Anda di halaman 1dari 25

Modul 3 PDGK4202

PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK


PEMBELAJARAN BAHASA

DISUSUN OLEH :

1. Jennie Nuari Juwita (


2. Salvalia Anggraini (855727134)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
Kegiatan Belajar 1
Pendekatan, Metode, dan Teknik Pelajaran Bahasa

A. HAKIKAT PENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK

Dalam pembelajaran mengandung makna Bagaimana usaha guru supaya siswanya


aktif untuk belajar. Uraian tentang konsep pendekatan (approach), metode
(methode), dan teknik (technique) dalam modul ini didasarkan pada pendapat
Anthony yang dikemukakan oleh Jos Daniel Parera (1987) dan Sri Utari Subyakto
(1987). Dalam pembelajaran bahasa ketiga istilah atau konsep tersebut saling
berhubungan atau saling menentukan, yaitu pendekatan menentukan metode dan
metode menentukan teknik yang ketiganya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk jelasnya lihatlah bagan berikut:

Strategi

Pendekatan

Metode Tujuan

Teknik

1. Pendekatan
Pendekatan ialah sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya berupa
asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berhubungan dengan sesuatu. Oleh
sebab itu, pendekatan bersifat aksiomatis artinya tidak perlu dibuktikan lagi
kebenarannya. Didalam pengajaran bahasa, pendekatan merupakan pandangan
filsafat atau kepercayaan tentang hakikat bahasa dan pengajaran bahasa yang
diyakini oleh guru bahasa.
Pada dasarnya para ahli membagi pandangan tentang proses belajar itu menjadi dua
aliran yaitu aliran empiris dan aliran rasionalis. Aliran empiris mempunyai
beberapa nama yaitu behavioris aliran mekanis dan aliran bloomfield. Dalam dunia
pengajaran bahasa dewasa ini aliran bloomfield digolongkan ke dalam ahli-ahli
ilmu bahasa struktural dan ilmu bahasa deskriptif. Adapun prinsip-prinsip pokok
aliran ini adalah:

a. Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan;


Bahasa itu hakikatnya nya adalah suara yang dihasilkan oleh organ manusia
yaitu mulut yang bermakna. Adapun tulisan merupakan rekaman dari bahasa
tersebut

b. Bahasa adalah serangkaian kebiasaan;


Kalau seseorang sudah biasa mengucapkan kata-kata yang baik. Misalnya
ketika dia terantuk batu maka yang keluar dari mulutnya adalah kata yang baik,
tetapi kalau dia sudah biasa mengucapkan kata yang kasar atau jorok ketika
terantuk batu maka kata-kata yang kasar atau jorok itu yang akan diucapkan.
Jadi memang jelas bahwa bahasa adalah serangkaian kebiasaan

c. “Ajarkanlah berbahasa, bukan tentang bahasanya”;


Adapun maksudnya adalah siswa harus kita beri kesempatan seluas-luasnya
untuk menggunakan bahasa itu dalam komunikasi yang baik secara lisan
maupun tulisan

d. “Bahasa adalah apa apa yang dikatakan oleh para pemakainya, bukan
apa yang oleh seseorang seharusnya dikatakan demikian itu”;
Seperti yang kita ketahui di dalam bahasa Indonesia ada awalan “men” yang
bermakna aktif dan ada awalan “di” yang bermakna pasif. Kedua awalan ini
berlawanan maknanya sehingga tidak mungkin ada bentukan kata
“dimemukul” yang ada adalah bentuk “dipukul” yang menggunakan makna
pasif dan “memukul” yang bermakna aktif berdasarkan data ini maka paham
yang normatif akan menolak bentukan kata “dimengerti” karena bentukan kata
ini merupakan gabungan dari dua awalan yang berlawanan maknanya.
Seharusnya bentukan kata “dimengerti” tidak ada yang ada untuk
menggantikan bentukan kata ini adalah “dipahami” padahal menurut
kenyataannya dalam bahasa Indonesia kita jumpai bentukan kata “dimengerti
dan dipahami” yang memang maknanya berbeda. Jadi yang benar adalah
bahasa yang menentukan kaidah bahasa bukan kaidah bahasa menentukan
bahasa.

e. Tidak ada satu bahasa pun yang persis sama dengan bahasa yang lain.
Kalau mau diperinci lebih lanjut yang membuktikan bahwa setiap bahasa itu
tidak sama bisa kita lihat dari kosakata bahasa bahasa yang kita bandingkan.
Kata yang pada hakekatnya merupakan lambang lingual terjadi dari aspek
fonis, yaitu yang berupa deretan huruf/fonem dan aspek sematik, yaitu makna
dari sederetan huruf/fonem tersebut. Misal seekor binatang yang hidup dalam
tiga negara yaitu Indonesia, Inggris, dan Arab. Orang Indonesia yang
menamakan “gajah” untuk binatang yang badannya besar berkaki empat dan
mempunyai belalai tetapi untuk binatang yang sama oleh orang Inggris
dinamakan “Elephant” dan berbeda pula bagi orang Arab untuk untuk binatang
yang sama dinamakan “Al-Fiil”.

Aliran kedua yaitu rasionalis, yang terkenal juga dengan nama aliran mentalis atau
aliran noam chomsky aliran ini memandang bahwa perbuatan berbahasa itu adalah
perbuatan mental.

(Hidayat dkk., 1990) Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh kaum rasionalis


adalah:
(1) Suatu bahasa yang hidup di tandai oleh kreativitas yang dituntut oleh
aturan-aturan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup di tandai oleh kreativitas yang
dituntut oleh aturan-aturan contoh seperti bahasa Indonesia bahasa Indonesia.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada awalan peN- yang bermakna ‘pelaku’
kata “lari” yang berupa kata kerja bila mendapat awalan menjadi “pelari”
merupakan berupa kata benda bermakna “yang lari”. Dari aturan ini kemudian
dibentuk kata “pesepakbola”, “pegolf”, “pelanggan” dan sebagainya yang
mempunyai makna “pemain sepak bola”, “pemain Golf” dan “orang yang
berlangganan”.

(2) Aturan aturan tata bahasa yang nyata bertalian dengan tingkah laku
kejiwaan
Aturan aturan tata bahasa yang bertalian dengan tingkah laku kejiwaan seperti
yang diterangkan oleh kuasa di hikayat 1990 yaitu bila anak belajar berbicara.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah menceraikan kata-kata setelah itu
barulah kemudian mereka tambahkan perubahan-perubahan bentuk kata-kata
kata bantu dan sebagainya.

(3) Manusia lah satu-satunya makhluk yang dapat belajar bahasa


Marsudi (1983:18) “bahasa itu murni manusiawi” artinya yang dapat
mengeluarkan bunyi bahasa itu adalah manusia sedangkan binatang tidak
berbahasa. Mungkin kita pernah melihat induk ayam memanggil anak-anaknya
dengan suara “kruk..kruukk..kruk..” ketika ada makanan atau ada bahaya yang
mengancam anak-anaknya misalnya dengan adanya burung elang. Tapi bahasa
ayam itu secara insting dari turun-temurun yang hanya dapat mengeluarkan
bunyi “kruuk” itu saja sedangkan bunyi lainnya tidak bisa. Jadi bahasa binatang
itu terbatas pada bunyi-bunyian tertentu, sedangkan manusia dapat menghasilkan
bunyi bahasa yang bermacam-macam yang dihasilkan oleh alat ucap atau daerah
artikulasi yang disebut bunyi-bunyi berartikulasi. Itulah sebabnya mengapa
dikatakan bahwa bahasa itu murni manusiawi.

(4) Bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat dipakai dalam berpikir.
Berpikir mencakup banyak kreatif banyak aktivitas mental. kita berpikir saat kita
mencoba memecahkan soal yang diberikan di kelas, kita berpikir saat kita
melamun menunggu pelajaran dimulai, kita berpikir saat memutuskan barang
apa yang akan dibeli di toko, merencanakan liburan, menulis surat, atau
mengkuatirkan suatu persahabatan yang terganggu. Dari ilustrasi di atas dapat
diketahui bahwa walaupun kita kenyataannya diam seperti pada waktu kita
sedang melamun tetapi sesungguhnya ada keaktifan mental dalam diri kita yaitu
kita menggunakan bahasa dalam diri kita sendiri atau kita berkomunikasi dengan
diri kita sendiri. Begitu juga ketika kita memecahkan suatu masalah maka terjadi
dialog antara diri kita dengan menggunakan bahasa yang sudah kita kuasai.
Itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa bahasa yang hidup adalah bahasa
yang dapat dipakai dalam berpikir.

2. Metode
Pada umumnya metode diartikan sebagai “cara mengajar” sebenarnya pengertian
yang tepat untuk cara mengajar adalah teknik mengajar, sedangkan metode yang
hakikatnya adalah suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan, yang meliputi hal-hal berikut:
a. Pemilihan bahan
Pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan prinsip alamiah atau
random. Pemilihan bahan didasarkan kriteria berikut:
1. Bagian-bagian yang paling sering digunakan
2. Paling berguna
3. Paling mudah mengerjakannya
4. Gabungan ketiganya

b. Urutan bahan
Penentuan bahan dan pengelompokannya akan mempermudah serta
memperlancar proses belajar-mengajar. Berikut kriterianya:
1. Bagian-bagian yang lebih sederhan didahulukan dari bagian-bagian yang
kompleks
2. Bagian-bagian yang lebih berguna dan sering digunakan didahulukan dari
baian-bagian yang kurang berguna dan jarang digunakan
3. Diperhatikan tingkat kesukarannya, mendahulukan bahan yang lebih mudah
daripada yang sukar
4. Diperhatikan kesinambungan bahan pengajaran itu sendiri
c. Penyajian bahan
Peyajian bahan didasarkan pada kriteria-kriteria berikut ini:
1. Apakah bahasa lisan disajikan lebih dahulu dari bahasa tulis, atau keduanya
disajikan sekaligus
2. Cara penyajian bahasa lisan dan bahasa tulis jangan disamakan begitu saja
3. Kapan sebaiknya kosakata disajikan dan kapan sebaiknya kalimat disajikan,
serta bagaimana contoh-contohnya yang memadai
4. Penggunaan alat bantu yang relevan perlu diperhatikan
5. Menumbuhkan kebiasaan berbahasa yang dipelajari
6. Cara-cara pemberian tugas kepada siswa (mandiri/kelompok)
7. Adanya evaluasi utnuk mengetahui bahan yang akan kita ajarkan itu sudah
dapat diserap oleh siswa atau belum

d. Pengulangan bahan
Pengulangan bahan (repetisi) merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk
menumbuhkan kebiasaan berbahasa melalui bahan yang telah diberikan itu.
Kelancaran berbahasa merupakan suatu masalah pengulangan. Ada dua cara
untuk mengulangi bahasa, dengan cara dihafalkan di kepala, atau dengan cara
substitusi (penggantian). Menghafalkan nyanyi-nyayian atau dialog dapat
membantu siswa pada waktu latihan bercakap atau mengarang. Suatu contoh
substansi adalah urutan kegiatan, yaitu berupa lakukan dan katakan.

Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam Parera, 1987:19) terdapat 15


macam metode, yaitu:
a. Direct Method i. Eclectic Method
b. Natural Method j. The Unit Method
c. Psychological Method k. Language Control Method
d. Phonetic Method l. Mim-Mem Method
e. Reading Method m. Practice-theory Method
f. Grammar Languange Method n. The Dual Languange Method
g. Translation Method o. Cognate Method
h. Grammar Translation Method
Dalam modul ini yang akan dibahas adalah metode-metode yang dapat diterapkan di
dalam pengajaran bahasa Indonesia di SD dan menunjang pendekatan yang disarankan
oleh kurikulum bahasa Indonesia yang sedang diberlakukan, yaitu pendekatan
komunikatif, integratif, tematis, CBSA, dan keterampilan proses, yaitu Direct Method,
Natural Method, Reading Method, Eclectic Method.

a. Direct Method
Direct Method atau Metode Langsung ialah metode pengajaran bahasa yang di
dalam pelaksanaannya guru langsung menggunakan bahasa sasaran, yaitu bahasa
yang diajarkan. Dari pihak siswa tidak boleh menggunakan bahasa ibu atau bahasa
pertamanya selama pembelajaran berlangsung.

Pada tahap permulaan tidak banyak diajarkan tata bahasa. Kata-kata diajarkan
dengan cara langsung menghubungkan dengan benda-benda, situasi-situasi, dan
gerak yang digambarkan oleh kata-kata itu. Misalnya, kata "mengendap-endap"
supaya siswa paham akan maknanya perlu didemonstrasikan dengan gerakan,
begitu untuk kata "menengadah", dan sebagainya. Sejak awal pembelajaran, siswa
dibiasakan mendengarkan pola-pola nama, dan intonasi bahasa yang dipelajari dan
didorong untuk menggunakannya sebanyak mungkin.

Tujuan Metode Langsung di SD ialah penggunaan bahasa sasaran dalam hal ini
bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa kedua, secara lisan agar siswa mampu
berkomunikasi dalam bahasa kedua tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
bahasa Indonesia bagi sebagian besar penduduk Indonesia merupakan bahasa kedua
karena dipelajari setelah menguasai bahasa pertamanya, yaitu bahasa ibu yang
berupa bahasa daerah, tetapi ada juga sebagian penduduk Indonesia bahasa ibunya
adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian, bahasa pertama penduduk tersebut
adalah bahasa Indonesia, sedangkan bahasa keduanya mungkin bahasa Inggris atau
bahasa lainnya yang dipelajari di bangku sekolah setelah dia menguasai bahasa
pertamanya, yaitu bahasa Indonesia.
Adapun fungsi Metode Langsung ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bagi siswa
dan bagi guru. Bagi siswa berfungsi memudahkan siswa untuk mampu berbahasa
(lisan) dengan tepat, memberikan situasi yang menyenangkan, dan mendorong
siswa untuk belajar bahasa, sedangkan bagi guru metode ini memudahkan guru
untuk mengajar berbahasa tanpa menggunakan bahasa pengantar bahasa lain selain
bahasa sasaran. Kegiatan dalam proses belajar mengajar apabila menggunakan
Metode Langsung, melibatkan kegiatan guru dan siswa.
Kegiatan guru adalah berikut ini:
l) Guru memulai pelajaran dengan dialog atau humor yang pendek dalam bahasa
sasaran (BI), dan ragam bahasa yang digunakan ialah ragam bahasa formal dan
informal
2) Guru, kemudian mulai menyajikan materi secara lisan dengan gerakan-
gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi, atau gambar-gambar.
3) Guru mengadakan tanya jawab dalam bahasa sasaran (BI) berdasarkan dialog
atau humor yang telah disampaikan pada butir (l).
4) Guru mengaj arkan tata bahasa secara induktif dengan memberikan contoh-
contoh yang merangsang siswa untuk menyimpulkan sendiri.
5) Guru memberikan bacaan sastra untuk pemahaman dan kenikmatan, tetapi
tidak sampai menganalisis secara struktural.
6) Guru mengajarkan budaya yang relevan pada aspek-aspek bahasa secara
induktif.

Kegiatan siswa adalah berikut ini:


1) siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru.
2) siswa menjawab pertanyaan guru dengan menggunakan bahasa sasaran (BI)
tentang apa-apa yang telah disampaikan guru.
3) siswa berusaha menarik kesimpulan dalam pembelajaran secara induktif.
4) siswa menerima dan membaca bacaan sastra yang diberikan guru
5) siswa berusaha memahami dan menikmati bacaan tersebut.
b. Natural method
Natural Method yang disebut juga Metode Murni atau Metode Alamiah adalah
metode yang dalam pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-
benda, gambar-gambar, atau peragaan secara langsung dalam aktivitas sehari-
hari.
Metode Murni atau Metode Alamiah ini mempunyai ciri-ciri, seperti berikut ini.
1) Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah
diketahui siswa sebelumnya.
2) Makna sesuatu kata diajarkan dengan cara inferensi/menarik kesimpulan dari
beberapa contoh yang diberikan.
3) Kamus dipergunakan untuk mengingat kata-kata yang dilupakan atau mencari
makna kata-kata baru.
4) Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.
5) Penyajian pelajaran mengikuti urutan: mendengarkan (menyimak), berbicara,
membaca, dan menulis, kemudian baru diajarkan tata bahasa.

Dalam proses pembelajaran langkah-langkah kegiatan guru dalam menerapkan


metode ini adalah:
1) pertama-tama guru memperkenalkan bunyi-bunyi bahasa, kata-kata, dan
kalimat bahasa yang dipelajari itu (BI) secara lisan dengan menggunakan alat
peraga;
2) guru menyuruh siswa menirukan apa yang diucapkannya seperti pada butir (1);
3) dalam penyajian materi, guru menggunakan urutan-urutan berbicara, membaca,
menulis, baru mengajarkan tata bahasa.
Kegiatan guru di atas diikuti oleh kegiatan siswa, seperti berikut ini.
1) Siswa memperhatikan dengan saksama segala apa yang disampaikan guru,
terutama yang menyangkut bunyi-bunyi bahasa.
2) Siswa melakukan apa yang diperintahkan oleh guru, yaitu berusaha menirukan
atau mengucapkan kata-kata yang telah didengarnya dari guru.
3) Siswa berusaha untuk menerapkan apa yang telah diterimanya dalam
komunikasi lisan.
4) Siswa berusaha dengan sebaik-baiknya menuliskan unsur-unsur bahasa.
c. Reading method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat pada tahun
1929-an baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Tujuannya ialah
antara Iain, untuk memberi pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks
ilmiah yang mereka perlukan dalam studi mereka.

Langkah-langkah penyajian metode ini menurut Rivers (dalam Subyakto-N 1988:


17-18), seperti berikut ini.
a) Pemberian kosakata dan istilah-istilah yang dianggap sukar Oleh guru bagi
siswanya. Ini diberikan dengan definisi dan contoh-contoh dalam kalimat.
b) Penyajian bacaan dalam kelas yang dibaca secara diam (silent reading) selama
kurang-lebih 10-15 menit. (Untuk menghemat waktu, bacaan dapatjuga
diberikan untuk dibaca/dipersiapkan di rumah).
c) Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya-jawab dengan
menggunakan bahasa sasaran.
d) Pembicaraan/keterangan tentang tata bahasa dapat dilakukan secara singkat,
kalau hal ini memang dirasa perlu oleh guru.
e) Pembicaraan tentang kosakata yang relevan dengan jalan memberikan daftar
kosakata yang disiapkan sebelumnya.
f) Pemberian tugas, seperti mengarang, membuat denah, skema, diagram, dan
sebagainya (yang berkaitan dengan topik bacaan).

Metode ini dapat juga diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD


dengan jalan dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan
siswa. Metode ini cocok kalau diterapkan di SD kelas tinggi.

d. Eclectic method
Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak ada satu pun
metode pengajaran bahasa yang paling baik karena setiap metode yang ada, di
samping ada keuntungan/keunggulan/kebaikan, juga ada kerugian/kelemahan/
kejelekannya. Itulah sebabnya maka guru bebas memilih metode yang mana yang
paling cocok dengan situasi kelas yang akan diajar.
Eclectic artinya 'memilih secara bebas'. Dalam hubungannya dengan metode
pengajaran bahasa, bebas di sini yang dimaksud adalah bebas untuk menambah atau
mengombinasi/mencampur antara metode yang satu dengan lainnya yang dianggap
cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia
Metode Campuran.

3. Teknik
Sebenarnya baik pendekatan maupun metode masih bersifat teoretis karena masih
ada alat lain yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Alat itu adalah teknik yang mengandung makna cara-cara dan alat-
alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah upaya guru,
usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan
langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Jadi, teknik
ini bersifat implementasional. Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa
(yang dapat juga kita jumpai dalam pembelajaran mata pelajaran lain), seperti
berikut ini (Saliwangi, 1989: 56-63).

a. Teknik ceramah
Sampai sekarang teknik ini masih banyak digunakan guru dalam proses
belajarmengajar. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa mengajar itu adalah
menerangkan dengan 'berbicara/berceramah”. Itulah sebabnya mengapa salah
satu fungsi guru di dalam kelas adalah sebagai informator, yaitu pemberi
informasi pada siswa-siswanya.

Teknik ceramah memang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi,


terutama kepada mereka yang sudah termotivasi. Artinya seseorang yang
termotivasi untuk mendapatkan informasi tertentu. Supaya lebih menarik
penggunaan teknik ini bisa dilengkapi dengan peragaan, gambar-gambar, atau
yang lain untuk menghindari verbalisme.
Teknik Ceramah mempunyai keuntungan, antara lain berikut ini.
l) Dapat menghemat waktu.
2) Dapat digunakan dalam kelompok besar.
3) Dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah dibaca.
4) Dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran
atau aktivitas tertentu.

Di samping keuntungan di atas Teknik Ceramah mempunyai kekurangan, antara


lain berikut ini.
1) Tidak semua guru dapat berbicara yang menarik dan baik.
2) Dalam metode ini hanya satu indra yang aktif yaitu pendengaran.
3) Kadar CBSA-nya (Cara Belajar Siswa Aktif) rendah.

Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Teknik Ceramah ini dapat digıınakan


untuk melatih keterampilan mendengarkan (menyimak). Siswa dilatih untuk
membuat intisari dari ceramah yang didengarnya, kemudian menceritakan
kembali dengan bahasanya sendiri. Dapat juga Teknik Ceramah ini dirangkaikan
dengan teknik yang lain misalnya Teknik Tanya Jawab.

b. Teknik tanya-jawab
Pada umumnya Teknik Tanya-jawab ini mengikuti teknik ceramah yang telah
kita lakukan. Tujuannya ialah untuk mengecek pemahaman siswa terhadap
ceramah yang baru diberikan atau bisa juga pertanyaan yang diajukan guru
untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang telah mereka
baca. Jika teknik Tanya-jawab ini kita laksanakan pada waktu membuka
pelajaran, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan pretes, yaitu untuk
menjajaki sampai di mana penguasaan siswa terhadap bahan yang akan kita
berikan. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru biasanya untuk:
I) mengetahui hal-hal yang dirasa belumjelas, sekalipun sudah diterangkan
guru;
2) memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang dihadapinya;
3) memperjelas pendapat yang dirasa bertentangan dengan pendapat siswa
sendiri.

c. Teknik diskusi kelompok


Tujuan digunakannya teknik ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan
pendapat, dan mau menerima kritikan kalau pendapatnya memang kurang
benar. Juga melalui diskusi kelompok ini siswa dapat menguji kebenaran
pendapatnya mengenai sesuatu hal. Adakalanya dalam diskusi kelompok ini
didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Untuk menghindari hal ini perlu
adanya moderator yang dapat mengatur lalu lintas pembicaraan di dalam
diskusi kelompok tersebut. Anda dapat menunjuk salah seorang siswa yang
menurut penilaian Anda cakap untuk menjadi moderator. Keunggulan diskusi
kelompok sebagai suatu teknik dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia,
antara lain berikut ini.
1) Kadar CBSA-nya tinggi.
2) Memberi peluang kepada siswa untuk saling mengemukakan pendapat.
3) Mendorong terciptanya rasa kesatuan.
4) Dapat memperluas pandangan siswa.
5) Melatih mengembangkan kepemimpinan bagi siswa yang ditunjuk sebagai
moderator.

Di samping keunggulannya, Teknik Diskusi Kelompok ini mempunyai


kekurangan sebagai berikut.
l) Tidak dapat digunakan secara efektif untuk kelompok yang besar.
2) Kalau kurang terkendali dapat menyimpang dari tujuan.
3) Membutuhkan moderator yang terampil.
4) Adakalanya hanya didominasi oleh siswa yang suka dan berani bicara.

d. Teknik peınberian tugas


Teknik Pemberian Tugas ini disebut juga Resitasi yang dapat diberikan kepada
siswa secara individual atau kelompok. Dengan teknik ini diharapkan siswa
lebih mendalami materi pelajaran yang diberikan guru. Biasanya pemberian
tugas ini diikuti ole tugas melaporkan hasil kerja siswa yang disebut resitasi.
Itulah sebabnya mengapa Teknik Pemberian Tugas ini disebut juga Resitasi.

e. Teknik ramu pendapat (brainstorming)


Teknik ini merupakan perpaduan dari Teknik Tanya-jawab dan Teknik
Diskusi. Teknik ini bisa diterapkan dalam pembelajaran sastra
misalnya. Siswa kita ajak untuk mendiskusikan karya sastra, coba
Anda sebutkan! Baik, bisa puisi, cerpen atau novel. Jika yang dibahas
adalah cerpen maka yang mereka diskusikan, misalnya tentang
temanya, plotnya, perwatakannya, para tokohnya, dan sebagainya.
Secara bergiliran siswa kita beri kesempatan mengemukakan
pendapatnya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.
Jawaban-jawaban siswa kemudian kita seleksi, kita klasifikasi, kita
analisis bersama dengan mereka. Jika terdapat jawaban-jawaban
mereka yang bertentangan, jawaban itü kita lemparkan lagi ke kelas
untuk mereka diskusikan. Setelah diadakan diskusi, guru
menyimpulkan hasil diskusi secara adil tanpa pilih kasih atau
memihak. Keunggulan teknik ini, antara lain berikut ini.
1) Dapat membangkitkan pikiran yang kreatif.
2) Dapat merangsang partisipasi siswa.
3) Dapat memancing timbulnya pendapat-pendapat baru.
4) Menghasilkan reaksi berantai.
5) Dapat digunakan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.
6) Tidak memerlukan moderator yang hebat.
7) Hanya sedikit peralatan yang diperlukan.

f. Simulasi
Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik Simulasi ini tepat sekali untuk melatih
keterampilan berbicara. Dalam pelaksanaannya guru terlebih dahulu
menetapkan peran peran yang akan dilakukan oleh siswa dalam permainan
simulasi, misalnya ada yang berperan (berpura-pura) sebagai kepala desa,
sebagai ketua RW, sebagai ketua RT, sebagai warga RT yang sedang
bersengketa soal saluran air, dan sebagainya.

Guru memberi pengarahan tentang apa yang akan diperankan Oleh masing.
masing siswa yang telah ditunjuk. Siswa yang kebetulan belum mendapat
giliran ditunjuk untuk memainkan suatu peran, ditugaskan sebagai penonton
yang mencatat kemungkinan adanya kesalahan bahasa yang dilakukan oleh
temannya ketika bermain peran. Kesalahan-kesalahan itu nantinya
didiskusikan setelah permainan memainkan peran telah selesai. Oleh karena
siswa harus memerankan seorang tokoh tertentu dalam permainan tersebut
maka Teknik Simulasi ini disebut juga Teknik Bermain Peran.

B. JENIS-JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA

Sejak diberlakukannya Kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia


guru harus menerapkan pendekatan komunikatif, CBSA, dan pendekatan
keterampilan proses (PKP). Setelah diberlakukan Kurikulum 1994 pendekatan
dalam pembelajam bahasa yang harus diterapkan guru selain ketiga pendekatan
di atas ditambah dengan pendekatan tematik, dan integratif.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah sebabnya


sejak diberlakukan Kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa digunakan
pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi
kesempatan sebanyak-banyaknya untuk melakukan komunikasi baik secara lisan
maupun tulis. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Dalam kegiatan berkomunikasi terdapat empat keterampilan berbahasa yang tidak


dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak)'
berbicara, membaca, dan menulis. Itulah sebabnya maka dalam pembelajaran
bahasa Indonesia digunakan pendekatan integratif, yaitu memadukan materi
pembelajaran yang disebut pembelajaran bahasa Indonesia terpadu lintas materi.

Sekarang di dalam pembelajaran sudah harus ditinggalkan jauh-jauh sistem DDCH,


yaitu Duduk, Dengar, Catat, dan Hapal, seperti yang dikemukan oleh ConnY
Semiawan (1985), tetapi harus diganti dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, kita sebaiknya membuat
pelajaran itu menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan, serta
mengesankan. Untuk itu kita harus mengenal dan menghayati sejumlah prinsip
dalam pembelajaran, yaitu prinsip-prinsip berikut ini.
1. Motivasi 5. Belajar sambil bekerja.
2. Latar atau konteks 6. Perbedaan perorangan atau
3. Keterarahan kepada titik pusat individual.
atau fokus tertentu. 7. Menemukan.
4. Hubungan sosial atau 8. Pemecahan masalah.
sosialisasi.

Dengan pengenalan dan pemahaman serta penerapan prinsip-prinsip tersebut


dalam pembelajaran di dalam kelas maka siswa akan aktif. Jadi, pendekatan CBSA
ini menuntut kreativitas guru untuk mengupayakan bagaimana caranya supaya
siswanya dapat aktif dalam pembelajaran.

Jika kita sudah menerapkan prinsip-prinsip di atas dalam pembelajaran, tentunya


dalam diri siswa akan terjadi proses dalam pembelajaran tersebut. Jadi, yang
penting di sini kita sebagai guru harus mengusahakan supaya materi yang kita
sajikan kepada siswa dapat dicerna, dipahami, ditemukan oleh siswa. Untuk itu
semua perlu adanya proses di dalam diri siswa. Itulah sebabnya di samping
pendekatan CBSA kita harus dapat menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses
(PKP).

Pada hakikatnya tugas guru adalah mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh
siswa. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kompetensi ini, salah satunya
adalah Pendekatan Keterampilan proses. Adapun langkah-langkah dalam PKP
adalah berikut ini.
l. Mengamati:
a. Melihat. e. Mencicipi/Mengecap.
b. Mendengar. f. Mengukur.
c. Merasa/Meraba. g. Mengumpulkan data/informasi
d. Mencium/Membau.

2. Mengklasifikasi:
a. Mencari persamaan. d. Mengontraskan.
b. Mencari perbedaan. e. Menggolong-golongkan
c. Membandingkan.

3. Menafsirkan:
a. Menaksir. e. Menggeneralisasi.
b. Memberi arti. f. Mencari hubungan antara 2 hal.
c. Menarik kesimpulan. g. Menemukan pola
d. Membuat inferensi.

4. Meramalkan

5. Menerapkan:
a. Penggunaan (informasi, c. Menghubungkan konsep.
kesimpulan, konsep, d. Menyusun hipotesis.
hukum, teori, sikap, nilai). e. Membuat model.
b. Menghitung.

6. Merencanakan penelitian:
a. Menentukan masalah.
b. Menentukan tujuan penelitian.
c. Menentukan ruang lingkup penelitian.
d. Menentukan sumber data atau informasi.
e. Menentukan cara menganalisis.
f. Menentukan langkah-langkah untuk memperoleh data.
g. Menentukan cara melakukan penelitian.

7. Mengkomunikasikan:
a. Berdiskusi.
b. Mendeklamasikan.
c. Mendramakan.
d. Mengarang, memperagakan.
e. Melaporkan dalam bentuk lisan, tulis, gambar atau penampilan.
Kegiatan Belajar 2
Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu di SD

A. PEMBELAJARAN TERPADU LINTAS MATERI

Artinya materi pembelajaran dalam satu pelajaran dipadukan menjadi satu. Misalnya,
materi sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia dipadukan dengan keterampilan
berbahasa, dapat dengan mendengarkan, membaca, atau menulis.

Pengorganisasian materi dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa Indonesia di


SD dilaksanakan secara terpadu. Dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Berbicara:
Membaca:
Mendiskusikan isi teks
- Membaca teks bacaan
bacaan
- Mendeklamasikan puisi

Tema
Lingkungan

Mendengarkan: Menulis:
Mendengarkan pembacaan Menulis karangan
kerangan Memeriksa pemakaian
tanda baca dalam karangan

Dalam bagan diatas, dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI
atau di jenjang SMP, atau SMA dimulai dengan pemilihan tema, misalnya lingkungan.
Jadi, belajar bahasa tidak mungkin tanpa tema. Tema ini merupakan wadah untuk
belajar bahasa.

Untuk melatih keempat keterampilan berbahasa dimulai dengan pemilihan/penentuan


tema, setelah itu baru kira rencanakan langkah-langkah pembelajarannya. Jika yang
menjadi fokus pembelajaran adalah keterampilan membaca, maka waktu salam
pertemuan di kelas dialokasikan membaca yang lebih banyak daripada keterampilan
lain.

Adapun salah satu alternatif model pembelajaran bahasa Indonesia terpadu lintas materi
di SD kelas III, seperti berikut ini.

Contoh (Salah Satu Alternatif)


Model Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Satuan pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/Semester : 3/I
Waktu : 1 kali pertemuan (2 x 40’)
Tema : Lingkungan

Standar Kompetensi : Mampu membaca dengan pemahaman teks agak


panjang dengan cara membaca lancar (bersuara),
dan membaca dalam hati secara intensif, dan
membaca secara memindai suatu denah serta
membaca dongeng dan puisi.
Kompetensi Dasar : Membaca bersuara (membacakan teks)
Hasil Belajar : Membaca teks untuk diri sendiri dan oranglain
Indikator hasil belajar : 1. Siswa dapat membacaa teks dengan lafal dan
intonasi yang tepat
2. Siswa dapat menjawab pertanyaan isi teks
secara lisan atau tertulis
Langkah Pembelajaran :
1. Salah seorang siswa disuruh membaca nyaring sebuah teks yang sudah
disiapkan guru yang berjudul Lingkungan di Sekitar Kita
2. Siswa-siswa lainnya disuruh untuk menyimak (membaca dipadukan dengan
mendengarkan – ketika itu guru membetulkan kesalahan pelafalan atau
intonasi yang kurang tepat)
3. Setelah selesai membaca siswa tersebut disuruh menceritakan isi teks yang
telah dibacanya dengan kalimat sendiri (membaca dipadukan dengan
berbicara)
4. Siswa-siswa yang lain disuruh mendengarkan san mencatat kalau-kalau ada
kekurangan isi yang diceritakan, ada kesalahan kalimat atau penggunaan
kata yang kurang tepat (berbicara dipadukan dengan mendengarkan dan
menulis serta kebahasaan)
5. Seluruh siswa disuruh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bacaan
secara tertulis (membaca dipadukan dengan menulis)
6. Setelah selesai menjawab pertanyaan bacaan secara tertulis, salah seorang
siswa disuruh membacakan jawabannya, sedangkan yang lain diberi
kesempatan untuk mengajukan pendapatya yang lain yang berhubungan
dengan jawaban pertanyaan bacaan tersebut secara lisan (menulis dipadukan
dengan berbicara)

Sumber : Lancar berbahasa Indonesi I (Buku Pelajaran yang lama


dapat
dipakai sambil menunggu Buku Paket untuk penunjang
kurikulum 2004)
Penilaian : Dilakukan selama dalam kegiatan pembelajaran

B. PEMBELAJARAN TERPADU LINTAS KURIKULUM

Pembelajaran terpadu juga dapat dilaksanakan lintas kurikulum. Artinya yag


dipadukan itu antara beberapa mata pelajaran, misalnya pelajaran Bahasa Indonesia
dipadukan dengan Sains.

Pada hakikatnya belajar apapun modal utama yang harus dimiliki siswa adalah
keterampilan baca-tulis. Kemampuan dan keterampilan baca-tulis khususnya
membaca, harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena kemampuan dan
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di
SD. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baikakan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Mereka akan
kesulitan untuk menangkap dan memahami informasi yang disajikan secara lisan dari
gurunya (keterampilan mendengar) atau yang disajikan dalam berbagai buku
pelajaran (keterampilan membaca) tanpa bekal ketrampilan dengar-baca.

Berikut contoh Silabus Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang dimuat dalam
Acuan Pengembangan Kurikulum (Depdiknas, 2003):

Mata pelajaran : Sains


Satuan pendidikan : Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
Kelas/Semester : IV/2
Waktu : 4 kali pertemuan (4 x 40’)
Tema : Siswa diharapkan mampu mengidentifikasi perubahan
benda
yang dapat kembali ke bentuk semula

Hasil Belajar : Siswa mampu membedakan perubahan wujud yang


dapat
bolak-balik
Indikator hasil belajar : Siswa dapat melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi
perubahan wujud benda yang dapat dengan mudah
kembali ke wujud semula
Langkah Pembelajaran :
1. Pertemuan pertama: Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan kembali
menjadi air
a. Tanya jawab tentang pengalaman siswa mengenai terjadinya hujan
(secara tidak langsung melatih kemahiran berbicara)
b. Penjelasan singkat tentang menggunakan alat (secara tidak langsung
melatih menangkap informasi lisan-keterampilan mendengarkan)
c. Kegiatan percobaan
d. Melaporkan hasil percobaan (melaporkan secara lisan-melatih
keterampilan berbicara atau melaporkan secara tertulis-melatih
keterampilan menulis)
e. Menyimpulkan hasil kegiatan (lisan-keterampilan berbicara; tulis-
keterampilan menulis)
f. Memberi contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari (lisan-
ketrampilan berbicara).
2. Pertemuan kedua: Menyelidiki perubahan wujud lilin yang dipanaskan,
kemudian didinginkan
3. Pertemuan ketiga: Menyelidiki perubahan wujud gula pasir yang dipanaskan,
kemudian mengkristal lagi
4. Pertemuan keempat: Menyelidiki perubahan air yang menjadi es dan kembali
menjadi air

Catatan:
Langkah-langkah kegiatan sama dengan pertemuan pertama

Alat, bahan, sumber:


a. Air, lilin, es batu, gula pasir
b. Lampu, sendok makan, cawan, labu
c. Buku paket IPA kelas 4

Penilaian:
a. Penilaian Pengamatan : diberikan oleh guru pada saat siswa melakukan
pengamatan
b. Penilaian Materi : Tanya-jawab tentang yang baru saja dilakukan
siswa
disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai
dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai