Anda di halaman 1dari 21

PENGGUNAAN TINDAK TUTUR KOMISIF DALAM FILM ReLIFE

(リライフ) KARYA TAKESHI FURUSAWA

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

AKBAR ISLAMAWAN
165110207111003

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dosen Pembimbing,
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi Sarjana atas nama AKBAR ISLAMAWAN telah disetujui
untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra.
Hamamah, M.Pd., Ph.D. Efrizal, S.S.,M.A.
NIP. 19730103 200501 2 001 NIP. 19700825 200012 1 001

Mengetahui,
PENGGUNAAN TINDAK TUTUR KOMISIF DALAM
FILM ReLIFE (リライフ) KARYA TAKESHI
FURUSAWA

Akbar Islamawan
Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya
E-mail: akbartol5@gmail.com

Abstrak
Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna yang bersifat
berubah-ubah dan lahir dari kebiasaan, yang dipakai sebagai alat
komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Tindak tutur
komisif merupakan tindakan yang dipahami oleh penutur untuk
mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan
datang. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan tindak tutur
komisif yang tedapat dalam film ReLIFE karya Takeshi Furusawa (2)
mendeskripsikan modus penggunaan tindak tutur komisif pada film
ReLIFE karya Takeshi Furusawa.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,
sumber data yang digunakan adalah tindak tutur komisif dalam film
ReLIFE. Analisis yang digunakan adalah dengan metode kontekstual.
Dari hasil penelitian, ditemukan 13 data tindak tutur komisif. Dari
hasil analisisnya, diketahui terdapat empat fungsi tindak tutur komisif
yaitu menolak, mengancam, berniat, dan berjanji. fungsi yang paling
dominan dari tindak tutur komisif adalah fungsi berniat. Selain itu,
modus yang paling dominan adalah modus berita.
Kata Kunci : Pragmatik, Tindak Tutur, Tindak Tutur Komisif, Konteks,
Modus.

Abstract
Language is a system of meaningful sound symbols that are
changing over time and born of habit, which are used as a means of
communication to encourage feelings and thoughts. A commissive
speech act is an act that is understood by the speaker to bind himself to
future actions. This study aims to (1) describe the commissive speech
acts found in the film ReLIFE by Takeshi Furusawa (2) describe the
mode of use of commissive speech acts in the film ReLIFE by Takeshi
Furusawa.
This type of study uses descriptive qualitative methods, the source of
the data used is the commissive speech act in the ReLIFE film. The
analysis used is by contextual methods.
From the results of the study, 13 data on commissive speech acts
were found. From the results of the analysis, it is known that there are
four functions of the commission's speech acts, namely rejecting,
threatening, intending and promising. The most dominant function of the
commissive speech act is the intent function. In addition, the most
dominant mode is the news mode.
Keywords : Pragmatics, Speech Acts, Commissive Speech Acts, Context,
Modes.

PENDAHULUAN

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer (berubah-ubah, mana suka), yang digunakan oleh semua orang atau
anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam
bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik. Sejalan
dengan definisi bahasa tersebut, Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol
bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer
(manasuka) dan konvensional (menjadi kebiasaan), yang dipakai sebagai alat komunikasi
oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Arbitrer berasal dari arbitrary yang berarti selected at random and without reason
(dipilih secara acak tanpa alasan). Manasuka ini berarti seenaknya, asal bunyi, tidak ada
hubungan logis antara kata-kata sebagai simbol dengan yang disimbolkannya. Bunyi-bunyi
manasuka tersebut lalu digunakan sepanjang masa oleh setiap penutur suatu bahasa yang
nantinya menjadi kebiasaan (conventional) yang menetap sampai akhirnya menjadi
peraturan atau menjadi suatu sistem. Sementara Bersifat konvensional berarti hal-hal yang
sudah lazim dan umum digunakan dikarenakan sudah menjadi kebiasaan atau hal-hal yang
secara langsung atau tidak langsung telah disepakati oleh banyak orang sehingga menjadi
suatu kebiasaan. Pada umumnya, bahasa dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Menurut Felicia (2001:1), Bahasa ialah alat yang digunakan untuk dapat
berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan atupun bahasa tulis. Bahasa lisan merupakan
bahasa yang digunakan manusia dalam berkomunikasi yang dikeluarkan melalui alat ucap /
mulut. Sementara bahasa tulisan merupakan bentuk komunikasi yang disusun dari berbagai
kosa kata kemudian dibentuk menjadi suatu kalimat yang memiliki makna yang kemudian
dikomunikasikan melalui sebuah tulisan.
Bahasa 「 言 語 」 (gengo) merupakan sebuah sistem lambang, dimana lambang-
lambang tersebut diwujudkan dalam bentuk bunyi, yang lazim disebut sebagai bunyi
bahasa. Bunyi bahasa tersebut tercipta dari alat ucap manusia. Setiap lambang bahasa
membentuk suatu makna, ide, atau pikiran yang ingin disapaikan melalui bunyi tersebut.
Misalnya, lambang bahasa yang berbunyi 「 鳥 」 bisa disebut sebagai lambang bahasa
karena adanya pemahaman orang akan makna dari lambang bahasa tersebut, yaitu [hewan
berkaki dua yang bisa terbang] atau 「車」yang berarti [kendaraan yang memiliki empat
roda].
Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa dalam komunikasi semakin
berkembang dan variatif. Karena itu lahirlah sebuah ilmu yang mempelajari bahasa, yang
disebut linguistik 「言語学」(gengogaku). Linguistik memiliki cabang ilmu, yaitu fonetik,
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonetik, fonologi, morfologi, dan
sintaksis mempelajari struktur bahasa secara internal, yaitu berhubungan dengan unsur
bagian dalam bahasa. Sementara semantik dan pragmatik memiliki kesamaan, yaitu cabang-
cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna-makna satuan bahasa atau bisa disebut
dengan tuturan. Namun, di antara kedua cabang ilmu bahasa itu memiliki perbedaan, yaitu
semantik mempelajari makna satuan bahasa atau tuturan secara internal sedangkan
pragmatik mempelajari makna tuturan secara eksternal. Yang dimaksud dengan internal
adalah semantik mempelajari dan menganalisis tuturan sesuai dengan arti harafiah dari
sebuah tuturan. Sementara pragmatik mempelajari dan menganalisis makna tersirat dari
sebuah tuturan.
Penutur dan tuturan termasuk bagian dari tindak tutur yang merupakan cabang ilmu
linguistik yaitu pragmatik. Menurut Leech (1993:1), pragmatik merupakan cabang ilmu
bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua
dasawarsa yang silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli
bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk menguak
hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman
terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Leech
(1993:8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya
dengan situasi-situasi ujar (speech situasions).
Hal-hal yang dipelajari dalam pragmatik adalah dieksis, tindak tutur (speech acts),
praanggapan (presupposition), dan implikatur (implicature). Penulis ingin memfokuskan
tindak tutur (speech act) dalam penelitian ini. Komunikasi merupakan bentuk nyata dari
pengaplikasian bahasa di kehidupan sehari-hari. Namun, komunikasi bukan hanya
penyampaian atau pengungkapan kata-kata saja, namun komunikasi juga disertai dengan
suatu perilaku atau tindakan, yang bisa disebut dengan tindak tutur.
Menurut Leech (2011: 282) tindak tutur atau tindak ujar (speech acts) merupakan
entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik.
Artinya, bahwa dalam pragmatik tindak tutur berperan penting dan menjadi sentral atau
pusat dari pragmatik itu sendiri. Sementara menurut Yule (2006:81), dalam usaha untuk
mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang
mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga
memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan tersebut. Dalam tindak tutur,
setidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat dilakukan oleh penutur, yaitu tindak lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Yule (2006:83) mendefinisikan ketiga tindakan tersebut sebagai
suatu dimensi. Dimensi pertama yaitu tindak lokusi, sebagai tindak dasar tuturan atau
menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Dimensi kedua yaitu tindak
ilokusi, sebagai bentuk yang ada dalam pikiran kita dan ditampilkan melalui penekanan
komunikatif suatu tuturan. Dan dimensi ketiga yaitu tindak perlokusi, yang secara sederhana
didefinisikan sebagai asumsi yang dihasilkan dari tuturan yang diutarkan.
Menurut Yule (2006:92), Tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis,
yaitu deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Tindak tutur yang menarik
minat penulis adalah tindak tutur komisif. Yule (2006:94) mendefinisikan tindak tutur
komisif sebagai jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya
terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini dapat berupa; janji,
ancaman, penolakan, niat, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai
anggota kelompok. Yule juga menjelaskan pendekatan yang berbeda terhadap pemilahan
tipe-tipe tindak tutur dapat dilihat dari hubungan antara struktur dan fungsi. Apabila ada
hubungan langsung antara struktur dan fungsi, maka bisa disebut dengan tindak tutur
langsung. Sebaliknya, jika hubungan antara struktur dan fungsi tidak langsung, disebut
tindak tutur tidak langsung. Fokus yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah tindak
tutur langsung.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari tindak tutur komisif.
Oleh karenanya, pengetahuan akan pemahaman tindak tutur komisif diperlukan agar tidak
terjadi kesalahan dalam penyampaian maskud tuturan dalam berkomunikasi. Pembelajaran
akan tindak tutur komisif tidak hanya dipelajari dari percakapan sehari-hari, namun dapat
juga dipelajari melalui media, salah satunya media film. Film bisa diadaptasi dari media
hiburan seperti novel, komik, manga, atau anime. Bahkan ketika media seperti manga atau
anime yang begitu populer dikalangan orang banyak dapat diangkat menjadi live action.
Dalam skripsi ini, penulis akan menganalisis tindak tutur komisif dan
penggunaannya serta tujuan penggunaannya dalam film yang berjudul ReLIFE (live action).
ReLIFE merupakan film karya Takeshi Furusawa yang diadaptasi dari manga ReLIFE
karya So Yayoi dan menjadi salah satu film live action yang populer di Jepang.
Untuk membatasi permasalahan yang muncul dalam menganalisis tindak tutur
komisif, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja fungsi tindak tutur komisif dalam film ReLIFE karya Takeshi Furusawa?
2. Apa saja modus kalimat tindak tutur komisif yang digunakan dalam film ReLIFE
karya Takeshi Furusawa?

TINDAK TUTUR

Tindak tutur dalam bahasa Jepang di sebut hatsuwakoui ( 発話行為 ). Austin (dalam
Leech, 1993:280) mengatakan bahwa semua tuturan adalah bentuk tindakan dan tidak
sekedar sesuatu tentang dunia tindak ujar atau tutur (speech act) adalah fungsi bahasa
sebagai sarana penindak. Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur
sebenarnya mengandung fungsi komunikatif tertentu. Menurut Chaer dan Leonie (2010:50)
tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungan
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam
tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindakan dalam
tuturan akan terlihat dari makna tuturan. Sementara itu, Koizumi (1993:332) berpendapat
bahwa :

言語伝達において、話し手聞き手に発話を通してある情報を与えるだけなく、そ
の発話行為によって聞き手にある働きかけをしているのである。だから、話し手
がある発話を行えば、聞き手はそれに応じて、異なる反応を示すことになる。

Gengodentatsu ni oite, hanashite kikite ni hatsuwa wo tooshitearu jouhou wo ataeru


dakenaku, sono hatsuwakoui ni yotte kikite ni aru hataraki kake wo shiteiru no dearu.
Dakara, hanashite ga aru hatsuwa wo okonaeba, kikite ha soreni oujite, kotonaru hannou
wo shimesu koto ni naru.

‘Dalam komunikasi bahasa, penutur tidak hanya menyampaikan informasi kepada mitra
tutur, tetapi juga melakukan suatu hal kepada mitra tutur melalui tindak tutur yang
terkandung dalam dalam tuturan tersebut. Dengan demikian, jika penutur menuturkan
sesuatu, mitra tutur akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap tuturan tersebut’

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah aktivitas
dengan menuturkan sesuatu. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak
dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas pengertian tindak
tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk tindak tutur.

TINDAK TUTUR KOMISIF

Menurut Dardjowidjojo (2003:106), tindak tutur komisif adalah tindak ujaran yang
di arahkan kepada pembicaraan sendiri dan ditandai dengan tuturan berjanji, bersumpah dan
bertekad. Sementara Leech (1993:164) menyatakan bahwa tindak tutur komisif terikat pada
suatu tindakan di masa depan. Fungsi dalam tindak tutur komisif adalah fungsi tuturan
untuk menyatakan tindakan yang akan dilaksanakan (penutur) pada masa sekarang yang
akan datang dan belum terlaksana, seperti berniat, berjanji, menolak, dan mengancam.
1. Berniat
Berniat merupakan suatu tindakan yang berasal dari lubuk hati untuk melakukan
sesuatu
Contoh :
これから進学するつもりです。
Kore kara shingaku suru tsumori desu.
‘Mulai saat ini saya berniat untuk melanjutkan pendidikan.’
2. Berjanji
Berjanji merupakan kesediaan untuk melakukan sesuatu, terlepas dari sebuah
keharusan atau tidak.
Contoh :
心配しないで、後で戻るから。
Shinpai shinaide, ato de modoru kara.
‘jangan khawatir, setelah ini saya akan kembali.’
3. Menolak
Menolak merupakan suatu keadaan tidak setuju, tidak sependapat, atau bantahan
akan suatu hal.
Contoh :
すみません、お話はまた今度にします。
Sumimasen, ohanashi ha mata kondo ni shimasu.
‘maaf, bicaranya lain kali saja.’
4. Mengancam
Mengancam merupakan sebuah sikap atau perkataan yang memiliki maksud untuk
merugikan, menyusahkan, atau mencelakakan orang lain.
Contoh :
誰にも言わないで、したら殺す。
Dare ni mo iwanaide, shitara korosu
‘jangan beritahu siapapun. Kalau melakukannya, saya bunuh.’
MODUS

Menurut KBBI, modus adalah pengungkapan atau penggambaran suasana


psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa
yang diucapkannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Djajasudarma (1999: 34)
berpendapat bahwa modus adalah istilah linguistik yang menyatakan makna verba
mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dengan perbuatan menurut tafsiran
pembicara atau sikap pembicaraan tentang apa yang diucapkannya. Secara formal,
berdasarkan modusnya Wijana (1996:30) membedakan tuturan menjadi tiga, yaitu tuturan
bermodus deklaratif, modus interogatif, dan modus imperatif.
1. Deklaratif
Modus deklaratif adalah modus yang digunakan untuk memberitakan sesuatu
(informasi). Contoh :
a) すみ子さんは車が 3 台あります。
Sumiko-san wa kuruma ga san dai arimasu.
‘Sumiko-san mempunyai tiga buah mobil.’
b) 食べたばかりなんだけど。
Tabeta bakari nan dakedo.
‘Saya baru saja makan kok’

Pada contoh a) merupakan tuturan dengan modus deklaratif yang bermaksud hanya
untuk menginformasikan saja bahwa Sumiko memiliki 3 mobil. Contoh b)
merupakan tuturan dengan modus deklaratif yang tidak hanya menginformasikan
bahwa penutur sudah makan, namun juga bermaksud menolak ketika diajak makan
oleh temannya.

2. Interogatif
Modus interogatif adalah modus yang digunakan untuk menanyakan sesuatu.
Contoh :
a) エレベーターはどこですか?
Erebeta wa doko desuka?
‘Elevatornya dimana?’
b) やり直したいの?
Yarinaoshitai no?
‘Ingin memperbaiki dari awal lagi?’

Pada contoh (a merupakan tuturan dengan modus interogatif dengan maksud


sekedar bertanya saja. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk mencari informasi
keberadaan lift tersebut. Tuturan (b merupakan tuturan dengan modus interogatif.
Tuturan tersebut tidak hanya bermaksud dengan sekedar bertanya saja, melainkan
memberikan penawaran untuk membantu memperbaiki suatu kesalahan.

3. Imperatif
Modus imperatif adalah modus yang digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan,
permintaan atau permohonan. Contoh :
a) 海へ行こうよ!
Umi e ikou yo!
‘Ayo pergi ke pantai!’
b) そこに置いて!
Soko ni oite!
‘Letakkan disana!’

Pada contoh a) merupakan modus tuturan imperatif dengan maksud memerintah serta
mengajak untuk pergi ke pantai. Sementara contoh b) merupakan modus imperatif dengan
maksud menyuruh untuk meletakkan sesuatu ke arah yang sudah ditujukan.

METODE

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif.
Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan
Taylor dalam L.J. Maleong, 2011:4). Sementara deskriptif merupakan metode yang
melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan
kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta tersebut (Nawawi dan Martini, 1994:73). Dalam
penelitian ini, dialog, konteks, modus, dan tuturan yang terdapat di dalam film ReLIFE
penulis gunakan sebagai objek dengan metode kualitatif deskriptif yang nantinya dari data-
data yang sudah penulis kelompokkan dapat diambil kesimpulannya.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode simak, yaitu dengan
menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah teknik simak bebas libat cakap atau SBLC. Dalam teknik
SBLC, peneliti tidak terlibat langsung dan tidak ikut berpartisipasi dalam menentukan
pembentukan dan pemunculan calon data, namun hanya menjadi pemerhati terhadap calon
data. Dalam penelitian ini, peneliti menyimak dengan membaca berulang-ulang penggunaan
tuturan dalam dialog yang digunakan dalam film ReLIFE karya Takeshi Furusawa. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu :
1. Mengunduh film ReLIFE dan menyimak film tersebut
2. Mentranskripkan dialog dalam film
3. Mengidentifikasikan tuturan mana yang termasuk dalam tindak tutur komisif
4. Memberi tanda pada setiap tuturan yang termasuk kedalam fungsi tindak tutur
komisif penolakan, niat, berjanji, dan mengancam untuk memudahkan analisis.

Skripsi ini menggunakan metode analisis kontekstual. Rahardi (2005:16)


menyatakan, analisis kontekstual adalah cara-cara analisis yang diterapkan pada data
dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang
ada. Tahapan analisis data dalam skripsi ini adalah :

1. Menerjemahkan dialog yang di dalamnya terdapat tindak tutur komisif.


2. Data yang diperoleh dianalisis dengan menjelaskan konteks terlebih dahulu untuk
memudahkan proses menganalisis tindak tutur komisif yang terdapat dalam film
ReLIFE berdasarkan teori Yule.
3. Menjelaskan modus penggunaan tindak tutur komisif yang ada dalam film ReLIFE
berdasarkan teori Wijana.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


Fungsi Tindak Tutur Komisif Menolak

Data 1

Percakapan ini terjadi di jalanan yang sepi ketika Arata sedang dalam perjalanan
pulang sendirian di malam hari dan tiba-tiba dia berpapasan dengan Ryo. Arata tidak yang
tidak mengenal Ryo sama sekali bingung dan kaget ketika Ryo mengklaim bahwa dia tahu
semua informasi megenai Arata. Kemudian Ryo menawarkan program ReLIFE yang
sedang dalam proses pengembangan di perusahannya. Sembari mengeluarkan sebuah pil
dari dalam sakunya, Ryo mencoba meyakinkan Arata untuk mengikuti program ReLIFE.

Arata : つか、人生やり直すってどうすんだ?そんな簡単
に変われるわけないだろ。
Tsuka, jinsei yarinaosutte dou sunda? Sonna kantan ni
kawareru wake nain daro.
‘Lagian, mengulang hidup itu maksudnya bagaimana?
Mana mungkin bisa semudah itu.’
Ryo : 簡単です。この春から一年間、高校生になって高
校に通うだけです。
Kantan desu. Kono haru kara ichinen kan, koukousei ni
natte koukou ni kayou dake desu.
‘Mudah kok. Mulai musim semi tahun ini, Arata-san
hanya perlu jadi anak SMA selama satu tahun.’
Arata : は?!高校生?!俺、もう27だぞ!
HA?! KOUKOUSEI?! Ore, mou 27 dazo!
‘HAH?! ANAK SMA?! Umur saya 27 loh!’
Ryo : ご心配なく、うちで開発した新薬です。これは飲
めば、高校生ぐらいまで若かえりますから。。あ
れ?なんか引いてます?
Goshinpai naku, uchide kaihatsushita shinyaku desu.
Kore wa nomeba, koukousei gurai made wakagaerimasu
kara.. are? Nanka hiitemasu?
‘Tidak perlu cemas, ini adalah obat yang telah
dikembangkan perusahaan kami. Kalau Arata-san minum
ini, wajah Arata-san akan kembali muda seperti anak
SMA.. loh? Kok terlihat ragu?’
Arata : 当たり前だろ!何だよ薬って?!怖ええ。。
Atarimae daro! Nandayo kusuritte?! Kowee..
‘Ya iyalah! Apa maksudnya obat itu coba?! Ngerii..’
Ryo : とにかく、一度考えてみて下さい。
Tonikaku, ichido kangaetemite kudasai.
‘Pokoknya, coba dipertimbangkan dulu.’
Arata : 要らねぇっつの!
Iraneettsuno!
‘Ga butuh!’
(06.12-07.06)

Tuturan dari Arata tersebut merupakan tuturan komisif dengan makna menolak.
Arata merasa pembicaraannya dengan Ryo terdengar aneh dan tidak masuk akal. Ditambah
lagi Arata tidak mengenal Ryo sama sekali dan tiba-tiba Ryo menawarinya kapsul dan
program aneh dari perusahaannya. Karena pembicaraannya aneh dan terkesan menakutkan,
Arata secara spontan langsung menolak permintaan dari Ryo. Dari tuturan tersebut, kata 要
ら ね え merupakan bentuk negatif dari kata 要 る yang artinya ‘butuh’ (Matsuura,
1994:342) yang kemudian diperkuat dengan shuujoshi 「 終 助 詞 」 つの yang
menandakan bahwa ada hal yang mengganggu dan menyebalkan.

Sementara modus yang digunakan dalam tuturan tersebut merupakan modus


deklaratif. Wijana (1996: 30) menyatakan bahwa modus deklaratif adalah modus yang
digunakan untuk memberitakan suatu informasi. Dari tuturan tersebut, Arata menuturkan 要
ら ね ぇ っ つ の ! kepada Ryo dengan maksud memberikan informasi bahwa Arata tidak
tertarik dengan apa yang Ryo tawarkan dan secara langsung menolaknya dengan harapan
agar Ryo tidak menawarinya hal yang sama untuk kedua kalinya di masa depan.
Fungsi Tindak Tutur Komisif Mengancam

Data 2

Percakapan ini terjadi antara Arata dan Amatsu Sensei di ruang guru. Saat
homeroom di kelas, Arata tidak sengaja menjatuhkan kotak rokok dari dalam tasnya.
Kemudian Amatsu Sensei yang melihat kotak rokok tersebut meminta Arata untuk
menemuinya di ruang guru setelah istirahat. Di ruang guru, Amatsu menasehati Arata agar
tidak merokok saat masih muda karena nantinya saat tua pasti akan menyesal. Arata yang
mendengar nasehat tersebut tiba-tiba penasaran tentang usia Amatsu Sensei dan langsung
bertanya kepadanya.

Amatsu : 新太くん、ダメだよ。若いうちからタバコなんか
吸ってたら、大人の時に絶対に後悔するんだから
ね!
Arata-kun, dame dayo. Wakai uchi kara tabako nanka
suttetara, otona no toki ni zettai ni koukai
surundakarane!
Jangan gini Arata-kun. Kalau kamu sudah merokok
sedari muda, nanti saat kamu dewasa kamu pasti akan
menyesal loh!
Arata : はあ。。
Haa..
Iya..
Amatsu : まあ、大人ぶりたい年頃なのわかるけどさ。。
Maa, otonaburitai toshi goro no wakaru kedo sa..
Yah, sensei paham kok kalau kamu ingin berpura-pura
menjadi orang dewasa..
Arata : あの、天津先生っておいくつですか?
Ano, Amatsu Sensei tte oikutsu desuka?
Anu, memang Amatsu Sensei usianya berapa tahun?
Amatsu : 25だけど?
25 dakedo?
25 tahun, memang kenapa?
Arata : 年下か。。
Toshi shita ka..
Lebih muda ternyata..
Amatsu : はい?!
Hai?!
Hah?!
Arata : あ、いや、間違いました。若い。。ですよね!
Ah, iya, machigaimashita. Wakai.. desuyone!
Ah, maksud saya, sensei masih muda ya!
Amatsu : なに?!若いと思ってなめてならぶっとばすわ
よ!
Nani?! Wakai to omotte namete nara buttobasu wa yo!
Apasih?! Kalau kamu meremehkan saya karena saya
masih muda, akan kuhajar loh!
(20.20-20.55)
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur komisif dengan makna mengancam.
Amatsu terdengar kesal ketika Arata tidak sengaja menuturkan 年 下 か 。 。 kepada
Amatsu. Meskipun Arata menuturkannya dengan suara yang pelan, Amatsu
mendengarnya. Amatsu mendengarnya seperti sebuah ejekan karena di usianya yang 25
tahun dia sudah menjadi guru di sekolah. Kemudian Amatsu menuturkan はい?!dengan
nada tinggi lalu Arata mencoba menutupi perkataannya barusan dengan memuji Amatsu
karena dia masih muda. Amatsu yang masih kesal kemudian menuturkan ぶっとばすわ
よ ! sebagai bentuk ancamannya kepada Arata apabila suatu waktu nanti Arata
meremehkan Amatsu. Kata と ば す berasal dari kata 飛 ぶ yang artinya ‘terbang’
(Matsuura, 1994:1076). Dalam tuturan ini, と ば す bisa diartikan menjadi ‘menghajar’
karena kata tersebut merupakan bentuk dari ekspresi seseorang ketika sedang kesal
terhadap perkataan atau perbuatan orang lain. Sementara partikel わ よ merupakan
shuujoshi 「 終 助 詞 」 yang digunakan untuk memperjelas apabila sedang menegur
seseorang (Chino, 1991:131).

Modus yang digunakan dalam tuturan tersebut merupakan modus deklaratif. Tuturan
若いと思ってなめてならぶっとばすわよ!yang dituturkan oleh Amatsu merupakan
informasi yang disampaikan kepada Arata dengan maksud untuk tidak meremehkan atau
mengejeknya lagi di masa depan nanti.

Fungsi Tindak Tutur Komisif Berniat

Data 3

Percakapan ini terjadi di hari pertama Arata mengikuti program ReLIFE dan
menjadi anak SMA. Di depan kelas, Arata diam mematung cukup lama dan terjadi
pergolakan batin di dalam pikiran Arata karena Arata takut dan cemas untuk masuk ke
dalam kelas.

Arata : って何ビビってんだ俺?相手は従模したクソガキだ!
Tte nani bibittenda ore? Aite wa jumoshita kusogaki da!
‘Duh, kenapa saya takut sih? Mereka Cuma anak-anak
bandel!’
(Arata masuk ke dalam kelas)
Arata : とりあえず目立たない席に座っとこう。
Toriaezu medatanai seki ni suwattokou.
‘Untuk sementara, mari duduk di tempat yang tidak
mencolok
(11.41-12.03)
Tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif berniat. Arata yang sudah
lama lulus dari SMA cemas karena Arata tidak tahu bagaimana harus bersikap seperti anak
SMA sewajarnya. namun karena program ReLIFE yang dia ikuti membutanya harus
kembali lagi menjadi siswa SMA. Tuturan 座 っ と こ う merupakan niatan Arata kepada
dirinya sendiri untuk mencari tempat duduk yang tidak mencolok karena Arata merasa
malu setelah sekian lama lulus dari SMA tetapi dia harus kembali lagi. Bentuk っとこう
sendiri berasal dari kata っておく yang digunakan untuk melakukan atau mempersiapkan
sesuatu.

Modus yang digunakan dalam tuturan tersebut merupakan modus deklaratif.


Tuturan tersebut bertujuan untuk memberitahu Arata kepada dirinya sendiri akan hal yang
harus Arata lakukan selanjutnya, yaitu mencari tempat duduk kosong yang tidak mencolok.

Fungsi Tindak Tutur Komisif Berjanji

Data 4

Percakapan ini terjadi ketika Arata sedang dalam perjalanan pulang setelah pesta
minum bersama teman-temannya saat kuliah. Di perjalanan pulang, Arata bertemu dengan
Ryo yang mengklaim bahwa dia mengetahui segala informasi tentang Arata dan
menawarinya program ReLIFE untuk merubah hidup Arata yang saat ini sedang berantakan.
Namun Arata yang tidak mengenal Ryo sama sekali dan diberi penawaran yang aneh seperti
itu membuatnya ragu dan takut.

Ryo : 実験期間は一年間です。それだけで、 新太さ


んに新しい人生を約束します。 しかも、生活費
はすべて、面倒見ます。
Jikken kikan wa ichinen kan desu. Sore dake de, Arata-
san ni atarashii jinsei wo yakusoku shimasu. Shikamo,
seikatsuhi ha subete mendou mimasu.
‘Masa eksperimennya selama satu tahun. Setelah itu,
kami menjanjikan kehidupan yang baru untuk Arata-san.
Selain itu, semua kebutuhan hidup Arata-san akan kami
tanggung.’
Arata : すべて?
Subete?
‘semua?’
Ryo : はい。家賃から、食費から、すべて。さらに、終
了後は、就職先のご紹介もいたします。
Hai. Yachin kara, shokuhi kara, subete. Sarani,
shuuryougo wa, shuushokusaki no goshoukai mo
itashimasu.
‘iya. Dari sewa, makan, semua. Terlebih lagi, sebagai
hadiah perpisahan, kami akan mengajukan Arata-san ke
sebuah perusahaan.’
(05.31-05.54)

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur komisif dengan makna berjanji. Ryo
menjelaskan kepada Arata apabila dia bersedia menerima penawaran dari Ryo tersebut.
Tuturan 約束 artinya ‘berjanji’ (Matsuura, 1994:1166) mengikat Ryo untuk menyediakan
semua yang dia tawarkan kepada Arata serta Ryo memiliki kwajiban untuk menepati
janjinya tersebut. Ryo mencoba meyakinkan Arata bahwa semua yang dia tawarkan
merupakan sebuah momen yang sangat menguntungkan bagi Arata sehingga membuat
Arata menjadi ragu antara menerima atau menolak penawaran tersebut.

Sedangkan modus yang digunakan dalam tuturan tersebut merupakan modus


deklaratif karena tuturan tersebut selain menginformasikan jangka waktu eksperimen
ReLIFE, Ryo juga menambahkan hal-hal yang menjadi jaminan apabila Arata mengikuti
program ReLIFE tersebut serta Ryo meyakinkan Arata dengan tuturan 約束します agar
Arata tertarik dengan penawaran yang dijanjikan tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pembahasan tindak tutur komisif yang terdapat dalam
filmReLIFE, diperoleh dua kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari 13 data tuturan komisif yang ditemukan, terdapat lima data tuturan dengan
makna komisif menolak, satu data tuturan dengan makna komisif mengancam,
enam data tuturan dengan makna komisif berniat dan satu tuturan dengan
makna komisif berjanji. Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat diketahui
bahwa makna komisif yang dominan pada film ReLIFE adalah makna komisif
berniat yaitu sejumlah enam dari 13 data. Hal tersebut terjadi karena film ini
merupakan film yang bertemakan impian dan harapan sehingga tuturan komisif
berniat sering muncul dalam film ini.
2. Dari 13 data tuturan yang ditemukan dalam fim ReLIFE, penggunaan modus di
setiap tuturan kurang lebih sama. Penggunaan modus tuturan yang paling
dominan dalam film ini adalah modus deklaratif. Hal ini dikarenakan
kebanyakan penutur ingin mewujudkan menyampaikan suatu informasi kepada
mitra tuturnya secara langsung agar mitra tutur memahami maksud tuturan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Azimah, Saidah. (2016). Tindak Tutur Komisif Dalam Film Soekarno Karya Hanung
Bramantyo. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jurusan Bahasa dan Seni Semarang

Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Studies in interactional sociolinguistics, 4.Politeness:


Some universals in language usage. Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. (2014). Linguistik Umum Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Chino, Naoko. (1991). All About Particles. United Kingdom : Kodansha Europe Ltd.

Djadjasudarma, Fatimah. (2012). Wacana & Pragmatik. Bandung : Reflika Aditama

Hadari Nawawi & Mimi Martini. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajahmada
University.

Koizumi, Tomotsu. (1993). Nihongo Kyoushi no Tameno Gengogaku Nyumon. Tokyo:


Taishuukan Shoten

Kusonime.com. (2020, 8 April). ReLIFE Live Action Subtitle Indonesia. Diakses pada 8
April 2020, dari https://kusonime.com/relife-la-sub-indonesia/
Leech, Geoffrey. (1983). Principles of Pragmatics. Terjemahan ke dalam Bahasa
Indonesia dilakukan oleh M.D.D Oka. 1993. Prinsip-PrinsipPragmatik. Jakarta :
UI Press: London: Longman

Matsuura, Kenji. (1994). Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto : Kyoto University Press

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Rusminto, Nurlaksana Eko. (2012). Analisis Wacana Sebuah Kajian Teoritis dan Praktis.
Bandarlampung: Universitas Lampung.

Scripts.com. (2020, 28 Mei). ReLIFE Live Action Script. Diakses pada 28 Mei 2020, dari
https://www.scripts.com/script.php?id=relife_16758&p=8

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta : Duta Wacana University
Press.

Wijana, Dewa Putu. (1996). Dasar-Dasar Pragmatik.Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Wibawa, Gede Pandu. (2017). Tindak Tutur Komisif Dalam Film Great Teacher Onizuka
Special Graduation. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jurusan Sastra Jepang
Semarang

Yule, George. (2006). Pragmatik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai