NIM :
Kelas : 3A
Mata Kuliah : Semantik
Rangkuman Materi Semantik
B. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah suatu lambang bunyi yang bermakna dan bersifat arbitrer yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi.
Ciri-Ciri Bahasa:
a) Sebuah sistem
Bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola, memiliki suatu makna dan fungsi
tertentu. Sebagai sebuah sistem bahasa tersusun secara sistematis, maksudnya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal tetapi juga terdiri dari sub-sub sistem
atau sistem bawahan.
b) Berwujud lambang
Bahasa berwujud lambang artinya bahasa itu memiliki simbol untuk
menyampaikan pesan kepada lawan bicara. Simbol ini berfungsi untuk
memperjelas atau mempertegas bahasa yang hendak disampaikan.
c) Berupa bunyi
Bahasa itu adalah yang sifatnya primer dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi.
Jadi bahasa tulis adalah bahasa sekunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa
lisan, yang apabila dibacakan tetap melahirkan bunyi.
d) Arbitrer
Arbitrer dapat diartikan manasuka, sewenang-wenang, tidak tetap, berubah-ubah.
e) Bahasa itu Bermakna
Bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat kaitannya dengan sistem lambang
bunyi. Oleh sebab itu bahasa itu dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu
konsep, suatu ide, atau pikiran yang hendak disampaikan melalui wujud bunyi
tersebut, maka bahasa itu memiliki makna.
f) Konvensional
Bahasa itu konvensional maksudnya penggunaan bahasa sesuai dengan kebiasaan
warga setempat.
g) Unik
Bahasa itu dikatakan unik karena setiap bahasa memiliki ciri-ciri khas sendiri yang
dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini menyangkut
sistem bunyi, pembentukan kata, pembentukan kalimat dan sistem-sistem lainnya.
Selain itu bahasa dikatakan unik karena tekanan kata yang bersifat morfemis.
h) Universal
Bahasa itu bersifat universal artinya bahasa tersebut dapat dimengerti secara global
dan menyeluruh.
i) Produktif
Produktif artinya bahasa banyak menghasilkan unsur-unsur yang tidak terbatas
jumlahnya.Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau
gagasan baik secara tulis dan lisan. Contohnya dari beberapa huruf akan tercipta
banyak kata, dari beberapa kata dapat tercipta banyak kalimat yang berbeda.
j) Bervariasi
Setiap masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa
jawa misalnya, antara bahasa jawa timur dengan bahasa jawa tengah itu berbeda
secara ideolek, dialek, sosiolek, dan fungsiolek.
k) Dinamis
Bahasa itu akan terus berubah-ubah menyesuaikan kebutuhan atau perubahan
zaman. Dengan kata lain bahasa itu tidak statis, bahasa pun sering mengalami
perubahan.
l) Manasusiawi
Bahasa yang manusiawi adalah bahasa yang lahir secara alami dari penuturnya.
Sifat bahasa ini menjadi citra bahasa yang baik dalam berkomunikasi.
4. Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah semantik yang mengkaji makna yang terdapat dalam
satuan kalimat. Pada semantik gramatikal ini berkaitan dengan segi morfologi dan
sintaksis.
Dari segi Morfologi : Afiksasi, Reduplikasi, Komposisi
Contoh :Afiksasi: perdagangan, kenakalan, perkelahian.
Reduplikasi : Sayur-mayur, perlahan-lahan, pertama-tama.
Komposisi: kamar-mandi, sepeda-motor, kamar-tidur.
Dari segi Sintaksis : Di tafsirkan sesuai dengan tata bahasa keseluruhan.
Contoh: Terjatuh, kata terjatuh memiliki makna tidak sengaja jatuh dalam kalimat
uang yang ada di saku joni terjatuh saat ia berlari. Sedangkan dalam kalimat
gelas itu terjatuh jika diletakkan dimeja, dapat bermakna dapat jatuh.
5. Semantik Leksikal
Suatu kajian semantik yang mengkaji makna asli seperti yang ada di Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
Contoh:
Buku: lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong.
Lemari : peti besar tempat menyimpan sesuatu (seperti buku,pakaian)
Kursi : Tempat duduk yang berkaki dan bersandaran.
6. Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam
rangkaian waktu. Studi semantik ini menekankan studi makna dalam rentangan
waktu, bukan perubahan bentuk kata.
7. Semantik Logika
Semantik logika adalah semantik yang mengkaji sistem makna yang dilihat dari
logika seseorang. Seperti yang berlaku dalam matematika yang mengacu pada kata
pengkajian makna atau penafsiran ajaran. Dalam semantik logika dibahas makna
proporsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab kalimat yang berbeda dalam bahasa
yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah kalim at
dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan
lambang disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.
Contoh: “Bulan depan pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar atau bulan
depan pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar”
(kalimat tersebut adalah benar, meskipun tidak seorangpun yang
mengetahui apa keputusan pemerintah bulan depan).
8. Semantik Struktural
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh
Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah
sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang
disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsur berupa fonem, morfem, kata, frase,
klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi,
sintaksis, dan wacana.
RELASI MAKNA
A. Hakikat Relasi Makna
Hakikat Relasi Makna Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat
antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat
berupa kata, frasa, maupun kalimat, dan relasi semantik itu dapat menyatakan
kesamaan makna, pertentangan makna, ketercukupan makna, kegandaan makna, atau
juga kelebihan makna. Abdul Chaer (1989), berpendapat bahwa relasi makna adalah
hubungan makna atau relasi semantik antara sebuah kata atau unit bahasa lainnya.
g) Redudansi.
Redudansi adalah cara mengungkapkan sesuatu dengan cara mengulang-ulang
kata
secara berlebihan untuk mengungkapkan ide atau konsep tertentu dalam
menyampaikan pesan.
Contoh:
• Albi memanjat ke atas pohon mangga.
• Meri menerangkan sesuatu dengan sangat jelas sekali.
• Lala mengenakan baju putih agar supaya terlihat bersih.
Jenis Makna
1. Makna Kata dan Istilah
- Makna kata adalah hubungan antara suatu ujaran atau ucapan dalam sebuah kata.
Setiap kata pasti memiliki makna atau maksud tertentu dalam sebuah kata.
Misalnya buku bermakna lembar kertas yang berjilid, yang berisi tulisan atau
kosong.
- Istilah adalah gabungan kata yang mengungkap sebuah konsep, proses, keadaan,
atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Misalnya – loyalitas = kesungguhan atau kesetiaan dalam melakukan pekerjaan.
2. Makna konseptual dan Makna asosiatif
- Makna konseptual merupakan mana yang sesuai dengan konsep dan sesuai dengan
referen. Makna konseptual ini adalah makna yang terdapat dalam kamus atau
sumber terpercaya. Seperti KBBI atau Wikipedia.org.
Contoh : Andi mengayuh sepeda dengan kencang. Kata sepeda pada kalimat
tersebut adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk
dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya.
- Makna asosiatif adalah makna yang muncul di benak seseorang ketika mendengar
kata tertentu. Dalam semantic makna asosiatif mengacu pada kualitas atau
karakteristik tertentu diluar makna denotatif yang orang biasa pikirkan. Makna
asosiatif dikenal dengan makna ekpresif dan stilistik.
Contoh : usaha pak Budi sekarang gulur tikar, akibat karyawan yang hobi
korupsi.
Kata “gulung tikar” dalam kalimat tersebut bisa bermakna bangkrut atau rugi.
3. Makna Idomatikal dan Peribahasa
- Makna idiomatikal adalah gabungan kata yang memiliki makna bukan makna dari
unsur pembentuknya. Jadi sebuah kata akan memiliki makna baru setelah kata
tersebut menyatu. Ungkapan atau idiom ini sering digunakan dalam kalimat
kiasan agar penyampaian makna lebih berkesan.
Contoh : Perkara itu di bawah ke meja hijau.
Meja hijau dalam kalimat tersebut bermakna pengadilan.
- Kita tidak boleh mejual gigi ketika mengunjungi korban lumpur panas.
“menjual gigi” dalam kalimat tersebut bermakna tertawa keras.
- Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud
keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan perbuatan mengenai diri
seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, ibarat, perumpamaan.
Paribahasa ini memiliki susunan kata yang teratur sehingga sedap di dengar dan
cukup bermakna.
Contoh: - Belum beranak sudah ditimang (artinya belum berhasil, tetapi sudah
bersenang-senang lebih dulu)
- Belum bertaji hendak berkokok (artinya belum berilmu atau kaya
hendak menyombongkan diri)
4. Makna Kiasan
Makna kiasan adalah makna kata atau kelompok kata yang bukan makna sebenarnya.
Makna kiasan ini sering ditemukan dalam karya sastra seperti puisi, pantun, dan
cerpen.
Contoh:
- Pak Arman banting tulang demi menghidupi keluarganya. Kata “banting
tulang” pada kalimat tersebut bermakna bekerja keras.
- Ratna adalah anak yang pandai. Dia sering dijuluki kutu buku. Kata “Kutu
buku” pada kalimat tersebut bermakna gemar membaca atau rajin membaca.
Perubahan Makna
Perubahan makna adalah pergeseran makna dari makna yang pertama ke makna yang
berikutnya. Perubahan makna itu tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan, melainkan
jika ada faktor dan penyebabnya maka ia akan berubah dengan cara dan metode tertentu.
1. Peyorasi
Peyorasi adalah perubahan makna yang terjadi dengan adanya kata yang maknanya
bergeser menjadi lebih rendah atau negatif dibanding makna asli atau sebelumnya.
Contoh:
Kata Anjing mengalami perubahan makna yang lebih rendah. Sebelumnya
kata ini dipakai untuk menyebut salah satu spesies binatang. Namun kata
Anjing kini bergeser maknanya sebagai umpatan.
2. Ameliorasi
Ameliorasi adalah perubahan makna yang menunjukkan pergeseran makna kata
menjadi lebih positif.
Ameliorasi ini dibagi menjadi dua yaitu :
a) Eufemisme
Eufemisme merupakan pemakaian kata yang lebih halus, biasanya untuk
menghindari kata tabu atau yang dilarang. Sehingga makna tersebut terkesan
lebih halus.
Contoh:
-kata meninggal yang dipakai untuk memperluas kata mati.
b) Disfemisme
Disfemisme adalah perluasan makna dengan makna yang lebih kasar.
Contoh:
-kata bejat yang dipakai sebagai bentuk kasar dari nakal.
5. Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi karena adanya pertukaran tanggapan
antara dua indra yang berlainan.
Contoh:
Kata indah pada frasa “suara indah”. Kata indah semula merupakan
pemaknaan yang dihasilkan oleh indra penglihatan. Tetapi dalam kalimat
tersebut kata indah memiliki makna baru yang terkait dengan indra
pendengaran.
6. Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna kata akibat adanya persamaan atau kemiripan sifat
dengan kata lain.
Contoh:
kata kursi dahulu bermakna sebagai tempat duduk. Kini makna kursi
diasosiasikan dengan kedudukan atau jabatan dalam pemerintahan.
7. Apelativa
Apelativa adalah penyebutan sesuatu berdasarkan penemu, pabrik pembuatnya, atau
nama dalam sejarah.
Contoh:
-Anamatope atau tiruan bunyi : cicak dan tokek
-Tempat : Dodol Garut, Jenang Kudus, Sate Madura.
-Bahan : Kain sutera, karung goni.
-Penemu : Ikan Mujair.