Fungsi bahasa dalam komunikasi apat dijabarkan atas tanggapan dan respon dari
penutur atau pembaca. Fungsi tersebut meliputi fungsi ekspresif, direktif,
informasional, metalingual, intraksional, kontekstual, dan politik. Jelaskanlah
fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pacamermandangan para ahli dan simpulkan
menurut pendapat anda.
Jawab:
Dalam peristiwa komunikasi, bahasa dapat menampilkan fungsi yang beragam. Namun
secara umum, bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi, menginformasikan
suatu fakta, memengaruhi orang lain, bercerita, mengobrol, dan sejenisnya. Masing-masing
fungsi bahasa itu dapat secara langsung dihubungkan dengan salah satu komponen dalam
komunikasi.Adapun fungsi-fungsi bahasa yang dimaksud yaitu:
a) Fungsi Ekspresi
Fungsi ekspresif adalah bahasa yang didayagunakan untuk meluapkan atau
menyampaikan ekspresi si penutur kepada diri sendiri atau khalayak ramai dengan
maksud dan tujuan tertentu. Fungsi bahasa ini biasanya digunakan untuk
mengekspresikan emosi, keinginan, kebahagiaan, kesedihan, penyampai pesan.
Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain:
a. Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita
b. Keinginan untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi.
Pada tahap permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat
untuk menyatakan dirinya sendiri (Keraf, 1997:4)
b) Fungsi Direktif
Fungsi direktif berorientasi pada penerima pesan. Dalam hal ini, bahasa dapat
digunakan untuk memengaruhi orang lain. Baik dari segi emosi, perasaan, maupun
tingkah laku. Selain itu, bahasa juga dapat digunakan untuk memberi keterangan,
mengundang, memerintah, memesan, mengingatkan, mengancam, dan lainnya.
c) Fungsi Informasional
Fungsi ini berfokus pada makna dan dapat dipergunakan untuk menginformasikan
sesuatu. Misalnya, melaporkan, mendeskripsikan, menjelaskan, dan
menginformasikan sesuatu
d) Fungsi Metalingual
Fungsi metalingual artinya bahasa itu di gunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti
ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Metalingual berfokus pada kode dan digunakan
untuk menyatakan sesuatu tentang bahasa.
e) Fungsi Interaksional
Fungsi interaksional, yakni penggunaan bahasa yang memiliki hubungan timbal balik
atau interaksi antara penyapa dan yang disapa atau pesapa. Fungsi bahasa ini biasa
ditemukan dalam percakapan sehari-hari.
f) Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat yang di sampaikan maka bahasa itu berfungsi imajunatif.
Bahasa itu di gunakan untuk menyampaikan, pikiran, gagasan, dan perasaan baik
yang sebenarnya maupun imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini merupakan
karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan
penutur maipun pendengarnya.
g) Fungsi Kontekstual
Fungsi kontekstual bahasa berfokus pada konteks pemakaian bahasa. Fungsi tersebut
berpedoman bahwa suatu ujaran harus dipahami dengan mempertimbangkan
konteksnya. Dengan alasan bahwa suatu ujaran yang sama akan berbeda maknanya
apabila berada dalam konteks yang berbeda pula. Salah satu alat bantu untuk
menafsirkan berdasarkan konteks adalah dengan mempertimbangkan penanda-
penanda kohesi dan acuan (reference) yang digunakan dalam situasi komunikasi.
h) Fungsi Puitik
Fungsi bahasa berorientasi pada kode dan makna secara simultan. Artinya, kode
kebahasaan dipilih secara khusus agar dapat mewakili makna yang hendak
disampaikan si penutur. Biasanya, tuturan akan menimbulkan nilai rasa seni yang
unik, menggelitik, berbau metapora, dan lain-lain.
i) Konsep Kohesi
Kohesi adalah pertautan makna, sedangkan koherensi adalah keruntutan makna.
Kohesi harus dibedakan pada tingkat wacana (proposisi) dan teks (bentuk). Koherensi
hanya pada tingkat wacana.
j) Koherensi
Koherensi merupakan pertalian makna antara bagian teks yang satu dengan lainya.
Koherensi berfungsi menghubungkan ujaran dalam makna saling melengkapi dan
berkesinambungan. Olehkarena itu dengan adanya koherensi kalimat terbentuk secara
logis dan bermakna secara utuh.
Kohesi dan koherensi dalam wacana merupakan salah satu unsur pembangun wacana
selain tema, konteks, unsur bahasa, dan maksud. Kohesi adalah keserasian hubungan
antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana, sehingga tercipta
pengertian yang baik (Djajasudarma, 1994: 47).
a. Konsep Kohesi dalam Wacana Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam
wacana. Kohesi juga merupakan organisasi sintaksis dan merupakan wadah bagi
kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan (Tarigan,
1987: 96). Pengetahuan strata dan penguasaan kohesi yang baik memudahkan
pemahaman tentang wacana. Wacana bernar-benar bersifat kohesif apabila
terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa terhadap konteks (James dalam Tarigan,
1987: 97).
Konsep kohesi mengacu pada hubungan bentuk. Artinya, unsur-unsur (kata
atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan
yang padu dan utuh. Dengan kata lain, kohesi adalah aspek internal dari struktur
wacana. Tarigan (1987: 96) menambahkan bahwa penelitian terhadap unsur
kohesi adalah bagian dari kajian tentang aspek formal bahasa, dengan organisasi
dan struktur kewacanaanya yang berkonsentrasi pada dan bersifat
sintaksis gramatikal.
Wacana yang baik dan utuh adalah jika kalimat-kalimatnya bersifat kohesif.
Hanya melalui hubungan yang kohesif, maka ketergantungannya pada unsur-
unsur lainnya. Hubungan kohesif khusus yang bersifat lingual-formal.
Selanjutnya, Halliday (1976: 4) mengemukakan bahwa unsur-unsur kohesi
wacana terdiri atas dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Unsur-
unsur kohesi gramatikal terdiri dari reference (referensi), substitution (substitusi),
ellipsis (elipsis), dan conjunction (konjungsi), sedangkan unsur-unsur kohesi
leksikal terdiri atas reiteration (reiterasi) dan collocation (kolokasi).
b. Konsep Koherensi dalam Wacana
Brown dan Yule (1986: 224) menegaskan bahwa koherensi berarti
kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. Dalam
stuktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata
pertalian batinantara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan
keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-
hubungan makna yang terjadi antarunsur secara semantik. Hubungan tersebut
kadang kala terjadi dengan alat batu kohesi, namun kadang-kadang dapat terjadi
tanpa bantuan alat kohesi, secara keseluruhan hubungan makna yang bersifat
koheren menjadi bagian dari organisasi semantis.
Keberadaan unsur koherensi sebenarnya tidak pada satuan teks saja (secara
formal), melainkan juga pada kemampuan pembaca atau pendengar dalam
menghubung-hubungkan makna dan menginterpretasikan suatu bentuk wacana
yang diterimanya. Jadi, kebermaknaan unsur koherensi terletak pada
kelengkapannya yang serasi antara teks dengan pemahaman penutur atau pembaca
(Brown, 1986:224).
k) Referensi
Referensi merupakan keterkaitan suatu teks dengan manusia atau benda. Referensi
merupakan bagian dari kohesi. Referensi berfungsi sebagai penunjuk atau di tunjuk
dalam suatu gramatikal atau ligual yang menjadi kalimat berstruktur. Penunjukan ini
merupakan kata atau frasa yang menunjuk pada kata atau frasa lain. Baik yang
menunjuk atau di tunjuk harus mengacu pada referensi yang sama.
2. Ada sepuluh jenis bahasa menurut tata bahasa tradisional, jelaskan dan masing-
masing lima contoh!
Jawab:
/i/-/k/-/a/-/t/
/k/-/i/-/t/-/a/
/k/-/i/-/a/-/t/
/k/-/a/-/i/-/t/
4. Bangsa indonesia telah memiliki dan menggunakan 4 bentuk ejaaan, yaitu van
ophuysien (balai pustaka)1901, soewandi (Republik) 1947, disempurnakan 1972,dan
PUEBI 2015. Jelaskan perbedaan mendasar dari ke empat bentuk ejaan tersebut!
Jawab:
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan
untuk bahasa Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Melayu menurut
model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan
bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata jang, pajah, sajang.
huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-kata goeroe, itoe, oemoer
(kecuali diftong 'au' tetap ditulis 'au').
tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah,
seperti pada kata-kata ma'moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Huruf hidup yang diberi aksen trema atau dwititik diatasnya seperti ä, ë, ï dan
ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama
seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab
yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
Penambahan huruf vokal diftong ei, dalam EYD hanya ada tiga yaitu ai, au, dan
ao. Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan dalam penulisan nama orang
tidak termasuk julukan, sedangkan pada PUEBI huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Penulisan huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata, untuk keperluan itu
digunakan huruf miring pada EYD, sedangkan pada PUEBI huruf tebal dipakai
untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Penggunaan partikel pun pada EYD ditulis terpisah kecuali yang sudah lazim
digunakan, maka penulisannya ditulis serangkai, sedangkan pada PUEBI partikel
pun tetap ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata penghubung, maka ditulis
serangkai.
Penggunaan bilangan, pada PUEBI, bilangan yang digunakan sebagai unsur nama
geografi ditulis dengan huruf, sesangkan pada EYD tidak ada hal yang
mengaturnya.
Penggunaan titik koma (;) pada EYD digunakan dalam perincian tanpa
penggunaan kata dan, sedangkan dalam PUEBI penggunaan titik koma (;) tetap
menggunakan kata dan.
Penggunaan tanda titik koma (;) pada PUEBI dipakai pada akhir perincian yang
berupa klausa, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya.
Penggunaan tanda hubung (-) pada PUEBI tidak dipakai di antara huruf dan
angka, jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf, sedangkan pada EYD
tidak ada hal yang mengaturnya. Misalnya: LP2M LP3I.
Tanda hubung (-) pada PUEBI digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya
Misalnya:……pasca-, -isasi.
Penggunaan tanda kurung [( )] dalam perincian pada EYD hanya digunakan pada
perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak dalam perincian ke bawah,
sedangkan pada PUEBI tidak ada hal yang mengaturnya.
Penggunaan tanda elipsis ( … ) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang terputus-
putus, sedangkan dalam PUEBI tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran
yang tidak selesai dalam dialog.
Jawab:
a. Frasa merupakan suatu penggabungan dua contoh kata dasar yang tidak memiliki
predikat dan tidak berpotensi menjadi kalimat. Sedangkan Klausa merupakan
penggabungan dua kata atau lebih yang salah satunya merupakan unsur predikat.
Tidak seperti frasa, klausa dapat berpotensi menjadi suatu kalimat yang utuh. Hal
ini disebabkan karena klausa mengandung unsur predikat yang merupakan unsur
dasar dalam suatu kalimat.
b. Frasa Endosentris Koordinatif: merupakan frasa yang terdiri atas gabungan dua
kata yang sama-sama berkedudukan sebagai D. Misalnya: Ayah Ibu; kakek nenek,
dan sebagainya.
c. Frasa Endosentris Atributif: merupakan frasa yang pola DM atau MD. Misalnya:
buku paket (D= buku, M= paket); sedang menggambar (M= sedang, D=
menggambar).
d. Frasa Endosentris Apositif: menurut artikel jenis-jenis frasa berdasarkan unsur
pembentuknya, frasa ini merupakan frasa yang unsur D dan M nya bisa dipisah
dengan penggunaan tanda koma (,). Misalnya: Bandung, kota kembang.
Jawab:
a. Kalimat Berita
Merupakan kalimat yang bertujuan untuk menyampaian suatu informasi. Kalimat ini
dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca titik (.).Dalam pembacaannya, pada
akhir kalimat biasanya memiliki intonasi yang menurun.
Contoh :
Anak zaman sekarang sudah banyak membawa ponsel canggih ke sekolah, padahal
mereka hanya membutuhkan yang bisa mengirim pesan.
Untuk merayakan hari kemerdakaan, sekolah kami mengadakan perlombaan.
b. Kalimat Perintah
Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam penulisannya, kalimat perintah akan
diakhiri dengan tanda baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya digunakan intonasi yang meninggi.
Contoh :
Tolong ambilkan kertas di meja itu! (permohonan)
Jangan mendekat! (larangan)
Mari kita jaga kelestarian hutan lindung? (ajakan)
Contoh :
Ari tengah berlari ke hutan. (memberitahu kepastian)
Aku menolak hadir dalam acara tersebut. (memberitahu pengingkaran)
c. Kalimat Aktif
Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di dalamnya melakukan suatu
tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis ini akan menggunakan predikat dengan awalan “me-”
dan “ber-” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat diberikan awalan “me-”,
seperti mandi, pergi, tidur, dan lain sebagainya.
Contoh :
Ani pergi ke pasar.
d. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan.
Kalimat pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-”
serta diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi dua bentuk,
yakni,
Contoh:
Bola ditendang Adnan.
Kertas itu tertiup angin.
e. Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat yang
mendahului kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk menyampaikan
penekanan atau ketegasan makna. Kata pertama yang muncul merupakan kaa yang
menjadi penentu makna kalimat sekaligus menjadi kata yang menimbulkan kesan
terhadap pembaca maupun pendengarnya.
Contoh:
Bawa gadis itu ke hadapanku!
P S K
f. Kalimat minim
Kalimat minim adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur kontur. Kontur
adalah bagian arus ujaran yang diapit oleh dua kesenyapan.
Contoh :
Diam!
Pergi!
g. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kumpulan kata yang hanya terdiri dari satu struktur penyusun
kalimat dimana kalimatnya hanya ada satu unsur subjek dan predikat.
Contoh
3. Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung “atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di Jerman atau
tetap tinggal di sini bersama ayahnya.
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika” menyatakan
kalimat majemuk bertingkat.)
l. Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat hasil kutipan dari ucapan seseorang tanpa
melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini
ditandai dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan dengan
kalimat penjelas.
Contoh :
“Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar
Andriana berkata, “Aku mungkin tidak akan pulang malam ini. Besok aku beri kabar
lagi.”
“Andai waktu itu ibumu ini tidak lari, Nak,” Ibu mulai bercerita, “tidak mungkin kamu
bisa sampai sebesar ini. Karena kalo ibu tidak lari, kita pasti ikut hangus bersama desa
kita.”
Burhani mengancam tidak masuk sekolah bila ia masih merasa mendapat bully-an dari
teman sekelasnya.
o. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat aktif yang tidak memiliki objek.
Contoh :
Dia tidur.
Jian berlari.
p. Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata benda (kata
bilangan atau kata sifat) sebagi predikat
Contoh :
Tentara itu tewas di medan perang.
Adik saya ada dua orang
q. Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai
predikat.
Contoh :
Andi mengayuh sepedanya pelan.
Siska makan di kamarnya.
r. Kalimat Adjektival
adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan
menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Adjektiva dapat menerangkan
kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Contoh adjektiva
antara lain adalah keras, jauh, dan kaya.
s. Kalimat nomarial
Numeralia atau kata bilangan yaitu kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah
(orang, benda, binatang, dan lainnya) atau urutan. Kata bilangan terbagi menjadi dua,
yaitu kata bilangan tentu (takrif) dan bilangan tak tentu (tidak takrif).
Contoh :
Satu atau dua orang wajib mewakili kelas dalam perlombaan lompat karung dalam
rangka perayaan 17 Agustus.
Pemeriksaan kesehatan itu membutuhkan waktu selama dua jam untuk mengetahui
hasilnya.
c. Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat
pertama dan kalimat terakhir. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam
hal ini kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat
pertama dengan sedikit terkanan atau variasi.
1. Generalisasi
Merupakan paragraf yang memiliki pola khusus ke umum atau umum ke khusus. Pola
khusus ke umum merupakan pola yang berisi pernyataan-pernyataan khusus yang kemudian
disimpulkan dalam satu pernyataan umum. Sementara itu, pola umum ke khusus merupakan
pola yang diawali satu kalimat pernyataan umum yang kemudian dijelaskan secara rinci
dengan menggunakan kalimat-kalimat khusus. Adapun kalimat-kalimat khusus pada jenis
paragraf ini harus berisikan fakta atau data yang akurat. Kedua pola pada paragraf
generalisasi tersebut juga bisa ditemukan pada paragraf induktif dan paragraf deduktif
Klasifikasi
Paragraf klasifikasi merupakan paragraf yang polanya berisi pengelompokkan, pembagian,
ataupun penggolongan dari suatu topik yang dibahas dalam paragraf. Pola seperti ini juga
bisa ditemukan di karangan eksposisi.
3. Analogi
Merupakan paragraf yang berisi perumpamaan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
Permupamaan digunakan agar pembaca lebih mengerti maksud dari paragraf yang hendak
disampaikan. Pola ini juga bisa digunakan dalam penulisan paragraf induktif
4. Paragraf Contoh
Merupakan alinea yang polanya berupa contoh-contoh yang berfungsi untuk memperkuat
gagasan yang hendak disampaikan. Sebisa mungkin, contoh-contoh yang diberikan
merupakan hal-hal yang dekat dengan keseharian pembaca. Hal ini tentu saja untuk membuat
pembaca semakin paham akan gagasan yang hendak disampaikan. Paragraf ini biasanya
selalu menggunakan kata contohnya atau misalnya.
8. Tulislah satu contoh paragraf pola deduktif, induktif dan paragraf dengan
pengembangan sebab akibat.
Jawab:
1. Contoh paragraf deduktif sebab akibat :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa
dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi,
hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru
2. Contoh paragraf induktif sebab akibat:
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.
Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi
tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif
dan efisien.
3. Contoh paragraf sebab akibat:
Andi suka membantu sesama tanpa pamrih. Dia juga selalu baik terhadap semua
orang yang disekitarnya. Sikapnya yang sopan membuat dia mudah akan diterima di
lingkungan mana saja. Tidak hanya itu, dia juga akan memiliki tutur kata yang akan
lembut. Dia tidak pernah berbicara kasar yang akan mengakibatkan menyakiti
perasaan orang lain. Meskipun dia selalu jujur dia akan memiliki cara-cara yang tepat
untuk menasehati teman-temannya tanpa menyingung perasaan. Ditambah lagi dia
juga merupakan orang yang pintar di kelasnya. Meskipun begitu dia tidak pernah pelit
ilmu kepada teman sekelasnya. Andi selalu mengajarkan teman-temannya yang selalu
bertanya kepadannya. Oleh karena itu, wajar saja Andi menjadi teman kesayangan
maupun murid favorit oleh guru-guru di sekolah.
REPERENSI:
1. Judul Buku : Linguistik Umum. Pengarang: Abdul Chear. Penerbit: Rineka Cipta
Jakarta 2007
2. Judul Buku : SINTAKSIS “Edisi Kedua”, pengarang: Jos Daniel Parera. Penerbit:
PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta Tahun Terbit 1991
3. Judul Buku : SINTAKSIS “Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi”,
Pengarang : Miftahul Khairoh dan Sakuran Ridwan, Penerbit : Bumi Aksara Jakarta
tahun 2015`
4. Judul Buku : Kajian Bahasa Edisi Kelima, Pengarang George Yule, Penerbit: Pustaka
Belajar Tempat Terbit: Jogjakarta tahun 2015
5. Judul Buku : Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik, Pengarang : Sugihastuti dan
Siti Sauda, Penerbit : Pustaka Pelajar Jogjakarta November 2016.
6. Judul buku :Penyuntingan BAHASA INDONESIA untuk Karang-mengarang,
Pengarang : Dr.R Kunjana Rahardi, M. Hum. Penerbit: Erlangga,Tepat terbit: Jakarta,
2009
7. Judul buku : TATA BENTUK BAHASA INDONESIA Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif, Penerbit: PT Bumi Aksara,Pengarang : Masnur Muslich , Tempat
terbit:Jakarta Timur, Tahun terbit:2014