Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KATA DAN MORFOLOGI


Dosen Pengampu : Irwan Marwan. M.Hum

Penyusun : Vidiya Dwi Rahayu (21201054)


KELAS B

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSITUT AGAMA ISLAM NEGRI KEDIRI
2021

0
Kata Dan Morfologi

1
MATERI PEMBAHASAN
A. Hakikat Kata
“Kata” dalam bahasa Indonesia dan Melayu Ngapak diambil dari Katha. Dalam
bahasa Sansekerta, Katha sebenarnya berarti “pembicaraan”, “bahasa“, “cerita” atau
“dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia penyempitan menjadi makna semantik
“kata”. Kata atau ayat merupakan unit bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem. Umumnya terdiri dari akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks.
Kata dikombinasikan untuk membentuk frase, klausa, atau kalimat. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi dari kata:
a). Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau tertulis dan realisasi
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa,
b). Percakapan, bahasa,
c). Morfem atau kombinasi morfem yang dapat diucapkan sebagai bentuk bebas,
d). Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari morfem tunggal (misalnya kata)
atau beberapa morfem gabungan (misalnya kata).
KBBI definisi pertama bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi isi kamus atau
entri. Kemudian definisi kedua mirip dengan katha satu pengertian yang sebenarnya
dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat dapat diartikan sebagai
kombinasi morfem atau morfem. Berdasarkan bentuk, dapat diklasifikasikan ke dalam
empat kata: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar bagi pembentukan sebuah kata turunan
atau kata-kata berimbuhan. Mengubah derivatif kata karena membubuhkan atau imbuhan
baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), atau akhir (akhiran atau
sufiks) kata-kata. Berdasarkan bentuk, dapat diklasifikasikan ke dalam empat kata: kata
dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata adalah dasar dari kata atau atas
dasar pengalaman perulangan bentuk semua atau bagian dari senyawa sementara adalah
kombinasi dari beberapa kata-kata dasar yang berbeda untuk membentuk makna baru.
Dalam tata bahasa Indonesia standar, kelas kata dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
a). Noun ( kata benda ) : nama-nama orang, tempat, atau semua benda dan semua
dibendakan, seperti buku, kuda.
b). Kata kerja ( verb ) : kata yang menunjukkan tindakan atau rasa dinamis, misalnya
baca, lari: Verba transitif ( membunuh ), Kerja kerja intransitif ( almarhum ), Pelengkap (
menikah ).
c). Kata sifat ( adjective ) : sebuah kata yang menggambarkan kata benda, misalnya
keras, cepat.
d). Adverbia ( kata keterangan ) : kata-kata yang bersaksi kata tersebut tidak kata benda,
seperti sekarang, agak.
e). Ganti (ganti) : kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu : Yang pertama ( kami ),
Orang kedua ( Anda ), Orang ketiga ( mereka ), Kata ganti posesif ( itu ), Kata ganti
penunjuk ( ini, itu ).
f). Numeralia ( jumlah kata ) : mengatakan bahwa jumlah menyatakan benda atau hal-hal
atau menunjukkan pesanan mereka berturut-turut, misalnya, satu, dua : Angka kardinal
( 1, 2, 3, dst. ), Nomor seri ( seperti di SKHUN ) .

2
g). Mengatakan tugas di luar kata-kata baik alih peran berdasarkan dapat dibagi menjadi
lima subkelompok : Preposisi ( kata depan ) ( contoh: dari ), konjungsi ( hubungannya ) –
koordinasi konjungsi ( dan ), konjungsi bawahan ( karena ), artikula ( kata sandang )
( contoh:, si ) – Umum dalam bahasa Eropa ( seperti ), menangis ( menangis ) ( contoh:
wow, wow ), dan partikel.
Klasifikasi Kata
Untuk mendayagunakan bahasa secara maksimal, diperlukan kesadaran akan
pentingnya pengayaan kosakat. Kesadaran itulah yang memotivasi kita untuk lebih rajin
membaca.
Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi atau
pesan yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar.
Aktivitas membaca tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang
diuraikan di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan menelaah
unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu kalimat. Tanpa
kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai fungsi dan peranan yang
berbeda sesuai dengan kelas kata atau jenis katanya. Secara umum kelas kata terdiri atas
5 macam, yaitu:
·kata kerja (verba),
·kata sifat (adjektif ),
·kata keterangan (adverbia),
·kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia),
·kata tugas.
a). Klasifikasi Kata Kelas Terbuka.
1.Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbil pendampingnya adalah bahwa
kata - kata termasuk kelas nomina.
-Tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak , Contohnya, kata-kata bulan, rumah
dan pensil. Contoh tersebut tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
-Tidak dapat didahului oleh adverbia derajat, (agak, lebih, sangat dan paling). Contohnya,
kucing, meja, dan bulan.
2. Verba
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya adalah
bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
-Dapat didampingi adverbia negasi tidak dan tanpa. Contoh, tidak dating dan tidak
pulang.
-Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi. Contoh, sering datang dan jarang
makan
3. Ajektifa

3
Ciri utama ajektifa atau kata keadaan dari adverbia yang mendampinginya adalah bahwa
kta-kata yang termasuk kelas ajektifa.
-Tidak dapat didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang,
misalnya, sering indah dan jarang tinggi.
-Tidak dapat didampingi oleh adverbia jumlah, misalnya banyak bagus, dan sedikit baru

b). Klasifikasi Kata Kelas Tertutup.


1.Adverbia
Adalah kata keterangan atau kata keterangan tambahan, misalnya :
-berprefiks se- seperti sejumlah, sebagian, seberapa, dan semoga.
-berprefiks se- dengan reduplikasi, seperti sekali-kali, semena-mena.
-berkonfiks se-nya, seperti sebaiknya, seharusnya, sesungguhnya dan sebisanya.
-berkonfiks se-nya disertai reduplikasi seperti selambat-lambatnya, dan secepat-cepatnya
2. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan
nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Misalnya kata “di” dan “dengan” dalam
kalimat. Contohnya :
-Nenek duduk di kursi.
-Kakek menulis surat dengan pensil
3. Konjungsi
Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis baik antara
kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan
kalimat. Contohnya :
- Ibu dan Ayah pergi ke socah.
- Dia tidak dating karena hujan lebat sekali.

B. MORFOLOGI
1. Pengertian Morfologi (Tata Tembung)
lstilah "morfologi" diturunkan dari bahasa lnggris morphology, artinya cabang
ilmu linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata secara
gramatikal. Pada awalnya, ilmu ini lebih dikenal dengan sebutan morphemics, yaitu studi
tentang morfem. Namun, seiring dengan perkembangan dan dinamika bahasa, istilah
yang kemudian lebih populer adalah morfologi.
Secara etimologis, istilah morfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu
gabungan antara morphe yang artinya 'bentuk' dan logos berarti 'ilmu', (Ralibi,
1982:363). Bunyi fol yang muncul di antara dua kata tersebut adalah gejala biasa dalam
bahasa Yunani yang muncul akibat terjadinya penggabungan dua kata. Gejala yang
hampir sama terjadi misalnya, antara kata psyche dengan logos psychology
(psikologi), antara fan dengan logos fonology (fonologi), dan seterusnya. Runutan

4
etimologis itu kiranya dapat mempermudah pemahaman tentang apa sebenarnya
morfologi itu. Untuk sampai pada pengertian yang lebih jelas, di bawah ini disajikan
sebuah contoh kata yang mengalami berbagai perubahan bentuk.
turu 'tidur'diturokake 'ditidurkan' dituroni 'ditiduri' nurokake 'menidurkan' nuroni
'meniduri' keturon 'tertidur'
tura-turu 'tidur terus'
teturu 'tidur-tiduran'
Gejala deret kata di atas, memperlihatkan sejumlah pemahaman berkaitan dengan
pengertian dan kajian morfologi. Pertama, satuan-satuan yang terdapat dalam
deretan tersebut disebut bentuk kata. Sementara deretan itu juga menunjukkan
kepada kita tentang adanya proses perubahan bentuk kata. Proses tersebut
berkonsekuensi pada perubahan makna kata. Secara langsung, perubahan bentuk dan
makna kata akibat proses morfologis itu akan menyebabkan terjadinya perubahan kelas
kata. Berdasakan uraian dan kajian yang tercakup dalam studi morfologi tersebut,
maka morfologi dapat dijelaskan secara lengkap sebagai berikut.
Morfologi ialah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang memperlajari tentang
bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas
kata. Inti kajian morfologi adalah kata beserta aturan pembentukan dan
perubahannya. Oleh karena itu dalam kajian bahasa Jawa, morfologi disejajarkan
dengan istilah kajian Tata Tembung (tata kata).

2. Ruang Lingkup Kajian Morfologi


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, morfologi merupakan sebuah studi yang
mengkaji tentang kata dan perubahannya. Proses perubahan sebuah kata mengalami
banyak gejala dan aspek-aspek kebahasaan lain yang mengikutinya. Aspek-aspek
tersebut diantaranya adalah aspek bunyi, aspek perubahan fonem akibat
pertemuan antarfonem, dan bentuk-bentuk morfem itu sendiri.
Berbagai dampak perubahan kata sungguh sangat menarik perhatian para ahli
bahasa sejak dulu hingga sekarang. lhwal ketertarikan itulah yang akhirnya melahirkan
sebuah kajian kebahasaan yang mengkhususkan perhatiannya pada morfem dan kata.
Jenis kajian inilah yang kemudian dikenal dengan istilah morfologi. Dengan uraian
di atas, morfologi sekali lagi dapat dikatakan sebagai cabang ilmu bahasa
(linguistik) yang mempelajari tentang seluk beluk struktur dan perubahan kata beserta
segala dampak akibat adanya perubahan kata tersebut.
Morfem bisa dipilah menjadi dua jenis besar, yaitu morfem terikat dan morfem
bebas. Morfem terikat (bound morpheme) adalah satuan atau unit kebahasaan terkecil
yang tidak memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri. satuan yang terdiri atas
sejumlah fonem ini, baru akan memiliki arti dan nilainya apabila bergabung dengan
morfem mandiri (kata utuh). Jadi, morfem ikat sama sekali tidak memiliki kandungan
makna secara utuh. Nilai dan kontribusinya baru akan ditentukan setelah satuan ini
bertemu dengan morfem lainnya. Misalnya morfem {sa-}. Mofem ini tidak jelas
maknanya. Namun, ketidakjelasan itu akan sirna ketika morfem ikat ini bertemu dengan
sebuah morfem lain yang sudah mandiri (kata). Misalnya:
Sa+omah 7 saomah 'menjadi satu rumah'
Sa+kranjang 7 sakranjang 'satu keranjang'.
5
Morfem {sa-} yang bergabung dengan kata asal omah 'rumah' atau kranjang 'keranjang',
akan membentuk makna baru dengan pengertian yang relatif berbeda. Morfem ini
mengandung arti '(menjadi) satu'.
Sementara itu, morfem bebas (free morpheme) adalah morfem yang memiliki
kemampuan berdiri sendiri secara utuh, baik dari segi gramatika maupun makna.
Morfem jenis ini sering disebut sebagai kata asal, yaitu kata yang belum berubah
(belum mengalami perubahan) dari asalnya. Bentuk-bentuk morfem ini dalam bahasa
Jawa sangat banyak. Misalnya: kursi, piring, turu 'tidur', adus 'mandi', dalan
'jalan', melek 'terjaga', dan sebagainya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari ilustrasi
tersebut adalah bahwa kajian morfologi membatasi ruang lingkup kajiannya
pada dua unit bahasa terpenting, yaitu morfem (objek kajian terkecil) dan kata
berafiks (objek kajian terbesar). Pada proses penggabungan antarmorfem
dimungkinkan munculnya berbagai gejala perubahan bunyi (fonem) yang disebut
sebagai proses morfofenemik. Oleh karena itu, dua satuan dan proses
morfofonemik inilah yang selanjutnya dikenal sebagai batas objek kajian morfologi.

3.Kedudukan Morfologi dalam Kajian Linguistik


Morfologi berada pada level yang sangat strategis dalam kajian linguistik. Beberapa
ahli bahasa memastikan, penelitian bahasa tanpa melalui kajian dan pendekatan
morfologis akan menghasilkan temuan• temuan yang kurang mendasar. Dalam kajian
dan penelitian formal yang dilakukan para ahli di perguruan tinggi, morfologi
umumnya dimasukkan dalam bidang garapan linguistik dasar yang bersifat
struktural dan deskriptif. Dalam posisi urutan mata kuliah linguistik di
kurikulum perguruan tinggi, mata kuliah morfologi menempati level kedua setelah
fonologi. Berikut disajikan dua bagan sederhana yang diharapkan dapat membuka
wawasan tentang posisi kajian morfologi
Kedudukan morfologi dalam tataran linguistik

FONOLOGI
MORFOLOGI

SITAKSIS
SEMATIK

ANALISIS WACANA

6
Bagan atau gambar berbentuk piramida tersebut menggambarkan kedudukan
morfologi dalam tataran kajian ilmu kebahasaan (linguistik). Semakin ke bawah, kajian
linguistik tersebut semakin melebar. Artinya, fonologi berada pada tataran
pertama, yang menunjukkan bahwa kajiannya termasuk paling sempit, morfologi

7
pada tataran kedua, dilanjutkan sintaksis, lalu semantik, dan terakhir yang paling luas dan
dan paling komprehensif objek dan kajiannya adalah analisis wacana (discourse
analysis).
Selanjutnya, morfologi dan sintaksis, oleh para ahli bahasa dimasukkan dalam
satu bidang kajian, yaitu gramatika (tata bahasa). Sebagaimana diketahui, gramatika
banyak membahas persoalan bentuk, struktur, dan distribusi bentuk dan satuan
lingual dalam kalimat. Berdasarkan alasan itulah, morfologi, yang banyak berkaitan
dengan persoalan kajian bentuk dan struktur kata, dimasukkan dalam cabang kajian tata
bahasa.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132006198/pendidikan/MORFOLOGI.pdf

http://mynewblogshintarahmayanisutikno2015c.blogspot.com/2016/09/kata.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai