Anda di halaman 1dari 21

BENTUK DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM KOMIK

WEBTOON PASUTRI GAJE EPISODE 1—10


KARYA ANNISA NISFIHANI

PROPOSAL PENELITIAN

oleh:

Daud Dewa Berlianza


NIM 06021381823052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
2.1.1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Onomatope atau tiruan bunyi adalah kata-kata yang mencerminkan


aspek-aspek kenyataan tertentu (Sudaryanto 1989:113). Maksudnya adalah
sebuah benda atau keadaan tertentu dinamai sesuai dengan bunyi atau kesan
yang ditimbulkan. Contoh penggunaanya yaitu seperti dalam komik, yang
menggunakan efek bunyi seperti suara ledakan “Boom” atau “Door”. Itu
merupakan salah satu contoh bentuk onomatope yang paling umum dijumpai.
Contoh lain adalah penamaan benda sesuai dengan bunyi yang dihasilkannya
seperti genderang dan cicak. Dua benda tersebut diberi nama sesuai dengan
bunyi yang dihasilkan.

Bentuk dan jenis onomatope sangat beragam. Onomatope dapat


ditemukan pada tuturan lisan dan dalam bahasa tulis. Onomatope yang
digunakan dalam bahasa tulis memiliki fungsi untuk memberikan nuansa dan
gambaran situasi agar nampak lebih hidup. Penggunaan onomatope juga
bertujuan agar bahasa yang digunakan tidak terlalu kaku sehingga dapat
dinikmati oleh pembaca dengan nyaman.

Biasanya onomatope banyak ditemukan dalam karya berbentuk komik,


seperti komik berbahasa Jepang, komik berbahasa Inggris dan komik
berbahasa Indonesia, Salah satu komik berbahasa Indonesia yang diduga
mengandung banyak jenis onomatope adalah Komik webtoon pasutri gaje
karya Annisa Nisfihani. Webtoon pasutri gaje berisi cerita-cerita yang cukup
populer seperti Pasangan Suami Istri Nggak Jelas, yang mengisahkan tentang
kehidupan Adimas dan Adelia setelah menikah. Seperti bagaimana
mencocokkan 2 kepribadian yang berbeda agar bisa saling melengkapi, saling
mengenal keluarga pasangan masing-masing, mengenal lebih lanjut soal
hobby dan kebiasaan pasangan dan banyak problema pengantin baru lainnya..
Cerita tersebut ditulis kembali oleh penulis dengan bahasa yang berbeda
disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini.

Penggunaan onomatope dalam komik tersebut membuat penggambaran


situasi yang lebih nyata bagi pembaca. Hal tersebut membuat pembaca turut
merasakan situasi didalamnya sehingga cerita dapat dipahami dengan lebih
baik. Dalam komik pasutri gaje ditemukan beberapa onomatope baru dengan
ciri yang berbeda dari pola yang sudah ada.

Keunikan onomatope dalam komik tersebut dapat dilihat dengan


melakukan analisis pada bunyi dan maknanya. Hal ini tentu memerlukan
tindak lanjut dengan melakukan penelitian mengenai penggunaan onomatope
dalam komik tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas tentang
bentuk dan makna onomatope bahasa Indonesia dalam komik webtoon
berbahasa Indonesia berjudul Pasutri gaje karya Annisa Nisfihani.

Penulis berpendapat bahwa onomatope merupakan salah satu variasi


bahasa yang menarik, terlebih onomatope yang terdapat dalam sebuah komik.
Komik sebagai cerita bergambar merupakan media yang tepat sebagai ladang
untuk melihat seberupa luas kita bisa menggunakan onomatope untuk
mengekspresikan apa yang “tidak bisa didengar”. Selain itu juga ragam
onomatope yang terdapat dalam satu komik pasti memiliki keunikan tersendiri
karena setiap komik dengan satu genre tertentu pasti akan menggunakan variasi
onomatope yang berbeda dengan yang lainnya dan hal tersebut akan menjadi ciri
yang mewakili genre komik itu sendiri. Oleh sebab itu, penulis memutuskan
untuk memilih judul Penggunaan Onomatope.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditemukan bahwa pokok


masalah dari penelitian ini adalah penggunaan kata yang bernilai onomatope
dalam webtoon yang berjudul “Pasutri Gaje” episode 1-10 karya Annisa
Nisfihani. Berdasarkan pokok masalah itu dapat diidentifikasikan beberapa
rumusan masalah berikut ini.

1) Bagaimana bentuk onomatope yang terdapat dalam komik webtoon


Pasutri Gaje Karya Annisa Nisfihani?
2) Apa makna onomatope yang terdapat dalam komik webtoon Pasutri
Gaje Karya Annisa Nisfihani?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan


sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk onomatope yang terdapat dalam komik


webtoon Pasutri Gaje Karya Annisa Nisfihani.
2) Mendeskripsikan makna onomatope yang terdapat dalam komik
webtoon Pasutri Gaje Karya Annisa Nisfihani.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Secara Teori

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan


ilmu kebahasaan di bidang linguistik khususunya dalam kajian semantik. Selain
itu diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
pengertian lebih mengenai onomatope yang terdapat dalam sebuah komik.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya data, pustaka referensi, dan


bahan acuan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan onomatope.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
pengembangan bahasa. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan
bagi penyusunan buku dan sejenisnya.
2.1.2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan serangkaian definisi, konsep dan proposisi yang
telah disusun rapi dan sistematis mengenai variabel yang akan dibahas dalam
sebuah penelitian. Landasan teori merupakan fondasi dalam sebuah penelitian.
Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu
ditegakkan agar sebuah penelitian mempunyai dasar yang kuat, bukan sekedar
coba-coba (trial and error).Landasan teori dibuat berdasarkan masalah yang
akan dijawab dan tujuan yang akan dicapai. Landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu semantik dan konsep-konsep onomatope.

2.1.1 Onomatope
Perkembangan bahasa terutama mengenai awal mula terbentuknya
bahasa telah menjadi perdebatan sejak lama. Terdapat banyak teori berkaitan
dengan awal mula terbentuknya bahasa. Berawal dengan teori yang bersifat
takhayul dan ketuhanan hingga teori yang bersifat keilmuan. Salah satu teori
yang cukup populer adalah teori pembentukan bahasa melalui bunyi ikonik atau
onomatope. Para filsuf bahasa yang disebut dengan kaum Stoik menilai bahwa
hubungan antara kata dan makna memiliki hubungan alami berdasarkan adat
dan kesepakatan (Robins 1989:27). Mereka menyatakan bahwa nama-nama
dibentuk secara alami dengan meniru objek-objek yang dilambangkan oleh
nama-nama tersebut.
Seiring dengan berkembangnya ilmu mengenai bahasa banyak teori lain
yang bermunculan. Ferdinand de Saussure seorang ahli bahasa memiliki
pandangan berbeda, karena menurut teorinya bahasa memiliki unsur Langage
yaitu bahasa memiliki perbedaan pada masing-masing daerah dan masing-
masing bahasa, sehingga pemerolehan kata melalui tiruan bunyi tidak
memungkinkan (Robins 1989:27).
Spekulasi mengenai onomatope sebagai awal terbentuknya bahasa
memang tidak sepenuhnya bisa diterima oleh beberapa pihak, akan tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa bentuk-bentuk onomatope masih umum digunakan
dalam berbahasa. Terlepas dari itu semua, Ullman memiliki teorinya sendiri
mengenai onomatope yang menyatakan bahwa kata dibedakan menjadi kata
transparan dan nontransparan. Kata transparan atau lejas adalah kata yang
masih mencerminkan asal-usulnya sedangkan kata nontransparan atau legap
adalah kata yang tidak lagi mencerminkan asal-usulnya. Onomatope sendiri
termasuk dalam kata lejas. (Ullman 2011:104).
Chaer (2002:44) mengungkapkan bahwa onomatope adalah tiruan bunyi
yang merujuk pada kesan atau bunyi dari suatu benda, suatu keadaan dan
tindakan. Maksudnya, nama-nama benda atau suatu hal dibentuk berdasarkan
bunyi dari benda tersebut atau kesan suara yang ditimbulkan oleh benda
tersebut. Meskipun benda yang dimaksud sama, namun dalam penyebutan
onomatope dapat diucapkan berbeda oleh masing-masing bahasa. Misalnya
dalam bahasa Inggris menyebutkan suara anjing mengonggong dengan bunyi
woof-woof atau bark-bark sementara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
menyebutnya dengan bunyi guk-guk. Menurut Ullman (2011:104) Sebuah kata
tidak serta merta menjadi ekspresif dengan sendirinya, tetapi kata tersebut
dihidupkan dengan kontak makna yang pas. Artinya kata tertentu tidak bernilai
onomatope jika antara kata dan maknanya tidak ada kecocokan. Sejalan dengan
pendapat tersebut Koriat (1975) dalam jurnalnya yang berjudul Phonetic
symbolism and feeling of knowing menyetakan bahwa dalam konteks fonetik
simbol atau onomatope, pemahaman objektif dan subjektif memiliki hubungan.
Artinya, dalam memahami simbol fonetik makna kata dan makna menurut
pengalaman penggunanya memiliki relasi.
2.1.1.1 Bentuk Onomatope
Berdasarkan beberapa hal, onomatope memiliki banyak jenis. Jenis-jenis
onomatope berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 6 jenis (Sudaryanto 1989 :
117-136). Bentuk-bentuktersebut adalah sebagai berikut.

1) Kata

Jenis onomatope berbentuk kata adalah jenis yang paling sering


ditemukan. Kata yang dimaksud dengan kata adalah kata dasar.

2) Kata bersuku kata dua atau lebih

Kata bersuku kata dua atau lebih termasuk dalam bentuk kata dasar,
tetapi lebih dikhususkan lagi yang memiliki suku kata lebih dari satu.

3) Kata ulang

Bentuk kata ulang yang dimaksud di sini dapat berupa kata ulang
penuh, kata ulang sebagian,dan kata ulang dengan perubahan bunyi.

4) Frasa dengan partikel pating

Frasa dengan partikel pating adalah bentuk yang menjadi salah satu
ciri dari bentuk ikonik bahasa Indonesia.

5) Dua kata

Bentuk ikonik dua kata ini biasanya kata dengan bunyi yang hampir sama.

6) Beberapa kata

Bentuk ikonik beberapa kata terbentukda gabungan beberapa kata dengan


bunyi yang hampir sama.
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mengembangkan sendiri bentuk-
bentuk onomatope bahasa Indonesia karena dalam proses analisis yang
dilakukan ditemukan bentuk-bentuk onomatope lain.

2.1.1.2 Makna Onomatope


Makna onomatope menurut Ullman (2011:102) onomatope harus
dibedakan menjadi onomatope pertama dan onomatope kedua. Bentuk
onomatope pertama adalah tiruan bunyi berdasarkan suatu pengalaman akustik
yang sedikit banyak sangat dekat dengan struktur-fonetik kata. Bentuk
onomatope kedua yaitu bunyi-bunyi dinilai tidak membangkitkan pengalaman
akustik, melainkan suatu gerakan movement seperti gemetar, geletu, geretak,
atau membengkitkan suatu kualitas fisik atau moral.
Sudaryanto (1989:117-136) mengungkapkan bahwa makna onomatope
dibagi sesuai dengan sesuatu yang diikonlingualkan, makna-makna tersebut
adalah sebagai berikut.

1) Suara atau bunyi


Biasanya dicirikan dengan deretan fonem pembentuk kata sebagai peniru
suara yang diikonlingualkan. Pengikonikannya dominan pada suku kata kedua
pada kata yang bersuku dua atau tiga. Keikonikannya akan terlihat hanya dalam
pemakaianyang konkret dalam pertuturan.

2) Rasa atau keadaan


Ditandai dengan konsonan tertentu penutup suku akhir dan konsonan
getar dan sibian (geser) yang berurutan. Bentuk ikonik ini muncul akibat adanya
upaya penghayatan terhadap indra perasa dari penutur dan baru dapat dinikmati
apabila kata yang bersangkutan diucapkan. Jenis keikonikan ini bersifat lebih
introspektif dan personal.

3) Kecil atau kekecilan


Ciri formal keikonikannya adalah penggunaan vokal [i] atau [I] (yang
lebih rendah dari [i]). Hal tersebut disebabkan cara pangucapan bunyi [i] dan [I]
yang membentuk ruang sempit antara bibir, maka bunyi tersebut dimanfaatkan
untuk menunjukkan bentuk kekecilan.

4) Besar atau kebesaran kadang-kadang menakutkan atau berwibawa


Bunyi yang dihasilkan oleh bunyi [g] ini dimanfaatkan untuk menunjukan
sesuatu yang besar, menakutkan atau berwibawa. Hal tersebut disebabkan oleh
besarnya tenaga dan beratnya pembentukan suara dari bunyi [g] tersebut.

5) Lebar atau kelebaran, pengembangan melebar atau meluas


Secara umum biasanya digambarkan dengan bagian suku akhir [ar] dan
[er]. Bunyi-bunyi yang menggambarkan lebar atau kelebaran, pengembangan
melebar atau meluas tersebut adalah bunyi [a] , [e] dan [r]. Vokal akhir [a]
merupakan bentuk bunyi lebar karena saat mengucapkan bunyi [a] keadaan
mulut terbuka lebar. Selain itu juga bunyi vokal [e] yang saat diucapkan keadaan
ujung bibir saling menjauh. Sementara penggunaan bunyi [r] digunakan untuk
penggambaran proses melebartersebut.

6) Panjang atau kepanjangan, pengembangan memanjang


Ciri yang sering ditemukan adalah dengan bagian suku akhir [ur].
Keikonikan panjang didapatkan dari cara pengucapan bunyi [u] dan [r]. Bunyi
[u] dihasilkan dengan bentuk bibir yang memanjang ke depan. Sementara buyni
[r] sendiri dilakukan dengan menggerakan ujung lidah berkali-kali sehingga
menggambarkan proses panjang atau memanjang dan pengembangan
memanjang.

7) Bulat , membesar atau memakan tempat luas


Dicirikan dengan bagian suku akir [or]. Pengikon-lingualan dengan bunyi
[o] yang berbentuk bulat dan luas. Kata verba memiliki bentuk yang khusus
karena juga memiliki komponen makna yang melemah.
8) Tonjolan atau sembulan
Ditandai dengan menggunakan bagian suku akhir [ul].

9) Perubahan
Biasanya bersuku kata dua atau lebih dan ditandai dengan perbedaan vokal
pada suku katanya. Perubahan bunyi vokal yang berbeda dalam suku kata yang
berurutan digunakan untuk menggambarkan adanya perubahan.

10) Keadaan tetap


Pada umumnya berbentuk kata dengan suku kata dua dan memiliki
kesamaan vokal pada setiap suku katanya.

11) Tidak teraturnya tindakan atau kejadian


Biasanya berentuk kata ulang dan memiliki perubahan vokal (atau
konsonan) pada dua bentuk ulang.

12) Keberanekaan
Makna onomatope yang menggambarkan keberanakaan biasanya
menggunakan unsur pating dalam pembentukannya.

13) Terus menerus, keberulang-ulangan


Penandanya adalah bentuk ulang dengan ulangan penuh progresif tanpa
perubahan bunyi.

14) Ketimbalbalikan
Biasanya berbentuk ulangan progresif. Jenis keikonikan ini jarang
ditemukan dalam bahasa Indonesia.
15) Kesangatan atau keterlampauan
Bentuk ini dicirikan dengan peninggian vokal atau diftongisasi.

16) Kontras jauh dekat


Pada umumnya jenis ini berbentuk dua kata atau lebih dengan perbedaan
vokal dan dengan kesamaan konsonan. Jenis keikonikan ini merupakan jenis
keikonikan yang dipengaruhi posisi bibir.

17) Kontras lebar atau melebar dengan panjang atau memanjang.


Cirinya adalah bentuk dua kata atau lebih dengan perbedaan vokal dan
dengankesamaan atau kemiripan konsonan.

18) Perbedaan derajat wujud atau keadaan


Jenis ini perbedaan vokal dengan kesamaan konsonan 19) Kontras pria
wanita dicirikan dengan perbedaan vokal suku akhir digambarkan dengan bunyi
vokal sempit [i] yang menggambarkan wanita dan vokal [o] atau [a] yang
menggambarkan pria.

19) Kontras makna


Biasanya menggunakan perbedaan konsonan dan vokal perbedaan suku
akhir. Jenis keikonkan tidak hanya dicirikan berdasarkan perbedaan vokal dan
konsonannya saja, tetapi juga berdasarkan suku akhir yang terbuka atau tertutup
dan juga berdasarkan urutan vokal dalam suku kata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penelitian ini akan menggunakan


teori bunyi ikonik Sudaryanto mengenai makna onomatope dan dilengkapi
dengan teori Ullman. Karena kedua teori tersebut saling melengkapi satu sama
lain. Makna onomatope yang sudah dijelaskan di atas dipilah dan dikelompokan
menjadi lima jenismakna yaitu.

1. Onomatope sebagai pembentuk nama benda dan tiruan bunyi.


Onomatope memiliki makna yang didasarkan pada peniruan bunyi atau
suara benda yang menjadi referensinya. Nama sebuah benda atau suara khas
benda adalah suara yang secara langsung atau tidak langsung mengesankan
sebuah bunyi tertentu.

2. Onomatope sebagai pembentuk nama perbuatan.


Nama perbuatan dalam tulisan juga sering digambarkan dengan
menggunakan onomatope. Penggunaannya didasarkan pada kesan suara atau
bunyi saat sedangmelakukan kegiatan tertentu.

3. Onomatope sebagai penunjuk keadaan.


Onomatope memiliki mekna sebagai penunjuk keadaan. Keadaan yang
dimaksud di sini adalah 1) sifat benda yaitu kecil, besar, menakutkan, panjang,
bulat, dll, 2) kontras, dan 3) keteraturan sebuah benda atau tindakan.

4. Onomatope sebagai pembentuk emosi tokoh.


Onomatope memiliki makna yang menggambarkan emosi tokoh.
Onomatope yang memiliki makna tersebut biasanya ditemukan dalam karya
sastra seperti komik,novel atau cerita.

5. Onomatope sebagai pemberi efek tertentu bagi pembaca.


Salah satu tujuan digunakannya onomatope dalam tulisan adalah agar
pembaca dapat menggambarkan dengan jelas situasi dalam cerita dan seolah-
olah turut merasakan kejadian dalam cerita tersebut. Makna onomatope yang
memberikan efek tertentu pada pembaca sering berbentuk prosa dan komik.
2.1.2 Webtoon
Komik merupakan cerita yang diilustrasikan dalam bentuk gambar. Menurut
Mediawati (2011) menyatakan bahwa komik adalah gabungan antara teks dan
gambar dalam bentuk yang kreatif. Masdiono dalam Mediawati (2011)
mengungkapkan bahawa komik merupakan susunan gambar bercerita dan
memberikan pesan-pesan kepada pembacanya. Menurut Daryanto (2010:127)
mendefinisikan komik sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan
menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan
rancangan yang dapat memberi hiburan kepada pembaca. Berdasarkan pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan komik adalah cerita yang disajikan dalam
bentuk gambar yang dapat memberikan informasi dan hiburan kepada pembaca.
Komik dijadikan media dalam pembelajaran karena emosi pembaca akan
mempengaruhi daya ingat akan materi pembelajaran. Gambar yang ada pada
komik akan dapat membantu dalam menyampaiakan dan menerima pada materi
yang dianggap sulit. Berdasarkan hasil penelitian Thorndike dalam
(Daryanto,2010:128) disebutkan bahwa kelebihan anak yang membaca komik
lebih banyak misalnya dalam sebulan minimal satu buah komik maka sama
dengan membaca buku-buku pelajaran setiap tahunnya, karena siswa yang
menyukai komik memiliki dampak penguasaan kosakata jauh lebih banyak
dibandingkan siswa yang tidak menyukai komik. Menurut Mediawati (2011)
media komik akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Karena dengan menggunakan komik kondisi belajar di kelas akan
lebih efektif sehingga materi dapat selesai dengan tepat waktu, dimengerti dan
dipahami.

Webtoon merupakan komik yang berasal dari korea selatan yang


diditribusikan melalui internet. Webtoon dibaca dalam bentuk satu trip panjang
(satu halaman website) dan juga memiliki warna yang menarik. Menurut
wikipedia portal webtoon pertama kali dibuat oleh Daum pada tahun 2003,
kemudian diikuti oleh Never pada tahun 2004. Daum sendiri telah menerbitkan
karya sebanyak 434 webtoon sedangkan Never menerbitkan sebanyak 520
webtoon dan meluncurkan Line Webtoon. Menurut Rizka (2014) menyebutkan
webtoon adalah singkatan dari website dan cartoon. Webtoon berisikan
kumpulan-kumpulan gambar bercerita (komik) yang dipublikasikan secara online.
Webtoon sering dianggap bagian dari manhwa (komik Korea). Namun webtoon
dan manhwa berbeda dalam cara menggunakan media pulkasinya. Manhwa
dipublikasikan dalam bentuk buku/majalah, sedangkan webtoon dipublikasikan
lewat media internet pada situs hosting komik. Dari definisi di atas dapat diartikan
bahwa webtoon adalah sebuah komik yang berisikan cerita bergambar dalam
bentuk strip komik yang dipublikasikan dalam bentuk web dan dapat dinikmati
secara online pada perangkat mobile atau PC. Webtonn memiliki manfaat dalam
pembelajaran salah satunya dikemukakan oleh Jati (2017) yaitu media edukasi
yang tepat utnuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan juga mudah
di akses dimana saja. Dapat disimpulkan manfaat webtoon sebagai media
pembelajaran yaitu 1) Dapat diakses dimana saja baik menggunakan smartphone,
laptop atau komputer. 2) Menyajikan gambar yang menarik. 3) Dapat
mengembangkan minat baca pada peserta didik.

2.1.3 Semantik

Kajian mengenai onomatope selalu berhubungan dengan kajian mengenai


makna. Kajian makna dalam satuan lingual yang bebas konteks dan mengkaji
makna linguistiknya termasuk dalam kajian semantik (Wijana, 2009:5). Bidang
yang ditelaah dalam kajian semantik adalah lambang-lambang atau tanda-tanda
yang menyatakan makna.
2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah
penelitian. Penelitian yang relevan berfungsi untuk mengetahui penelitian
terdahulu mengenai topik yang diteliti dan untuk membedakan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan ditulis atau dengan kata lain menunjukan
keorisinalitas dalam penelitian yang akan ditulis.Penulis menemukan penelitian
berupa skripsi S1 yang berjudul “Analisis Mimesis dan Onomatope Dalam
Komik “pokemon” Volume 9-12”. Penelitian ini dilakukan oleh Eil Estriani
tahun 2014. Skripsi ini mengkaji makna mimesis dan onomatope dan makna
mimesis dan onomatope berdasarkan konteks kalimat dan ekspresinya. Serta
mengklasifikasi mimesis dan onomatope menurut jenisnya berdasarkan ciri-
cirinya yang ada dalam komik Pokemon volume 9-12.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Isna Siti Mulyani (2014) juga

melakukan penelitian mengenai onomatope pada novel Emas Sumawur ing

Baluwarti karya Partini B. Penelitian tersebut membahas mengenai jenis,

betuk dan fungsi onomatope dalam novel. Hasil penelitian Mulyani adalah

terdapat empat jenis onomatope yang digunakan dalam novel tersebut, yaitu

a) tiruan bunyi benda, b) tiruan bunyi hewan, c) tiruan bunyi alam, dan d)

tiruan bunyi manusia. Frasa yang terbentuk adalah dengan menggabungkan

kata mak dan pating dengan kata-kata lain sehingga bernilai onomatope.

Sementara fungsi onomatope di sini adalah penggambaran suasana hati, yaitu:

cinta, terkejut, manja, malu, bahagia, dan berani, memberikan kesan pada

benda yang dilihat, didengar atau dirasakan, mendeskripsikan tentang

keadaan, dan meniru perbuatan atau benda yang menghasilkan bunyi.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan


penulis ini adalah sama-sama mengkaji tentang onomatope bahasa. Sementara

perbedaannya adalah analisis yang dilakukan dalam penelitian tersebut

menitikberatkan pada analisis jenis, bentuk dan fungsi belum menyentuh

ranah makna onomatope. Dibandingkan dengan penelitian yang lain,

penelitian mengenai onomatope oleh Isna Siti Mulyawati ini memiliki bidang

kajian yang paling mendekati dengan penelitian yang akan dilakukan. Oleh

karena itu , peneliti akan menggunakan kajian pustaka tersebut sebagai

pembanding dalam penelitian ini.


2.1.3 Metodologi Penelitian

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena
penelitian ini memfokuskan pada penggambaran mengenai bentuk dan makna
onomatope dalam komik. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini tidak
berupa angka, tetapi data berupa wacana (teks) yang dianalisis sehingga
menghasilkan data deskriptif dan mengutamakan hasil. Hal ini sejalan dengan
pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Meleong 1999:3) yang menyatakan bahwa
“metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Penelitian analisis bentuk dan makna onomatope dalam
komik webtoon pasutri gaje karya Annisa Nisfihani ini menggunakan
pendekatan Semantik.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka catat.
Penelitian ini mengamati penggunaan kata-kata yang bernilai onomatope dalam
komik webtoon pasutri gaje karya Annisa Nisfihani Metode ini digunakan untuk
memilah bentuk dan makna onomatope sebelum dimasukkan ke dalam kartu
data. Data dikumpulkan dengan teknik catat. Teknik yang digunakan dalam
mencatat yaitu dengan mencatat kata yang mengandung onomatope. Analisis
juga dilakukan dengan melakukan proses pemeriksaan untuk menentukan bentuk
dan makna onomatope.
Tahap selanjutnya dilakukan dengan mencatat data dalam kartu data.
Manfaaat kartu data tersebut adalah untuk memudahkan dalam mengidentifikasi
bentuk-bentuk dan makna onomatope. Langkah- langkah pengumpulan data
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Membaca sumber data untuk mengetahui isi bacaan.
2. Mencari onomatope dalam sumber data tersebut.
3. Memberi tanda pada onomatope.
4. Mencatat onomatope beserta konteksnya dalam kartu data.
5. Mengidentifikasi masing-masing bentuk dan makna onomatope.

Bentuk kartu data yang akan digunakan adalah seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1.1
Nomor :
Onomatope
Jenis Onomatope
Fungsi Onomatope
Koteks

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap setelah data terkumpul. Teknik analisis


data yang akan digunakan adalah metode padan dan metode agih. Metode Padan
adalah metode analisis bahasa yang alat penentunya berada diluar bahasa, dan
tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan, sedangkan metode agih
adalah metode analisis bahasa dengan alat penentu yang berasal dari bahasa itu
sendiri (Sudaryanto, 1993:13). Metode Padan akan digunakan untuk
menganalisis makna onomatope pada data, sedangkan metode agih digunakan
untuk mengetahui bentuk onomatope pada data.
Proses analisis data ini menggunakan dua prosedur yaitu prosedur
pengumpulan data dan prosedur analisis data berdasarkan data yang telah
terkumpul. Prosedur analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Mengidentifikasi jenis onomatope berdasarkan teori keikonikan.
2) Menganalisis bentuk onomatope.
3) Menemukan makna dari masing-masing onomatope.
4) Mengelompokkan hasil analisis berdasarkan jenisnya.

5) Penyimpulan tentang pemakaian onomatope dalam komik webtoon


pasutri gaje karya Annisa Nisfihani

3.4 Waktu Penelitian

No. Tahap Penelitian Februari Maret April Mei


Minggu ke-
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Pengumpulan

Referensi Judul
2. Penentuan Judul
3. Pengumpulan

Referensi Proposal
4. Pembuatan Proposal

5. Presentasi Proposal
6. Revisi Proposal
7. Analisis Data
8. Penulisan Laporan

Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Robins, R.H. 1990. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung :ITB Bandung.

Sudaryanto. 1989. Pemanfaatan potensi bahasa; Kumpulan karangan


sekitar dan tentang satuan lingual bahasa Jawa yang berdaya
sentuh indrawi. Yogyakarta : Kanisius.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Ullmann, Stephen. 2011. Pengantar Semantik. Edisi ke-3. Adaptasi


Sumarsono.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai