Anda di halaman 1dari 13

108

KATA SAPAAN KERABAT BAHASA SERAWAI1)

Zainul Arifin Aliana

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya

Palembang

1. Pendahuluan

Bahasa Serawai adalah salah satu bahasa daerah vang digunakan pleh
sebagian masyarakat Kabupater Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu, sebagai alat
komunikasi (periksa peta bahasa terlampir). Di luar masyarakat penuturnya, bahasa
ini belurr begitu hanyak dikenal atau populer. Djamaris (1981), misalnya,
mengatakan bahwa 90% di antara kita tidak tahu di mana bahasa daerah ini dipakai.

Banyak faktor yang menyebabkan kurang populernya bahasa Serawai. Salah


satu faktor itu dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai bahasa Serawai.
Kurangnya informasi ini dapat disebabkan oleh kurangnya penelitian mengenai
bahasa Serawai di samping kurangnya pembicaraan mengenai bahasa ini di dalam
forum- forum ilmiah seperti pada forum forum diskusi, seminar, atau pertemuan
bahasa seperti yang diselenggarakan pada saat ini.

1 )
Makalah, disajikan pada “ Pertemuan Bahasa Indonesia dan Sastra Daerah Wilayah
Barat”,
Pekanbaru, Riau, 1986
109

Khusus yang menyangkut kurangnya penelitian mengenai bahasa serawai


dapatlah dikemukakan bahwa bahasa Serawai (termasuk sastranya) baru beberapa
kali dilakukan orang. Pertama, Aliana dan kawan-kawan pada tahun 1976 meneliti
bahasa ini dalam bidang struktur bahasa yang mencakup struktur fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Hasilnya telah dilaporkan pada tahun 1977 dan oleh Pusat
bahasa telah diterbitkan tahun 1979 dengan judul Bahasa Serawai Kedua, Aliana
pada tahun 1982 meneliti sistem kata kerja bahasa Serawai dalam kaitannya dengan
penataran linguistik umum tahap II yang diselenggarakan Pusat Bahasa. Hasilnya
telah dilaporkan pada tahun itu juga dengan judul "Sistem Kata Kerja Bohaso
Serawai" Ketiga, Gaffar dan kawan-kawan pada tahun 1984 meneliti sastra lisan
bahasa Serawai, dan hasilnya telah dilaporkan pada bulan Maret 1985. Keempat,
Aliana dan kawan-kawan pada tahun 1984 meneliti kosa kata bahasa Serawai dalam
kaitannya dengan penyusunan kamus Serawai- Indonesia. Kamus itu disusun dalam
dua tahap kegiatan. Tahap pertama mencakup abjad A-M, berisi 7.805 entri kata, dan
hasilnya akan disampaikan kepada Pusat Bahasa bulan Desember 1985. Tahap kedua
akan segera disusun yang mencakup abjad N-Z.

Dari keempat penelitian itu dapatlah diperoleh gambaran bahwa beberapa


aspek bahasa ini masih banyak yang belum diteliti secara khusus seperti ragam dan
dialek, sistem sapaan, geografi dialek, sistem perulangan, dan sistem pemajemukan.
110

Makalah ini ditulis dengan tujuan lebih mempopulerkan bahasa Serawai umumnya
dan memperkenalkan aspek sapaan kerabat khususnya.

2. Bahasa Serawai
Pada butir satu sudah dikemukakan bahwa bahasa Serawai secara geografis
terdapat di dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Bahasa
ini dipakai dalam wilayah (1) Kecamalan Seluma, (2) Kecamatan Talo, (3)
Kecarmatan Alas Barat, (4) Kecamatan Alas Timur, (5) Kecamatan Pino, dan (6)
Kecamatan Manna.
Dalam bidang fonetik, bahasa Serawai memiliki dua macam dialek geografis
yang dapat dibedakan secara tajam. Aliana dan kawan- kawan (1979)
menamakannya sebagai dialek "o" dan dialek "au". Penamaan ini didasarkan pada
kenyataan bahwa dalam wilayah tertentu kosa katanya pada umumnya herakhir
dengan "o" dan dalam wilayah lainnya berakhir dengan "au". Dialek "au" dipakai
dalam wilayah kecamatan Pino dan Manna. Seperangkat kosa kata berikut
memperlihatkan perbedaan dialek "o" dan "au" itu.

Dialek "o" Diaiek "au" Arti

sapo sapau ‘siapa’


mano manau ‘mana’
tuapo tuapau ‘apa’
kelo kelau ‘nanti’
limo limau ‘lima’
sego segau ‘sukar’
tango tanggau ‘tangga’
lamo lamau ‘lama’
cubo cubau ‘coba’
timbo timbau ‘timba’
111

Bahasa Serawai yang disajikan di dalam makalah ini adalah bahasa Serawai
dialek "o". Pilihan ini didasarkan pada kenyataan bahwa penulis adalah seorang
penutur asli dialek itu. Dengan demikian, diharapkan pemerian kata sapaan kerabat
yang disajikan di sini menghasilkan penghayatan yang tajam. Di samping itu, tentu
saja hasil-hasil penelitian seperti yang dikemukakan pada butir satu dapat pula
dimanfaatkan karena keempat laporan peneiitian itu mengambil bahasa Serawai
dialek "o" sebagai sampel.
3. Kata Sapaan
Konsep kata sapaan di dalam makalah ini merujuk pada konsep- konsep yang
dikemukakan oleh para ahli bahasa, Kridalaksana (1974:14), misalnya, mengatakan
bahwa kata atau ungkapan yang dipakai dalam sistem tutur sapa, yaitu sistem yang
mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang dipakai untuk
menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa disebut kata
sapaan. Kemudian, Kartamihardja yang dikutip Aminuddin (1983:3) menyebutkan
bahwa bentuk yang diistilahkan dengan bentuk sapaan itu adalah bentuk yang
digunakan oleh penyapa untuk menyapa seseorang dalam komunikasi personal
maupun transaksional.
Kata sapaan dapat dibedakan berdasarkan situasi pemakaian dan hubungan
antara penyapa dengan yang disapa. Situasi dapat bersifat formal dan dapat bersifat
santai. Hubungan antara penyapa dan yang disapa mungkin sangat akrab, mungkin
tidak akrab, atau mungkin penyapa sangat hormat kepada tersapa, atau sebaliknya
(lihat Sujarwo, 1981:1).
Bahasa Serawai, sebagai alat komunikasi bagi masyarakat penuturnya,
mengenal kata sapaan bcrdasarkan konsep di atas. Kata- kata itu ada yang berupa (1)
kata ganti seperti kaba 'engkau atau kamu', (2) kata kerabat seperti baq "ayah', (3)
kata yang menunjuk kepada gelar jabatan seperti kepalaq disa "kepala desa', dan (4)
nama seperti Manan (bandingkan dengan Bintoro, 1983). Daftar di bawah ini
memperlihatkan sejumlah kata sapaan dalam bahasa Serawai.
112

Jenis Kata Kata Sapaan Bentuk Singkat


A. Kata ganti 1. kaba 'kamu'
B. Kata kerabat 2. kamu 'kamu'
C. Gelar jabatan 3. dighi 'untuk menyapa
D. Nama orang yang lebih tua dari
si pembicara
4. kenan ‘dia atau beliau'
5. kena 'dia atau beliau'
6. aku 'aku atau saya"
7. unghang kambangan tu Kambangan tu
'mereka' niaq
8. niniaq 'nenek’ tung
9. datuaq 'datu’
10. waq 'wak'
11. baq 'ayah'
12. maq 'ibu'
13. paqwo 'paman'
14. pagnga 'paman
15. paqciq 'paman
16. maqwo 'bibi'
17. magnga 'bibi'
18. maqciq 'bibi'
19. paquncu 'paman'
20. mamaq 'paman' 2
21. wan 'paman'
22. maquncu 'bibi'
23. ibung 'bibi'
24. uncu 'bibi
25. ande 'bibi'
26. dang ‘kakak laki-laki
tertua'
27. ciq ‘kakak laki-laki bukan
tertua’
28. wo kakak perempuan
tertua'
29. nga kakak perempuan
bukan tertua'
30. nciqudo 'kakak ciqudo
perempuan bukan tertua'
31. udo kakak ipar laki laki
32. temudo kakak ipar laki- donga
laki'
113

33. udonga kakak ipar laki- ciqwo


laki’
34. nciqwo 'kakak ipar’ cignga
perempuan tertua'
35. nciqnga 'kakak ipar
perempuan bukan tertua'
36. adiaq 'adik ipar laki-
laki/perempuan'
37. kepalaq disa 'kepala desa'
38. imam 'imam'
39. ketip 'khotib'
40. pengao 'penggawa'
41. hanya nama, bentuk singkat
nama
Contoh: Abdui Manan Manan
42. pag/nduag + nama anak
yang tertua,
43. Contoh: pag Beruhan
nduag Beruhun

Di dalam makalah ini tidakiah semua kata sapaan itu dibicarakan. Yang
dibicarakan hanyalah kata sapaan kerabat saja

4. Kata Sapaan Kerabat


Untuk menggambarkan konsep kerabat masyarakat tutur bahasa Serawai
konsep kerabat di dalam makalah ini merujuk kepada konsep kerabat yang
dikemukakan oleh Fajar dan kawan-kawan (1979:171), yaitu kerabat yang tergolong
dalam pengertian keluarga luas. Keluarga luas adalah beberapa keluarga batih yang
mempunyai satu asal atau satu nenek. Anak dan cucu daripada nenek itu termasuk
keluarga luas. Semua anggota keluarga ini tidak dibenarkan saling mengawini.
Keluarga batih terdiri dari anak-anak yang belum kawin yang dipimpin oleh seorang
ayah dan ibu. Dalam hal ini semua anak tunduk dan patuh kepada ayah dan ibunya.
Dalam pergaulan sehari-hari, anak-anak tidak akan menyapa orang yang lebih tua
dengan menyebutkan namanya melainkan dengan menggunakan istilah umum yang
disebut tutughan ‘tuturan' (semua kata kerabat di dalam daftar ini disebut tutughan).
114

Begitulah, sehingga apabila kakaknya yang tertua adalah seorang laki- Jaki maka
adik-adiknya akan menyapanya dengan dang sedangkan apabila kakaknya seorang
perempuan, misalnya, maka adik-adiknya akan menyapanya dengan sapaan wo.
Dalam masyarakat tutur bahasa Serawai, orang-orang yang masih jelas alur
kerabatnya akan menyapa satu sama lain dengan menggunakan kata kerabat yang
sesuai. Meskipun seseorang yang disapa itu secara biologis usianya iebih muda
daripada yang menyapa, namun karena orang yang disapa itu dianggap lebih tua
berdasarkan alur kerabat maka ia akan disapa dengan mcnggunakan kata sapaan
kerabat yang sesuai menurut alurnya. Untuk jelasnya amatilah contoh berikut ini.
Aminah (bukan nama sebenarnya) sedang bercakap-cakap dengan Dalip (bukan
nama sebenarnya). Aminah berusia 30 tahun adalah anak Badrun (bukan nama
sebenarnya). Sedangkan Dalip berusia 15 tahun merupakan adik kandung Badrun.
Jadi, seandainya Aminah dan Dalip bukan tergolong dalam satu kerabat maka
Aminah akan menyapa Dalip dengan menyebutkan namanya seperti Ndaq ke mano
Dalip? 'Mau ke mana Dalip?' atau Ndag ke mano kaba? 'Mau ke mana kamu?'.
Namun, karena Dalip merupakan kerabat Aminah maka Aminah akan menyapanya
dengan paquncu atau mamaq 'paman'.
Pada butir tiga tampak sejumlah kata sapaan kerabat yang digunakan dalam
bahasa Serawai. Jika kata sapaan itu dikelompokkan dalam generasi, maka wujudnya
sebagai berikut.
GENERASI KAKEK
niniaq niniaq niniaq

♂♀ ♂♀ ♂♀
datuag datuaq datuoq

♂ ♂ ♂
115

GENERASI ORANG TUA


waq waq bag mag

paqwo maqwo ♂ ♀ pagnga maqnga

paquncu maquncu paqciq maqciq


mamaq ibung paquncu maquncu
wan uncu wan uncu
ande ande

♂ ♀ mamaq ibung

♂ ♀

GENERASI EGO
Dang wo aku Adiaq

ciq nga ♂♀ ♂♀
udo nciqudo
temudo nciqwo
udonga ncignga

♂ ♀
GENERASI ANAK anaq

♂♀
116

GENERASI CUCU cucung

♂♀

Pada peristiwa tutur dalam hubungan kerabat akan terjadi pemakaian kata
sapaan kerabat menurut alurnya. Sedangkan pada peristiwa tutur yang terjadi di luar
hubungan kerabat konsep "senioritas kerabat" diperluas pada "senioritas usia".
Seseorang yang disapa yang diperkirakan usianya lebih tua dari si pembicara (jika
belum tahu) maka ia akan menggunakan sapaan yang sesuai. Jika yang disapa itu
seorang laki-laki yang berumur sekitar 30 an, kata sapaan yang digunakan biasanya
paquncu atau mamag ‘paman'; jika umurnya sekitar 50-an kata sapaan yang
digunakan biasanya wag 'wak'; jika umurnya sekitar 60-an kata sapaan yang
digunakan biasanya niniaq 'nenek'. Sebaliknya, jika orang yang disapa itu adalah
seorang wanita, kata sapaan yang digunakan biasanya uncu atau ibung bibi, waq
'wak', dan niniaq 'nenek',

5. Analisis Komponen
Mengikuti Bintoro (1983) kata-kata sapaan kerabat dalam bahasa Serawai
dapat digambarkan melalui dimensi "jenis" (dengan lambang: PRIA), "hormat"
(lambang: HORMAT), "usia" (lambang: GENERASI), "situasi tutur" (lambang:
RESMI), dan "status perrikahan" (lambang: NIKAH). Untuk memunculkan makna
masing-masing dimensi itu digunakan tanda "plus" (+), "minus" (-), dan "plus-
minus" (±). Tanda "plus" menunjukkan kehadiran unsur semantik yang dimaksud,
tanda "minus" menunjukkan ketidakhadiran unsur semantik, dan tanda "plus-minus"
117

menunjukkan dinetralisasikannya unsur yang dipertentangkan. Kata sapaan kerabat


temudo dan nciqwo, misalnya, dapat digambarkan sebagai berikut.
temudo : + PRIA, + HORMAT, ± RESMI, + NIKAH
nciqwo : - PRIA, + HORMAT, ± RESMI, + NIKAH
Perlu dijelaskan bahwa temudo dan nciqwo (juga udo, udonga, dan nciqnga serta
kata kerabat lainnya berdasarkan alurnya) sebenarnya sudah digunakan terhadap
yang disapa meskipun statusnya masih dalam pertunangan (jadi - NIKAH). Jadi,
pada status pernikahan dapat saja digunakan tanda "plus-minus" namun pada contoh
di atas digunakan tanda "plus" untuk menggambarkan harapan bahwa pertunangan
itu akan diakhiri dengan pernikahan (Jika pertunangan tidak diakhiri dengan
pernikahan maka ia tidak lagi disapa dengan temudo dan nciqwo hanya disebut
namanya saja karena sudah di luar kerabat yang menyapa).
Dimensi usia dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu kategori sebaya
(lambang: 0-GENERASI), kategori jarak usia satu generasi (lambang: 1
GENERASI), dan kategori jarak usia dua generasi (lambang: 2-GENERASI). Untuk
menunjukkan arah hubungan digunakan lambang anak panah dengan ujung sebagai
tanda arah: lambang ← berarti "lebih muda", lambang → berarti "lebih tua". Kata
dong, mamaq, dan ninioq, misalnya, dapat digambarkan demikian.
dang : → 0-GENERASI
mamaq : → 1-GENERASI
niniaq : → 2-GENERASI
Pada contoh itu tampak jelas bahwa dang termasuk dalam kategori sebaya, mamaq
termasuk dalam kategori jarak usia satu generasi, dan niniag termasuk dalam
kategori jarak usia dua generasi antara penyapa dengan yang disapa. Selain itu,
tampak pula bahwa orang yang disapa usianya lebih tua daripada orang yang
menyapa.
Selanjutnya, tabel berikut ini memperlihatkan konfigurasi unsur- unsur
semantik kata sapaan kerabat bahasa Serawai dipandang dari dimensi "jenis",
"hormat", "usia", "situasi tutur", dan "status pernikahan".
118

jenis hormat Usia Situasi Status


Kata Sapaan tutur pernikahan
PRIA HORMA GENERASI Resmi NIKAH
T 0 1 2
1. niniaq ± + → ± +
2. dctuaq + + → ± +
3. bag + + → ± +
4. mag - + → ± +
5. wag ± + → ± +
6. paqwo + + → ± +
7. magwo - + → ± +
8. paquncu + + → ± ±
9. maquncu - + → ± ±
10. mamaq + + → ± ±
11. ibung - + → ± ±
12. wan + + → ± ±
13. uncu - + → ± ±
14. Ande - + → ± ±
15. Paqngc + + → ± ±
16. Mognga - + → ± +
17. paqciq + + → ± ±
18. moacia - + → ± +
19. dang + + → ± ±
20. wo - + → ± ±
21. ciq + + → ± ±
22. nga - + → ± ±
23. temudo + + → ± +
24. nciqudo - + → ± ±
25. udo + + → ± +
26. udonga + + → ± +
27. Nciqwo - + → ± +
28. Nciqnga - + → ± +
29. adiag ± + → ± +

6. Penutup
Mengakhiri makalah ini ada beberapa hal yang patut diungkapkan sebagai
catatan penutup. Pertama sapaan mamaq 'paman' dan ibung "bibi' dianggap oleh
generasi muda dewasa ini sebagai sapaan yang kuno. Sapaan ini tidak begitu populer
119

lagi (dan mungkin lama-kelamaan akan hilang), sudah terdesak dan digantikan oleh
sapaan paquncu dan uncu. Kedua, sapaan dang 'kakak laki-laki tertua', ciq 'kakak
laki-laki bukan tertua', wo ‘kakak perempuan tertua', dan nga ‘kakak perempuan
bukan tertua' memperlihatkan kecenderungan pengacuan pemakaiannya dengan
sapaan udo, temudo, udonga 'kakak ipar laki-laki' dan nciqwo dan nciqngo "kakak
ipar perempuan' di kalangan anak muda dewasa ini. Jadi, seharusnya seseorang itu
disapa dengan udo, temudo, udonga, nciqwo, dan nciqnga karena merupakan ipar
disapa dengan dang, ciq, wo, dan nga. Kecenderungan seperti ini tidak tampak pada
generasi tua yang ingin mempertahankan tutughan ‘tuturan' pada alurnya. Ketiga,
pada dimensi usia yang sama (0-GENERASI), jika yang disapa itu sudah mempunyai
anak maka sapaan yang lazim digunakan adalah dengan menyebut pak/nduaq yang
diiringi nama anaknya yang tertua. Misalnya, jika Lisar yang mempunyai anak tertua
bernama Dalok sedang terlibat dalam situasi tutur dengan Leman yang mempunyai
anak tertua bernama Yusup maka Lisar akan menyapa Leman dengan sapaan paq
Yusup (dan istri Leman akan disapa dengan sapaan nduaq Yusup oleh istri Lisar)
sedangkan Leman akan menyapa Lisar dengan sapaan pag Dalog (dan istri Lisar
akan disapa dengan sapaan nduaq Daloq oleh istri Leman). Seandainya Lisar dan
Leman itu hanya saling menyapa dengan nama biasanya mereka dianggap tidak
beradab. Peristiwa tutur seperti ini sebenarnya juga terdapat di luar alur kerabat.
Keempat, penyebutan nama anak tertua itu juga berlaku untuk sapaan kerabat lainnya
asal yang disapa itu sudah beranak. Misalnya, dang Nurman (Nurman adalah anak
tertua orang yang disapa itu).
120

DAFTAR PUSTAKA

Aliana,Zainul Arifin et al. 1979. Bahasa Serawai. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_____ 1985"Kamus Bahasa Serawai-Indonesia". Jakarta: Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Aliana, Zainul Arifin. 1982. "Sistem Kata Kerja Bahasa Serawai". Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Aminuddin. 1983. "Bentuk Sapaan dalam Bahasa lawa Dialek Malang". Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dengan Bantuan Proyek
Pendidikan dan Pembinaan Tenaga Teknis Kehudayaan.

Bintoro. 1983. "Makna Kata Sapaan Orang Kedua dalam Bahasa jawa: Sebuah
Analisa Semantik Sederhana". H. 77-78. Dalam Linguistik Indonesia. Jakarta:
Masyarakat Linguistik Indonesia.

Fajar, Thamrin et al. 1979. Adot dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu. Jakarta:
Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan
Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gaffar, Zainal Abidin et al. 1985. "Struktur Sastra Lisan Serawai". Palembang:
Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah Sumatera Selatan
Departemen Pendidikan dan Sumatra Daerah Kebudayaan.

Kridalaksana, Harimurti. 1974. Fungsi dan Sikap Bahasa. Ende-Flores: Nusa Indah.

Sujarwo. 1981. "Sapaan Mesra dalam Bahasa indonesia". Makalah dalam Forum
Linguistik yang Diselenggarakan oleh Fakultas Sastra Universitas Indonesia
di Jakarta tanggal 26-28 Oktober 1981.

Anda mungkin juga menyukai