Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurfaidah

NIM : E1C015047

Kelas : VI B Pagi

Metode yang dipakai dalam mendeskripsikan dan menganalisisberbagai strata karya sastra: (1)
strata bunyi, efoni, ritme, dan mantra,

(2) unit makna yang menetukan strukturlinguistik formal, gaya serta pendekatan stilistika yang
mempelajari gaya dengan sistematik,

(3) imaji dan metafor., teknik stilistika yang paling puitis dan memerlukan pembahasan karena
kedua teknik ini sanEmpat unsur dasar dalam pengertian kita tentang metafora adalah metafora
(a) sebagai analogi, (b) sebagai visi ganda, (c) sebagai citra indrawi yang mengungkapkan hal-
hal yang tidak dapat dilihat, dan (d) sebagai proyeksi animistikeistimewaan indrawi, atau unsur-
unsur estetik dan indriawi yang menghubungkan puisi dengan musik dan lukisan, serta
membedakannya dengan filsafat dan ilmu pengetahuan. Yang kedua adalah “perlambangan” atau
“tropologi” wacana “tidak langsung” yang berbicara dengan bahasa metonimia dan metafora
yang membandingkan dua dunia, dan menyampaikan tema melalui pemindahan dari satu idiom
ke idiom lain. Pencitraan adalah topik yang termasuk dalam bidang psikologi dan studi
sastra.Studi sastra di masa lalu mempelajari citra metafora simbol dan mitos secara dangkal.
Keempat unsur ini dianggap sebagai dekorasi dan embel-embel retorika saja, karena itu
dipelajari sebagai bagian-bagian yang bisa dipisahkan dari keseluruhan karya. Sepanjang 25
tahun terakhir dalam perkembangan studi sastra, teori dan praktek citra, metafora, simbol, dan
mitos dikembangkan. Banyak yang mencoba memperkecil jumlah tipologi perlambangan yang
membengkak sampai kurang lebih 250 macam. Ada yang membagi keseluruhan perlambangan
menjadi dua kategori saja, yaitu skema dan perlambangan. Ada lagi pembagian yang berdasarkan
atas “pencitraan verbal” dan “pencitraan pemikiran”.

Dari pengertian pertama yang melihat pencitraan sebagai perwujudan kembali bekas-bekas
pengindriaan, kita beranjak ke pengertian kedua, yaitu pencitraan sebagai analogi dan
perbandingan. Seperti “citra” atau “imaji” yang melahirkan aliran imajisme, “simbol” juga
melahirkan suatu aliran sastra yaitu simbolisme. Seperti “citra”, simbol muncul dalam konteks
yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan. Simbol adalah suatu istilah dalam
logika, matematika, semantik, semiotik, dan epistemologi: simbol juga memiliki sejarah panjang
di dunia teotologi. s..gat mengarah kepada

(4) “dunia” karya sastra dalam simbol dan sistem yang kkita sebut mitos puitik. Dunia yang
diproyeksikan oleh fiksi naratif menyajukan
Dunia atau kosmos seorang novelis pola atau struktur atau organisme yang meliputi plot, tokoh,
latar, pandangan hidup, dan “nada” adalah unsur yang perlu kita pelajari, jika kita ingin
membandingkan sebuah novel dengan kehidupan, atau jika kita ingin menilai secara etika atau
sosial karya seorang novelis. Dengan memakai istilah “dunia”, kita memakai istilah yang
menyangkut ruang. Tapi “fiksi naratif” atau lebih tepatnya “ cerita” berkaitan dengan waktu atau
urutan waktu. “Cerita banyak bersumber dari “sejarah”. Novel bersifat realistis, sedangkan
romansa bersifat puitis dan epik.

(5) masalah khusus mengenai ragam dan teknik yang akan kita bahas pada bab berikutnya.
Setelah mempelajari metode analisis yang dapat diterapkan atas karya sastra, kita akan
menanyakan

(6) sifat-sifatb genre sastra dan membicarakan permasalahan utama setiap karya sastra.

Jenis sastra bukan sekadar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya
membentuk ciri karya tersebut. Jenis sastra dapat dianggap sebagai suatu perintah kelembagaan
yang memaksa pengarangnya sendiri. Jenis sastra adalah suatu “lembaga” seperti halnya gereja,
universitas, atau negara. Jenis sastra hidup tidak seperti binatang atau bangunan, kapel,
perpustakaan atau istana negara, tetapi seperti sebuah institusi. Teori genre adalah suatu prinsip
keteraturan: sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu atau tempat, tetapi
berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu.

Masalah genre jelas merupakan masalah inti sejarah sastra dan sejarah kritik sastra, serta
kaitan antara keduanya. Masalah genre meletakkan masalah filosofis yang menyangkut kaitan
antara kelas dan individu pengarang, serta kaitan antara satu orang dan banyak orang, dalam
konteks sastra yang khusus. Masalah genre adalah masalah yang menyangkut sifat dari bentuk-
bentuk sastra yang universal.

(7) penilaian. Akhirnya, kiuta akan kembali pada pemikiran tentang evolusi sastra.

Kita perlu membedakan istilah “nilai” dan “penilaian”. Sepanjang sejarah, orng telah
tertarik dan menganggap sastra lisan maupun cetakan “bernilai” positif. Tetapi kritikus dan filsuf
yang membuat “penilaian” terhadap sastra atau karya sastra tertentu mungkin mengambil
keputusan yang negatif. Sifat, fungsi, dan penilaian terhadap sastra harus saling berkaitan. Jadi,
kita harus menilai sastra berdasarkan sifat-sifatnya. Sastra murni, mungkin adalah imajisme atau
tiruan bunyi. Tetapi kalau kita terus mencari sastrab yang paling murni, kita harus memecah-
mecah campuran atau gabungan pencitraan visual dan efoni menjadi lukisan atau musik.
Akhirnya puisinya sendiri lenyap.

Sebelum abad ke-19, diskusi mengenai penilaian biasanya terpusat pada peringkat
(ranking) kedudukan dan hierarki pengarang, terutama kedudukan pengarang klasik “yang tetap
dan akan selalu dikagumi”. Keinginan untuk mengukuhkan niali-nilai sastra yang objektif, bukan
berarti menjanjikan keterikatan pada sutu norma-norma yang statis, yang tidak mengenal
penambahan nama dan perubahan peringkat. Sebaliknya, ada juga keinginan yang berlawanan,
terutama dari kalangan anti-akademi di dalam atau di luar universitas untuk mengukuhkan tirani
perubahan yang tidak pernah berhenti.

(8) sejarah sastra dan kemungkinan menyusun sejarah sastra sebagai sejarah seni.

Harus diakui bahwa kebanyakan sejarah sastra adalah sejarah sosial atau sejarah pemikiran
dengan mengambil contoh karya sastra, atau impresi dan penilaian atas beberapa karya sastra
yang diatur kurang lebih secara kronologis. Banyak sejarawan lain memperlakukan sastra
sebagai dokumen untuk ilustrasi sejarah nasional atau sejarah sosial, ada kelompok lain yang
menyadari bahwa karya sastra adalah seni nomor satu. Sayangnya kelompok ini tidak menulis
sejarah. Mereka hanya menampilkan satu seri esei tentang pengarang-pengarang tertentu, yang
saling dikaitkan oleh “pengaruh-pengaruh”, tetapi esei-esei itu tidak didasarkan pada konsepsi
evolusi sejarah yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai