Anda di halaman 1dari 14

Nama :

NIM :
Kelas : 3A
Mata Kuliah : Semantik
Rangkuman Materi Semantik

HUBUNGAN SEMANTIK DAN ILMU LAIN


A. Hakikat Semantik
Semantik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang arti atau makna yang terkadung
pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lisan. Semantik ini menelaah
lambang-lambang tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu
dengan yang lain, serta hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata
tersebut. Semantik ini biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain yaitu sintaksis dan
pragmatic. Sintaksis merupakan pembentukan simbol kompleks dari simbol
sederhana. Sedangkan pragmatic merupakan penggunaan praktis simbol oleh
komunitas pada konteks tertentu. Makna dalam semantik merupakan suatu arti dari
kata yang diucapkan. Makna ini merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia
luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti.

Pengertian semantik menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:


a) Charles Morrist, Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan
tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda
tersebut”.
Contohnya : Rambu-rambu lalu lintas. Rambu lalu lintas merupakan pengganti dari
pesan untuk pengguna jalan atau pengguna lalu lintas seperti pengganti pesan
berhenti, berbalik arah, dilarang parkir, dan lain sebagainya.
b) J.W.M Verhaar, 1981:9 Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics)
berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang
menyelidiki makna atau arti. Makna dalam konteks semantik adalah suatu bunyi
bahasa yang dikeluarkan melalui alat ucap manusia dan memiliki suatu arti.
Contoh : kata ‘Baju’ bermakna sebuah benda yang terbuat dari kain dan digunakan
sebagai pelindung badan.
c) Lehrer, 1974:1, Semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan
dengan psikologi, filsafat dan antropologi. Bahasa memiliki beberapa struktur
yakni wacana, paragraf, kalimat, kata, fonem, morfem. Sedangkan fungsi bahasa
adalah sebagai alat ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai adaptasi sosial,
sebagai kontrol sosial.
d) Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195), Semantik mengasumsikan bahwa bahasa
terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek
dalam pengalaman dunia manusia.
e) Ensiklopedia Britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313), Semantik
adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara. Pembeda linguistik dapat dilihat
dari objek kajiannya.
f) Dr. Mansoer Pateda, Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan
makna. Subdisiplin linguistik dapat dikelompokkan berdasarkan:
-Berdasarkan objek kajiannya : linguistik umum dan linguistik khusus
-Berdasarkan objek kajiannya : linguistik singkronik dan linguistik diakronik
-Berdasarkan objek kajiannya : linguistik mikro dan linguistik Makro
-Berdasarkan tujuan pengakajiannya : linguistik teoritis, linguistik terapan,
-Berdasarkan teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya
-linguistik tradisional, linguistik structural, linguistik transformasional.
-linguistik generatif semantik, linguistik relasional, linguistik sistemik.
g) Abdul Chaer, Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah
satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik) Makna
kata, selalu dihubungkan dengan "bentuk".
Contoh : kata ‘bola’ bermakna mengikuti bentuknya yaitu bola memiliki bentuk
bulat dan dapat menggelinding.

B. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah suatu lambang bunyi yang bermakna dan bersifat arbitrer yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi.
Ciri-Ciri Bahasa:
a) Sebuah sistem
Bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola, memiliki suatu makna dan fungsi
tertentu. Sebagai sebuah sistem bahasa tersusun secara sistematis, maksudnya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal tetapi juga terdiri dari sub-sub sistem
atau sistem bawahan.
b) Berwujud lambang
Bahasa berwujud lambang artinya bahasa itu memiliki simbol untuk
menyampaikan pesan kepada lawan bicara. Simbol ini berfungsi untuk
memperjelas atau mempertegas bahasa yang hendak disampaikan.
c) Berupa bunyi
Bahasa itu adalah yang sifatnya primer dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi.
Jadi bahasa tulis adalah bahasa sekunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa
lisan, yang apabila dibacakan tetap melahirkan bunyi.
d) Arbitrer
Arbitrer dapat diartikan manasuka, sewenang-wenang, tidak tetap, berubah-ubah.
e) Bahasa itu Bermakna
Bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat kaitannya dengan sistem lambang
bunyi. Oleh sebab itu bahasa itu dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu
konsep, suatu ide, atau pikiran yang hendak disampaikan melalui wujud bunyi
tersebut, maka bahasa itu memiliki makna.
f) Konvensional
Bahasa itu konvensional maksudnya penggunaan bahasa sesuai dengan kebiasaan
warga setempat.
g) Unik
Bahasa itu dikatakan unik karena setiap bahasa memiliki ciri-ciri khas sendiri yang
dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini menyangkut
sistem bunyi, pembentukan kata, pembentukan kalimat dan sistem-sistem lainnya.
Selain itu bahasa dikatakan unik karena tekanan kata yang bersifat morfemis.
h) Universal
Bahasa itu bersifat universal artinya bahasa tersebut dapat dimengerti secara global
dan menyeluruh.
i) Produktif
Produktif artinya bahasa banyak menghasilkan unsur-unsur yang tidak terbatas
jumlahnya.Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau
gagasan baik secara tulis dan lisan. Contohnya dari beberapa huruf akan tercipta
banyak kata, dari beberapa kata dapat tercipta banyak kalimat yang berbeda.
j) Bervariasi
Setiap masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa
jawa misalnya, antara bahasa jawa timur dengan bahasa jawa tengah itu berbeda
secara ideolek, dialek, sosiolek, dan fungsiolek.
k) Dinamis
Bahasa itu akan terus berubah-ubah menyesuaikan kebutuhan atau perubahan
zaman. Dengan kata lain bahasa itu tidak statis, bahasa pun sering mengalami
perubahan.
l) Manasusiawi
Bahasa yang manusiawi adalah bahasa yang lahir secara alami dari penuturnya.
Sifat bahasa ini menjadi citra bahasa yang baik dalam berkomunikasi.

Pola Pemenggalan Kata Bahasa Indonesia.


1. Pola (V) vokal , yakni pola yang dibangun dalam satu bunyi vokal.
Contohnya : a-pek, a-kar, ma-u, a-abah, a-nak, a-sap.
2. Pola (KV) konsonan .
Contonya : pu-dar , ga-ji, pu-nik, pi-lek.
3. Pola (VK)Vokal+konsonan
Contohnya : am-bil, as-ri, ar-ca, an-tre, un-tung, an-da, an-tek
4. Pola (KVK)Konsonan+Vokal+Konsonan
Contohnya : sum-ber, ban-dang, pan-tas, ber-sih.
5. Pola (KKVK)Konsonan+konsonan+Vokal+Konsonan
Contoh: prak-sis, trak-tir, kon-trak.
6. Pola (KKV)Konsonan+Konsonan+vokal
Contoh: ant-tre, dra-ku-la, gra-fik, pla-net, kon-tra, sas-tra.
7. Pola (KKVKK) konsonan + konsonan + vokal + konsonan+konsonan
Contoh: tri-pleks, sim-pleks,
8. Pola (KVKK) konsonan+vokal+ konsonan + konsonan
Contoh: pers-to, teks-tur
9. Pola (KKKVK) konsonan+konsonan+konsonan+vokal+konsonan
Contoh: struk-tur
10. Pola (KKKV) konsonan+konsonan+konsonan+vokal
Contoh: stra-ta, stru-ma, in-stru-men-tal, stra-te-gi
11. Pola (KVKKK) konsonan+vokal+konsonan+konsonan+konsonan
Contoh: korps

SEMANTIK DAN MASALAHNYA

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN MAKNA


Beberapa di antara latar atau faktor penyebab perubahan makna itu dapat dipaparkan
sebagai berikut.
1. Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi. Perkembangan dalam bidang ilmu
dan kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata.
Sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna tentang sutau yang sederhana,
tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah akibat
pandangan baru tentang suatu ilmu dan perkembangan teknologi.
2. Perkembangan sosial dan budaya. Perkembangan dalam masyarakat tentang sikap
sosial dan budaya, juga terjadi perubahan makna. Jadi bentuk katanya tetap sama
tetapi konsep makna yang dikandungnya telah berbeda.
3. Perbedaan bidang pemakainan. Bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan memilki
kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam
bidang tersebut.
4. Adanya Asosiasi. Adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang
lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran sesuatu yang lain yang berkenaan dengan
ujaran tersebut.
5. Perbedaan tanggapan.
Contoh ; kata bini lebih peyoratif (nilainya merosot menjadi rendah), sedangkan istri
dianggap amelioratif (nilainya naik menjadi tinggi). Dulu penggunaan kata bini
adalah hal yang biasa dan lazim digunakan untuk menyebut pasangan hidup tetapi
karena berbedanya tanggapan akhirnya kata bini dianggap sebagai peyoratif
dibandingkan kata istri.
6. Pengembangan istilah. Memanfaatkan kosakata yang telah ada dengan memberikan
makna baru, baik dengan menyempitkan, meluaskan, ataupaun memberikan arti baru
sama sekali.
7. Akibat ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa, yakni makna kata selain
dapat memiliki hubungan erat dengan dengan kata lainnya, misalnya dalam kolokasi,
makan dan bentuk kata, bisa juga tumpang tindih, misalnya dalam polisemi, sinonimi,
homonimi. Kolokasi yang sangat ketat antara kopi dangan minuman, misalnya,
menyebabkan adanya perkembangan makna kopi itu sendiri selain mengacu pada
‘buah’ juga ‘bubuk’ dan ‘minuman’.
8. Akibat adanya proses gramatik, yaitu misalnya kata ibu akibat mengalami relasi
gramatik dengan kota akhirnya tidak merujuk pada ‘wanita’ tetapi pada tempat.
9. Akibat unsur kesejarahan, yakni berkaitan dengan perjalanan bahasa itu sendiri dari
generasi ke generasi, perkembangan konsep ilmu pengetahuan, kebijakan institusi,
serta perkembangan ide dan objek yang dimaknai. Sebagai contoh kata penghayatan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila berbeda dengan penghayatan
musik klasik.
10. Faktor emotif, yakni pergeseran makna yang ditandai oleh adanya asosiasi, analogi,
maupun perbandingan dalam pemakaian bentuk bahasa. Terdapatnya asosiasi, analogi
dan perbandingan salah satunya menyebabkan adanya bentuk metaforis, baik secara
antromofis, perbandingan binatang, dan sinaestetis. Metafora antromofis yaitu
penataan relasi kata yang seharusnya khusus untuk fitur manusia tetapi dikaitkan
dengan benda- benda tak bernyawa.

B. CIRI-CIRI KARYA ILMIAH DILIHAT DARI SUDUT PANDANG


SEMANTIK
-Reproduktif
-Tidak ambigu
-Tidak emotif
-Menggunakan bahasa baku
-Bersifat dekoratif
-Terdapat kohesi
-Bersifat Objektif
-Menggunakan kalimat efektif.

C. CIRI-CIRI KARYA SASTRA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG


SEMANTIK
-Menggunakan makna kias
-Terdapat salah satu bentuk kata idiosyncratic yaitu kata yang digunakan
adalah hasil kresi penulisnya.
-Terdapat makna referensial yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata
itu.
-Kata yang menggambarkan manusia dengan berbagai permasalahannya
-Terdapat tatanan bahasa yang indah
-Sastra menunjukkan kebenaran atau realitas dalam kehidupan
-Pemilihan kata berdasarkan keindahan, bukan kegunaan.
MAKNA DITINJAU DARI SEGI PENAMAAN DAN PENDEFINISIANNYA
A. PENAMAAN DALAM SEMANTIK
Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara itu, Kridalaksana (1993) mengartikan
penamaan sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek
konsep, proses, dan yang lainnya, biasanya memanfaatkan perbendaharaan yang ada
antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan
penciptaan kata atau suatu kelompok kata. Kemudian, terkait pemberian nama,
Aristoteles mengungkapkan pemberian nama merupakan konvensi atau hanya
perjanjian belaka di antara sesama anggota masyarakat bahasa. Dalam hal ini terdapat
beberapa sebab yang melatarbelakangi terjadinya penamaan, diantaranya :
1. Peniruan bunyi, yaitu penamaan yang muncul pada saat kata atau ungkapan adalah
bunyi dari benda yang diacunya.
2. Penyebutan bagian, yaitu penamaan suatu benda berdasarkan bagian dari benda itu,
padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya,
3. Penyebutan sifat khas, yaitu penamaan suatu benda berdasarkan sifat khas yang
terdapat dalam benda tersebut.
4. Penyebutan penemu dan pembuat, yaitu penamaan yang dibuat berdasarkan nama
penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama peristiwa sejarah,.
5. Penyebutan tempat asal, yaitu penamaan suatu benda berdasarkan nama dari tempat
asal benda tersebut.
6. Penyebutan bahan, penamaan yang diambil berdasarkan nama bahan pokok benda itu.
7. Penyebutan keserupaan, yaitu penamaan yang diambil berdasarkan keserupaan suatu
benda dengan benda lain.
8. Penyebutan pemendekan, yaitu penamaan yang terbentuk dari hasil penggabungan
unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi
satu.
9. Penyebutan penamaan baru, yaitu penamaan yang terbentuk karena menggantikan
kata atau istilah lama yang telah ada.

B. PENDEFINISIAN DALAM SEMANTIK


Pendefinisian merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja yang mana
bertujuan untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses,
aktivitas, peristiwa dan sebagainya. Dalam hal ini terdapat empat macam
pendefinisian, diantaranya :
1. Definisi sinonimis atau sinonim, yaitu definisi yang paling rendah tingkat
kejelasannya karena hanya berputar balik.
2. Definisi formal, yaitu ide atau konsep yang akan didefinisikan disebut terlebih dahulu
ciri umumnya kemudian ke ciri khususnya
3. Definisi logis, yaitu mendefinisikan secara jelas ide atau konsep dengan sebaik
mungkin sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan objek-objek lain dan
lebih luas dari definisi formal.
4. Definisi ensiklopedis, yaitu definisi yang lebih luas daripada definisi logis karena
definisi ini menerangkan secara lengkap dan jelas terhadap segala sesuatu yang
berkitan dengan konsep atau ide.
JENIS-JENIS SEMANTIK
Semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji tentang sistem makna. Makna
yang dikaji dalam semantik dapat dilihat dari banyak segi, terutama teori atau aliran
yang berbeda dalam linguistik. Teori yang mendasari dan dalam lingkungan mana
semantik dibahas membawa kita kepengenalan tentang jenis-jenis semantik. Jenis-
jenis semantik itu dapat dideskripsikan berikut ini:
1. Semantik Behavioris
Makna berada dalam rentangan antara stimulus dan respon, antara rangsangan dan
jawaban. Makna ditentukan oleh situasi lingkungan.
2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif adalah kajian semantik yang memperlihatkan makna yang berlaku
saat ini (sekarang). Makna yang pertama kali muncul tidak dipakai.
3. Semantik Generatif
Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah:
- Kompetensi (competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan bahasa yang
dipahami itu dalam komunikasi
- Struktur luar, yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti terdengar:
- Struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam struktur luar.
Teori semantik generatif muncul tahun 1968 karena ketidak puasan linguis terhadap
pendapat Chomsky. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari
struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang
merupakan perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses
yang disebut transformasi

4. Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal adalah semantik yang mengkaji makna yang terdapat dalam
satuan kalimat. Pada semantik gramatikal ini berkaitan dengan segi morfologi dan
sintaksis.
Dari segi Morfologi : Afiksasi, Reduplikasi, Komposisi
Contoh :Afiksasi: perdagangan, kenakalan, perkelahian.
Reduplikasi : Sayur-mayur, perlahan-lahan, pertama-tama.
Komposisi: kamar-mandi, sepeda-motor, kamar-tidur.
Dari segi Sintaksis : Di tafsirkan sesuai dengan tata bahasa keseluruhan.
Contoh: Terjatuh, kata terjatuh memiliki makna tidak sengaja jatuh dalam kalimat
uang yang ada di saku joni terjatuh saat ia berlari. Sedangkan dalam kalimat
gelas itu terjatuh jika diletakkan dimeja, dapat bermakna dapat jatuh.

5. Semantik Leksikal
Suatu kajian semantik yang mengkaji makna asli seperti yang ada di Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
Contoh:
 Buku: lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong.
 Lemari : peti besar tempat menyimpan sesuatu (seperti buku,pakaian)
 Kursi : Tempat duduk yang berkaki dan bersandaran.

6. Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam
rangkaian waktu. Studi semantik ini menekankan studi makna dalam rentangan
waktu, bukan perubahan bentuk kata.
7. Semantik Logika
Semantik logika adalah semantik yang mengkaji sistem makna yang dilihat dari
logika seseorang. Seperti yang berlaku dalam matematika yang mengacu pada kata
pengkajian makna atau penafsiran ajaran. Dalam semantik logika dibahas makna
proporsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab kalimat yang berbeda dalam bahasa
yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah kalim at
dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan
lambang disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.
Contoh: “Bulan depan pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar atau bulan
depan pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar”
(kalimat tersebut adalah benar, meskipun tidak seorangpun yang
mengetahui apa keputusan pemerintah bulan depan).

8. Semantik Struktural
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh
Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah
sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang
disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsur berupa fonem, morfem, kata, frase,
klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi,
sintaksis, dan wacana.

RELASI MAKNA
A. Hakikat Relasi Makna
Hakikat Relasi Makna Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat
antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat
berupa kata, frasa, maupun kalimat, dan relasi semantik itu dapat menyatakan
kesamaan makna, pertentangan makna, ketercukupan makna, kegandaan makna, atau
juga kelebihan makna. Abdul Chaer (1989), berpendapat bahwa relasi makna adalah
hubungan makna atau relasi semantik antara sebuah kata atau unit bahasa lainnya.

B. Jenis-Jenis Relasi Makna


a) Sinonimi merupakan nama lain dari benda dan hal yang sama (persamaan
kata). Sinonimi ini merupakan ungkapan berupa kata, frasa atau kalimat yang
memiliki makna hampir sama dengan ungkapan lainnya.
Contoh : Contoh:
-Mentari : Matahari

Contoh dalam kalimat:


 Andre tetap berolahraga meskipun sinar mentari menyengat tubuhnya.
Kata mentari sinonimnya matahari.
b) Antonimi atau oposisi
Antonimi merupakan kebalikan dari sinonimi yaitu lawan kata atau
pertentangam kata. Antonimi ini merupakan hubungan semantik antara dua
buah kata atau ujaran yang maknanya menyatakan pertentangan atau
kebalikan (lawan kata).
Contoh:
-Panas x Dingin
Contoh dalam bentuk kalimat:
 Suasana di Batu Malang sangat dingin, berbeda dengan suasana di
Jambi yang sangat panas.
c) Polisemi
menurut Faiza (2008:73) polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang
memiliki beberapa makna yang berhubungan. Jadi polisemi merupakan suatu
kata atau suatu ujaran yang memiliki lebih dari satu makna.
Contoh :
 Mata
-pamanku mata pencahariannya sebagai pedangang sayur.
-Andi mata kakinya sakit karena habis menang bola.
d) homonimi, homofoni, dan homografi,
1) Homonimi adalah relasi makna antara yang ditulis sama dengan yang
dilafalkan, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
- ular itu memiliki bisa mematikan. (Bisa dalam kalimat ini berarti racun
ular)
-Aku bisa mendapatkan nilai yang bagus dengan giat belajar. (Bisa dalam
kalimat ini berarti sanggup)
2) Homofoni adalah persamaan bunyi antara dua satuan ujaran tanpa
memperhatikan ejaanyaejaanya, apakah ejaannya sama atau berbeda.
Contoh :
-Niken mengambil uang di bank.
-Bang Alpin membeli roti di supermarket.
Kata bang pada kalimat pertama memiliki perbedaan dengan kata bang pada
kalimat kedua. Kata Bank memiliki makna Lembaga Keuangan. Sedangkan
kata Bang pada kalimat kedua bermakna kakak laki-laki.
3) Homografi adalah bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan
maknanya tidak sama.
Contoh :
-pejabat teras sudah memasuki ruang rapat. (Teras dalam kalimat ini
bermakna inti)
-Nafisa sedang duduk santai di depan teras rumahnya. (Teras dalam kalimat
ini bermakna depan rumah)
-Alif memerah susu sapi di peternakan pamannya. (Memerah pada kalimat ini
bermakna memerah susu sapi)
-wajah andre memerah setelah diejek oleh temannya. (Memerah pada kalimat
ini bermakna malu atau marah)

e) Hipernimi dan Hiponimi


Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim
dapat
menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Umumnya katakata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan
anggota dari kata
hipernim.
Contoh :
• Hipernim: Ikan
• Hiponimi : lumba-lumba, udang, hiu, mujaer, dan lain-lain.
f) Ambiguitas
Ambiguitas adalah suatu kata yang memiliki makna ganda atau makna yang
lebih
dari satu yang terjadi akibat dari penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.
Ambiguitas ini menyebabkan ketidakjelasan dalam memahami sesuatu.
Contoh :
• Dinda datang ke rusunawa untuk memberi tahu (kalimat tersebut memiliki
beberapa arti, yaitu datang untuk memberi tahu “makanan” dan datang untuk
memberi “informasi”
• Arla membeli buku sejarah puisi yang baru (kalimat ini memiliki beberapa
arti yaitu bukunya yang baru dan puisinya yang baru)
• Teman Radit yang gemuk itu sedang menonton sepak bola (kalimat tersebut
Memiliki beberapa arti yaitu teman arfan yang gemuk sedang menonton
sepak Bola dan teman dari arfan itu sedang menontong sepak bola)

g) Redudansi.
Redudansi adalah cara mengungkapkan sesuatu dengan cara mengulang-ulang
kata
secara berlebihan untuk mengungkapkan ide atau konsep tertentu dalam
menyampaikan pesan.
Contoh:
• Albi memanjat ke atas pohon mangga.
• Meri menerangkan sesuatu dengan sangat jelas sekali.
• Lala mengenakan baju putih agar supaya terlihat bersih.

Jenis Makna
1. Makna Kata dan Istilah
- Makna kata adalah hubungan antara suatu ujaran atau ucapan dalam sebuah kata.
Setiap kata pasti memiliki makna atau maksud tertentu dalam sebuah kata.
Misalnya buku bermakna lembar kertas yang berjilid, yang berisi tulisan atau
kosong.
- Istilah adalah gabungan kata yang mengungkap sebuah konsep, proses, keadaan,
atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Misalnya – loyalitas = kesungguhan atau kesetiaan dalam melakukan pekerjaan.
2. Makna konseptual dan Makna asosiatif
- Makna konseptual merupakan mana yang sesuai dengan konsep dan sesuai dengan
referen. Makna konseptual ini adalah makna yang terdapat dalam kamus atau
sumber terpercaya. Seperti KBBI atau Wikipedia.org.
Contoh : Andi mengayuh sepeda dengan kencang. Kata sepeda pada kalimat
tersebut adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang, tempat duduk
dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya.
- Makna asosiatif adalah makna yang muncul di benak seseorang ketika mendengar
kata tertentu. Dalam semantic makna asosiatif mengacu pada kualitas atau
karakteristik tertentu diluar makna denotatif yang orang biasa pikirkan. Makna
asosiatif dikenal dengan makna ekpresif dan stilistik.
Contoh : usaha pak Budi sekarang gulur tikar, akibat karyawan yang hobi
korupsi.
Kata “gulung tikar” dalam kalimat tersebut bisa bermakna bangkrut atau rugi.
3. Makna Idomatikal dan Peribahasa
- Makna idiomatikal adalah gabungan kata yang memiliki makna bukan makna dari
unsur pembentuknya. Jadi sebuah kata akan memiliki makna baru setelah kata
tersebut menyatu. Ungkapan atau idiom ini sering digunakan dalam kalimat
kiasan agar penyampaian makna lebih berkesan.
Contoh : Perkara itu di bawah ke meja hijau.
Meja hijau dalam kalimat tersebut bermakna pengadilan.
- Kita tidak boleh mejual gigi ketika mengunjungi korban lumpur panas.
“menjual gigi” dalam kalimat tersebut bermakna tertawa keras.
- Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud
keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan perbuatan mengenai diri
seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, ibarat, perumpamaan.
Paribahasa ini memiliki susunan kata yang teratur sehingga sedap di dengar dan
cukup bermakna.
Contoh: - Belum beranak sudah ditimang (artinya belum berhasil, tetapi sudah
bersenang-senang lebih dulu)
- Belum bertaji hendak berkokok (artinya belum berilmu atau kaya
hendak menyombongkan diri)

4. Makna Kiasan
Makna kiasan adalah makna kata atau kelompok kata yang bukan makna sebenarnya.
Makna kiasan ini sering ditemukan dalam karya sastra seperti puisi, pantun, dan
cerpen.
Contoh:
- Pak Arman banting tulang demi menghidupi keluarganya. Kata “banting
tulang” pada kalimat tersebut bermakna bekerja keras.
- Ratna adalah anak yang pandai. Dia sering dijuluki kutu buku. Kata “Kutu
buku” pada kalimat tersebut bermakna gemar membaca atau rajin membaca.
Perubahan Makna
Perubahan makna adalah pergeseran makna dari makna yang pertama ke makna yang
berikutnya. Perubahan makna itu tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan, melainkan
jika ada faktor dan penyebabnya maka ia akan berubah dengan cara dan metode tertentu.
1. Peyorasi
Peyorasi adalah perubahan makna yang terjadi dengan adanya kata yang maknanya
bergeser menjadi lebih rendah atau negatif dibanding makna asli atau sebelumnya.
Contoh:
 Kata Anjing mengalami perubahan makna yang lebih rendah. Sebelumnya
kata ini dipakai untuk menyebut salah satu spesies binatang. Namun kata
Anjing kini bergeser maknanya sebagai umpatan.
2. Ameliorasi
Ameliorasi adalah perubahan makna yang menunjukkan pergeseran makna kata
menjadi lebih positif.
Ameliorasi ini dibagi menjadi dua yaitu :
a) Eufemisme
Eufemisme merupakan pemakaian kata yang lebih halus, biasanya untuk
menghindari kata tabu atau yang dilarang. Sehingga makna tersebut terkesan
lebih halus.
Contoh:
-kata meninggal yang dipakai untuk memperluas kata mati.

b) Disfemisme
Disfemisme adalah perluasan makna dengan makna yang lebih kasar.
Contoh:
-kata bejat yang dipakai sebagai bentuk kasar dari nakal.

3. Perubahan Makna Meluas


Perubahan makna meluas merupakan penggunaan suatu kata yang membuat makna
dari kata tersebut semakin meluas dan umum.
Contoh:
 Kata Ibu semula dipakai untuk menyebut seseorang yang melahirkan kita.
Namun, kata ibu sekarang dipakai sebagai bentuk sapaan untuk wanita dewasa
dalam situasi formal.

4. Perubahan Makna Menyempit


Perubahan makna menyempit merupakan perubahan makna kata yang semula bersifat
luas dan umum, kemudian bergeser menjadi lebih khusus.
Contoh:
 Kata Sarjana dahulu digunakan untuk menyebut cendikiawan. Kini makna
kata Sarjana telah bergeser sebatas pada gelar yang diberikan universitas untuk
orang yang lulus strata satu (S1)

5. Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi karena adanya pertukaran tanggapan
antara dua indra yang berlainan.
Contoh:
 Kata indah pada frasa “suara indah”. Kata indah semula merupakan
pemaknaan yang dihasilkan oleh indra penglihatan. Tetapi dalam kalimat
tersebut kata indah memiliki makna baru yang terkait dengan indra
pendengaran.

6. Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna kata akibat adanya persamaan atau kemiripan sifat
dengan kata lain.
Contoh:
 kata kursi dahulu bermakna sebagai tempat duduk. Kini makna kursi
diasosiasikan dengan kedudukan atau jabatan dalam pemerintahan.

7. Apelativa
Apelativa adalah penyebutan sesuatu berdasarkan penemu, pabrik pembuatnya, atau
nama dalam sejarah.
Contoh:
-Anamatope atau tiruan bunyi : cicak dan tokek
-Tempat : Dodol Garut, Jenang Kudus, Sate Madura.
-Bahan : Kain sutera, karung goni.
-Penemu : Ikan Mujair.

Kategori Makna Leksikal


Makna leksikal adalah makna lambang kebahasaan tanpa melihat
konteksnya. Jenis makna leksikal merujuk pada arti sebenarnya dari suatu bentuk
kebahasaan yang dapat berdiri sendiri tanpa melihat konteks. Dalam studi gramatika,
kategori kata merupakan hal yang tidak pernah lepas dari pembicaraan. Kategori
makna leksikal mengkaji tentang:
1. Kategori Nominal
Kategori nominal terbagi atas sepuluh tipe :
a. Orang
b. Institusi
c. Binatang
d. Tumbuhan
e. Buah-buahan
f. Bunga-bungaan
g. Peralatan
h. Makanan-minuman
i. Geografi
j. Bahan baku
2. Kategori Verbal
Kategori verbal terdiri atas duabelas tipe :
a. Tindakan
b. Pengalaman
c. Pemilikan
d. Lokasi
e. Proses
f. Proses-pengalaman
g. Memperoleh atau merugi
h. Lokatif
i. Keadaan
j. Keadaan pengalaman
k. Keadaan benefaktif
l. Keadaan lokatif
3. Kategori adjectival
4. Kategori pendamping
Kategori pendamping terdiri atas:
a. Pendamping Nomina
b. Pendamping Verba
c. Pendamping Ajektiva
d. Pendamping Klausa
5. Kategori Penghubung
Kategori penghubung terdiri atas:
a. Penghubung Koordinatif
b. Penghubung Subordinatif

Anda mungkin juga menyukai