Anda di halaman 1dari 4

1.

Bahasa Adalah sebuah Sistem


Sistem adalah sesuatu yang tersusun, teratur, dan berpola. Kata sistem dapat diartikan
sebagai suatu susunan teratur yang berpola sehingga membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna atau berfungsi. Artinya, sistem bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri,
sistem adalah keseluruhan dari sistem bawahan yang membentuknya. 
Sebagai sebuah sistem, bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya
bahasa tersusun secara terartur dan berpola. Adapun sistemis artinya bahasa tersusun
dari beberapa sub-sistem. Sub-sistem bahasa di antaranya sintaksis, morfologi,
fonologi, semantik, dan leksikon. Berikut adalah penjabaran secara ringkas tentang
beberapa sub-sistem bahasa tersebut.
Sintaksis adalah sub-sitem ilmu bahasa/linguistik yang mempelajari tentang susunan
kalimat. Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang bentuk kata.
Fonologi adalah sub-sistem ilmu bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa.
Semantik adalah sub-sistem ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna. Leksikon
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang kosakata. 
2. Berwujud Lambang
Lambang dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Lambang, dalam bahasa
Indonesia juga dikenal dengan simbol. Secara sederhana lambang diartikan sebagai
suatu tanda yang mengandung maksud tertentu. Menurut W. et al. (2017:1.5) bahasa
merupakan sistem simbol, baik berupa bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan
disepakati oleh suatu kelompok sosial. Ditinjau dari ilmu bahasa (linguistik), lambang
dapat berbentuk, abjad, angka, dan pelafalannya (bunyi). Bunyi dikategorikan sebagai
lambang, sebab bunyi adalah bagian dari tanda.
3. Berupa Bunyi
Istilah bunyi dan suara adalah dua kata yang sama (bersinonim). Namun demikian
untuk membedakan dua kata tersebut dapat menyimak penjelasan berikut. Suara
adalah bunyi yang dikeluarkan dari alat ucap (manusia atau hewan) dan gesekan
benda. Bunyi adalah sesuatu yang terdengar oleh alat dengar. Disebut suara ketika
bunyi dihasilkan, disebut bunyi ketika suara itu diterima.
Sama halnya dengan lambang, bunyi dalam bahasa juga merupakan bagian dari
sistem. Secara sederhana bunyi adalah sesuatu yang diterima oleh alat pendengaran,
baik dari gesekan benda, alat suara pada hewan atau manusia. Namun, bunyi yang
termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang diucapkan oleh manusia yang
berupa huruf, kata, kalimat, atau wacana. Sehingga, walaupun dihasilkan oleh alat ucap
manusia, teriakan, tangisan, dan batuk bukan merupakan bunyi bahasa.
4. Bersifat Arbitrer (Manasuka)
Arbitrer, dalam bahasa Indonesia juga dapat diartikan sebagai manasuka, berubah-
ubah, tidak tetap, dan sewenang-wenang. Istilah arbitrer dalam pengertian ini artinya
tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (huruf, angka, dan bunyi) dengan
konsep dari lambang tersebut.
Misalnya, konsep dari binatang berkaki empat yang biasa dipelihara untuk ditunggangi
atau angkutan dalam lambang bahasa Indonesia ditulis sebagai kata kuda dan

dibunyikan [kuda]. Sedangkan dalam bahasa lain, seperti Bima disebut dengan [jara],
bahasa Jawa [jaran], dan bahasa Inggris [horse]. Walaupun hewannya sama, namun
dilambangkan (tulis atau lisan) secara berbeda. Jika memang ada hubungan yang
wajib, maka sudah tentu nama hewan itu ditulis dan disebut dengan kata yang sama
pada semua bahasa.
5. Bermakna
Ciri lain dari bahasa adalah memiliki makna. Makna atau arti adalah pengertian yang
diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Bentuk kebahasaan atau yang juga disebut
dengan satuan kebahasaan dapat berupa morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan
wacana. Bentuk kebahasaan tersebut pasti memiliki makna entah itu makan leksikal
(morfem dan kata), makna gramatikal (frase, klausa, dan kalimat), atau makna
pragmatik/konteks (wacana).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa semua ucapan yang tidak bermakna
bukanlah bahasa. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai bunyi, sebab tidak
semua bunyi dapat disebut dengan bahasa. Pun begitu dengan fungsi bahasa sebagai
lambang, semua lambang yang tidak mempunyai makna tidak dapat disebut dengan
bahasa. Perlu diperhatikan pula bahwa bentuk bahasa yang belum diketahui maknanya
bukan berarti tidak memiliki makna.
6. Konvensional
Konvensional artinya berdasarkan pemufakatan atau kesepakatan suatu kelompok.
Bahasa, walaupun bersifat arbitrer (manasuka) namun dalam penggunaan lambang
harus diikuti oleh setiap kelompok masyarakat tersebut. Misalnya, kelompok
masyarakat bahasa Indonesia harus mengikuti aturan yang telah disepakati oleh
masyarakat Indonesia. Begitu juga dalam kelompok masyarakat bahasa daerah
maupun komunitas yang lebih kecil.
7. Unik
Ciri selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bersifat unik. Unik secara singkat dapat
diartikan sebagai ciri khas/ciri khusus. Bahasa bersifat unik artinya bahasa memiliki ciri
khas tersendiri pada setiap sistem dan penggunaannya. Ciri khas tersebut berlaku pada
semua bahasa yang ada di dunia. Tentang keunikan ini, Chaer (2012:52) menyatakan
jika keunikan terjadi pada sekelompok bahasa yang berada dalam satu rumpun atau
satu kelompok bahasa, lebih baik jangan disebut keunikan, melainkan ciri dari rumpun
atau golongan bahasa itu. Misalnya rumpun bahasa Melayu-Polinesia seperti bahasa
Kalimantan, Filipina Utara, Sulawesi, Jawa, dan Sumba. Bahasa dalam rumpun Melayu
Polinesia tersebut memiliki ciri awalan (prefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan
kombinasinya serta reduplikasi untuk mengekspresikan berbagai nilai.
8. Universal
Jika sebelumnya telah dibahas bahwa bahasa itu memiliki ciri khas masing-masing
(unik), selanjutnya akan dibahas tentang ciri lain dari bahasa yaitu sifat bahasa yang
universal. Universal dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat umum dan berlaku
untuk seluruh dunia. Ciri bahasa yang universal dapat diartikan bahwa semua bahasa
di dunia memiliki sifat tertentu yang sama dengan bahasa lainnya. Contoh ciri universal
pada bahasa adalah adanya bunyi bahasa yang berupa vokal dan konsonan pada
semua bahasa di dunia. 
9. Produktif
Kata produktif dapat diartikan sebagai mampu menghasilkan secara terus-menerus.
Sifat bahasa yang produktif dapat berarti kemampuan bahasa dalam menghasilkan
istilah secara terus-menerus. Walaupun hanya terdiri dari unsur yang terbatas (a-z atau
0-9) bahasa dapat menghasilkan berbagai macam istilah baru.
Misalnya: huruf yang terdiri dari a, h, n, t, dan u dapat membentuk kata tuhan, hutan,
hantu, dan tahun. Begitu pun dengan penggabungan huruf lain yang membentuk kata,
kemudian kalimat, paragraf, hingga wacana.
10. Bervariasi
Sifat selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bervariasi. Bervariasi dapat berarti
mempunyai berbagai bentuk, jenis atau ragam. Bahasa itu bervariasi artinya bahasa
memiliki berbagai bentuk. Variasi bahasa ini dibagi oleh Chaer (2012:55) dalam tiga
bentuk, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi bahasa yang mencirikan
perseorangan/individu.
Dialek adalah variasi bahasa yang mencirikan kelompok masyarakat pada suatu tempat
atau waktu tertentu. Dialek dapat disebut pula dengan sebutan dialek regional, dialek
areal, dialek geografi, atau yang umumnya dikenal dengan logat. Selanjutnya variasi
bahasa yang berupa ragam. Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Ragam bahasa ini dapat berupa ragam
bahasa formal (baku), nonformal (nonbaku), lisan, tulisan, bertelepon, ber-SMS,
jurnalistik, sastra, militer, atau hukum.
11. Dinamis
Dinamis adalah kata sifat yang berarti cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan. Bahasa bersifat dinamis artinya bahasa bersifat mengikuti dan
menyesuaikan dengan keadaan atau masyarakat penggunaannya. Oleh karena sifat
bahasa yang dinamis, maka bahasa selalu berubah, tidak tetap, dan selalu aktif (tidak
diam). Bahasa yang bersifat dinamis tersebut berlaku pada semua sistem bahasa.
Perubahan itu dapat berbentuk kemajuan, kemunduran, perluasan, atau penyempitan,
tergantung pada penggunaan bahasa. 
12. Alat Interaksi Sosial
Selanjutnya, sifat lain dari bahasa merujuk pada fungsi bahasa yaitu alat interaksi
sosial. Sifat bahasa sebagai alat interaksi sosial adalah penggunaan bahasa dalam
komunikasi antarindividu untuk menyampaikan pikiran dan gagasan. Bahasa sebagai
alat interaksi sosial merupakan fungsi utama dari bahasa, jika tidak ada bahasa, maka
manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan gagasan. Adapun
alat seperti surat, pesan singkat, telepon genggam, dan sejenisnya adalah alat bantu
untuk menyampaikan pikiran melalui bahasa.
13. Identitas Penuturnya
Bahasa sebagai identitas penuturnya bermakna bahwa dengan menggunakan bahasa,
seseorang dapat diidentifikasi identitasnya, baik dari segi individu, kelompok sosial,
hingga asal daerahnya. Contoh sederhana dari bahasa sebagai identitas penuturnya
adalah variasi bahasa yang berupa ragam idiolek (ciri individu), dialek (ciri kelompok),
ragam jurnalistik atau militer (ciri profesi).
Ciri atau sifat terakhir dari bahasa adalah bahasa itu bersifat manusiawi. Bahasa
bersifat manusiawi artinya bahasa itu hanya digunakan oleh manusia. Ciri ini sekaligus
merangkum semua ciri dari bahasa. Bahasa itu bersifat manusiawi sebab bahasa
adalah suatu sistem simbol yang bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif. Hewan
tidak dikategorikan memiliki bahasa sebab dalam berkomunikasi hewan hanya
menggunakan gerak isarat, hewan tidak memiliki sistem berupa simbol. Selanjutnya,
bahasa hewan tidak bersifat produktif, artinya bahasa hewan tidak berkembang
layaknya bahasa manusia. Kita tidak pernah menjumpai suara hewan, misalnya ayam,
pada suatu waktu berkokok dengan nada yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai