diubah dengan ditelusuri. Pada kalimat Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sebelum dan sesudah kata kemiskinan, kata dapat jatuh seharusnya diganti dengan yang dapa digunakan. Pada kalimat telah disebutkan sebelumnya bahwa salah masalah terbesar yang dihadapi pemelajar bahasa asing adalah kemampuan menggunakan sanding kata yang tepat, kalimat ini masih terdengar janggal, seharunya pada kata yang bercetak tebal ditambah menjadi salah satu masalah terbesar. Pada kesimpulan dan saran yang ada dalam kalimat ini seharusnya penulisan simpulan dan saran dipisahkan. Pada daftar pustaka masih terdapat kesalahan penulisan karena tidak sesuai dengan urutan penulisan daftar pustaka Permalink Leave a Comment

Ular
May 26, 2011 at 4:01 pm (Reptile) a. Berpenampang melintang, tubuh membulat dan memanjang b. Tubuhnya tertutup oleh sisik (tidak berlendir seperti yang dianggap oleh kebanyakan orang) c. Ukuran panjang tubuhnya dari 10 mm 9000 mm

d. Memiliki tulang belakang dan sepasang tulang rusuk pada setiap ruas tulang belakang (sampai cloaca) e. Suhu tubuhnya poikilotermik, suhu ideal 23,9 29,4C. Namun ular masih dapat bertahan pada suhu yang ekstrem 7.2C atau 37.8C, bila lebih dari suhu ini akan berakibat fatal bagi ular. f. Ular melata dengan menggunakan otot pada bagian perutnya secara bergantian sehingga dapat bergerak menuju ke tempat lain. g. Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya. h. Tidak seperti manusia, hidung pada ular hanya berfungsi sebagai alat untuk bernafas, sedangkan alat penciumannya adalah lidahnya dengan dibantu organ Jacobson. i. Indera panas, terletak diantara mata dan hidung, berfungsi untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh makhluk lain yang berdarah panas (endotermik), Namun tidak semua ular memiliki organ ini j. Ular tidak memiliki lubang telinga, tapi memiliki membran tympani yang dapat mendeteksi getaran. Ular yang menari mengikuti irama suling sebenarnya bergerak bukan karena suaranya, namun karena mengkuti gerakan sulingnya. k. Pewarnaan tubuh ular sangat beragam, menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia tinggal. Pewarnaan berfungsi sebagai penyamaran ular dalam mencari mangsa dan menghindari musuh. Tidak semua warna menyala menandakan tingkat bisa ular. l. Cara mendapatkan makanan - memburu mangsanya - menghadang mangsanya - memancing mangsanya m. Gigi ular berjumlah banyak dan condong ke dalam sehingga ular tidak mengunyah mangsanya melainkan menelan mangsanya. Berdasarkan tipe giginya, ular dibedakan menjadi : a. Aglypha : Tidak memiliki taring bisa. Contoh : Ptyas korros (Ular kayu), Python reticulatus (Ular sanca batik). Ular ini tidak berbisa b. Ophistoglypha : Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang atas. Contoh : Boiga dendrophila. (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah. c. Proteroglypha : Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus hannah(ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi

d. Solenoglypha : Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat. Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi

n. Ular dapat memangsa mangsanya yang berukuran 10 kali lipat besar kepalanya, karena pada rahang bagian belakang dari mulutnya dihubungkan oleh sendi yang berbentuk segiempat, sehingga mulut ular dapat menganga 180 dan didukung oleh rahang bawah yang hanya dihubungkan oleh ligamen (otot) yang sangat elastis. Berikut ini beberapa cara ular memangsa : a. Menelan langsung b. Membelit c. Menyuntikkan bisa o. Semua jenis ular adalah binatang Karnivora. Jenis makanan yang mereka makan antara lain : insekta, ikan, amphibi, unggas, mamalia kecil sampai mamalia besar; bahkan ada beberapa jenis ular yang memakan ular juga (kanibal). Jenis makanan ini tergantung dari jenis ular dan habitatnya. p. Organ reproduksi pada ular jantan adalah hemipenis yang terletak pada cloaca dan yang betina dengan cloaca. Ular luar negeri biasanya kawin pada bulan-bulan yang bersuhu hangat, karena pada musim dingin mereka akan hibernasi (tidur panjang). Ular ada yang bertelur (ovipar) dan mengerami telurnya yang diletakkan diantara tumpukan daun daun kering selama 2-3 bulan dan menetas; namun ada pula yang di simpan didalam tubuhnya selama 2-3 bulan dan melahirkan (ovovivipar). q. Menurut habitatnya, ular dapat dibagi menjadi 5, yaitu : - Ular Air (Aquatik) Ular air adalah ular yang seluruh hidupnya (melakukan segala aktifitasnya) di dalam air. Contoh : Ular laut (Laticauda laticauda). Ular air yang sesungguhnya hanyalah ular laut. - Ular Setengah Perairan (Semi Aquatik) Ular ini terkadang melakukan aktifitasnya di darat dan di air. Contohnya : Homalopsis buccata (ular Kadut) - Ular Darat (Terresterial) Ular ini hidup di darat, dan melakukan seluruh aktifitasnya di darat. Contoh : Pytas mucosus (Ular bandotan macan)dan Elaphe flavolineata (Ular Kopi) - Ular Pohon (Arboreal) Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di pohon (arboreal). Biasanya ular pohon ekornya prehensil (dapat untuk berpegangan / bergelantungan) Contoh : Boiga dendrophila (cincin emas) dan Ahaetula prasina(Ular pucuk) - Ular Gurun Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di gurun. Ular gurun biasanya menyembunyikan diri di bawah pasir untuk menghindari sengatan matahari. Contoh : Crotalus artox, ular derik, rattle

Tambahan - Ular sangat senang tinggal di tempat yang lembab - Kadang ditemukan berjemur di panas matahari, tetapi kebanyakan waktunya digunakan untuk bersembunyi menunggu mangsa sesuai dengan habitatnya. - Ular juga senang berpindah-pindah tergantung dimana ia bisa mendapatkan mangsanya - Ular juga senang tinggal di daerah dekat air yang tenang. - Ular adalah perenang dan pemanjat yang ulung. r. Bisa sebenarnya merupakan protein yang di produksi oleh kelenjar bisa yang berada di dalam kepala. Pada kelenjar bisa terdapat saluran yang menghubungkan ke taring bisa yang memiliki lubang pada ujung bawahnya. Khusus pada jenis Naja naja (ular Kobra) lubang saluran bisanya berada di ujung bagian depan gigi taring, sehingga ular-ular jenis ini dapat menyemburkan/menyemprotkan bisanya. Kelenjar bisa ini sama dengan kelenjar ludah pada manusia. Bisa pada ular berfungsi selain sebagai senjata untuk membunuh musuhnya, juga membantu sistem pencernaan. s. Jenis Bisa dibagi berdasarkan lokasi organ tubuh menjadi sasaran racun ular : a. Neurotoxin - Menyerang dan mematikan jaringan syaraf - Terjadi kelumpuhan pada alat pernafasan - Kerusakan pada pusat otak - Efek gigitan yang langsung terasa adalah korban merasa ngantuk b. Haemotoxin - Menyerang darah dan sistem sirkulasinya - Terjadi haemolysis - Transport O2 ke tubuh terganggu, terutama metabolisme sel Organ organ lain yang akan terganggu sistem kerjanya oleh bisa ular antara lain: jantung, ginjal, otot, sel-sel darah dan jaringan-jaringan yang lain. dhemz24 Permalink Leave a Comment

SEBAB-AKIBAT(Bahasa Indonesia)
April 16, 2011 at 2:48 pm (Tugas) 1. Dalam urutan sebab-akibat, penulis memulai proses kreatif menulis dengan membicarakan permasalahan yang menyebabkan terjadinya masalah yang lain. Jelaskan pernyataan tersebut! Jawab : Dengan kita membicarakan masalah yang terjadi kita dapat mengetahui sebab dan akibat dari suatu masalah tersebut 2. Deskripsi merupakan sebuah karangan yang mengajak pembacanya untuk dapat mendengar, melihat dan merasakan secara langsung. Jelaskan pengertian deskripsi dan uraiakan pernyataan di atas disertai contoh yang jelas!

Jawab : Saya mempunyai seekor kucing yang ucul buned berjenis persia, dan sering memenangkan kontes, kucing saya ini memiliki hidung yang pesek dan memiliki bulu putih kecoklatan, memiliki mata indah seperti bola pingpong. 3. Dalam bab pertama pendahuluan dari sebuah laporan meliputi perumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam laporan. Buatlah ide penelitian dan tulis perumusan masalah secara jelas. Jawab : Ide penelitian : membuat penjualan tiket online Perumusan masalah : 1. Bagaimana cara memesan tiket secara online ? 2. Bagaimana cara pembayaran yang dilakukan untuk membeli tiket secara online ? Selesaikan soal silogisme di bawah ini : 4. a. Premis My : Semua negara di Asia Tenggara yang sedang berkembang tergabung dalam ASEAN Premis Mn : Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di Asia b. My : Beberapa nelayan memiliki perahu bermotor Mn : Beberapa tengkulak memiliki perahu bermotor Kesimpulan yang dapat diambil dari premis diatas adalah a. Kesimpulan : Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang tergabung dalam ASEAN b. Kesimpulan : beberapa nelayan dan tengkulak memiliki perahu bermotor c. Karena kakak mengidap penyakit maag, maka kakak tidak boleh makan makanan yang asam. d. Karena mengidap penyakit lever, ayah tidak boleh makan hidangan yang berlemak. Jelaskan pernyataan kalimat di atas dalam konsep berpikir induktif! Jawab : c. Kakak tidak boleh makan makanan yang asam, karena kakak mengidap penyakit maag. d. Ayah tidak boleg makan hidangan yang berlemak, karena mengidap penyakit lever. 6. Misalnya Anda mengemukakan gagasan bahwa tinggal di daerah kumuh tidak baik bagi kesehatan. Gagasan yang dilengkapi dengan keterangan dan informasi ini menggunakan metode induktif. Rancang latar belakang, lingkup permasalahan dan tujuan penelitian pada ide tersebut! Latar belakang dan Lingkup Permasalahan Semakin berkembangnya Negara Indonesia, semakin berkembang pula kemajuan dalam segala bidang. Tetapi yang jadi permasalahan utama adalah permasalahan ekonomi yaitu kesenjangan sosial yang semakin jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang menyebabkan kalangan menengah ke bawah menjadi semakin terpuruk karena adanya

kebijakan pemerintah yang tidak relevan. Contohnya, dalam lingkungan tempat tinggal. Masyarakat kalangan menengah kebawah mayoritas tinggal di pemukiman kumuh yang jauh dari kelayakan, terutama dalam hal kesehatan. Masyarakat yang hidup di pemukiman kumuh lebih mudah terserang penyakit. Terutama penyakit kulit, diare, dan sebagainya. Penyebab masyarakat terserang penyakit tersebut adalah faktor lingkungan yang kurang baik, seperti mandi, mencuci pakaian, buang air pada satu tempat ( contohnya, sungai). Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini, ditujukan untuk menggambarkan bagaimana kehidupan kalangan menengah kebawah. Menurut survei yang dilakukan, terdapat bukti-bukti bahwa mayoritas masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh adalah pekerja serabutan. Faktor inilah yang menyebabkan mereka mengalami gangguan kesehatan karena faktor lingkungan yang kurang baik. 7. Identifikasi kesalahan pada pernyataan di bawah ini dalam konsep berpikir deduktif! a. Semua pelaku kejahatan adalah korban rumah tangga. b. Saya tidak pandai berenang. Hampir semua anggota keluarga saya tidak dapat berenang. Jawab : a. Semua b. hampir Permalink Leave a Comment

MULTIMEDIA (Bahasa Indonesia)


April 16, 2011 at 2:45 pm (Tugas) Multimedia adalah merupakan media yang diciptakan untuk menyajikan sesuatu dalam bentuk text, suara, gambar dan lainnya yang dimanfaatkan untuk berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi dengan melalui teknologi yang sedang berkembang dengan beragam jenis media. Penggunaan Multimedia saat ini sangat membantu dalam penyampaian bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah. Saat ini penggunaan multimedia sering banyak ditemukan untuk kebutuhan metode pembelajaran dengan mengambil informasi dari multimedia dengan menyajikan beragam majalah, buku dengan bermacam-macam penulis dan penerbit. Disini manfaat tersebut dirasakan dalam mencari data yang berkaitan langsung dengan pembelajaran dengan harga murah dan terjangkau. Dengan berkembang pesatnya fenomena multimedia ini dapat berdampak negative bila menyalahgunakan fungsi dari multimedia tersebut seperti membuat suatu tulisan ilmiah yang bersumber dari multimedia tanpa menulis pengarang asli dari tulisan tersebut dengan istilah lain plagiat atau pembajakan karya. Dampak negative lainnya adalah

mencari suatu kebenaran informasi dengan mengubah keaslian informasi tersebut. Hal tersebut perlu dihindarkan supaya fungsi multimedia menjadi tepat sasaran. Adanya fenomena tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah merupakan sarana untuk penyampaian informasi yang dapat berupa komunikasi, informasi maupun hiburan. Dalam pelaksanaannya multimedia tersebut harus diiringi dengan fungsi nyata multimedia tersebut agar tidak terjadi penyimpangan melalui kesadaran sendiri mengetahui bahwa multimedia ini sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. $$$ Berikut ini adalah hasil analisis kami terhadap artikel di atas dari segi : 1. Kata Artikel di atas terdiri dari 200 kata, termasuk dua kata pada judul artikel. Pembagian jumlah kata berdasarkan masing-masing paragraf, yaitu sebanyak 46 kata pada paragraf pertama, 43 kata pada paragraf kedua, 61 kata pada paragraf ketiga, dan 48 kata pada paragraf akhir. Terdapat beberapa kata bersinonim yang diletakkan berdampingan sehingga mengakibatkan kerancuan makna kalimat. Misalnya adalah-merupakan dan denganmelalui pada paragraf pertama. Peletakan dua kata bersinonim juga akan memboroskan tempat saja. Selain itu, kami telah menghitung sebanyak 11 kata dengan dan 7 kata yang dalam artikel tersebut yang penggunaannya tidak efektif. Terdapat pula penulisan kata-kata yang masih belum baku. Seperti kata text dan negative. Kedua kata ini merupakan kata serapan dari bahasa asing. Namun, kata-kata ini telah mempunyai bentuk baku dalam bahasa Indonesia, yakni teks dan negatif. Kata imbuhan dan kata depan di masih samar. Sebagaimana yang tertera pada Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa di untuk kata imbuhan penulisannya harus disambung, contohnya diserang, dan di untuk kata depan penulisannya terpisah oleh satu spasi, contohnya di Serang. Kita bandingkan dengan penulisan kata depan di yang terdapat pada paragraf kedua dan keempat artikel di atas. 2. Kalimat Terdapat banyak kesalahan dalam penulisan pola kalimat. Susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan dua kata yang sama artinya, dan kesalahan ejaan mengakibatkan pola kalimat tidak efektif. Contoh kalimat : Multimedia adalah merupakan media yang diciptakan untuk menyajikan sesuatu dalam bentuk text, suara, gambar dan lainnya yang dimanfaatkan untuk berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi dengan melalui teknologi yang sedang berkembang dengan beragam jenis media. Seharusnya : Multimedia merupakan media yang diciptakan untuk menyajikan sesuatu dalam bentuk teks, suara, gambar dan lainnya, serta berinteraksi, berkarya, dan berkomunikasi melalui teknologi yang sedang berkembang dengan beragam jenis media.

3. Kesatuan alinea Tarigan (1986:11) mengemukakan ciri-ciri alinea sebagai berikut: (1) Setiap alinea mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok keseluruhan karangan. (2) Umumnya alinea dibangun oleh sejumlah kalimat. (3) Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran. (4) Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat. (5) Kalimat-kalimat dalam alinea tersusun secara logis dan sistematis. Kesatuan aliniea dalam artikel tersebut masih kurang atau dapat dikatakan banyak terdapat kalimat sumbang. Namun demikian, pola pengembangan alineanya masih dapat diidentifikasi dengan baik. Alinea pertama merupakan alinea definisi, alinea kedua dan ketiga merupakan alinea penguraian, dan alinea keempat merupakan alinea konklusi atau kesimpulan. 4. Topik Topik artikel di atas menarik dan bermanfaat. Penguraian terbatas pada satu topik utama, yakni fenomena multimedia. 5. Isi artikel Meskipun mengandung banyak kalimat sumbang, isi yang diuraikan dalam artikel di atas masih sejalan dengan topik fenomena multimedia. Transisi antar alinea mengalir baik. Bila dibagi per alinea maka menjadi : definisi multimedia, manfaat multimedia, dampak negatif multimedia, dan kesimpulan. 6. Logika Artikel di atas mengandung kalimat-kalimat yang tidak logis. Kesalahan memilih kata, penulisan pola, dan berbelit-belitnya kalimat mengakibatkan informasi yang terkandung tidak sampai kepada pembaca. Contoh : Dalam pelaksanaannya multimedia tersebut harus diiringi dengan fungsi nyata multimedia tersebut agar tidak terjadi penyimpangan melalui kesadaran sendiri mengetahui bahwa multimedia ini sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Seharusnya : Dalam pelaksanaannya, multimedia tersebut harus diiringi dengan fungsi nyata agar tidak terjadi penyimpangan, dan kita perlu menyadari bahwa multimedia ini bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Permalink Leave a Comment

Komutta, Panduan Transportasi di Jakarta


January 11, 2011 at 6:12 am (News) YBahasa Indonesia Artikel Ilmiah

oleh Imam Agus Basuki

Sumber: Ali Saukah dan Mulyadi Guntur Waseso (Penyunting). Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah, UM Press. Bahasa dalam artikel ilmiah memiliki fungsi yang sangat penting. Hal itu disebabkan bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Sebagai pengungkap gagasan, bahasa dalam artikel ilmiah dituntut mampu mengungkapkan gagasan keilmuan secara tepat sehingga gagasan penulis dapat ditangkap pembaca secara tepat. Kesalahan penggunaan bahasa dalam artikei ilmiah menyebabkan gagasan yang disampaikan penulis tidak dapat diterima pembaca. Boleh jadi, pemakaian bahasa yang salah menyebabkan pemahaman pembaca bertoiak belakang dengan gagasan penulis. Sesuai dengan ranah penggunaannya, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah. Oleh sebab itu, kaidah pemakaian bahasa Indonesia ilmiah perlu mendapat perhatian khusus. Dilihat dari segi performansinya, bahasa dalam artikei ilmiah adalah bahasa tulis. Hal itu disebabkan artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis. Sebagai bahasa tulis, kaidah bahasa tulis perlu mendapat perhatian khusus pula. Sehubungan dengan hal di atas, paparan mengenai bahasa Indonesia tulis ilmiah menjadi sentral pembahasan ini. Penggunaan bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah ternyata tidak selalu benar. Berbagai kesalahan sering ditemukan. Sebagai bekal/wawasan, pada akhir paparan ini dibahas pula berbagai kesalahan yang sering muncul dalam penulisan artikel ilmiah. BAHASA TULIS ILMIAH Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa tulis memiliki ciri (1) kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat, (2) pembentukan kata diiakukan secara sempurna, (3) kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan (4) paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren). Selain itu, hubungan antargagasan terlihat jelas, rapi, dan sistematis. Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri cendekia, lugas, jelas, formal, objektif, konsisten, dan bertolak dari gagasan (Basuki, dkk. 1995). Paparan berikut akan mengupas ciriciri tersebut dengan pijakan ciri bahasa ilmiah. Cendekia Bahasa tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta

hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Dua contoh di bawah ini dapat memperjelas uraian di atas. (1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengayuh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. (2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada katepatan dan keseksamaan penggunaan kata. Karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan. Perhatikan contoh di bawah ini. (3) pemaparan pembuatan pembahasan pemerian (4) paparan buatan bahasan perian

Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, panggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara carmat. Kalau paparan itu mangacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, katakata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4). Di samping itu, kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat /idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh (6). (5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit.

(6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit. Kerancuan pilihan kata dalam artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan kata pada umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung menjadi satu. Untuk membetulkannya perlu dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun dan namun serta mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8). (7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas . Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya. (8) Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum jelas . Paparannya sudah diuraikan, namun belum jelas. Mulai penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya. Sejak penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya. Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10). (9) Peneliti terdiri orang-orang yang mewakili lembaga. Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok. (10) Peneliti terdiri atas orangorang yang mewakili lembaga. Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok. Lugas Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas. Dengan paparan yang lugas kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari (Basuki, 1994). Penulisan yang bernada sastra cendarung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas). Perhatikan contoh di bawah ini!

(11) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan. (12) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat. Kalimat (11) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan. Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (12). Jelas Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakjelasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Perhatikan contoh berikut! (13) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaranmata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian. (I 4) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah. Penanaman moral di Sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian. Contoh (13) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (14), kalimatkalimatnya pendak sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat

sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas. Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat. Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (13) berisi gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (13) perlu dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (14). Contoh (15) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan pada contoh (15) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (16). (15) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir. (16) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir. Bertolak dari Gagasan Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Itu berarti, penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan tidak pada penulis. Akibatnya, pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai palaku perlu dihindari. Perhatikan contoh berikut ini. (17) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. (18) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. Contoh kalimat (17) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (18) berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu dihindari. Perhatikan

contoh berikut ! (19) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila. (20) Perlu diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila. Contoh (20) merupakan penyempurnaan dari contoh (19) yang berorientasi pada pelaku bukan penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak boleh digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan sebagaimana contoh berikut. (21) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses balajar mengajar adalah sistem penilaian. (22) Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat. Formal Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikast ilmiah. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Untuk memilih kata yang formal diperlukan kecermatan agar terhindar dari pemakaian kata informal. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini (23) Kata Formal berkata membuat hanya memberi bagi daripada (24) Kata Informal bilang bikin cuma kasih buat ketimbang

Artikel ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis. Kosa kata yang digunakan cenderung mengarah pada kosa kata ilmiah teknis. Kosa kata ilmiah teknis digunakan pada kalangan khusus, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. Untuk itu, dalam memilih kosa kata dalam menulis artikel ilmiah, perlu kecermatan agar tidak

mengarah pada kata ilmiah populer. Contoh berikut ini menunjukkan perbedaan kedua jenis kosa kata tersebut. (25) Kata Ilmiah Teknis (26) Kata Ilmiah Populer

Anarki kekacauan Antipati rasa benci Antisipasi perhitungan ke depan Argumen bukti (Contoh lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 1) Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain sebagaimana contoh berikut. (27) Bentukan Kata Bernada Formal membaca menulis tertabrak mencuci mendapat terbentuk legalisasi realisasi (28) Bentukan Kata Bernada Informal mbaca nulis ketabrak nyuci dapat kebentur legalisir realisir

Keformalan kalimat dalam artikei ilmiah ditandai oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subjek dan predikat), (2) ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3) kebernalaran isi, dan (4) tampilan esai formal. Sebuah kalimat dalam artikel ilmiah satidak-tidaknya memiliki subjek dan predikat. Perhatikan contoh di bawah ini! (29) Menurut Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai tahun 2000. (30) Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai. tahun 2000.

Contoh (29) tidak jelas subjeknya. Siapa yang menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai tahun 2000? Tentu jawabannya bukan menurut Valendika, tetapi Valendika sebagaimana tertuang dalam contoh (30). Ciri kedua penulisan kalimat dalam artikel ilmiah adalah ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas. Setiap kata tugas memiliki fungsi yang berbeda. Oleh sebab itu, ketapatan pamakaian kata tugas dalam menulis artikel ilmiah perlu mendapat perhatian. Kata tugas pada contoh (31) berikut digunakan secara tidak tepat, sedangkan kata tugas pada contoh (32) digunakan secara tepat. (31) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian pada masyarakat. Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital buat patani. (32) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital bagi petani. Ciri ketiga penulisan kalimat artikel ilmiah adalah kebernalaran isi. Isi kalimat dapat diterima nalar (akal) sehat. Sebuah kalimat dapat dikatakan memiliki kebernalaran isi apabila gagasan yang disampaikan dapat dinalarkan (dapat ditarima akal sehat) dan hubungan antargagasan dalam kalimat dapat diterima akal sahat (Supamo, dkk, 1998). Perhatikan gagasan yang disampaikan pada contoh berikut . (33) Berbagai temuan baru berhasil diungkap dalam penelitian ini. (34) Penelitian ini berhasil mengungkap berbagai temuan baru lsi kalimat (33) tidak bisa diterima akal. Siapa yang barhasil dalam kalimat itu? Menurut kalimat itu, yang berhasil adalah berbagai temuan baru itu tidak masuk akal. Berbagai temuan baru tentu tidak bisa berhasil. Yang mungkin barhasil adalah penelitian ini sebagaimana contoh (34). Perhatikan hubungan antargagasan dalam kalimat berikut! (35) Kedudukan pengajaran berbicara tidak sama dengan pokok bahasan lain, yaitu seperti membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. (36) Kedudukan pengajaran berbicara tidak sama dengan kedudukan pengajaran yang lain: membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Contoh (36) telah mampu mengungkapkan penataran dengan benar, berbeda dengan contoh (35). Hubungan penidaksamaan pengajaran berbicara dan pokok bahasan lain tidak selaras. Penidaksamaan seharusnya dilakukan antara pengajaran dengan pengajaran, bukan dengan yang lain.

Ciri ketiga kalimat artikel ilmiah adalah tampilan esai formal. Cara itu menuntut pengungkapan gagasan dilakukan secara utuh dalam bentuk kalimat. Rincian gagasan atau potongan gagasan dalam kalimat diintegrasikan secara langsung dalam kalimat. Kalimat (37) berikut bukan merupakan tampilan esai formal, sedangkan kalimaf (38) merupakan kalimat yang bertampilan esai formal yang dianjurkan digunakan dalam artikel ilmiah. (37) Jenis dongeng berdasarkan isinya: - fabel - legenda - mite - sage (38) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan atas empat kategori, yakni fabel, logende, mite, dan sage Objektif Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan. Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (39) berikut menimbulkan sifat subjektif. Berbeda dengan contoh (40) yang tidak mengandung unsur subjektif. (39) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut. (40) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam pembemtukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat (41) berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang tidak subjektif tampak pada contoh (42).

(41) Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah. (42) Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian diawali adanya masalah. Ringkas dan Padat Selain ringkas dalam bahasa tulis ilmiah direalisasikan dengan tidak adanya unsurunsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir). Itu berarti menuntut kehematan dalam panggunaan bahasa ilmiah. Semantara itu, ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa itu. Karena itu, jika gagasan yang terungkap, sudah mamadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pamborosan, ciri kepadatan sudah terpanuhi. Dengan demikian, ciri ringkas dan padat tidak dapat dipisahkan. Contoh (43) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (44) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (38) tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir. (43) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia. (44) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia. Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya ditandai dengan tidak adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam artikel ilmiah. Contoh (45) dan (46) berikut dapat memperjelas keringkasan dan kepadatan bahasa tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (45) tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan demikian, kalimat itu perlu dibuang sebagaimana contoh (46). (45) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan. Artinya, pelaksanaan proyek itu sudah benar. Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar. (46) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang

berlaku. Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar. Konsisten Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Contoh (48) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh yang konsisten adalah contoh (47) (47) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan. (48) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan. Menggunakan Ejaan yang Benar Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan yang biasa dikenal dengan EYD. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, edisi yang disempurnakan, (Surat Kaputusan Mandikbud, Nomor0543a/U/ 87, tanggal 9 September, 1987). Aturan itulah yang berlaku dalam penulisan hal-hal yang bersifat formal, termasuk di dalamnya adalah penulisan artikel ilmiah. Pada bagian ini hanya dipaparkan sejumlah prinsip yang perlu mendapat perhatian dalam menulis artikel ilmiah. Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan tersebut dikemukakan sebagai berikut (Basuki dan Hasan, 1996). l) Setiap kata, baik kata dasar maupun kata jadian, ditulis terpisah dengan kata lainnya, kecuali kata yang tidak dapat berdiri sendiri.(diberi garis bawah) Contoh: kursi, belajar, praanggan, suprastruktural

2) Jarak antarkata dalam paparan hanya satu ketukan. Tidak perlu menambah jarak antarkata dalam rangka meratakan margin kanan. Margin kanan sebuah artikel tidak harus lurus. Contoh salah: Pelatihan ini sangat menyenangkan.

3) Setiap kata ditulis rapat, tidak ada jarak antarhuruf dalam sebuah kata. Contoh salah: P E M B A H A S A N PENUTUP 4) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah penafsiran, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian antarunsurnya. Contoh: proses belajar-mengajar, buku sejarah-baru 5) Kata jadian berimbuhan gabung depan dan belakang ditulis serangkai. Contoh: dinonaktifkan, menomorduakan 6) Tanda tanya (?), titik (,), titik koma (,), titik dua (:), tanda seru (!) ditulis rapat dengan huruf akhir dari kata yang mendahului. Contoh: Abstraknya kabur. Apa hasilnya?. Perhatikan Contoh berikut! 7) Setelah tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua (:), tanda seru (!) harus ada jarak (tempat kosong) satu ketukan. Contoh: Masalahnya tidakjelas. Simpulannya juga tidak jelas . Apa masalahnya, apa metodenya, dan apa temuannya? 8)) Tanda petik ganda ("..."), petik tunggal ('...'), kurung () diketik rapat dengan kata, frasa, kalimat yang diapit. Contoh: Ijazahnya masih "diseko1ahkan" Penelitian DIP (Dafiar Isian Proyek) sekarang tidak ada. 9) Tanda hubung (-), tanda pisahi (), garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.

Contoh: Kalimat artikel tidak boleh diulang-ulang. Penulisan artikel saya yakin mudah seka1i harus dibiasakan. Subjudul pendahuluan/pengantar tidak perlu ditulis. Catatan: dalam penulisan biasa, tanda pisah ditulis dengan tanda hubung dua (--). 10) Tanda perhitungan: sama dengan (=), tambah (+), kurang (), kali (x), bagi (:), Iebih keeil (<), dan lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu ketukan (spasi) dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya. Contoh: 2 + 2 = 4 P<Q 11) Tepi kanan teks artikel tidak harus rata. Oleh karena itu, kata pada akhir baris tidak harus dipotong. Jika terpaksa harus dipotong, tanda hubungnya ditulis setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan di bawahnya. Tidak boleh menambahkan spasi antarkata dalam satu baris yang bertujuan meratakan tepi kanan. 12) Huruf kapital dipakai pada huruf prtama nama bangsa, suku, dan bahasa; tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: bangsa Indonesia (bukan Bangsa Indonesia) hari Minggu (bukan Hari Minggu) Bandingkan dengan contoh berikut! Hari Kartini (bukan hari Kartini) . Hari Ibu (bukan hari Ibu) 13) Huruf kapital dipakai pada huruf pertama nama khas dalam geografi. Contoh: Danau Sentanu, Afrika Selatan, Jalan Surabaya. . 14) Huruf mixing (jika menggunakan mesin ketik diganti garis bawah) digunakan (1) untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau frasa; dan (2) untuk menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing/daerah.

15) Kata hubung antarkalimat diikuti koma. Contoh: Oleh sebab itu, ..,.

Dengan demikian, ..., Untuk itu,,... (Lebih rinci lihat kata-kata hubung pada lampiran 2) 16) Koma dipakai memisahkan kalimat setara yang didehului tetapi, melainkan, namun, padahal, sedangkan, yaitu, dan sedangkan. Contoh: Penelitian ini sederhana, tetapi sangat rumit pengambilan datanya. Instrumen penelitian ini ada dua, yaitu angket dan tes. Uji coba instrumen dilakukan di Kediri, sedangkan pengambilan data di Malang. l7) Koma dipakai memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh: Karena gagal mengambil data, penelitian ini dibatalkan. Menggunakan Paragraf yang Benar Paragraf yang digunakan dalam artikel ilmiah memiliki tiga persyaratan: (1) kesatuan, (2) kesistematisan dan kelengkapan, dan (3) kepaduan. Suatu paragraf dinyatakan memenuhi syarat keutuhan apabila paragraf itu hanya mengadung satu gagasan pokok. Gagasan itu dinyatakan dalam kalimat topik. Dalam artikel ilmiah kalimat topik biasanya terletak pada awal paragraf. Perhatikan contoh berikut. Kebutuhan sehari-hari bagi setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama (1). Hal ini sangat tergantung dari besamya penghasilan setiap keluarga (2). Keluarga yang penghasilannya sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit dipenuhi (3). Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi (4). Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk pembangunan tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya (5). Tempat-tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat (6). Pada umumnya tempantempat ibadah ini dibangun secara bergotong-royong dan sariat menandalkan sumbangan paradermawan (7). Parbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin (8).

Gagasan pokok paragraf di atas adalah kebutuhan keluarga tergantung panghasilannya. Ternyata tidak semua kalimat yang terdapat dalam pararaf di atas mendukung gagasan pokok paragraf. Kalimat (1) sampai dengan (4) masih relevan dengan gagasan pokok paragraf; tetapi kalimat (5) sampai dengan (8) tidak relevan dengan gagasan pokok paragraf. Dengan adanya kalimat-kalimat yang tidak relevan dengan gagasan pekok paragraf, kesatuan gagasan dalam paragraf tidak dapat diciptakan. Tidak adanya kasatuan paragraf ini mengakibatkan sulitnya ditangkap gagasan yang disampaikan dalam paragraf. Persyaratan paragraf kedua adalah kesistematisan dan kelengkapan. Paragraf yang lengkap adalah paragraf yang didukung olah semua ide penjelas yang diisyaratkan dalam kalimat topik. Jumlah ide penjelas (ini tidak sama antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Ide pokok dan ide-ide penjelas dalam paragraf yang baik ditata secara sistematis. Pengurutan ide dalam suatu paragraf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alamiah dan secara logis. Urutan alamiah barupa urutan waktu (kronologis) dan ruang (sudut pandang), sedangkan urutan logis berupa urutan klimaks-antikIimaks, sebabakibat, umum-khusus, khusus-umum, pokok-rincian, dikenal-tidak dikenal, dan mudahsulit. Ide penjelas dalam paragraf dapat berupa: contoh, ilustrasi, rincian konkret, bandingan, uraian, fakta/data, alasan, penyebab/akibat, anekdot, dan analog. Perhatikan urutan kalimat dalam paragraf berikut! Orang-orang pada umumnya akan berpendapat bahwa kehidupan di desa merupakan kehidupan yang tidak layak di masa dewasa ini (1). Justru di dalam masyarakat desa itulah suatu kehidupan yang damai dan tenteram (2). Sesungguhnya di desa itulah tarsimpan potensi yang harus dimanfaatkan (3). Dengan demikian orang-orang desa yang beranggapan salah tersebut segera meninggalkan desanya dengan harapan untuk dapat memperoleh kehidupan yang baik sehingga banyak orang malu kembali ke desanya dan mereka rela untuk menjadi tuna wisma di kota (4). Urutan kalimat dalam paragraf di atas tidak sistematis. Urutan kalimat dalam paragraf di atas mestinya adalah (1), (4), (3), dan (2). Kalimat topik yang mengandung ide pekok harus dikembangkan dan dijelaskan agar dapat terbentuk sebuah paragraf. Pengembangan itu seharusnya digarap secara lengkap agar pembaca tidak bartanyatanya lagi setelah membaca paragraf yang telah dikembangkan tersebut.

Syarat paragraf yang ketiga adalah kepaduan. Kepaduan adalah adanya rangkaian antarkalimat yang memudahkan pembaca untuk memahami isinya. Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf saling tarkait antara yang satu dan yang lain. Perbedaan antara kasatuan dan kepaduan dapat dijelaskan seperti berikut. Kesatuan lebih banyak berhubungan dengan ide-ide bawahan yang mendukung ide pokok paragraf. Jika semua ide bawahan mendukung ide pokok, paragraf dapat dikatakan memiliki kesatuan; dan jika terdapat ide bawahan yang tidak mendukung ide pokok, maka paragraf dapat dikatakan tidak memiliki kasatuan. Kepaduan lebih banyak berhubungan dengan penataan dan penyusunan ide bawahan untuk menopang ide pokok paragraf. Jika susunan dan tatanan ide pokok dalam paragraf bersifat runtut dan tertib, paragraf dapat dikatakan memiliki kepaduan. Jika susunan dan tatanan ide pokok dalam paragraf bersifat kacau, paragraf dapat dikatakan tidak memiliki kepaduan. Paragraf yang baik juga memiliki jalinan yang erat antaride, dan antarkalimat pendukungnya. Keterjalinan antaride dan antarkalimat dalam paragraf akan memudahkan pembaca memahami ide yang dituangkan penulis. Jalinan antaride dan antarkalimat dalam paragraf dapat dilakukan dengan menggunakan penanda hubung, baik eksplisit maupun implisit (menggunakan kata-kata penanda hubungan atau tanpa kata-kata penanda hubungan) (Basuki, dkk, 1995). Perhatikan penanda hubungan (dicetak miring) paragraf berikut. Hidup Paula Cooper, seorang napi, kini benar-benar di ujung kursi listrik. Kamis dua pekan lalu, napi gadis remaja yang berasal dari Indiana Amerika Serikat itu masih dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung Indiana. Hari ini mahkamah agung akan mendengarkan kembali keterangan Paula pada pengadilan banding. Kalau putusan hakim dikukuhkan mahkamah agung, Paula Cooper akan memegang rekor sebagai perempuan termuda yang dihukum mati di Amerika Serikat. KESALAHAN UMUM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM ARTIKEL ILMIAH Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah pada umumnya berkaitan dengan (1) kesalahan penalaran, (2) kerancuan, (3) pemborosan, (4) ketidaklengkapan kalimat, (5) kesalahan kalimat pasif, (6) kesalahan ejaan, dan (7) kesalahan pengembangan paragraf. Butir (6) dan (7) tidak dibahas di sini karena telah jelas pada paparan sebelumnya.

Kesalahan Penalaran Kesalahan penalaran yang biasa terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intrakalimat dan kesalahan penalaran antarkalimat. Kesalahan penalaran intrakalimat tampak dan tidak adanya hubungan logis antarelemen/antarbagian kalimat sebagaimana contoh berikut. (47) Dengan penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. (48) Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Hubungan pokok dan penjelas atau subjek dan predikat pada kalimat (47) dan (48) tidak jelas sehingga kedua kalimat itu dapat dikategorikan kalimat yang tidak bernalar. Pada kalimat (47) tidak jelas apa yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Jawabannya tentu bukan dengan panelitian ini. Demikian juga pada kalimat (48), apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Jawabannya tentu bukan berdasarkan uraian di atas. Hal itu dapat terjadi karena kalimat (47) dan (48) tidak memiliki pokok atau subjek. Jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat dicari jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat (49) dan (50). (49) Penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. (50) Uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Kalimat (49) (50) merupakan kalimat yang bernalar. Jawaban terhadap partanyaan apa yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa adalah penelitian ini. Jawaban terhadap pertanda apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa adalah uraian di atas. Kasalahan penalaran antarkalimat tampak pada tidak logisnya hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam membentuk teks. Ka|imat-kalimat dalam paragraf berikut tidak memiliki hubungan logis. Hadirnya penanda hubungan oleh sebab itu menyebabkan hubungan kalimat pertama dan kedua tidak bisa diterima nalar. Kedua kalimat ini tidak mamilliki hubungan sebab-akibat sehingga tidak perlu diberi pananda hubungan sebab-akibat. Dengan demikian, pemakaian pananda hubungan antarkalimat sebagaimana tertara dalam lampiran 2perlu mendapat perhatian khusus.

Problema utama pengelolaan jumal ilmiah adalah kelangkaan naskah dan kelangkaan dana. Oleh sebab itu, naskah perlu dikelola secara profesional. Pengelolaan yang profesional akan menjadikan sebuah jurnal menjadi berwibawa. Kerancuan Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau labih. Kerancuan dapat dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat. Kerancuan bentukan kata tarjadi apabila dua kaidah bentukan diterapkan dalam sebuah bentukan kata sebagaimana comtoh berikut. (51) memperlebarkan mempertinggikan dan lain sebagainya dari melebarkan dan memperlebar dari mempertinggi dan meninggikan dari dan lainlain serta dan sebagainya.

Kerancuan kalimat terjadi apabila dua kaidah atau lebih digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat. Kerancuan itu muncul pada saat penulis kebingungan terhadap kaidah yang dipakai dalam sebuah kalimat. Perhatikan kalimat berikut! (52) Dalam penelitian ini membahas efektivitas penggunaan pupuk tablet. (53) Bagi peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel. Kedua kalimat di atas tergolong kalimat rancu. Kedua kalimat tersebut masing-masing dapat dikembalikan pada dua struktur yang benar sebagaimana contoh (54) dan (55). (54) Dalam penelitian ini dibahas efektivitas penggunaan pupuk tablet. Penelitian ini membahas efektivitas penggunaam pupuk tablet. (55) Bagi peneliti diperlukan kecermatan memilih sampel. Peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel. Kerancuan kalimat juga sering terjadi pada redaksi perujukan. Penulis sering bingung terhadap redaksi rujukan yang berpola menurut seperti contoh berikut. (56) Menurut Ridho (1999) menyatakan bahwa menulis karya ilmiah tidak sulit. Kalimat (56) dapat dikembalikan pada dua struktur yang benar seperti berikut.

(57) Menurut Ridho (1999), menulis karya ilmiah tidak sulit. Ridho (1999) menyatakan bahwa menulis karya i1miah tidak sulit. Pemborosan Pemborosan timbul apabila ada unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa. Pengujiannya dapat dilakukan dengan teknik penghilangan. Apabila sebuah unsur dihilangkan dan gagasan yang diungkap tidak terganggu, unsur tersebut dapat dikategorikan unsur yang mubazir. Pemborosan dapat terjadi pada kata atau kata-kata dan kalimat, bahkan mungkin paragraf. Pemborosan kata-kata (dicetak miring) terlihat pada contoh berikut . (58) Data yang digunakan untuk menjawab semua permasalaham yang ada dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. (59) Data penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. Pemborosan kalimat dapat terjadi apabila suatu kalimat tidak memiliki fungsi mengungkap gagasan. Gagasan kalimat itu sudah terwadahi dalam kalimat sebelum atau sesudahnya. Perhatikan contoh berikut! (60) Hasil penelitian ini dapat dipilah menjadi lima kelompok. Kelima kelompok tersebur adalah sebagai berikut. Kalimat yang dicetak miring di atas adalah kalimat yang tidak memiliki fungsi pengungkap gagasan. Tanpa ada kalimat itu, pembaca sudah bisa memahami teks. Penyebutan judul buku atau identitas penulis buku dalam rangka perujukan juga merupakan bentuk pemborosan. contoh (62) lebih hemat daripada Contoh (61), meskipun makna keduanya sama. (61) Dianika (1998) dalam bukunya yang berjudul Tes Prestasi Balajar menyatakan bahwa tes memiliki kedudukan yang sangat strategis. Rahmi (1997), seorang pakar ekonomi Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa bangkit dalam waktu singkat. (62) Dianika (1998) menyatakan bahwa tes memiliki kedudukan yang sangat strategis. Rahmi (1997) menyatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa bangkit dalam waktu

singkat. Ketidaklengkapan Kalimat Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya memiliki pokok dan penjelas atau subjek dan predikat. Perhatikan kalimat (63) yang tidak memiliki pokok kalimat (63) Dalam penelitian ini menemukan hasil baru yang sangat spektakuler. Kemungkinan kalimat menjadi tidak lengkap terjadi karena penulis tidak mampu mengendalikan gagasan yang kompleks. Perhatikan kalimat kompleks berikut yang tidak memiliki kelengkapan kalimat. (64) Bunga api pada busi yang dipergunakan untuk memulai pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder mesin, yang akhimya untuk membangkitkan tenaga mekanik. Kesalahan Kalimat Pasif Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan para penulis adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif. Kalimat aktif intransitif tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif dengan tetap mempertahankan maknanya. (65) Berbagai kesalahan manajer berhasil diungkap melalui penelitian ini. Pertanyaan yang mudah diajukan adalah siapa yang berhasil. Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan manajer? Kalimat di atas berasal dari kalimat berikut. (66) Penelitian ini berhasil mengungkap berbagai kesalahan manajer. PENUTUP Bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikei ilmiah memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan bahasa Indonesia ragam lainnya. Ciri tersebut meliputi kecendekiaan, kelugasan, kejelasan, keformalan, keobjektifan, kekonsistenan, dan bertolak dari gagasan.

Kecendekiaan, kelugasan, kekonsistenan, dan kejelasan berhubungan dengan kemampuannya digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, sistematis, dan utuh. Keformalan dan keobjektifan berhubungan dengan penampilan artikel sebagai bentuk paparan ilmiah teknis. Secara praktis, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel ilmiah memiliki ciri sebagai berikut. Kosa kata dipilih secara cermat dan dibentuk secara lengkap/sempurna. Kalimat dibentuk dengan struktur lengkap dan logis. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren). Dalam pemakaian, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel ilmiah masih banyak dijumpai kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi (1) kesalahan penalaran, (2) kerancuan, (3) pemborosan, (4) katidaklengkapan kalimat, (5) kesalahan kalimat pasif, (6) kasalahan ejaan, dan (7) kesalahan pengembangan paragraf. DAFTAR RUJUKAN Basuki, I.A. & Hasan, M. 1996. Kesalahan Umum Pamakaian Ejaan. Makalah disajikan pada Penataran Guru Bahasa Indonesia Yayaaan Cendana Pekanbaru, Riau, tanggai 24 Juni s.d. 7 Juli 1996. Basuki, I.A. 1994. Pamakaian Bahasa dalam Artikal di Jurnal. Makalah disajikan pada Penataran Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Dosen PGSD IKIP Malang. Basuki, I.A, Roekhan, Suyono & Rofi'uddin, Ah. 1995. Bahasa Indonesia Ilmiah. Malang; IKIP Malang. Enesta, P. 1995. Buku Pintar Panyuntingan Naskah. Jakarta Penerbit Obor. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Padoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Suparno. 1998. Panggunaan Bahasa Indonesia dalam Tulisan llmiah. Makalah disajikan pada Seminar-Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan IV IKIP MaIang, tanggal 13-16 Januari 1998. Supamo, Basuki, I.A., Dawud & Roekhan. 1994. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: IKIP Malang. CONTOH KATA ILMIAH DAN POPULER

Kata Ilmiah anarki antipati antisipasi argumen argumentasi bibliografi biodata definisi depresi diskriminasi figur filial filter finis/final formasi format fragmen friksi frustasi harmonis indeks informasi introduksi kapitulasi konklusi konsesi kontemporer kontradiksi modern pasien prediksi sinopsis urine (Eneste, 1995:107) Lampiran 2

Kata Populer kekacauam rasa benci perhitungan ke depan bukti pembuktian daftar pustaka biografi singkat batasan kemunduran perbedaan perlakuan bentuk, wujud cabang saringan akhir susunan ukuran pemenggalan bagian, perpecahan rasa kecewa sesuai penunjuk keterangan pendahuluan penyerahan kesimpulan izin masa kini, mutakhir pertentangan maju orang sakit ramalan ringkasan air seni/kencing

DAFTAR KATA PENGHUBUNG YANG DIIKUTI KOMA Agaknya, ...., Akan tetapi, .... , Akhirnya, ....

Akibatnya, .... , Artinya, ` Biarpun begitu, ..,. Biarpun demikian, .... Berkaitan dengan hal itu, .... Dalam hal ini, Dalam hubungam ini, .... Dalam konteks ini, ..,. Dengan kata lain, .... Di samping itu, Di satu pihak, .... Dipihak lain, .... Jadi, .... Jika demikian, .... Kalau begitu, .... Kalau tidak salah, .... Keeuali itu, .... Lagi pula, .... Meskipun demikian, .... Oleh karena itu, .... Oleh sebab itu, .... Pade dasamya, ..., . Pada hakikatnya, .... Pada prinsipnya, .... Sebagai kesimpulan, .... Sebaliknya, .... Sebelum nya, .... Sebenamya, .... Sebetulnya, .... Sehubungan dengan itu, ..... Selain itu, .... , Selanjumya, .... Sementara itu, .... Sesudah itu, .. . Setelah itu, ..,. Sesungguhnya, Sungguhpun demikian, .... Tambahan pula, .... Untuk itu, .... Walaupun demikian, .... (Eneste, 1995:22) ang tidak berkepribadian

Jakarta Bagi pengguna ponsel Android mungkin wajib memiliki aplikasi ini. Komutta, menyediakan informasi transportasi di di Jakarta. Seperti, rute dan jadwal Transjakarta, Kereta listrik, Patas AC hingga daftar Taxi. Untuk mencicipi aplikasi tersebut pengguna tidak akan dipungut biaya alias gratis, dan bisa di-download melalui Android Market. Pada tampilan utama, pengguna bakal disajikan empat pilihan utama yakni, Transjakarta Route, Train Schedule, Call Taxi dan Patas AC. Apa saja fungsinya? Berikut pengalaman detikINET ketika menggunakan Komutta. Transjakarta Route Pada menu ini kita bisa mendapatkan informasi mengenai rute bus Transjakarta lengkap dengan koridor dan halte setiap pemberhentian. Misalnya ketika pengguna ingin menuju terminal Pulo Gadung dari Mampang Prapatan, aplikasi ini bisa memberikan informasi jalur yang bakal dilewati lengkap dengan peta. Train Schedule Ada 2 pilihan dalam menu ini Station dan Tranin Class. Pengguna bisa mendapatkan informasi tentang jadwal kereta kelas Ekonomi, Ekonomi AC, dan Express dari stasiun di seluruh Jakarta. Call Taxi Menu ini berisi informasi seluruh perusahaan penydia jasa taxi lengkap dengan nomer telepon yang bisa dihubungi. Jadi, tinggal pilih nama taxi yang diinginkan maka Komutta bisa langsung melakukan panggilan. Patas AC Route Menu ini banyak sekali menyimpan data nomor bus AC yang lalu-lalang di Jakarta. Pengguna bisa mencarinya melalui nomor bus, atau berdasarkan lokasi dimana bus itu biasa mangkal. Secara garis besar, Komutta memang bisa dijadikan rujukan seputar jadwal transportasi di Jakarta. Menu yang ditampilkan begitu mudah dipahami dan datanya pun terbilang cukup akurat.

Selain itu aplikasi ini juga disajikan dalam bahasa Inggris. Artinya, turis asing yang sedang berkunjung pun bisa juga memanfaatkannya sebagai panduan. Aplikasi Komutta bisa didapatkan secara gratis di Android Market. Dalam pengujian detikINET menggunakan ponsel HTC Desire dengan sistem operasi Android Froyo.sumber Permalink Leave a Comment

Sulap PlayStation 3 Jadi Internet TV


January 11, 2011 at 6:04 am (News)

Las Vegas Pada ajang Consumer Electronics Show (CES) 2011 yang digelar di Las Vegas, penyedia jasa internet Orb Networks sempat memamerkan salah satu aplikasi mereka. Dengan bantuan software tersebut, gamer pemilik PlayStation 3 (PS3) dijanjikan bisa menyaksikan film melalui Hulu, Netflix, YouTube, dan Amazon Video on Demand. Joe Costello, CEO dari Orb Networks, mengklaim bahwa aplikasi yang mereka tawarkan adalah solusi yang lebih hemat dibanding dengan layanan sejenis, misal Google TV. Biaya gabungan dari pemutar Blu-ray dengan software Orb Networks, masih lebih murah jika dibandingkan dengan layanan internet tv lainnya seperti Boxee dan Google TV, ujarnya, seperti dikutip detikINET dari PlayStation Universe, Senin (10/1/2011). Aplikasi yang dibanderol USD 19,99 atau sekitar Rp 170 ribu itu juga memiliki versi ponsel. Fungsinya, hanya untuk mengontrol layanan apa saja yang boleh di akses melalui software tersebut. Tentunya dibutuhkan juga versi resmi yang ada di PS3. Dengan jumlah pemilik PS3 yang mencapai 40 juta, serta 8 juta media berbasis Blu-ray, Orb Networks percaya bahwa aplikasi besutan mereka dapat sukses di pasaran.sumber Permalink Leave a Comment

Mencicipi LePad, Tablet Android dari Lenovo


January 11, 2011 at 5:59 am (News)

Las Vegas Dalam showcase Lenovo, yang digelar bertepatan dengan Consumer Electronic Show 2011, Las Vegas, detikINET berkesempatan mencicipi tablet LePad dan laptop hybrid U1. LePad, namanya mungkin berubah saat didistribusikan di luar China, adalah full tablet pertama dari Lenovo yang menggunakan sistem operasi Android. Perangkat ini pertama kali diperkenalkan pada 2010, namun ketika itu masih menggunakan Linux. Sedangkan U1 merupakan paket yang menggabungkan LePad dalam sebuah laptop. Bagian layarnya bisa dicopot menjadi LePad, sedangkan bagian bawahnya adalah notebook berbasis Windows 7. LePad Kesan pertama yang muncul saat detikINET mencobanya adalah layar sentuhnya yang sangat responsif saat menjalankan Android. Agaknya Lenovo berhasil mengoptimalkan prosesor Qualcomm Snapdragon di dalamnya dengan Android 2.2 dengan tampilan custom. Layar pembuka LePad berupa sebuah bidang yang dibelah empat. Di bagian tengahnya ada sebuah icon yang bisa digeser untuk mengubah ukuran keempat bagian layar. Setiap bagian layar itu memiliki fungsi yang berbeda. Dalam perangkat yang dicoba detikINET, masing-masing area menunjukkan aplikasi, koleksi musik, koleksi video dan e-book. Jika layar digeser, dengan menyapu jari di sepanjang permukaan layar, ke kiri adalah tempat widget Lenovo. Sedangkan ke kanan akan membuka koleksi aplikasi.

Lucunya, meski memakai Android, LePad tidak memiliki akses ke Android Market. Namun instalasi aplikasi lewat .apk tetap bisa dilakukan. Selain itu aplikasi juga tersedia lewat toko aplikasi Lenovo. Salah satu aplikasi yang berjalan adalah game seperti Angry Birds. Selain itu kebanyakan aplikasi masih berbahasa China, sesuai tempat peluncuran pertamanya. U1 Jika diletakkan pada dock U1, tablet LePad bisa berubah menjadi layar untuk menjalankan sistem Windows 7 yang ada di U1. Hal ini dilakukan cukup dengan menggeser sebuah switch di depan layar. Perpindahan dari Android ke Windows 7 terbilang lancar. Meskipun butuh waktu beberapa saat di mana layar sempat gelap sepersekian detik. Dalam modus Windows 7, layar sentuh masih tetap bisa digunakan. Namun tingkat responsifnya sedikit menurun dibandingkan saat memakai Android. File yang tersimpan di dalam LePad bisa diakses melalui U1. Hal ini dilakukan lewat aplikasi LeNav dengan sistem sinkronisasi. Saat LePad dicopot kembali, tubuh U1 masih bisa digunakan secara penuh. Cukup sambungkan ke monitor eksternal atau perangkat display lainnya, perangkat dengan prosesor Intel ULV ini bisa bekerja normal. Kesimpulannya, LePad dan U1, bisa jadi alternatif tablet yang cukup baik. Tentunya harus didukung oleh ketersediaan aplikasi serta konten. Juga, tak kalah penting, masih perlu dilihat apakah nantinya Lenovo bisa menghadirkan perangkat 2-in-1 ini dalam skema harga yang masuk akal. Lenovo mengatakan LePad dan U1 akan dipasarkan di China pada 2011 ini. Setelah itu, kemungkinan perangkat ini akan dihadirkan secara global sesuai kesiapan ekositem di masing-masing negara. Di China, LePad akan dijual pada kisaran RMB 3499 (kurang lebih Rp 4,75 juta), sedangkan U1 pada kisaran RMB 8888 (sekitar Rp 12 juta). Spesifikasi: Prosesor Qualcomm Snapdragon 1.3 Ghz (LePad) Prosesor Intel CULV Layar 10.1 Koneksi 3G pada LePad sumber

Permalink Leave a Comment

Kilas Balik Ancaman Virus Komputer di 2010


January 11, 2011 at 5:56 am (News) Jakarta Di sepanjang 2010 lalu tak sedikit virus menjengkelkan yang berkeliaran di Indonesia. Mulai dari Stuxnet, anti virus palsu, hingga malware bertopeng video porno yang beredar di Facebook. Berdasarkan keterangan yang diterima detikINET, Selasa (11/1/2011), berikut adalah sebagian virus menghebohkan yang berhasil dirangkum oleh Vaksincom. Stuxnet Stuxnet memang cukup menggemparkan di 2010. Berkat keahliannya yang mampu mengacaukan program SCADA, virus ini dikabarkan sempat ingin meledakan fasilitas nuklir di Iran. Namun tidak hanya itu, Stuxnet juga mampu menyerang komputer yang tidak menggunakan sistem SCADA. Seperti di Indonesia yang menjadi korban kedua terbesar di dunia setelah Iran. Stuxnet melakukan penyebaran melalui flashdisk dan menyebabkan beberapa kerusakan seperi, hardisk yang selalu penuh, mematikan Print Sharing, memutuskan jaringan, komputer menjadi lambat dan menyebakan beberapa aplikasi tidak berjalan. Conficker, Sality dan Antivirus Palsu Awal 2010, selain Conficker dan Sality, virus yang masih wara-wiri dan perlu dikhawatirkan adalah antivirus palsu, Rogue Antivirus atau Fake Antivirus. Antivirus palsu ini sangat membandel dan selalu mengeluarkan varian terbaru untuk menginfeksi korbannya. Modusnya, virus palsu ini melakukan penipuan dengan menginformasikan komputer korban sedang terinfeksi virus. Lalu, calon korban yang umumnya awam percaya dan mengikuti saran dari program jahat ini untuk membeli antivirus palsu dan memasukkan nomor kartu kredit ke situs penjualan antivirus palsu. Malware di Facebook Mei 2010, Candid Camera Prank, virus pertama yang berhasil menyebar melalui Facebook dan secara otomatis menyebarkan diri antar akun Facebook. Kalau selama ini virus lain hanya memanfaatkan nama Facebook atau melakukan phishing atas situs Facebook guna mencuri credential, maka kali ini benar-benar ada aplikasi yang memanfaatkan (Application Programming Interface) API Facebook dan tampil seakan-akan sebagai aplikasi Facebook yang tidak berbahaya.

Kenyataannya, jika pengguna meng-allow aplikasi tersebut, otomatis semua kontaknya akan dikirimi pesan palsu seakan-akan ada gambar nakal (candid camera) yang menarik untuk dilihat. Dan apabila diklik, maka akan mengaktifkan aplikasi tersebut di akun Facebook yang lain dan menyebarkan dirinya ke seluruh kontak akun tersebut. Pada akhir Oktober 2010, pembuat malware jahat dengan modus yang sama memanfaakan issue Mc Donalds berpengawet guna memancing korbannya untuk melihat video kentang McDonalds berpengawet yang sebenarnya mengandung kode jahat. Tak lama kemudian munculah Lindsay Lohan Sex Video dengan modus yang sama. Virus Lokal Virus lokal pada semester pertama mengalami penurunan signifikan, dan hanya lightmoon dan autorun saja yang terdeteksi, sisanya di dominasi oleh virus mancanegara. Diselingi oleh satu virus yang memanfaatkan nama Lunamaya yang sedang populer waktu itu karena kasus video porno. 1 September, virus pertama karya anak bangsa yang berhasil menyebar melalui Facebook chat. Belajar dari kasus Lunamaya, kali ini nama yang dicatutnya adalah Krisdayanti dan Mulan Jameela. Pada kuartal ke empat virus lokal mulai bangkit lagi, kali ini mengendarai kapal cepat bernama Shortcut, virus lokal merajalela dan mengalahkan antivirus buatan lokal yang mulai kesulitan mendeteksi varian shortcut dan membasminya dengan tuntas.sumber Permalink Leave a Comment

Mencicipi Si Laptop Bongsor Asus NX90


January 11, 2011 at 5:54 am (News) Jakarta Asus telah merilis sebuah notebook dengan dimensi cukup besar. Produk ini juga memiliki desain, serta fitur yang diklaim membuatnya layak disebut sebagai komputer jinjing multimedia terbaik dengan desain unik. Penampilan yang Serba Waahh.. Asus NX90 memiliki tampilan yang serba wah. Mulai dari ukurannya, desain, hingga bahan yang digunakan membuat setiap orang yang melihatnya begitu penasaran dengan notebook ini. Ketika dibuka, wow.. layarnya widescreen dengan rasio 16:9 berukuran 18,8 inchi ini, dikepung dua buah speaker besar. Oke, sekarang mari kita ulas satu persatu anggota tubuh produk ini. Dari luar, tampilan NX90 memang cukup unik karena didominasi oleh bahan almunium yang berkilau. Asus sendiri mengklaim bahwa produk ini adalah satu-satunya notebook yang menggunakan bahan seperti yang telah disebutkan di atas.

Selain berbahan almunium dengan krom, yang membedakan produk ini dengan kebanyakan notebook lain adalah penempatan touchpad hingga 2 buah. Ya, Asus NX90 memiliki satu buah touchpad di sebelah kanan dan satu lagi di sebelah kiri dengan ukuran yang sama. Entah apa kegunaan touchpad kedua pada produk ini. Meski berbalut almunium, namun NX90 tidak terasa panas meski digunakan seharian. Hebatnya lagi, kipas pendingin pun hampir tidak terdengar. Sunyi, namun sangat efektif mengusir panas. Asus merancang keyboard NX90 dengan cukup jeli. Tampilannya begitu selaras, serta dilengkapi beberapa tombol tambahan seperti volume, pengatur tingkat kecerahan layar, tombol power, dan tombol untuk mengeluarkan kepingan DVD/Blu-Ray.

Hal unik lainnya adalah, penempatan dua sisi speaker yang berada pada tepian layar. Jelas sekali Asus coba menonjolkan kualitas audio NX90. Apa lagi ada embel-embel Audio by Bang & Olufsen ICEpower pada bagian sudut kiri atas. ICEpower sendiri merupakan penyedia amplifier yang fokus pada musik akustik. Kerjasama Asus dengan Bang & Olufsen ICEpower menciptakan sebuah standar audio baru di ranah notebook yang bernama SonicMaster technology, yang konon sangat merdu untuk mendengarkan lagi bernuansa klasik, orkestra, dan pastinya akustik.

Performa Audio dan Video Setelah cukup puas dengan dengan tampilannya, kini saatnya menguji performa Asus NX 90. Produk ini memiliki spesifikasi yang tergolong mewah, misal Intel Core i7 720QM, memory DDR3 6GB dan kartu grafis Nvidia GeForce GT 335M. Menjalankan film High Definition (HD) pastinya bukan masalah besar bagi produk ini, begitu pun ketika digunakan untuk olah gambar dan video. Asus NX 90 mampu melakukannya dengan sangat mudah tanpa ada masalah. Lantas bagaimana dengan game? Untuk menguji seberapa jauh kemampuannya, detikINET memainkan beberapa game seperti CoD Black Ops dan Spider-Man: Shattered Dimensions. Khusus untuk Black Ops, tampaknya Asus NX90 tampaknya cukup kewalahan untuk memainkannya, sedangkan Shattered Dimensions dapat dilahapnya dengan mudah meski di resolusi tinggi sekali pun. Lalu bagaimana dengan performa audio yang dibanggakan? Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ICEpower jagonya mengolah musik akustik, begitu pun dengan kemampuan Asus NX90. Ketika digunakan untuk memutar lagi klasik, orksestra, atau klasik kualitasnya begitu menakjubkan. Suara yang keluar terdengar sangat detail, dengan kedalaman yang cukup baik. Ditambah lagi keluaran stereo yang begitu presisi, bisa membawa penggunanya seakan tengah berada di dalam acara konser. Namun berbanding terbalik jika untuk mendengarkan musik Jazz, atau ajeb-ajeb yang banyak didominasi oleh suara bass. Reproduksi nada rendah pada notebook ini sangat buruk, terdengar cempreng dan kurang bertenaga. Namun cukup dimaklumi mengingat Asus NX90 memang tidak rancang untuk jenis musik tersebut. Urusan film, keluaran suaranya terdengar cukup baik. Terutama pada bagian percakapan, dan dibeberapa adegan lainnya. Meski demikian, tidak dipungkiri jika efek ledakan terdengar serta suara lain dengan nada rendah terasa kurang enak didengar. Sedikit mengecewakan, mengingat produk sudah memiliki spesifikasi yang luar biasa.

Kesimpulannya, sebagai laptop multimedia performa Asus NX 90 memang sedikit mengecewakan. Selain keluaran suara yang kurang enak di dengar untuk film, layar yang digunakan pun terlihat mudah memantul gambar. Terlebih lagi produk ini juga memiliki contrast rasio sebesar 288:1, hampir 3 kali lipat lebih kecil dari kebanyakan LCD yang beredar. Namun di balik itu, spesifikasi yang ditawarkan memang tergolong mewah dan mampu menangani aplikasi terberat sekali pun dengan mudah. Dan yang tidak bisa dipungkiri adalah, kualitas audio (akustik) yang begitu memposona. Tertarik memilikinya? Penguna harus terlebih dulu merogoh kocek cukup dalam. Karena Asus NX90 dibanderol USD 2.609 atau sekitar Rp 23 Juta-an. Kelebihan: + Spesifikasi kelas atas + Suara akustik mantab + Penampilan unik Kekurangan: - Harga mahal - Kualitas layar kurang baik - Berat Spesifikasi: * Prosesor: Intel Core i7-720QM 1,6Ghz * RAM: 6 GB * Kartu grafis: NVIDIA GeForce GT 335M * Layar: 18,4 inchi, 1920 X 1080 pixel * Hardsik: 2 X 640GB * Dimensi: 530 x 275 x 43 mm * Bobot: 4,4 Kg

Yang tidak berkepribadian

Bahasa Indonesia Artikel Ilmiah oleh Imam Agus Basuki


Sumber: Ali Saukah dan Mulyadi Guntur Waseso (Penyunting). Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah, UM Press. Bahasa dalam artikel ilmiah memiliki fungsi yang sangat penting. Hal itu disebabkan bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Sebagai pengungkap gagasan, bahasa dalam artikel ilmiah dituntut mampu mengungkapkan gagasan keilmuan secara tepat sehingga gagasan penulis dapat ditangkap pembaca secara tepat. Kesalahan penggunaan bahasa dalam artikei ilmiah menyebabkan gagasan yang disampaikan penulis tidak dapat diterima pembaca. Boleh jadi, pemakaian bahasa yang salah menyebabkan pemahaman pembaca bertoiak belakang dengan gagasan penulis. Sesuai dengan ranah penggunaannya, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah. Oleh sebab itu, kaidah pemakaian bahasa Indonesia ilmiah perlu mendapat perhatian khusus. Dilihat dari segi performansinya, bahasa dalam artikei ilmiah adalah bahasa tulis. Hal itu disebabkan artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis. Sebagai bahasa tulis, kaidah bahasa tulis perlu mendapat perhatian khusus pula. Sehubungan dengan hal di atas, paparan mengenai bahasa Indonesia tulis ilmiah menjadi sentral pembahasan ini. Penggunaan bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah ternyata tidak selalu benar. Berbagai kesalahan sering ditemukan. Sebagai bekal/wawasan, pada akhir paparan ini dibahas pula berbagai kesalahan yang sering muncul dalam penulisan artikel ilmiah. BAHASA TULIS ILMIAH Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa tulis memiliki ciri (1) kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat, (2) pembentukan kata diiakukan secara sempurna, (3) kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan (4) paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren). Selain itu, hubungan antargagasan terlihat jelas, rapi, dan sistematis. Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri cendekia, lugas, jelas, formal, objektif, konsisten, dan bertolak dari gagasan (Basuki, dkk. 1995). Paparan berikut akan mengupas ciriciri tersebut dengan pijakan ciri bahasa ilmiah. Cendekia Bahasa tulis ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan

penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya. Dua contoh di bawah ini dapat memperjelas uraian di atas. (1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengayuh budaya barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia. (2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada katepatan dan keseksamaan penggunaan kata. Karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan. Perhatikan contoh di bawah ini. (3) pemaparan pembuatan pembahasan pemerian (4) paparan buatan bahasan perian

Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4) menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, panggunaan kedua jenis bentukan kata tersebut perlu dilakukan secara carmat. Kalau paparan itu mangacu pada proses, kata-kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil, katakata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4). Di samping itu, kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat /idiomatis. Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh (6).

(5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit. (6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit. Kerancuan pilihan kata dalam artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan kata pada umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung menjadi satu. Untuk membetulkannya perlu dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun dan namun serta mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal sebagaimana contoh (8). (7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas . Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya. (8) Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum jelas . Paparannya sudah diuraikan, namun belum jelas. Mulai penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya. Sejak penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya. Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh (10). (9) Peneliti terdiri orang-orang yang mewakili lembaga. Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok. (10) Peneliti terdiri atas orangorang yang mewakili lembaga. Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok. Lugas Bahasa tulis ilmiah digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan hendaknya diungkapkan secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan oleh pengungkapan itu adalah makna lugas. Dengan paparan yang lugas kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari (Basuki, 1994). Penulisan yang bernada sastra cendarung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas). Perhatikan

contoh di bawah ini! (11) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah sebagian, anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan. (12) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah sebagian anak-anak mempunyai tugas yang berat. Kalimat (11) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak bisa dikatakan ringan. Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara lugas. Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung, separti kalimat (12). Jelas Artikel ilmiah ditulis dalam rangka mengkomunikasikan gagasan kepada pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kejelasan gagasan yang disampaikan perlu mendapat perhatian. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas. Gagasan akan mudah dipahami apabila hubungan gagasan yang satu dan yang lainnya jelas. Ketidakjelasan pada umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antargagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Perhatikan contoh berikut! (13) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaranmata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian. (I 4) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman moral di rumah. Penanaman moral di Sekolah dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian. Contoh (13) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (14), kalimat-

kalimatnya pendak sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak dibenarkan membuat kalimat panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas. Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah kalimat. Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (13) berisi gagasan yang tidak dapat diungkap dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (13) perlu dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (14). Contoh (15) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan pada contoh (15) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (16). (15) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir. (16) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi mutakhir. Bertolak dari Gagasan Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Itu berarti, penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan tidak pada penulis. Akibatnya, pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai palaku perlu dihindari. Perhatikan contoh berikut ini. (17) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. (18) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat penting. Contoh kalimat (17) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (18) berorientasi pada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya

pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca dalam kalimat perlu dihindari. Perhatikan contoh berikut ! (19) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila. (20) Perlu diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam pananaman moral Pancasila. Contoh (20) merupakan penyempurnaan dari contoh (19) yang berorientasi pada pelaku bukan penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak boleh digunakan dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan sebagaimana contoh berikut. (21) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses balajar mengajar adalah sistem penilaian. (22) Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat. Formal Artikel ilmiah merupakan salah satu bentuk komunikast ilmiah. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Untuk memilih kata yang formal diperlukan kecermatan agar terhindar dari pemakaian kata informal. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini (23) Kata Formal berkata membuat hanya memberi bagi daripada (24) Kata Informal bilang bikin cuma kasih buat ketimbang

Artikel ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat teknis. Kosa kata yang digunakan cenderung mengarah pada kosa kata ilmiah teknis. Kosa kata ilmiah teknis digunakan pada kalangan khusus, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. Untuk itu, dalam memilih kosa kata dalam menulis artikel ilmiah, perlu kecermatan agar tidak mengarah pada kata ilmiah populer. Contoh berikut ini menunjukkan perbedaan kedua jenis kosa kata tersebut. (25) Kata Ilmiah Teknis (26) Kata Ilmiah Populer

Anarki kekacauan Antipati rasa benci Antisipasi perhitungan ke depan Argumen bukti (Contoh lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 1) Ciri formal bahasa tulis ilmiah juga tampak pada bentukan kata. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Bentukan kata yang tidak formal pada umumnya terjadi karena pemberian imbuhan yang tidak lengkap, proses pembentukannya tidak mengikuti aturan, atau karena proses pembentukannya mengikuti bahasa lain sebagaimana contoh berikut. (27) Bentukan Kata Bernada Formal membaca menulis tertabrak mencuci mendapat terbentuk legalisasi realisasi (28) Bentukan Kata Bernada Informal mbaca nulis ketabrak nyuci dapat kebentur legalisir realisir

Keformalan kalimat dalam artikei ilmiah ditandai oleh (1) kelengkapan unsur wajib (subjek dan predikat), (2) ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas, (3) kebernalaran isi, dan (4) tampilan esai formal. Sebuah kalimat dalam artikel ilmiah satidak-tidaknya memiliki subjek dan predikat. Perhatikan contoh di bawah ini! (29) Menurut Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai tahun 2000.

(30) Valendika (1999) menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai. tahun 2000. Contoh (29) tidak jelas subjeknya. Siapa yang menyatakan bahwa milenium ketiga belum dimulai tahun 2000? Tentu jawabannya bukan menurut Valendika, tetapi Valendika sebagaimana tertuang dalam contoh (30). Ciri kedua penulisan kalimat dalam artikel ilmiah adalah ketepatan panggunaan kata fungsi atau kata tugas. Setiap kata tugas memiliki fungsi yang berbeda. Oleh sebab itu, ketapatan pamakaian kata tugas dalam menulis artikel ilmiah perlu mendapat perhatian. Kata tugas pada contoh (31) berikut digunakan secara tidak tepat, sedangkan kata tugas pada contoh (32) digunakan secara tepat. (31) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian pada masyarakat. Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital buat patani. (32) Setiap perguruan tinggi wajib melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Saluran irigasi merupakan hal yang sangat vital bagi petani. Ciri ketiga penulisan kalimat artikel ilmiah adalah kebernalaran isi. Isi kalimat dapat diterima nalar (akal) sehat. Sebuah kalimat dapat dikatakan memiliki kebernalaran isi apabila gagasan yang disampaikan dapat dinalarkan (dapat ditarima akal sehat) dan hubungan antargagasan dalam kalimat dapat diterima akal sahat (Supamo, dkk, 1998). Perhatikan gagasan yang disampaikan pada contoh berikut . (33) Berbagai temuan baru berhasil diungkap dalam penelitian ini. (34) Penelitian ini berhasil mengungkap berbagai temuan baru lsi kalimat (33) tidak bisa diterima akal. Siapa yang barhasil dalam kalimat itu? Menurut kalimat itu, yang berhasil adalah berbagai temuan baru itu tidak masuk akal. Berbagai temuan baru tentu tidak bisa berhasil. Yang mungkin barhasil adalah penelitian ini sebagaimana contoh (34). Perhatikan hubungan antargagasan dalam kalimat berikut! (35) Kedudukan pengajaran berbicara tidak sama dengan pokok bahasan lain, yaitu seperti membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, maupun apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. (36) Kedudukan pengajaran berbicara tidak sama dengan kedudukan pengajaran yang lain: membaca, kosa kata, struktur, pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Contoh (36) telah mampu mengungkapkan penataran dengan benar, berbeda dengan contoh (35). Hubungan penidaksamaan pengajaran berbicara dan pokok bahasan lain

tidak selaras. Penidaksamaan seharusnya dilakukan antara pengajaran dengan pengajaran, bukan dengan yang lain. Ciri ketiga kalimat artikel ilmiah adalah tampilan esai formal. Cara itu menuntut pengungkapan gagasan dilakukan secara utuh dalam bentuk kalimat. Rincian gagasan atau potongan gagasan dalam kalimat diintegrasikan secara langsung dalam kalimat. Kalimat (37) berikut bukan merupakan tampilan esai formal, sedangkan kalimaf (38) merupakan kalimat yang bertampilan esai formal yang dianjurkan digunakan dalam artikel ilmiah. (37) Jenis dongeng berdasarkan isinya: - fabel - legenda - mite - sage (38) Dongeng berdasarkan isinya dapat dibedakan atas empat kategori, yakni fabel, logende, mite, dan sage Objektif Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan. Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (39) berikut menimbulkan sifat subjektif. Berbeda dengan contoh (40) yang tidak mengandung unsur subjektif. (39) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut. (40) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam pembemtukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional. Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari. Penulisan kalimat (41) berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional. Penulisan kalimat yang

tidak subjektif tampak pada contoh (42). (41) Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya masalah. (42) Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian diawali adanya masalah. Ringkas dan Padat Selain ringkas dalam bahasa tulis ilmiah direalisasikan dengan tidak adanya unsurunsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir). Itu berarti menuntut kehematan dalam panggunaan bahasa ilmiah. Semantara itu, ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa itu. Karena itu, jika gagasan yang terungkap, sudah mamadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pamborosan, ciri kepadatan sudah terpanuhi. Dengan demikian, ciri ringkas dan padat tidak dapat dipisahkan. Contoh (43) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (44) adalah bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (38) tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir. (43) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia. (44) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia. Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya ditandai dengan tidak adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam artikel ilmiah. Contoh (45) dan (46) berikut dapat memperjelas keringkasan dan kepadatan bahasa tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (45) tidak memberi tambahan makna yang berarti. Dengan demikian, kalimat itu perlu dibuang sebagaimana contoh (46). (45) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan. Artinya, pelaksanaan proyek itu sudah benar. Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.

(46) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar. Konsisten Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Contoh (48) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh yang konsisten adalah contoh (47) (47) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan. (48) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan. Menggunakan Ejaan yang Benar Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan yang biasa dikenal dengan EYD. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, edisi yang disempurnakan, (Surat Kaputusan Mandikbud, Nomor0543a/U/ 87, tanggal 9 September, 1987). Aturan itulah yang berlaku dalam penulisan hal-hal yang bersifat formal, termasuk di dalamnya adalah penulisan artikel ilmiah. Pada bagian ini hanya dipaparkan sejumlah prinsip yang perlu mendapat perhatian dalam menulis artikel ilmiah. Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan tersebut dikemukakan sebagai berikut (Basuki dan Hasan, 1996). l) Setiap kata, baik kata dasar maupun kata jadian, ditulis terpisah dengan kata lainnya, kecuali kata yang tidak dapat berdiri sendiri.(diberi garis bawah) Contoh: kursi, belajar, praanggan, suprastruktural

2) Jarak antarkata dalam paparan hanya satu ketukan. Tidak perlu menambah jarak antarkata dalam rangka meratakan margin kanan. Margin kanan sebuah artikel tidak harus lurus. Contoh salah: Pelatihan ini sangat menyenangkan.

3) Setiap kata ditulis rapat, tidak ada jarak antarhuruf dalam sebuah kata. Contoh salah: P E M B A H A S A N PENUTUP 4) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah penafsiran, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian antarunsurnya. Contoh: proses belajar-mengajar, buku sejarah-baru 5) Kata jadian berimbuhan gabung depan dan belakang ditulis serangkai. Contoh: dinonaktifkan, menomorduakan 6) Tanda tanya (?), titik (,), titik koma (,), titik dua (:), tanda seru (!) ditulis rapat dengan huruf akhir dari kata yang mendahului. Contoh: Abstraknya kabur. Apa hasilnya?. Perhatikan Contoh berikut! 7) Setelah tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua (:), tanda seru (!) harus ada jarak (tempat kosong) satu ketukan. Contoh: Masalahnya tidakjelas. Simpulannya juga tidak jelas . Apa masalahnya, apa metodenya, dan apa temuannya? 8)) Tanda petik ganda ("..."), petik tunggal ('...'), kurung () diketik rapat dengan kata, frasa, kalimat yang diapit. Contoh: Ijazahnya masih "diseko1ahkan" Penelitian DIP (Dafiar Isian Proyek) sekarang tidak ada. 9) Tanda hubung (-), tanda pisahi (), garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.

Contoh: Kalimat artikel tidak boleh diulang-ulang. Penulisan artikel saya yakin mudah seka1i harus dibiasakan. Subjudul pendahuluan/pengantar tidak perlu ditulis. Catatan: dalam penulisan biasa, tanda pisah ditulis dengan tanda hubung dua (--). 10) Tanda perhitungan: sama dengan (=), tambah (+), kurang (), kali (x), bagi (:), Iebih keeil (<), dan lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu ketukan (spasi) dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya. Contoh: 2 + 2 = 4 P<Q 11) Tepi kanan teks artikel tidak harus rata. Oleh karena itu, kata pada akhir baris tidak harus dipotong. Jika terpaksa harus dipotong, tanda hubungnya ditulis setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan di bawahnya. Tidak boleh menambahkan spasi antarkata dalam satu baris yang bertujuan meratakan tepi kanan. 12) Huruf kapital dipakai pada huruf prtama nama bangsa, suku, dan bahasa; tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: bangsa Indonesia (bukan Bangsa Indonesia) hari Minggu (bukan Hari Minggu) Bandingkan dengan contoh berikut! Hari Kartini (bukan hari Kartini) . Hari Ibu (bukan hari Ibu) 13) Huruf kapital dipakai pada huruf pertama nama khas dalam geografi. Contoh: Danau Sentanu, Afrika Selatan, Jalan Surabaya. . 14) Huruf mixing (jika menggunakan mesin ketik diganti garis bawah) digunakan (1) untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau frasa; dan (2) untuk menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing/daerah.

15) Kata hubung antarkalimat diikuti koma. Contoh: Oleh sebab itu, ..,.

Dengan demikian, ..., Untuk itu,,... (Lebih rinci lihat kata-kata hubung pada lampiran 2) 16) Koma dipakai memisahkan kalimat setara yang didehului tetapi, melainkan, namun, padahal, sedangkan, yaitu, dan sedangkan. Contoh: Penelitian ini sederhana, tetapi sangat rumit pengambilan datanya. Instrumen penelitian ini ada dua, yaitu angket dan tes. Uji coba instrumen dilakukan di Kediri, sedangkan pengambilan data di Malang. l7) Koma dipakai memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh: Karena gagal mengambil data, penelitian ini dibatalkan. Menggunakan Paragraf yang Benar Paragraf yang digunakan dalam artikel ilmiah memiliki tiga persyaratan: (1) kesatuan, (2) kesistematisan dan kelengkapan, dan (3) kepaduan. Suatu paragraf dinyatakan memenuhi syarat keutuhan apabila paragraf itu hanya mengadung satu gagasan pokok. Gagasan itu dinyatakan dalam kalimat topik. Dalam artikel ilmiah kalimat topik biasanya terletak pada awal paragraf. Perhatikan contoh berikut. Kebutuhan sehari-hari bagi setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama (1). Hal ini sangat tergantung dari besamya penghasilan setiap keluarga (2). Keluarga yang penghasilannya sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit dipenuhi (3). Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi (4). Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk pembangunan tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya (5). Tempat-tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat (6). Pada umumnya tempantempat ibadah ini dibangun secara bergotong-royong dan sariat menandalkan sumbangan paradermawan (7). Parbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin (8).

Gagasan pokok paragraf di atas adalah kebutuhan keluarga tergantung panghasilannya. Ternyata tidak semua kalimat yang terdapat dalam pararaf di atas mendukung gagasan pokok paragraf. Kalimat (1) sampai dengan (4) masih relevan dengan gagasan pokok paragraf; tetapi kalimat (5) sampai dengan (8) tidak relevan dengan gagasan pokok paragraf. Dengan adanya kalimat-kalimat yang tidak relevan dengan gagasan pekok paragraf, kesatuan gagasan dalam paragraf tidak dapat diciptakan. Tidak adanya kasatuan paragraf ini mengakibatkan sulitnya ditangkap gagasan yang disampaikan dalam paragraf. Persyaratan paragraf kedua adalah kesistematisan dan kelengkapan. Paragraf yang lengkap adalah paragraf yang didukung olah semua ide penjelas yang diisyaratkan dalam kalimat topik. Jumlah ide penjelas (ini tidak sama antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Ide pokok dan ide-ide penjelas dalam paragraf yang baik ditata secara sistematis. Pengurutan ide dalam suatu paragraf dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alamiah dan secara logis. Urutan alamiah barupa urutan waktu (kronologis) dan ruang (sudut pandang), sedangkan urutan logis berupa urutan klimaks-antikIimaks, sebabakibat, umum-khusus, khusus-umum, pokok-rincian, dikenal-tidak dikenal, dan mudahsulit. Ide penjelas dalam paragraf dapat berupa: contoh, ilustrasi, rincian konkret, bandingan, uraian, fakta/data, alasan, penyebab/akibat, anekdot, dan analog. Perhatikan urutan kalimat dalam paragraf berikut! Orang-orang pada umumnya akan berpendapat bahwa kehidupan di desa merupakan kehidupan yang tidak layak di masa dewasa ini (1). Justru di dalam masyarakat desa itulah suatu kehidupan yang damai dan tenteram (2). Sesungguhnya di desa itulah tarsimpan potensi yang harus dimanfaatkan (3). Dengan demikian orang-orang desa yang beranggapan salah tersebut segera meninggalkan desanya dengan harapan untuk dapat memperoleh kehidupan yang baik sehingga banyak orang malu kembali ke desanya dan mereka rela untuk menjadi tuna wisma di kota (4). Urutan kalimat dalam paragraf di atas tidak sistematis. Urutan kalimat dalam paragraf di atas mestinya adalah (1), (4), (3), dan (2). Kalimat topik yang mengandung ide pekok harus dikembangkan dan dijelaskan agar dapat terbentuk sebuah paragraf. Pengembangan itu seharusnya digarap secara lengkap agar pembaca tidak bartanyatanya lagi setelah membaca paragraf yang telah dikembangkan tersebut.

Syarat paragraf yang ketiga adalah kepaduan. Kepaduan adalah adanya rangkaian antarkalimat yang memudahkan pembaca untuk memahami isinya. Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf saling tarkait antara yang satu dan yang lain. Perbedaan antara kasatuan dan kepaduan dapat dijelaskan seperti berikut. Kesatuan lebih banyak berhubungan dengan ide-ide bawahan yang mendukung ide pokok paragraf. Jika semua ide bawahan mendukung ide pokok, paragraf dapat dikatakan memiliki kesatuan; dan jika terdapat ide bawahan yang tidak mendukung ide pokok, maka paragraf dapat dikatakan tidak memiliki kasatuan. Kepaduan lebih banyak berhubungan dengan penataan dan penyusunan ide bawahan untuk menopang ide pokok paragraf. Jika susunan dan tatanan ide pokok dalam paragraf bersifat runtut dan tertib, paragraf dapat dikatakan memiliki kepaduan. Jika susunan dan tatanan ide pokok dalam paragraf bersifat kacau, paragraf dapat dikatakan tidak memiliki kepaduan. Paragraf yang baik juga memiliki jalinan yang erat antaride, dan antarkalimat pendukungnya. Keterjalinan antaride dan antarkalimat dalam paragraf akan memudahkan pembaca memahami ide yang dituangkan penulis. Jalinan antaride dan antarkalimat dalam paragraf dapat dilakukan dengan menggunakan penanda hubung, baik eksplisit maupun implisit (menggunakan kata-kata penanda hubungan atau tanpa kata-kata penanda hubungan) (Basuki, dkk, 1995). Perhatikan penanda hubungan (dicetak miring) paragraf berikut. Hidup Paula Cooper, seorang napi, kini benar-benar di ujung kursi listrik. Kamis dua pekan lalu, napi gadis remaja yang berasal dari Indiana Amerika Serikat itu masih dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung Indiana. Hari ini mahkamah agung akan mendengarkan kembali keterangan Paula pada pengadilan banding. Kalau putusan hakim dikukuhkan mahkamah agung, Paula Cooper akan memegang rekor sebagai perempuan termuda yang dihukum mati di Amerika Serikat. KESALAHAN UMUM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM ARTIKEL ILMIAH Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah pada umumnya berkaitan dengan (1) kesalahan penalaran, (2) kerancuan, (3) pemborosan, (4) ketidaklengkapan kalimat, (5) kesalahan kalimat pasif, (6) kesalahan ejaan, dan (7) kesalahan pengembangan paragraf. Butir (6) dan (7) tidak dibahas di sini karena telah jelas pada paparan sebelumnya.

Kesalahan Penalaran Kesalahan penalaran yang biasa terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intrakalimat dan kesalahan penalaran antarkalimat. Kesalahan penalaran intrakalimat tampak dan tidak adanya hubungan logis antarelemen/antarbagian kalimat sebagaimana contoh berikut. (47) Dengan penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. (48) Berdasarkan uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Hubungan pokok dan penjelas atau subjek dan predikat pada kalimat (47) dan (48) tidak jelas sehingga kedua kalimat itu dapat dikategorikan kalimat yang tidak bernalar. Pada kalimat (47) tidak jelas apa yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Jawabannya tentu bukan dengan panelitian ini. Demikian juga pada kalimat (48), apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Jawabannya tentu bukan berdasarkan uraian di atas. Hal itu dapat terjadi karena kalimat (47) dan (48) tidak memiliki pokok atau subjek. Jawaban terhadap pertanyaan di atas dapat dicari jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat (49) dan (50). (49) Penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. (50) Uraian di atas menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa. Kalimat (49) (50) merupakan kalimat yang bernalar. Jawaban terhadap partanyaan apa yang dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa adalah penelitian ini. Jawaban terhadap pertanda apa yang menunjukkan pentingnya pendidikan orang dewasa adalah uraian di atas. Kasalahan penalaran antarkalimat tampak pada tidak logisnya hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam membentuk teks. Ka|imat-kalimat dalam paragraf berikut tidak memiliki hubungan logis. Hadirnya penanda hubungan oleh sebab itu menyebabkan hubungan kalimat pertama dan kedua tidak bisa diterima nalar. Kedua kalimat ini tidak mamilliki hubungan sebab-akibat sehingga tidak perlu diberi pananda hubungan sebab-akibat. Dengan demikian, pemakaian pananda hubungan antarkalimat sebagaimana tertara dalam lampiran 2perlu mendapat perhatian khusus.

Problema utama pengelolaan jumal ilmiah adalah kelangkaan naskah dan kelangkaan dana. Oleh sebab itu, naskah perlu dikelola secara profesional. Pengelolaan yang profesional akan menjadikan sebuah jurnal menjadi berwibawa. Kerancuan Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau labih. Kerancuan dapat dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat. Kerancuan bentukan kata tarjadi apabila dua kaidah bentukan diterapkan dalam sebuah bentukan kata sebagaimana comtoh berikut. (51) memperlebarkan mempertinggikan dan lain sebagainya dari melebarkan dan memperlebar dari mempertinggi dan meninggikan dari dan lainlain serta dan sebagainya.

Kerancuan kalimat terjadi apabila dua kaidah atau lebih digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat. Kerancuan itu muncul pada saat penulis kebingungan terhadap kaidah yang dipakai dalam sebuah kalimat. Perhatikan kalimat berikut! (52) Dalam penelitian ini membahas efektivitas penggunaan pupuk tablet. (53) Bagi peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel. Kedua kalimat di atas tergolong kalimat rancu. Kedua kalimat tersebut masing-masing dapat dikembalikan pada dua struktur yang benar sebagaimana contoh (54) dan (55). (54) Dalam penelitian ini dibahas efektivitas penggunaan pupuk tablet. Penelitian ini membahas efektivitas penggunaam pupuk tablet. (55) Bagi peneliti diperlukan kecermatan memilih sampel. Peneliti memerlukan kecermatan memilih sampel. Kerancuan kalimat juga sering terjadi pada redaksi perujukan. Penulis sering bingung terhadap redaksi rujukan yang berpola menurut seperti contoh berikut. (56) Menurut Ridho (1999) menyatakan bahwa menulis karya ilmiah tidak sulit. Kalimat (56) dapat dikembalikan pada dua struktur yang benar seperti berikut.

(57) Menurut Ridho (1999), menulis karya ilmiah tidak sulit. Ridho (1999) menyatakan bahwa menulis karya i1miah tidak sulit. Pemborosan Pemborosan timbul apabila ada unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa. Pengujiannya dapat dilakukan dengan teknik penghilangan. Apabila sebuah unsur dihilangkan dan gagasan yang diungkap tidak terganggu, unsur tersebut dapat dikategorikan unsur yang mubazir. Pemborosan dapat terjadi pada kata atau kata-kata dan kalimat, bahkan mungkin paragraf. Pemborosan kata-kata (dicetak miring) terlihat pada contoh berikut . (58) Data yang digunakan untuk menjawab semua permasalaham yang ada dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. (59) Data penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama dan data penunjang. Pemborosan kalimat dapat terjadi apabila suatu kalimat tidak memiliki fungsi mengungkap gagasan. Gagasan kalimat itu sudah terwadahi dalam kalimat sebelum atau sesudahnya. Perhatikan contoh berikut! (60) Hasil penelitian ini dapat dipilah menjadi lima kelompok. Kelima kelompok tersebur adalah sebagai berikut. Kalimat yang dicetak miring di atas adalah kalimat yang tidak memiliki fungsi pengungkap gagasan. Tanpa ada kalimat itu, pembaca sudah bisa memahami teks. Penyebutan judul buku atau identitas penulis buku dalam rangka perujukan juga merupakan bentuk pemborosan. contoh (62) lebih hemat daripada Contoh (61), meskipun makna keduanya sama. (61) Dianika (1998) dalam bukunya yang berjudul Tes Prestasi Balajar menyatakan bahwa tes memiliki kedudukan yang sangat strategis. Rahmi (1997), seorang pakar ekonomi Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa bangkit dalam waktu singkat. (62) Dianika (1998) menyatakan bahwa tes memiliki kedudukan yang sangat strategis. Rahmi (1997) menyatakan bahwa Indonesia tidak akan bisa bangkit dalam waktu

singkat. Ketidaklengkapan Kalimat Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya memiliki pokok dan penjelas atau subjek dan predikat. Perhatikan kalimat (63) yang tidak memiliki pokok kalimat (63) Dalam penelitian ini menemukan hasil baru yang sangat spektakuler. Kemungkinan kalimat menjadi tidak lengkap terjadi karena penulis tidak mampu mengendalikan gagasan yang kompleks. Perhatikan kalimat kompleks berikut yang tidak memiliki kelengkapan kalimat. (64) Bunga api pada busi yang dipergunakan untuk memulai pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder mesin, yang akhimya untuk membangkitkan tenaga mekanik. Kesalahan Kalimat Pasif Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan para penulis adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif. Kalimat aktif intransitif tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif dengan tetap mempertahankan maknanya. (65) Berbagai kesalahan manajer berhasil diungkap melalui penelitian ini. Pertanyaan yang mudah diajukan adalah siapa yang berhasil. Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan manajer? Kalimat di atas berasal dari kalimat berikut. (66) Penelitian ini berhasil mengungkap berbagai kesalahan manajer. PENUTUP Bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikei ilmiah memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan bahasa Indonesia ragam lainnya. Ciri tersebut meliputi kecendekiaan, kelugasan, kejelasan, keformalan, keobjektifan, kekonsistenan, dan bertolak dari gagasan.

Kecendekiaan, kelugasan, kekonsistenan, dan kejelasan berhubungan dengan kemampuannya digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, sistematis, dan utuh. Keformalan dan keobjektifan berhubungan dengan penampilan artikel sebagai bentuk paparan ilmiah teknis. Secara praktis, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel ilmiah memiliki ciri sebagai berikut. Kosa kata dipilih secara cermat dan dibentuk secara lengkap/sempurna. Kalimat dibentuk dengan struktur lengkap dan logis. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu (kohesif dan koheren). Dalam pemakaian, bahasa Indonesia yang digunakan dalam artikel ilmiah masih banyak dijumpai kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi (1) kesalahan penalaran, (2) kerancuan, (3) pemborosan, (4) katidaklengkapan kalimat, (5) kesalahan kalimat pasif, (6) kasalahan ejaan, dan (7) kesalahan pengembangan paragraf. DAFTAR RUJUKAN Basuki, I.A. & Hasan, M. 1996. Kesalahan Umum Pamakaian Ejaan. Makalah disajikan pada Penataran Guru Bahasa Indonesia Yayaaan Cendana Pekanbaru, Riau, tanggai 24 Juni s.d. 7 Juli 1996. Basuki, I.A. 1994. Pamakaian Bahasa dalam Artikal di Jurnal. Makalah disajikan pada Penataran Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Dosen PGSD IKIP Malang. Basuki, I.A, Roekhan, Suyono & Rofi'uddin, Ah. 1995. Bahasa Indonesia Ilmiah. Malang; IKIP Malang. Enesta, P. 1995. Buku Pintar Panyuntingan Naskah. Jakarta Penerbit Obor. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Padoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Suparno. 1998. Panggunaan Bahasa Indonesia dalam Tulisan llmiah. Makalah disajikan pada Seminar-Lokakarya Penyuntingan Jurnal Angkatan IV IKIP MaIang, tanggal 13-16 Januari 1998. Supamo, Basuki, I.A., Dawud & Roekhan. 1994. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: IKIP Malang. CONTOH KATA ILMIAH DAN POPULER

Kata Ilmiah anarki antipati antisipasi argumen argumentasi bibliografi biodata definisi depresi diskriminasi figur filial filter finis/final formasi format fragmen friksi frustasi harmonis indeks informasi introduksi kapitulasi konklusi konsesi kontemporer kontradiksi modern pasien prediksi sinopsis urine (Eneste, 1995:107) Lampiran 2

Kata Populer kekacauam rasa benci perhitungan ke depan bukti pembuktian daftar pustaka biografi singkat batasan kemunduran perbedaan perlakuan bentuk, wujud cabang saringan akhir susunan ukuran pemenggalan bagian, perpecahan rasa kecewa sesuai penunjuk keterangan pendahuluan penyerahan kesimpulan izin masa kini, mutakhir pertentangan maju orang sakit ramalan ringkasan air seni/kencing

DAFTAR KATA PENGHUBUNG YANG DIIKUTI KOMA Agaknya, ...., Akan tetapi, .... , Akhirnya, ....

Akibatnya, .... , Artinya, ` Biarpun begitu, ..,. Biarpun demikian, .... Berkaitan dengan hal itu, .... Dalam hal ini, Dalam hubungam ini, .... Dalam konteks ini, ..,. Dengan kata lain, .... Di samping itu, Di satu pihak, .... Dipihak lain, .... Jadi, .... Jika demikian, .... Kalau begitu, .... Kalau tidak salah, .... Keeuali itu, .... Lagi pula, .... Meskipun demikian, .... Oleh karena itu, .... Oleh sebab itu, .... Pade dasamya, ..., . Pada hakikatnya, .... Pada prinsipnya, .... Sebagai kesimpulan, .... Sebaliknya, .... Sebelum nya, .... Sebenamya, .... Sebetulnya, .... Sehubungan dengan itu, ..... Selain itu, .... , Selanjumya, .... Sementara itu, .... Sesudah itu, .. . Setelah itu, ..,. Sesungguhnya, Sungguhpun demikian, .... Tambahan pula, .... Untuk itu, .... Walaupun demikian, .... (Eneste, 1995:22)

Yang berkepribadian

Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa


Posted on November 23, 2008 by pondokbahasa 1. Pendahuluan Pada hakikatnya, bahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Seandainya ada bahasa yang sudah mampu mengungkapkan sebagian besar pikiran dan perasaan lebih dari bahasa yang lain, bukan karena bahasa itu lebih baik tetapi karena pemilik dan pemakai bahasa sudah mampu menggali potensi bahasa itu lebih dari yang lain. Jadi yang lebih baik bukan bahasanya tetapi kemampuan manusianya. Semua bahasa hakikatnya sama, yaitu sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, ungkapan bahwa bahasa menunjukkan bangsa tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa bahasa satu lebih baik dari bahasa yang lain. Maksud dari ungkapan itu adalah bahwa ketika seseorang sedang berkomunukasi dengan bahasanya mampu menggali potensi bahasanya dan mampu menggunakannya secara baik, benar, dan santun merpakan cermin dari sifat dan kepribadian pemakainya. Pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, 1995) menyatakan bahwa bahasa menentukan perilaku budaya manusia memang ada benarnya. Orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata, ungkapan yang santun, struktur kalimat yang baik menandakan bahwa kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang sebenarnya kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara baik, benar, dan santun di hadapan orang lain; pada suatu saat tidak mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik dan tidak santun. Begitu juga, ada orang yang berpura-pura halus dihadapan orang lain tetapi sesungguhnya memiliki kepribadian buruk, pada suatu saat berusaha tampil dengan bahasa yang halus agar nampak santun. Namun, pada suatu saat orang itu tega menusuk orang lain dari belakang dengan kata-kata yang isinya menjelek-jelekkan watak, sifat, dan kepribadian orang lain. Karena sifat dan perilakunya hanya berpura-pura, pada suatu saat kepribadian yang sesungguhnya seseorang itu akan muncul melalui bahasanya. Potret sederhana untuk memperlihatkan watak, sifat, dan kepribadian seseorang dapat dilihat pada bahasa anak kecil. Orang tua yang mendidik anak di rumah dengan bahasa yang santun, halus, dan baik, ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain di luar rumah,

mereka juga akan berbahasa santun, halus, dan baik. Perhatikan contoh di bawah ini (Icak adalah anak seorang guru BP tinggal di Kalimantan Tengah. Usia 6 tahun, sehari-hari memakai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dengan kedua orang tuanya) Icak : Ma. mama, Icak tadi dolan ke rumah dik Mirna. Mama : Lagi ngapa dik Mirna? Icak : Adik nangis, trus tak kasih roti. Mama : Icak dapat dari mana? Icak : Aku beli pake uang Icak Mama : Kok pake uang Icak. Icak : iya, jajane Mirna dimaem mbake (maksudnya yang mengasuh). Mama : ya sudah sana, main dulu ya mama baru ada Pak De. Namun, jika orang tua di rumah selalu berbahasa kasar dan jorok pada anak, ketika anak harus berbicara dengan orang tuanya (meskipun sedang ada orang lain), anak akan berbicara seperti biasanya ketika orang tuanya berbicara dengan anak. Kata-kata kasar dan jorok akan muncul pada anak kecil itu. Pada saat itulah potret sikap, sifat/watak, dan kepribadian orang tua yang sesungguhnya akan nampak pada ungkapan anak-anaknya. Perhatikan kutipan pembicaraan Wahyu dengan Ayahnya (wahyu adalah anak usia 7 tahun, anak seorang guru olah raga di suatu SMA negeri, tinggal di desa daerah Klaten. Keluarga itu berbahasa pertama bahasa Jawa; mereka sedang berkunjung di rumah saya). Wahyu : Pak, aku mbok ditukokke panganan! (Pak, aku belikan jajanan ya!) Bapak : Lha mau rak wis ditukokke ibumu ta? (Tadi kan sudah dibelikan Ibumu, kan?) Wahyu : Lha malah wis digaglag sibu kabeh kok, kae ki rakus je. (Lha justru sudah dimakan sibu semua kon, dia itu rakus kok) Bapak : Hus nek omongan ora kaya ngono kuwi? (Hus, jika bicara jangan seperti itu) Wahyu : Lha kowe gek wingi kae ngomong ngono karo sibu kok ya oleh. (Lha kamu kemarin bicara seperti itu pada Ibu kok ya boleh) Bapak : Wis kana dolan sik, mengko nek karo mulih tumbas! (Ya sana bermain dulu, nanti kalau pulang kita beli) Wahyu : ya ayo mulih saiki, wong neng kene ya ra disuguh apaapa e. (Ya ayo pulang sekarang, di sini juga tidak disuguh apa-apa kan).

Lain lagi dengan keluarga yang orang tuanya selalu ketat menjaga kehormatan tetapi tidak memperhatikan sifat/watak, dan kepribadian anak. Dalam kehidupan sehari-hari orang tuanya selalu berlaku halus pada siapapun dan selalu taat beragama. Orang tua itu (ayah) selalu ingin agar anak-anaknya berperilaku halus. Bahkan, anakanaknya tidak boleh bergaul dengan orang yang tidak sepadan karena ayahnya seorang dosen dan tokoh agama. Karena anaknya sudah besar, teman bergaulnya pun juga beraneka macam. Anak itu memiliki teman laki-laki yang berbeda agama dan sangat sering berkunjung ke rumah. Nampaknya, hubungan anaknya dengan teman laki-lakinya bukan sekedar teman tetapi sudah mulai berkembang menjadi pacar. Pada suatu ketika anaknya minta izin ingin pergi jalan-jalan dengan teman laki-lakinya. Namun, ayahnya melarang. Bahkan, ayahnya minta agar dia tidak bergaul dengan pemuda itu lagi. Larangan orang tuanya tidak dapat dibantah oleh anaknya. Akhirnya anaknya menurut keinginan ayahnya. Namun, apa yang terjadi. Sejak ayahnya melarang bergaul lagi dengan teman laki-lakinya, anak itu menjadi pendiam dan tidak pernah pergi dari rumah. Sikap orang tua itu kaku dan otoriter demi menjaga harkat dan martabat orang tuanya tetapi sebenarnya tidak disetujuhi oleh anaknya. Karena si anak tidak kuat lagi menghadapi sikap orang tuanya, pada suatu ketika protes bawah sadarnya muncul dengan bahasa non-verbal. Anak histeris. Meskipun anak tidak berani menolak secara verbal kemauan ayahnya. Namun, secara non-verbal anak mengungkapkan protesnya terhadap ayah. Dengan demikian, bahasa keras, kasar, dan tidak santun ternyata tidak hanya diungkapkan dengan bahasa verbal, tetapi juga dapat diungkapkan dengan bahasa non-verbal. Dari tiga kasus data di atas, semuanya menjadi pembentuk kepribadian seseorang. Kasus pertama, hubungan antara penutur dengan mitra tutur (orang tua dengan anak) sangat harmonis. Kata-kata yang diucapkan oleh anak sangat santun. Hal itu menunjukkan bahwa kedua orang tuanya selalu berkomunikasi dengan bahasa yang santun kepada anak. Jika komunikasi seperti itu dapat terus berlanjut, anak akan tumbuh dengan kepribadian yang baik. Orang tua di samping mau memperhatikan kata-kata yang digunakan ketika berbicara dengan anaknya, juga sekaligus menanamkan nilai kemanusiaan positif kepada anak. Kepedulian anak terhadap temannya diapresiasi oleh orang tua secara baik. Namun, kasus kedua dan ketiga tentu bukan kasus pembentukan kepribadian yang baik melalui pemakaian bahasa yang santun. Hanya kasus pertama yang diharapkan dapat membentuk kepribadian yang baik melalui pemakaian bahasa yang santun. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam makalah ini adalah

bagaimanakah membentuk kepribadian yang baik melalui pemakaian bahasa Indonesia yang santun?. 2. Siapa yang Harus Berbahasa secara Santun? Secara teoretis, semua orang harus berbahasa secara santun. Setiap orang wajib menjaga etika dalam berkomunikasi agar tujuan komunikasi dapat tercapai. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan saat menggunakan bahasa juga harus memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa baik kaidah linguistik maupun kaidah kesantunan agar tujuan berkomunikasi dapat tercapai. Kaidah berbahasa secara linguistik yang dimaksud antara lain digunakannya kaidah bunyi, bentuk kata, struktur kalimat, tata makna secara benar agar komunikasi berjalan lancar. Setidaknya, jika komunikasi secara tertib menggunakan kaidah linguistik, mitra tutur akan mudah memahami informasi yang disampaikan oleh penutur. Begitu juga dengan kaidah kesantunan. Meskipun secara baku bahasa Indonesia belum memiliki kaidah kesantunan secara pasti, setidaknya rambu-rambu untuk berkomunikasi secara santun sudah dapat diidentifikasi. Grice (1978) mengidentifikasi bahwa komunikasi secara santun harus memperhatikan prinsip kerja sama. Ketika berkomunikasi, seorang penutur harus memperhatkan prinsip kualitas. Artinya, jika seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain, informasi yang disampaikan harus didukung dengan data. Prinsip kuantitas, artinya kerika berkomunikasi dengan orang lain, yang dikomunikasikan harus sesuai dengan yang diperlukan, tidak lebih dan tidak kurang. Prinsip relevansi, artinya ketika berkomunikasi yang dibicarakan harus relevan atau berkaitan dengan yang dsedang dibicarakan dengan mitra tutur. Dan, yang terakhir adalah prinsip cara, artinya ketika berkomunikasi dengan orang lain di samping harus ada masalah yang dibicarakan juga harus memperhatikan cara menyampaikan. Kadang-kadang ketika seseorang berkomunikasi, sebenarnya pokok masalah yang dibicarakan sangat bagus dan menarik, namun jika cara menyampaikan justru menyinggung perasaan, terkesan menggurui, kata-kata yang digunakan terasa kasar, atau cenderung melecehkan, tujuan komunikasi dapat tidak tercapai. Kesantunan dalam berkomunikasi ada kaitannya dengan tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin (1978). Austin melihat bahwa setiap ujaran dalam tindak komunikasi selalu mengandung tiga unsur yaitu (1) tindak lokusi berupa ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur, (2) tindak illokusi berupa maksud yang terkandung dalam ujaran, dan (3) tindak perlokusi berupa efek yang ditimbulkan oleh ujaran. Ujaran Anda merokok? tindak lokusinya adalah kalimat tanya, tindak illokusinya dapat berupa permintaan, larangan, pertanyaan, tawaran; sedangkan perlokusinya berupa tindakan

pemberian, penghentian, sekedar jawaban, dan penerimaan atau penolakan sesuai dengan situasinya. Sejalan dengan pendapat Austin di atas adalah pendapat Searle (1979). Searle menyatakan bahwa dalam satu tindak tutur sekaligus terkandung tiga macam tindakan yaitu (1) pengujaran (utterance act) berupa kata atau kalimat, (2) tindak proposisional (proposisional act) berupa acuan dan prediksi, dan (3) tindak ilokusi (illocutionary act) dapat berupa pernyataan, pertanyaan, janji, perintah, dan sebagainya. Efek komunikatif (perlokusi atau tindak proposisional) itulah yang kadang-kadang memiliki dampak terhadap perilaku masyarakat. Halhal yang bersifat perlokutif inilah yang biasanya muncul dari maksud yang berada di balik tuturan (implikatur). Untuk melengkapi teori Grice, Leech (1983) dalam bukunya Principles of Pragmatics mengajukan 7 (tujuh) maksim kesantunan, yaitu (a) maksim kebijaksanaan tact maxim (berilah keuntungan bagi mitra tutur), (b) maksim kedermawanan generosity maxim (maksimalkan kerugian pada diri sendiri), (c) maksim pujian praise maxim (maksimalkan pujian kepada mitra tutur), (d) maksim kerendahan hati (minimalkan pujian kepada diri sendiri), (e) maksim kesetujuan (maksimalkan kesetujuan dengan mitra tutur), (f) maksim simpati sympathy maxim (maksimalkan ungkapan simpati kepada mitra tutur), dan (g) maksim pertimbangan consideration maxim (minimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur dan maksimalkan rasa senang pada mitra tutur). Leech memandang prinsip kesantunan sebagai piranti untuk menjelaskan mengapa penutur sering bertutur secara tidak langsung (indirect) dalam mengungkapkan maksudnya. Motivasi penggunaan tindak tutur tidak langsung dimaksudkan agar ujaran terdengar santun. Penutur biasanya menggunakan implikatur. Implikatur adalah apa yang tersirat dalam suatu ujaran. Jika kita bedakan apa yang dikatakan (what is said) dan apa yang dikomunikasikan (what is communicated), implikatur termasuk apa yang dikomunikasikan. Prinsip kesantunan Leech ini oleh beberapa ahli pragmatik dipandang sebagai usaha menyelamatkan muka Grice, karena prinsip kesantunan Grice sering tidak dipatuhi daripada diikuti dalam praktik penggunaan bahasa yang sebenarnya (Thomas, 1995: 15). Suatu tuturan dikatakan santun bila dapat meminimalkan pengungkapan pendapat yang tidak santun (Leech, 1983: 81). Grice (2000: 362) merumuskan kembali anggapan tersebut menjadi pilihlah ungkapan yang tidak meremehkan status mitra tulur. Artinya, dalam bertutur kita perlu, demi kesantunan, memilih ungkapan yang paling kecil kemungkinannya menyebabkan mitra tutur kehilangan muka.

Oleh karena itu, demi kesantunan, penutur harus dapat memperlakukan mitra tutur sebagai berikut (Grice, 2000: 362): (1) jangan perlakukan mitra tutur sebagai orang yang tunduk kepada penutur. Jangan sampai mitra tutur mengeluarkan biaya (biaya sosial, fisik, psikologis, dsb) atau agar kebebasannya menjadi terbatas, (2) jangan mengatakan hal-hal yang kurang baik mengenai diri mitra tutur atau orang atau barang yang ada kaitannya dengan mitra tutur, (3) jangan mengungkapkan rasa senang atas kemalangan mitra tutur, (4) jangan menyatakan ketidaksetujuan dengan mitra tutur sehingga mitra tutur merasa jatuh harga dirinya, (5) jangan memuji diri sendiri atau membanggakan nasib baik atau kelebihan diri sendiri. Selain itu, pemakaian bahasa agar santun dapat juga dinyatakan menggunakan bentuk ironi (Arsim, 2005). Penerapan bentuk ironi, penutur bertutur dengan santun, tetapi yang dituturkan itu tidak benar, dan karena itu daya ilokusinya (maksudnya) adalah yang sebaliknya. Jadi dengan menerapkan prinsip ini, penutur mengungkapkan daya ilokusi yang tidak santun secana santun. Misalnya: Terimakasih Anda sangat perhatian dengan keluarga saya, bahkan sempat antar-jemput istri saya! padahal yang dimaksudkan penutur adalah bahwa pendengar telah terlalu jauh mencampuri urusan keluarganya yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh pendengar. 3. Fakta Pemakaian BI yang Santun Jika masyarakat Indonesia selalu memperhatikan kesantunan dalam pemakaian BI, niscaya kepribadian bangsa pun juga akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itulah, kita hendaknya tidak bosan-bosan menyuarakan agar setiap orang Indonesia mau ber-BI secara santun. Namun, agar dalam menyuarakan pemakaian bahasa secara santun berdampak positif, perlu dipahampkan pula penanda dan kaidah bahasa yang santun. Fakta pemakaian BI yang santun dapat diidentifikasi sebagai berikut. a. Penutur berbicara wajar dengan akal sehat Bertutur secara santun tidak perlu dibuat-buat tetapi sejauh penutur berbicara secara wajar dengan akal sehat, tuturan akan terasa santun. Perhatikan contoh di bawah ini! 1) Asumsi yang ada di APBNP kita sudah ada yang melampaui target. Semua skenario dibuat, mana yang cocok mana yang tidak. Pemerintah sedang mengkaji opsi apa yang sebaiknya diambil (Syahrial Luthan, KR, hal 28, 02/05/08). 2) Saya minta sekali lagi, jangan ada dusta di antara kita. Pemerintah kurang bagus, saya akan bikin bagus. All-out, segala tenaga. Harapan saya, tema dunia usaha juga begitu, melakukan langkah yang sama (SBY, Jawa Pos, 1/4/2008:1) 3) Selama masih ada korupsi, selama itu pula kesejahteraan belum

tercapai (Kholiq Arif, Suara Merdeka, 02/05/08). 4) Orang mestinya tidak pasrah begitu saja terhadap kemiskinan, tapi harus berusaha mengubah diri mejadi orang yang tidak miskin, Ustad Samsul Arifin (halaman M, Suara Merdeka, 03/03/08). Data di atas menandakan bahwa penutur berbicara secara wajar, tidak perlu berbunga-bunga, tidak dilebih-lebihkan tetapi dapat diterima oleh akal sehat. Tuturan (1) penutur menyatakan bahwa pemerintah telah membuat banyak skenario dan mengkaji berbagai opsi mengenai APBNP, (2) penutur ingin agar semua pihak jujur pada keadaan yang sebenarnya, (3) kesejahteraan akan sulit dicapai selama masih ada korupsi, dan (4) setiap orang harus berusaha mengubah diri agar tidak miskin. Tuturan seperti itu cukup sederhana, pilihan kata hanya biasa, struktur kalimat hanya biasa, gaya bahasa juga sederhana. Namun, rasanya sudah cukup santun bagi orang lain yang membaca atau mendengarnya. b. Penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan Setiap bertutur, penutur hendaknya selalu mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan, kalimat tidak perlu berputar-putar agar pokok masalah tidak kabur. Perhatikan contoh di bawah ini. 5) Kalau masalah korupsi, asal atasannya tegas, tentu yang bawahan tidak ikut-ikutan (Bambang Sadono, Suara Merdeka, 02/05/08). 6) Saya sangat berterima kasih kepada negeri ini. Tidak ada lagi ambisi saya secara ekonomi dan politik. Sebagi non-pri, jabatan politik saya saat itu sudah yang tertinggi sebagai anggota DPR. Nggak mungkin naik lagi. Demikian pula dengan ambisi ekonomi, sudah cukuplah yang saya punya (Sofjan Wanadi, Ketua Umum Apindo, 2008-2013; Jawa Pos, 30/3/2008:14). 7) Tak ada masalah, silakan saja. Kita tidak asal menangkap, tapi sudah didasarkan pada bukti awal yang cukup kalau tersangka membantah, itu haknya (Johan Budi, Juru Bicara KPK, KR, hal 28, 02/05/08). Data di atas mencermikan bahwa setiap bertutur ada masalah pokok yang dikemukakan. Tuturan (5) mengemukakan jika atasan tegas, bawahan tidak akan korupsi, (6) penutur mengemukakan bahwa dirinya tidak ada ambisi lagi, secara politik maupun ekonomi, (7) penangkapan seseorang selalu didasarkan bukti, tidak asal tangkap. Rasanya tuturan di atas pokok masalahanya diungkapkan secara jelas, meskipun sering tidak enak dirasakan, kadar kesantunannya masih tetap terjaga. c. Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur Komunikasi akan selalu berkadar santun jika penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur. Hal ini dapat dilihat pada tuturan di bawah ini. 1) Voting juga merupakan bentuk demokrasi. Jadi kalau tidak ada kata mufakat dalam musyawarah, maka voting bisa juga (Jusuf

Kalla, Wakil Presiden RI; Kedaulatan Rakyat, 3 Maret 2008). 2) Saya merasa sedih, kecewa atas peristiwa itu karena nila setitik rusak susu sebelanga (Hendarwan, Jaksa Agung; Kedaulatan Rakyat, 4 Maret 2008). 3) Kalau seumur hidup ya janganlah. Nanti makin tua makin kurang baik. Sebab, orang yang semakin tua itu kan fisiknya juga mengalami kemunduran. Jadi pola pikirnya juga semakinn mundur. Akhirnya nanti rakyat juga dirugikan. Tidak perlu seperti itu (Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY; Kedaulatan Rakyat, 6 Maret 2008). Komunikasi akan santun jika antara penutur dengan mitra tutur dalam berbicara selalu berprasangka baik satu sama lain. Tuturan (8) Yusuf Kalla berprasangka baik bahwa bentuk demokrasi tidak harus diwujudkan dalam musyawarah untuk mufakat, tetapi votingpun juga wujud demokrasi, (9) penutur sangat kecewa karena adanya jaksa yang melakukan korupsi sehingga menodai nama baik kejaksaan, (10) Sri Sultan tidak ingin menjabat Gubernur seumur hidup, tetapi keistimewaan DIY harus dihormati. Komunikasi dengan tuturan seperti itu cukup menggambarkan kesantunan karena penutur selalu berprasangka baik kepada orang lain yang menjadi mitra tuturnya. d. Penutur terbuka dan menyampaikan kritik secara umum Komunikasi akan terasa santun jika penutur berbicara secara terbuka dan seandainya menyampaikan kritik disampaikan secara umum, tidak ditujukan secara khusus kepada person tertentu. Hal ini dapat dilihat pada data di bawah ini. 1) Kalau saya baca, delapan rekomendasi kadin itu bagus. Hanya, analisisnya kok seperti menyatakan bahwa apa yang dilakukan pemerintah salah semua. Seperti zaman kegelapan (SBY, Presiden RI; Jawa Pos, 1/4/2008:1 Data di atas menunjukkan bahwa penutur menyampaikan kritik secara terbuka dan mau menerima kritik secara terbuka pula. Namun penutur juga berusaha mendudukkan permasalahan kritik secara proporsional dengan mengatakan (11) analisisnya kok seperti menyatakan bahwa yang dilakukan oleh pemerintah salah semua. Meskipun berisi kritik secara terbuka dan relatif keras, masih dapat dikatakan berkadar santun karena tidak ada person yang ditohok secara langsung (kiritik umum). Dengan demikian, komunikasi yang santun tidak harus menghindari penyampaian kritik. Sejauh kritik itu disampaikan secara terbuka, dan bersifat umum, kritik tidak ditujukan kepada seseorang secara langsung, tuturan tetap dapat dirasakan sebagai tuturan yang santun. e. Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaan diri secara lugas sambil menyindir Komunikasi dapat dinyatakan secara santun jika penutur

menggunakan bentuk tuturan yang lugas, tidak perlu ditutup-tutupi. Hal demikian dapat dilihat pada data di bawah ini. 2) Kalau saya baca, delapan rekomendasi kadin itu bagus. Hanya, analisisnya kok seperti menyatakan bahwa apa yang dilakukan pemerintah salah semua. Seperti zaman kegelapan (SBY, Presiden RI; Jawa Pos, 1/4/2008:1) 3) Saya sangat berterima kasih kepada negeri ini. Tidak ada lagi ambisi saya secara ekonomi dan politik. Sebagi non-pri, jabatan politik saya saat itu sudah yang tertinggi sebagai anggota DPR. Nggak mungkin naik lagi. Demikian pula dengan ambisi ekonomi, sudah cukuplah yang saya punya ini (Sofjan Wanadi, Ketua Umum Apindo (2008-2013); Jawa Pos, 30/3/2008:14). 4) Saya dituduh pernah memeras bupati di jatim. Buktikan saja, panggil semua bupati se- Jatim (Marwan Efendy, Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim; Jawa Pos, 31/3/2008:1) Berdasarkan data di atas, tuturan (12) merupakan sindiran sambil bercanda kepada mitra tutur, tuturan (13) merupakan bentuk pembelaan diri secara lugas, dan tuturan (14) merupakan pembelaan diri. Meskipun terasa keras, namun ketiga bentuk tuturan tersebut masih dapat dikategorikan sebagai tuturan yang santun. f. Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi serius Komunikasi masih akan terasa santun jika penutur mampu membedakan tuturan sesuai dengan situasinya. Meskipun masalahan yang dibicarakan bersifat serius tetapi jika penutur mampu menyampaikan tuturan itu dengan nada bercanda, komunikasi masih dapat dikategorikan bersifat santun. Perhatikan data di bawah ini. 5) Kita memang tidak sedang memilih malaikat. Karena itu patokannya harus hukum (Mahfudz Siddiq, Ketua Fraksi PKS; Jawa Pos, 31/3/2008:2). 6) Saya minta sekali lagi, jangan ada dusta di antara kita. Pemerintah kurang bagus, saya akan bikin bagus. All-out, segala tenaga. Harapan saya, tema dunia usaha juga begitu, melakukan langkah yang sama (SBY, Presiden RI; Jawa Pos, 1/4/2008:1). 7) Untungnya selera saya ini termasuk selera kampung. Sukanya beli makan pecel lele di kaki lima (Abdullah Hamahua., anggota KPK; Jawa Pos, 1/4/2008:15). Kalau nanti tetap tidak nggak mau mundur, terpaksa ya dipecat. Kok angel men (susah amat-Red) (Gusdur, Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB; Jawa Pos, 30/3/2008:1). 9) Ibu Mega sempat bertanya, apakah Bibit dan mbak Rustri bisa menang. Beliau bilang, Awas Tjahjo,kalau sampai kalah, aku sembelih kamu, ungkap Puan ketika memberi sambutan menggantikan Megawati. (Puan Mahaarani, Suara Merdeka, 03/03/08).

Data di atas menggambarkan bahwa penutur sebenarnya sedang berbicara serius tetapi disampaikan secara berkelakar/bercanda. Perhatikan contoh tuturan (15) kita tidak sedang memilih malaikat, karena itu patokannya harus hukum, (16) jangan ada dusta diantara kita, (17) untungnya selera saya termasuk selera kampung, (18) kalau nggak mau mundur, terpaksa ya dipecat. Kok angel men, dan (19) Awas Tjahjo, kalau sampai kalah, aku sembelih kamu. Tuturan itu sebenarnya sangat serius tetapi disampaikan dengan nada bercanda. Meskipun candanya terasa agak keras dan penuh dengan sindiran, komunikasi itu masih dapat dikategorikan sebagai komunikasi yang santun karena mitra tutur menangkap pesan yang dikomunikasikan, bukan kata-kata yang digunakan. Selain itu, ada pula fakta bahwa pemakaian BI yang santun ditandai dengan pemakaian bahasa verbal, seperti (a) perkataan tolong pada waktu menyuruh orang lain, (b) ucapan terima kasih setelah orang lain melakukan tindakan seperti yang diinginkan oleh penutur, (c) penyebutan kata bapak, Ibu dari pada kata Anda, (d) penyebutan kata beliau dari pada kita dia untuk orang yang lebih dhormati, (e) pergunakan kata minta maaf untuk ucapan yang dimungkinkan dapat merugikan mitra tutur. Di samping bentuk-bentuk verbal seperti di atas, perilaku santun juga dapat didukung dengan bahasa non-verbal, seperti (a) memperlihatkan wajah ceria, (b) selalu tampil dengan tersenyum ketika berbicara, (c) sikap menunduk ketika berbicara dengan mitra tutur, (d) posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh (tidak berkecak pinggang). Pemakaian bahasa non-verbal seperti itu akan dapat menimbulkan aura santun bagi mitra tutur. 4. Munculnya Pemakaian Bahasa yang tidak Santun Meskipun sebenarnya banyak cara agar dalam berbahasa selalu santun, namun ada pula fakta bahwa komunikasi yang terjadi sering tidak santun. Meskipun belum cukup data untuk menarik kesimpulan bahwa indikator di bawah ini merupakan penyebab ketidaksantunan dalam berbahasa, setidaknya sudah dapat dirasakan bahwa tuturan itu tidak santun. a. Penutur menyampaikan kritik secara langsung (menohok mitra tutur) dengan kata atau frasa kasar. Komunikasi menjadi tidak santun jika penutur ketika bertutur menyampaikan kritik secara langsung kepada mitra tutur. Perhatikan kutipan di bawah ini 10) Pidato-pidato pimpinan dewan selama ini jelas menunjukkan bahwa kaliber pimpinan memang payah (Fahri Hamzah, anggota Fraksi PKS; Jawa Pos, 1/4/2008:2) 11) Mantan Presiden menilai kegagalan tersebut (proyek padi

Super Toy HL2) karena SBY penakut. Itu kan karena presidennya penakut (KR, 14 Sept. 2008: 23). Contoh ucapan di atas terasa tidak santun karena penutur menyatakan kritik secara langsung (menohok mitra tutur) dan dengan kata atau frasa kasar, seperti kata payah pada frasa pimpinan memang payah dan kata penakut dalam frasa SBY penakut atau presidennya penakut. Komunikasi dengan cara seperti itu dinilai tidak santun karena dapat menyinggung perasaan mitra tutur yang menjadi sasaran kritik. b. Penutur didorong rasa emosi ketika bertutur Ketika bertutur, penutur didorong rasa emosi yang berlebihan ketika bertutur sehingga terkesan marah kepada mitra tutur. Perhatikan data di bawah ini. 12) KPK tidak adil. Kalau dirasa perlu, ya jangan hanya DPR yang digeledah. Pemda, Dinas, dan Departmen yang bersangkutan juga digeledah (Agung Laksana, KR 02/08/2008: 28). 13) Tidak ada apa-apa, KPK kan tukang geledah (MS Kaban, KR 03/08/2008:31). Tuturan di atas terkesan dikemukakan secara emosional. Tuturan 22) terkesan bahwa penutur tidak rela jika kantor anak buahnya digeledah oleh KPK. Tuturan 23) terkesan bahwa penutur menuduh KPK sebagai tukang geledah. c. Penutur protektif terhadap pendapatnya Ketika bertutur, seorang penutur kadang-kadang protektif terhadap pendapatnya. Hal demikian dimaksudkan agar tuturan mitra tutur tidak dipercaya oleh pihak lain. Perhatikan data di bawah ini. 14) tidak perlu islah. Sudah jelas yang jahat dan yang benar. Ah orang dia ndak punya legitimasi. Biar saja, mau bikin 100 SK ya silakan (GD, KR 04/08/2008) 15) Silakan kalau mau banding. Kita nggak masalah. Sebab dari awal Tomy tidak melakukan perbuatan melawan hukum (Elza Sarif, KR 01/03/2008). 16) Saya jengkel mas. Saya janjikan setiap kali melayani untuk memuaskan nafsunya saya akan dibayar Rp 300 ribu, tapi sampai 10 hari melayani nafsur birahinya hanya janji-janji doang (Gal, KR 02/03/2008). Data di atas memperlihatkan bahwa penutur terkesan protektif terhadap apa yang sedang terjadi pada dirinya. Dengan tuturan seperti itu, penutur ingin meyakinkan kepada publik bahwa apa yang dia lakukan benar dan yang dilakukan oleh mitra tutur salah. Namun, justru dengan cara demikian, tuturan menjadi tidak santun.

d. Penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur Ketika bertutur, penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur. Dengan demikian, mitra tutur menjadi tidak berdaya. Perhatikan data di bawah ini. 17) Selama ini, pemerintah cenderung bersikap santai saja dan membiarkan hidup masyarakat makin sulit. Setiap harga minyak dunia naik, pemerintah pun menaikkan BBM (Sukardi Wakil Ketua Kadin DIY, KR 07/05/2008). 18) Ini merupakan kegagalan dari pemerintahan SBY-JK. Dulu, saat kenaikan harga BBM tahun 2005 berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Berarti dia mengingkari janjinya sendiri. Presiden sudah melakukan kebohongan politik, dan layak di-impeach (Andrianto, KR 08/05/2008:1). 19) Mereka sudah buta mata hati nuraninya. Apa mereka tidak sadar kalau BBM naik, harga barang-barang lainnya bakal membubung. Akibatnya, rakyat semakin tercekik (Dona Budi Kharisma, BEM UNS, KR 08/05/2008:1). Data tuturan di atas terkesan sangat keras dan intinya memojokkan mitra tutur. Kata-kata keras dan kasar, seperti pemerintah cenderung bersikap santai, Ini merupakan kegagalan dari pemerintahan SBY-JK, dia mengingkari janjinya sendiri, Presiden sudah melakukan kebohongan politik, dan layak diimpeach. Tuturan dengan kata-kata seperti itu menunjukkan bahwa penutur berbicara dengan nada marah, rasa jengkel, dan memojokkan mitra tutur. e. Penutur menyampaikan tuduhan atas dasar kecurigaan terhadap mitra tutur Tuturan menjadi tidak santun jika penutur terkesan menyampaikan kecurigaan terhadap mitra tutur. Hal ini dapat dilihat pada data tuturan di bawah ini. 20) kawasan hutan lindung dan konservasi biasanya dialihfungsikan menjadi areal perkebunan, pertambangan, atau hanya diambil kayunya lalu ditelantarkan (Alfian Efendi, Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia, Kompas, 07/05/2008). 21) Pemerintah ngawur. Mbok ya tahu kondisi orang-orang seperti saya. Dengan solar Rp 4500 per liter dan tarif Rp 2000, penumpang sudah sepi karena memilih naik motor (Dian, Supir Bus Puskopkar Ygk, jalur 15; Kompas, 07/05/2008). 22) KPU selalu menyatakan kesiapannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, baik dalam mengelola tahapan pemilu maupun pengaturan calon perorangan. Kenyataannya janji KPU itu tidak pernah terbukti (Jeirry Sumampouw, Kompas, 08/05/2008). Data tuturan di atas berisi tuduhan penutur kepada mitra tutur atas dasar kecurigaan penutur terhadap yang dilakukan oleh mitra tutur,

seperti hanya diambil kayunya lalu ditelantarkan, Pemerintah ngawur. Mbok ya tahu kondisi orang-orang seperti saya, Kenyataannya janji KPU itu tidak pernah terbukti. Tuturan demikian menjadi tidak santun karena isi tuturan tidak didukung dengan bukti yang kuat, tetapi hanya atas dasar kecurigaan. Atas dasar identifikasi di atas, ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidaksantunan pemakaian BI. Pertama, ada orang yang memang tidak tahu kaidah kesantunan yang harus dipakai ketika berbicara. Jika faktor ini yang menjadi penyebabnya, terapi yang harus dilakukan adalah memperkenalkan kaidah kesantunan dan mengajarkan pemakaian kaidah tersebut dalam berkomunikasi. Hal ini biasanya terjadi pada anak kecil yang memang belum cukup pengetahuannya mengenai kesantunan berbahasa Indonesia. Kedua, ada orang yang sulit meninggalkan kebiasaan lama dalam budaya bahasa pertama sehingga masih terbawa dalam kebiasaan baru (berbahasa Indonesia). Jika faktor ini yang menjadi penyebabnya, terapi yang harus dilakukan adalah secara perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan lama dan menyesuaikan dengan kebiasaan baru. Ketiga, karena sifat bawaan gawan bayi yang memang suka berbicara tidak santun di hadapan publik. Jika faktor ini penyebabnya, terapi yang harus dilakukan adalah mengeliminasi orang tersebut dari peran publik (tidak mendudukan dalam suatu posisi tokoh/pimpinan) agar tidak menyebarkan virus ketidaksantunan kepada masyarakat. Sifat-sifat bawaan seperti itu sangat sulit untuk disembuhkan. Jika mereka tetap dipertahankan sifat-sifat jelek yang mereka miliki akan menjadi virus menular pada generasi muda berikutnya. 5. Penutup Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa pikiran yang dapat dicatat sebagai penanda santun tidaknya pemakaian BI. a. Ketidaksantunan dalam berbahasa dapat disebabkan oleh (1) ketidaktahuan kaidah kesantunan yang harus dipakai ketika berbahasa, (2) kesulitan meninggalkan kebiasaan lama dalam budaya bahasa pertama sehingga masih terbawa dalam kebiasaan baru (berbahasa Indonesia), dan (3) karena sifat bawaan gawan bayi yang memang suka berbahasa tidak santun di hadapan mitra tutur. b. Pemakaian BI yang santun dapat identifikasi penandanya sebagai berikut: 1) penutur berbicara wajar dengan akal sehat, (2) penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan, 3) penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur, 4) penutur terbuka dan menyampaikan kritik secara umum, 5) penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaan diri secara lugas sambil menyindir, dan 6) penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi serius.

c. Di samping itu, bahasa yang santun dapat ditandai dengan pemakaian kata-kata tertentu, seperti (a) perkataan tolong pada waktu menyuruh orang lain, (b) ucapan terima kasih setelah orang lain memberi sesuatu atau melakukan tindakan seperti yang diinginkan oleh penutur, (c) penyebutan kata bapak, Ibu dari pada kata Anda, (d) penyebutan kata beliau dari pada kita dia untuk orang yang lebih dhormati, (e) pergunakan kata minta maaf untuk ucapan yang dimungkinkan dapat merugikan mitra tutur. Selain bentuk verbal, pemakaian bahasa santun (dalam bahasa lisan) dapat ditambah dengan pemakaian bahasa non-verbal, seperti (a) memperlihatkan wajah ceria, (b) selalu tampil dengan tersenyum ketika berbicara, (c) sikap menunduk ketika berbicara dengan mitra tutur, (d) posisi tangan yang selalu merapat pada tubuh (tidak berkecak pinggang). Pemakaian bahasa non-verbal seperti itu akan dapat menimbulkan aura santun bagi mitra tutur. d. Meskipun belum didukung dengan data yang cukup valid, beberapa penanda pemakaian bahasa yang tidak santun dapat diidentifikasi sebagai berikut 1) penutur menyatakan kritik secara langsung (menohok mitra tutur) dan dengan kata-kata kasar, 2) penutur didorong rasa emosi ketika bertutur, 3) penutur protektif terhadap pendapatnya, 4) penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur, dan 5) penutur menyampaikan tuduhan atas dasar kecurigaan terhadap mitra tutur. DAFTAR PUSTAKA Austin, J.L. 1978. How to Do Things with Words. Cambridge : Harvards University Press. Brown, P. dan Levinson, S.C. 1987. Politeness some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Grice, H.P. 1975. Logic and Conversation dalam Cole; P&J.L Morgan. 1975. Syntax and Semantics Vol 3 : Speech Acts . New York: Akademic Press. Gunarwan, Asim. 1992. Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di antara Beberapa Etnik di Jakarta, dalam Kaswanti Purwo (ed.) Bahasa dan Budaya. Jakarta: PELBA 5. Leech, G. 1989. Principle of Pragmatics. London : Longman. Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge : Cambridge University Press. Pranowo, dkk. 2004. Kesantunan Berbahasa para Politisi di Media Massa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Searle, J.R. 1987. Speech Acts: An Eassey in the Philoshophy of Language. Cambridge : Cambridge University Press. 17 Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatics. London & New York: Longman Wahab, Abdul. 1995. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Surabaya : Airlangga University Press. 18 BIODATA 1 . N a m a : Dr. Pranowo, M.Pd. 2. Tempat & Tgl. Lahir : Klaten, 25 Desember 1954 2. Pangkat/golongan ruang : Pembina Tk. I/ IVB 3. Jabatan : Lektor Kepala 4. Pekerjaan : Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 5. Pekerjaan Tambahan : a. Dosen Pascasarjana Universitas Widya Dharma Klaten b. Asesor Sertifikasi Jabatan Guru Rayon XI Yogyakarta c. Instruktur Diklat Sertifikasi Guru Rayon XI Yogyakarta 6. Hasil karya JUDUL DAN JENIS KARYA 1. Artikel: Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mana Pembaruannya?, dimuat dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra GATRA, hal. 1-13, No. 26 Th. XVIII/ Januari 2003, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ISSN No. 0215-904X. 2. Artikel: Ungkapan Bahasa Jawa sebagai Pendukung Pembentukan Kebudayaan Nasional, dimuat dalam Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia LINGUISTIK INDONESIA, ISSN. 0215-4846, tahun ke 21, No. 2 Agustus 2003, hal. 269-286; TERAKREDITASI Dirjen Dikti No. 52/DIKTI/Kep.2002. 3 Artikel: Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai Jembatan Menuju Masa Depan, dimuat dalam Jurnal MAGISTER SCIENTIAE, ISSN 0852-078X, No. 14 Oktober 2003, hal. 62-76. 4 Artikel: Analisis Kebutuhan Bahasa Indonesia Mahasiswa Non-Bahasa Indonesia, dimuat dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra GATRA, No. 27 Th XIV/Januari 2004 dan N0. 28 Th XX/Juli 2004, ISSN No. 19 0215-904X . 5 Buku: Pranata Cara Populer, Paugeran Kagem Panggilut Basa Jawi, Penerbit Pustaka Pelajar, ISBN 979-3477-38-5. 6 Hasil penelitian berjudul: Kebutuhan Materi Kuliah Bahasa Indonesia Mahasiswa Non-Bahasa Indonesia, dimuat dalam Jurnal Kependidikan Lembaga Peneitian UNY No. I, Th XXXV, Mei 2005, ISSN N0 0125-992X, TERAKREDITASI Dirjen Dikti No 39/DIKTI/KEP/2004.

7 Buku Antologi berjudul: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, diterbitkan oleh Universitas Sanata Dharma 8 Artikel: Semangat Sumpah Pemuda Mencegah Disintegrasi Bangsa, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 28 Oktober 2002 9 Artikel: Menjual Budaya demi Pariwisata, SKH WAWASAN 7 Januari 2003. 10 Artikel: Bisnis Parpol Lebih Menguntungkan, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat 8 Januari 2003. 11 Pranowo (2003) Artikel: Anggota Legislatif Mewakili Siapa?, SKH Bernas 16 Januari 2003. 12 Artikel: Otonomi Pendidikan Mau ke Mana?, SKH Suara Pembaruan 17 Januari 2003. 13 Artikel: Kualitas Pendidikan dan Penataan Pegawai, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat 24 Januari 2003. 14 Artikel: Kampus bukan Pasar Politik, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat 13 Maret 2003. 15 Artikel: Semangat Sumpah Pemuda dan Nasionalisme, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 28 Oktober 2003 . 16 Artikel: Tunjangan Hari Raya, Mengapa Diperlukan?, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 17 Nopember 2003. 17 Artikel: Sanksi PNS Menambah Libur Hari Raya, di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 22 Nopember 2003. 18 Artikel: KBK, Bukan Satu-satunya Pembentuk Kepribadian Anak, di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 8 Desember 2003 2003. 19 Artikel: Menyoal Kegiatan Politik Dosen, di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 2 Desember 2003. 20 Artikel: Berpolitik bagi Dosen, sebagai Hak Azasi, di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 16 Desember 2003. 21 Artikel: Dunia Pendidikan Kita Hampir Runtuh, di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 28 Januari 2004. 20 22 Artikel: Pengawasan Anggaran Pendidikan 2004, di muat di SKH Bernas , 4 Februari 2004. 23 Pranowo (2004) Artikel: Bahasa kampanye yang Santun, di muat di SKH Bernas, 26 Februari 2004. 24 Artikel: Aliansi Politik dan Pemilihan Presiden, di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 22 April 2004. 25 Artikel: Pengajaran Berbasis Perpustakaan, Mungkinkah Dikembangkan? di muat di SKH Kedaulatan Rakyat, 14 Mei 2004. 26 Artikel: Kurikulum dan Stigma Buruk Pendidikan, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 18 Okt. 2004.

27 Artikel: Konflik Internal Anggota Dewan, dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 9 Nopember 2004. 28 Artikel: Kabinet SBY-JK Hasil Strategi Gerilya, dimuat di SKH Bernas, 22 Oktober 2004. 29 Artikel: Senyuman Guru Harus Edukatif, SKH Kedaulatan Rakyat 12 April 2005. 30 KTSP, Tantangan bagi Sekolah Swasta, SKH Kedaulatan Rakyat, 20 Juni 2006. 31 Antologi: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Indonesia. Yogyakarta: USD Press. 32 Kontribusi Ungkapan Bahasa Jawa terhadap Perilaku Masyarakat Multikultural. Jurnal NASION Vol 2 No. 2 Desember 2005. ISSN 1693-9409. 33 Bahasa Indonesia, Pembangun dan Pengembang Kebudayaan (Kajian Etnopragmatik). Jurnal NASION Vol. 4 N0 1. Juni 2007. ISSN: 1693-9409. 34 Rubrik Portofolio Justru Membebani Guru, Kompas 1 Oktober 2007 35 Berbahasa secara Komunikatif. Makalah Seminar, 28 30 Okt. 2007 di Universitas Muhammadiyah Purworeja. Dr. Pranowo, M.Pd. PBSID, FKIP Universitas Sanata Dharma Makalah ini disampaikan pada Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di Jakarta, 28 Oktober 1 November 2008.

Anda mungkin juga menyukai