6. Bahasa itu bersifat konvensional, bahasa haruslah mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu
digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Jika tidak dipatuhi maka akan terjadi hambatan
komunikasi yang terjadi karena hambatan bahasa.
7. Bahasa itu bersifat unik, atau memiliki ciri khas spesifik yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
Contohnya, susunan kata dalam kalimat bahasa Indonesia sangat menentukan makna, sedangkan dalam
bahasa Latin tidak.
8. Bahasa itu bersifat universal, meskipun unik bahasa tetap memiliki ciri sama yang dimiliki oleh semua
bahasa di dunia. Misalnya, setiap bahasa memiliki kata-kata berkategori nomina, verba, ajektiva, adverbia.
Setiap bahasa juga memiliki unsur konsonan dan vokal.
Hakikat Bahasa
9. Bahasa itu bersifat produktif, artinya bahasa banyak menghasilkan unsur-unsur
yang tidak terbatas jumlahnya. Contohnya, dari beberapa huruf akan tercipta banyak
kata yang berbeda, dari beberapa kata akan tercipta banyak kalimat yang berbeda.
10. Bahasa itu bervariasi, suatu bahasa dapat memiliki bermacam idiolek, dialek, dan
ragam yang berbeda (Chaer, 2012). Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat
perorangan, contohnya setiap orang memiliki gaya bicara yang berbeda. Dialek adalah
variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat pada suatu tempat tertentu,
oleh karena itu, bermunculan variasi bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Flores, dsb.
Sedangkan ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu.
Misalnya, jika berada pada situasi formal, kita selalu berusaha menggunakan bahasa
baku. Sebaliknya, jika berbicara dalam situasi nonformal kita akan menggunakan ragam
bahasa nonbaku.
Hakikat Bahasa
11. Bahasa itu bersifat dinamis, perkembangan budaya suatu masyarakat
bahasa akan berakibat pula pada perkembangan bahasanya. Suatu kata
dapat meluas atau menyempit maknanya. Berbagai dialek akan terus
bermunculan, dan kosakata suatu bahasa akan terus bertambah.
5. Bahasa bersifat sempurna atau tuntas. Maksudnya, komunikasi menggunakan bahasa akan
dilengkapi dengan gerak tubuh pada penggunaan bahasa lisan, seperti gerakkan tangan
melambai ketika mengatakan sampai jumpa. Selain itu, ekspresi wajah juga dapat berganti jika
bahasa yang dikomunikasikan memiliki situasi tertentu seperti sedih atau senang. Ketika
digunakan dalam bentuk tulisan, bahasa akan memiliki berbagai tanda untuk mengungkapkan
jeda, perasaan, dan sebagainya. Misalnya, sebuah kalimat yang menyatakan keterkejutan akan
menggunakan tanda seru (!), ketika ingin menanyakan sesuatu, akan digunakan tanda tanya (?)
Archibal A. Hill (1958:3-9), Pateda (1990:7).
Ciri Khusus Bahasa
Melengkapi ciri bahasa yang telah dibahas di atas, Dhanawati, dkk (2017,
hlm. 6) mengungkapkan dua ciri khusus bahasa yang meliputi:
1. Keumuman: a) Setiap bahasa memiliki fonem vokal dan fonem
konsonan; b) setiap bahasa memiliki konstituen untuk menunjuk orang
(kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga, tunggal dan jamak,
tempat, waktu (deiksis); c) Setiap bahasa mengalami perubahan; d)
jumlah kalimat yang dihasilkan dalam setiap bahasa tidaklah terbatas.
2. Kesejagatan khusus: a) terdapat bahasa yang mengalami konyugasi
dan deklinasi; terdapat bahasa yang berafiks (menggunakan imbuhan; c)
ada bahasa tidak berafiks; d) Frasa adposisi yang dimiliki oleh sebuah
bahasa berupa preposisi atau postposisi.
Hakikat Bahasa Indonesia
Lalu bagaimana dengan hakikat bahasa Indonesia? Secara umum, bahasa Indonesia masih memiliki
hakikat yang sama dengan bahasa lain di dunia. Namun, tentu saja terdapat beberapa hakikat dan
kedudukan unik yang berbeda jika dibandingkan dengan bahasa lain. Hakikat dan kedudukan bahasa
Indonesia tersebut tertuang dari sisi historis dan dasar yuridis (hukum) dalam pencanangan dan
pengembangan bahasanya.
• Bahasa Indonesia sebagai sarana interaksi sosial
• Bahasa adalah ujaran
• Bahasa meliputi dua bidang yaitu:
1. bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap yaitu getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat
pendengaran kita;
2. arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya
reaksi itu.
• Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula
Pengertian Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, atau mengidentifikasi sesuatu satu
sama lain antar penuturnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Kridalaksana (2013, hlm. 24) yang menyatakan bahwa bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Sementara itu, pengertian bahasa menurut KBBI (2016) bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Maka, secara umum pengertian bahasa dapat diartikan sebagai sistem
lambang berupa bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi.
Bahasa dan Konteks Sosial
(Halliday & Martin, 1993: 25) Hubungan antara sistem yang satu dan
sistem yang lain–seperti ditunjukkan oleh arah
anah panah–adalah hubungan yang bersifat
mutualisme atau hubungan timbal balik.
Konteks Sosial Hubungan yang demikian itu
menggambarkan bahwa di satu sisi, bahasa
terungkap sebagai teks, yaitu bahasa dalam
penggunaannya, atau bahasa yang bertugas
untuk menciptakan makna; dan di sisi lain,
Bahasa bahasa dianggap sebagai institusi sosial, yaitu
bahasa sebagai bentuk dari praktek sosial, atau
bahasa dalam kapasitasnya sebagai sarana
untuk mengaktualisasikan pengetahuan.
Gambar 1
Bahasa sebagai Realisasi Konteks Sosial
Bahasa dan Konteks Sosial
Konteks sosial dibedakan menjadi konteks
kultural dan konteks situasi. Konteks kultural
Konteks Kultural adalah suatu sistem nilai dan norma yang
merepresentasikan kepercayaan di dalam
kebudayaan tertentu.
Konteks
Situasi
Sistem nilai ini meliputi segala sesuatu yang
dipercaya benar atau salah, baik atau buruk,
termasuk di dalamnya adalah ideologi, yang
menyangkut keteraturan sosial yang berlaku
secara umum di dalam kebudayaan. Sementara
Bahasa
itu, norma merupakan realisasi sistem nilai di
dalam bentuk aturan yang mengontrol proses
sosial, apa yang harus dan tidak harus
Gambar 2. dikerjakan anggota masyarakatnya di dalam
Bahasa dalam Perspekstif Semiotika Sosial melakukan proses sosial
Bahasa dan Konteks Sosial
Konteks situasi merupakan lingkungan langsung yang berada di
dalam pengunaan bahasa. Menurut Halliday (1985; 1994; Halliday &
Hasan, 1985; Martin, 1992) konteks situasi mempengaruhi register
(ragam atau gaya ekspresi kebahasaan) yang terdiri atas tiga
aspek: field (medan), tenor (pelibat), dan mode (moda), yang
bekerja secara simultan untuk membentuk suatu konfigurasi
kontekstual atau konfigurasi makna. Konfigurasi ini akan
menentukan bentuk ekspresi kebahasaan dan gaya bahasa atau
makna keseluruhan sebuah teks, yang pada akhirnya menunjukkan
register yang digunakan untuk merealisasikan proses sosial pada
teks tersebut. Register pada pandangan SFL adalah variasi bahasa
berdasarkan cara bahasa itu dipakai
Keterampilan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Keterampilan Membaca
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan
informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan
hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian
para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa.
Kemudian pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam
berfikir, menganalisis, bertindak, dan dalam pengambilan
keputusan
Keterampilan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Keterampilan Menyimak
Mendengarkan atau menyimak adalah keterampilan memahami
bahasa lisan. Dengan demikian, mendengarkan di sini berarti bukan
hanya sekedar mendengarkan bunyibunyi bahasa melainkan
sekaligus memahaminya.
Mendengarkan merupakan proses ketika gelombanggelombang
suara mengenai gendering telinga dan menyebabkan sejumlah
getaran yang ditransformasikan ke otak.
Menyimak tidak bekerja secara otomatis tetapi merupakan sebuah
proses yang mencakup perhatian selektif dan pemaknaan.
Keterampilan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan megungkapkan gagasan
bahasa lisan. Ketika seorang pembelajar sedang berbicara harus
memperhatikan siapa lawan bicaranya, bagaimana situasinya,
kapan dan dimana dia berbicara, apa pokok masalah yang
dibicarakan, ragam bahasa yang harus digunakan, bagaimana
pranata sosial budayanya, dan sebagainya. Disamping itu, yang
perlu mendapat perhatian ketika mengajarkan keterampilan
berbicara adalah apa yang dikatakan dan bagaimana cara
mengatakannya.
Terima Kasih