Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN TEKSTUAL

DAN KONTEKSTUAL
DALAM MEMAHAMI AL
QURAN DAN HADIST
Dosen Pengampu : Aizul Maula, M.Ag
A. Pendekatan Tekstual dan Kontekstual dalam memahami Al Quran

1. Pendekatan Tekstual
Sebagaimana yang dikatakan Paul Ricoeur, bahwa teks adalah wacana yang
disusun dalam tulisan. Dari definisi ini, penyusunan tulisan bersifat konstitusi
terhadap teks itu sendiri. Pendekatan tekstual dalam studi Tafsir merupakan suatu
usaha dalam memahami makna tekstual dari ayat-ayat Alquran. Pada pendekatan
tekstual, praktik tafsir lebih berorientasi pada teks dalam dirinya. Kontekstualitas
suatu teks lebih dilihat sebagai posisi suatu wacana internalnya atau intra-teks.
Bahkan pendekatan tekstual cenderung menggunakan analisis yang bergerak dari
refleksi (teks) ke praksis (konteks) yaitu memfokuskan pembahasan pada
gramatikal-tekstual. Praksis lebih bersifat kearaban, sehingga pengalaman sejarah
dan budaya di mana penafsir dengan audiennya sama sekali tidak punya peran.
Lanjutan
Sebagai contoh, salah satu kitab tafsir yang menggunakan pedekatan tekstual,
yang berangkat dari refleksi ke praksis adalah Tafsir Al-Misbah. Tafsir ini ditulis
oleh Quraish Shihab sekitar bulan Juni 1999 di Kairo. Kitab Tafsir ini belum
mewakili berbagai problem yang dihadapi umat Islam Indonesia.
Sebab pada akhir tahun 1990-an, Indonesia mengalami perubahan politik dan
dinamika pemahaman keagamaan. Misalnya, kebutuhan yang sangat mendesak
untuk kesatuan Indonesia dengan perlunya dibangun hubungan sosial antara umat
beragama. Tetapi, belum terlihat dengan tegas pembahasan persoalan tersebut di
dalam Tafsir Al-Misbah. Sebagai sebuah proses budaya, penafsiran Alquran yang
sangat ruang waktu, sangatlah wajar jika melahirkan keragaman.
2. Pendekatan kontekstual
Perlu diketahui terlebih dahulu apa maksud dari konteks itu sendiri. Konteks adalah
situasi yang di dalamnya suatu peristiwa terjadi, atau situasi yang menyertai munculnya
sebuah teks, sedangkan kontekstual artinya berkaitan dengan konteks tertentu. Terminologi
kontekstual sendiri memiliki beberapa definisi yang menurut Noeng Muhadjir, setidaknya
terdapat tiga pengertian berbeda, yaitu:
1. Berbagai usaha untuk memahami makna dalam rangka mengantisipasi problem-
problem sekarang yang biasanya muncul.
2. Makna yang melihat relevansi masa lalu, sekarang dan akan datang; di mana sesuatu
akan dilihat dari titik sejarah lampau, makna fungsional sekarang, dan prediksi makna
yang relevan di masa yang akan datang.
3. Memperlihatkan keterhubungan antara pusat dan pinggiran, dalam arti yang sentral
adalah teks Alquran dan yang periferi adalah terapannya. Selain itu, arti periferi ini,
juga mengandung arti menundukkan Alquran sebagai sentral moralitas.
Lanjutan

Sehingga, untuk memahami ayat-ayat Alquran sangatlah penting, dan tidak hanya


dipahami dengan pendekatan tekstual saja, tetapi kondisi-kondisi yang terkait dengan
turunnya ayat juga menjadi sesuatu yang sangat penting dalam memahami ayat-ayat
Alquran. Penggunaan pendekatan kontekstual dalam penafsiran Alquran adalah upaya
untuk memahami ayat-ayat Alquran dengan memperhatikan dan mengkaji konteks
atau aspek-aspek di luar teks yang dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa atau
keadaan-keadaan yang menyebabkan turunnya suatu ayat,
B. Pendekatan Tekstual dan Kontekstual
dalam memahami Hadist
1. Pendekatan Tekstual
Tekstual berasal dari kata teks yang berarti kata-kata asli dari pengarang,
kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis sebagai
dasar memberikan pengajaran. Pendekatan tekstual adalah cara memahami hadis
yang cenderung memfokuskan pada data riwayat dengan menekankan kupasan
dari sudut gramatika bahasa dengan pola pikir episteme bayani. Eksesnya,
pemikiran-pemikiran ulama terdahulu dipahami sebagai sesuatu yang final dan
dogmatis. Analisa teks hadits sebagai upaya menemukan pesan-pesan moral atau
pesan-pesan agama yang terkandung di dalamnya, ada beberapa asumsi dasar
yang perlu digarisbawahi.
Lajutan

Tanpa landasan yang jelas dalam proses pemahaman, seorang analisis tidak
dapat menentukan pangkal tolak analisisnya dan tidak dapat memilih dan
memilah kasus-kasus kehadisan. Tanpa itu, dapat saja orang akan terjebak
pada kasus yang sesungguhnya merupakan masalah marginal dalam agama
dan mengabaikan atau tidak berkesempatan menelaah, memikirkan, dan
mengembangkan hal-hal yang bersifat substantif. Karena itulah, kiranya
sangat diperlukan sejumlah asumsi dasar atau postulasi keilmuan Islam
sebagai acuan dan titik awal kajian teks hadits.
Lanjutan

2. Pendekatan Kontekstual
Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengandung dua arti:

1. Bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna.
2. Situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.
Kedua arti ini dapat digunakan karena tidak terlepas istilah dalam kajian pemahaman Hadis.
Pendekatan kontekstual, menurut Qamaruddin Hidayat, seorang penafsir memposisikan sebuah
teks ke dalam sebuah jaringan wacana, hal itu diibaratkan sebuah gunung es, teks adalah
fenomena kecil dari puncak gunung yang tampak di permukaan. Oleh karena itu tanpa mengetahui
latar belakang sosial budaya dari mana dan dalam situasi apa sebuah teks muncul, maka sulit
menangkap makna pesan dari sebuah teks. Sama dengan Al-qur’an, sejumlah hadits dalam upaya
pemahaman sangat erat hubungannya dengan konteks tertentu, misalnya kapan Rasulullah
menyampaikan berita atau bersikap, bertindak atau berperilaku, dimana, dalam kondisi
bagaimana, kepada siapa beliau menyampaikan, dan sebagainya.
TERIMA KASIH
Q&A

Anda mungkin juga menyukai