Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-1

KODE: PDGK4204
SKS: 2
MATAKULIAH: BAHASA INDONESIA
PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI: PGSD-S1

Nama : Liling Cahyani


NIM : 857016375

Soal :
1. Tanpa bahasa manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Jelaskan hakikat bahasa dan
karateristiknya!
Jawab :
Bahasa adalah sebuah sistem lambang yang bermakna, arbiter konvensional dan
produktif yang digunakan oleh setiap individu dan anggota sosial untuk berkomunikasi,
bekerjasama dan mengidentifikasi diri.

Berikut adalah penjelasan dari karakteristik bahasa, yaitu :


1) Bahasa adalah Sebuah Sistem
Kita pasti sudah memahami bahwa ‘sistem’ itu berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Begitu pula dengan bahasa,
yang memiliki sistem tertentu di dalamnya. Komponen-komponen yang terdapat di dalam
suatu sistem bahasa harus tersusun secara teratur supaya dapat dimengerti oleh penutur
dan lawan penuturnya. Dalam Bahasa Indonesia, komponen-komponen tersebut berupa
Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (K). Untuk mempelajari mengenai
komponen-komponen yang mengatur suatu bahasa dapat ditemukan dalam disiplin ilmu
morfologi.

2) Bahasa merupakan Sistem Lambang


Seperti yang sudah dituliskan bahwa bahasa itu merupakan sistem, maka dalam sifat ini
adalah berupa lambang-lambang yang berbentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang
tersebut berwujud bunyi yang biasanya disebut sebagai bunyi bahasa. Setiap lambang
dari bahasa dapat melambangkan sesuatu yang nantinya disebut dengan makna atau
konsep. Misalnya, kamu membaca sebuah kata [kambing], pasti kamu membayangkan
sebuah makna atau konsep mengenai ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki
suara mengembik dan sering dijadikan sebagai makanan sate’. Semua lambang bunyi
yang memiliki atau menyatakan suatu makna atau konsep maka dapat disebut sebagai
lambang ujaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam Bahasa Indonesia ini, satuan
bunyi seperti [kabel], [cermin], dan [kapas] itu adalah wujud nyata dari lambang ujaran
karena memiliki makna. Sementara itu, satuan bunyi seperti [akud], [ea], dan [ajem]
bukanlah lambang ujaran sebab tidak memiliki makna yang pasti.

3) Bahasa Bersifat Arbiter


Bahasa bersifat arbitrer artinya ‘mana suka’, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak wajib, bisa berubah
sewaktu-waktu, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi tersebut dapat
“mengonsepi” makna tertentu.

Misalnya, lambang bunyi [kerbau] biasanya digunakan untuk konsep atau makna ‘sejenis
binatang berkaki empat yang memiliki tanduk dan biasa digunakan untuk membajak
sawah], ternyata tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Andaikata, kamu hendak
menyebutnya sebagai [kebo], [buffalo], atau [banteng] itu sah-sah saja. Hal tersebut dapat
dilihat pada banyaknya lambang bunyi yang memiliki padanan kata untuk suatu makna
atau konsep yang sama.

4) Bahasa Bersifat Konvensional


Dalam hal ini, setiap penutur suatu bahasa (manusia) harus mematuhi adanya hubungan
antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya. Apabila sang penutur suatu
bahasa tidak memahami hubungan tersebut, maka besar kemungkinan komunikasi yang
tengah dijalinnya akan terhambat.
Contohnya, untuk menyebut ‘kaca bening yang menampilkan bayangan’ kamu dapat
menggunakan lambang bunyi [cermin]. Apabila terdapat seseorang yang seenaknya
mengganti lambang bunyi menjadi [mincer], [nimrec], atau [recnim], tentu saja akan
menghambat komunikasi dengan individu lain.

5) Bahasa Bersifat Produktif


Apakah kita  menyadari bahwa bahasa itu sangat produktif yang dapat berkembang
dalam jumlah yang tidak terbatas. Yap, sejalan dengan sifat bahasa yang dinamis, satuan-
satuan ujaran bahasa itu memiliki jumlah yang hampir tidak terbatas. Contohnya,
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia saja ternyata memuat kurang lebih sekitar 23.000
buah kata, yang mana kata-kata tersebut dapat pula dibuat menjadi banyak kalimat yang
tidak terbatas jumlahnya.

6) Bahasa Memiliki Fungsi dan Variasi


Dalam hal ini, meskipun bahasa itu mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi
apabila disampaikan oleh penutur yang heterogen yang memiliki latar belakang sosial
dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa dapat menjadi beragam. Beragam ini dapat
dilihat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon.
Misalnya, Bahasa Jawa pada dasarnya mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi
apabila dituturkan oleh masyarakat di Surabaya dan di Pekalongan, tentu saja akan
“terlihat” berbeda.

2. Dalam setiap proses kegiatan belajar dan mengajar tidak bisa selalu disebut dengan
belajar karena harus memenuhi beberapa syarat dan ketentuan, maka jelaskan tentang
konsep belajar itu sendiri!
Jawab :
Konsep belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku siswa melalui latihan dan
pengalaman interaksi yang bermakna antar siswa, siswa dan guru, bahan pelajaran dan
lingkungan belajarnya secara aktif.
3. Proses kegiatan belajar dapat di lakukan dengan beberapa cara sebutkan dan berikan
contohnya!
Jawab :
1) Imersi (Immersion), yaitu pembelajaran dilakukan dengan cara menerjunkan langsung
dalam kegiatan yang sedang dipelajari. Contoh : ketika siswa harus belajar materi
mengarang, maka suruhlah anak praktik mengarang, dengan memberikan pengalaman
bagaimana dan seperti apa mengarang yang baik

2) Pengerjaan (Employment), yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan


kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang bermakna,
fungsional dan otentik. Contoh : jika siswa harus membuat satu kalimat atau wacana,
maka siswa harus dapat membayangkan untuk apa dan dalam situasi apa ia membuat
kalimat atau wacana tersebut.

3) Demonstrasi, yaitu siswa belajar melalui demonstrasi dengan pemodelan dan


dukungan yang disediakan guru. Contoh : ketika siswa belajar membacakan berita, maka
akan lebih efektif jika mereka diberikan model “pembacaan berita” dengan
mendengarkan radio, melihat TV atau melihat contoh yang diberikan guru.

4) Tanggung jawab (Responbility), yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan


kepada siswa untuk memilih aktivitas yang akan dilakukannya. Contoh : siswa diberi
kesempatan untuk memilih salah satu karya yang dibaca, siswa pun diberi kebebasan
untuk memilih bentuk respon terhadap karya sastra tersebut.

5) Uji coba (Trial error), yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan dari perspektif atau sudut pandang siswa. Contoh : siswa
melakukan kesalahan dalam belajar, maka guru tidak hanya menekankan pada
“ketepatan” tetapi memberi kesempatan untuk memperbaiki hasil kerjanya melalui uji
coba yang dilakukan siswa tersebut.
6) Pengharapan (Expectation), yaitu siswa akan berupaya untuk sukses atau berhasil
dalam belajar, jika dia merasa bahwa gurunya mengharapkan dia menjadi sukses.
Contoh : guru menunjukan melalui perilakunya mau memperhatikan, mengerti dan
membantu kesulitan siswa, mendorong dan membesarkan hati jika siswa melakukan
kesalahan, memberikan masukan dan penguatan jika siswa melakukan hal yang benar.

4. Anak-anak belajar dan mengusai bahasa tanpa disadari apalagi diajari secara khusus,
jelaskan pola belajar yang dilakukan anak tersebut!
Jawab :
Hal ini merupakan pola belajar bahasa yang dilakukan secara alami dan langsung dalam
konteks yang otentik. Maksudnya adalah bahwa setiap anak belajar bahasa tanpa terlebih
dulu belajar teori bahasa, tetapi melalui pengalaman langsung dalam kegiatan berbahasa
sehari-hari.

5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kefasihan pemerolehan bahasa


anak!
Jawab :
1) Faktor Biologis
Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau potensi bawaan yang
memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis yang menentuan penguasaan
bahasa anak adalah otak (sistem syaraf), alat dengar dan alat ucap. Dalam proses
berbahasa seorang anak dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang berada di otak. Pda
belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah broca yang mempengaruhi dan mengontrol
produksi bahasa seperti bahasa. Smentara itu, pada belahan otak kana terdapat
wilayah wernicke yang mempengaruhi dan mengendalikan penerimaan atau pemahaman
biasa seperti, menyimak.

2) Faktor Lingkungan Sosial


Setiap anak memiliki kemampuan bawaan dan kelengkapan berbahasa. Namun demikian,
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasanya, seorang anak memerlukan
lingkungan sosial sebagai contoh atau model berbahasa, memberikan rangsangan dan
tanggapan serta melakukan latihan dan uji coba berbahasa dalam konteks yang
sesungguhnya.

3) Faktor Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar, termasuk
memecahkan suatu masalah. Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat diamati langsung,
kecuali melalui perilkaku.Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa, anak-anak yang
bernalar tinggi tingkat pencapaian nya cenderung lebih cepat, lebih kaya dan lebih
bervariasi kemampuan bahasanya, dari anak yang bernalar sedang atau redah.

4) Faktor Motivasi
Motivasi itu bersumber dari dalam dan luar diri anak. Dalam belajar bahasa, anak tidak
melakukannya demi bahasa ituendiri. Anak belajar bahasa karena adanya kebutuhan
dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, sakit serta perhatian dan kasih sayang.
Inilah yang disebut dengan motivasi intrinsik  yang berasal dari diri anak itu sendiri.
Bunda, pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak untuk
membuatnya kian bergairah belajar bahasa. Anak yang dibesarkan dengan motivasi
belajar bahasa yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa anak. Pemicu
motivasi itu, diantaranya dapat dengan cara bunda merespons dengan bijak pertanyaan
dan komentar anak, memperbaiki tindak berbahasa anak secara halus dan tidak langsung
menyalahkan ataupun memarahi anak bila anak berbicara tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai