Anda di halaman 1dari 3

HAKIKAT BAHASA

Nama = Muhammad Rasyid Isnain


Nim = 221221129
Prodi/Kelas = BKI 1D

Hakikat Bahasa
Pada dasarnya, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di dalamnya. Atas
adanya pernyataan tentang bahasa adalah sebuah sistem yang memiliki pola tertentu, maka jelas
dalam suatu bahasa akan terdapat adanya subsistem di dalamnya. Subsistem ini mencakup
fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Sifat-Sifat Bahasa
1. Bahasa Sebagai Sistem
‘sistem’ itu berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi. Begitu pula dengan bahasa, yang memiliki sistem tertentu di dalamnya.
Komponen-komponen yang terdapat di dalam suatu sistem bahasa harus tersusun secara teratur
supaya dapat dimengerti oleh penutur dan lawan penuturnya.
Dalam Bahasa Indonesia, komponen-komponen tersebut berupa Subjek (S), Predikat (P), Objek
(O), dan Keterangan (K). Untuk mempelajari mengenai komponen-komponen yang mengatur
suatu bahasa dapat ditemukan dalam disiplin ilmu morfologi.
2. Bahasa Merupakan Lambang
Seperti yang sudah dituliskan bahwa bahasa itu merupakan sistem, maka dalam sifat ini adalah
berupa lambang-lambang yang berbentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang tersebut berwujud
bunyi yang biasanya disebut sebagai bunyi bahasa. Setiap lambang dari bahasa dapat
melambangkan sesuatu yang nantinya disebut dengan makna atau konsep.
Misalnya, kamu membaca sebuah kata [kambing], pasti kamu membayangkan sebuah makna
atau konsep mengenai ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki suara mengembik dan
sering dijadikan sebagai makanan sate’.
3. Bahasa Bersifat Arbitrer
Bahasa bersifat arbitrer artinya ‘mana suka’, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak wajib, bisa berubah sewaktu-waktu, dan
tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi tersebut dapat “mengonsepi” makna tertentu.
Misalnya, lambang bunyi [kerbau] biasanya digunakan untuk konsep atau makna ‘sejenis
binatang berkaki empat yang memiliki tanduk dan biasa digunakan untuk membajak sawah],
ternyata tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Andaikata, kamu hendak menyebutnya sebagai
[kebo], [buffalo], atau [banteng] itu sah-sah saja. Hal tersebut dapat dilihat pada banyaknya
lambang bunyi yang memiliki padanan kata untuk suatu makna atau konsep yang sama.
4. Bahasa Bersifat Konvensional
Dalam hal ini, setiap penutur suatu bahasa (manusia) harus mematuhi adanya hubungan antara
lambang dengan konsep yang dilambangkannya. Apabila sang penutur suatu bahasa tidak
memahami hubungan tersebut, maka besar kemungkinan komunikasi yang tengah dijalinnya
akan terhambat.
Contohnya, untuk menyebut ‘kaca bening yang menampilkan bayangan’ kamu dapat
menggunakan lambang bunyi [cermin]. Apabila terdapat seseorang yang seenaknya mengganti
lambang bunyi menjadi [mincer], [nimrec], atau [recnim], tentu saja akan menghambat
komunikasi dengan individu lain.
5. Bahasa Bersifat Produktif
bahasa itu sangat produktif yang dapat berkembang dalam jumlah yang tidak terbatas. Yap,
sejalan dengan sifat bahasa yang dinamis, satuan-satuan ujaran bahasa itu memiliki jumlah yang
hampir tidak terbatas. Contohnya, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia saja ternyata memuat
kurang lebih sekitar 23.000 buah kata, yang mana kata-kata tersebut dapat pula dibuat menjadi
banyak kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.

Fungsi-Fungsi Bahasa
Dilihat dalam sudut pandang penuturnya, maka bahasa dapat berfungsi sebagai personal atau
pribadi. Maksudnya adalah si penutur dapat menyatakan sikap bergantung pada ujaran apa yang
hendak dituturkan. Si penutur tidak hanya mengungkapkan emosinya lewat bahasa, tetapi juga
memperlihatkan emosi tersebut ketika menyampaikan ujarannya. Dalam hal ini, pihak lawan
bicara atau pendengar dapat menduga apakah si penutur tengah berada dalam emosi sedih,
marah, atau bahagia berdasarkan ujarannya.
Dilihat dalam sudut pandang pendengar atau lawan bicara, maka bahasa dapat berfungsi
direktif, yakni mengatur tingkah laku pendengarnya. Maksudnya, bahasa itu dapat membuat si
pendengar bersedia melakukan sesuatu atau kegiatan yang sesuai dengan kemauan si pembicara.
Hal tersebut dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat yang menyatakan perintah,
himbauan, permintaan, maupun rayuan.
Dilihat dalam sudut pandang kontak antara penutur dengan pendengar, maka bahasa
berfungsi fatik atau interactional. Maksudnya, fungsi ini menjalin hubungan, memelihara,
memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial antara penutur dengan pendengar.
Ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan dalam hal ini adalah seperti ketika tengah berjumpa,
pamit, membicarakan cuaca, atau menanyakan keadaan anggota keluarga lain.
Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa bersifat referensial atau informatif. Yakni, bahasa
berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang tengah terjadi di sekeliling
penutur atau yang ada di dalam budaya pada umumnya.
Dilihat dari segi kode yang yang digunakan, maka bahasa berfungsi metalingual atau
metalinguistik. Artinya, bahasa tersebut digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. tetapi
nyatanya bahasa dapat digunakan untuk membicarakan berbagai bidang masalah yang ada di
kehidupan manusia, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hukum, hingga pertanian.
Dilihat dari segi amanat, maka bahasa berfungsi imaginatif. Artinya, bahasa dapat digunakan
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, baik yang secara sebenarnya maupun
hanya khayalan atau rekaan saja. Fungsi imaginatif ini biasanya berupa karya sastra, misalnya
puisi, cerita, dongeng, lelucon, pantun, dan lain-lain.

https://www.gramedia.com/literasi/hakikat-bahasa/

https://deepublishstore.com/materi/hakikat-bahasa/

Anda mungkin juga menyukai