Anda di halaman 1dari 11

Abstrak mengungkapkan keheranan dan kaget,

mengungkapkan ajakan,
Interjeksi, Bentuk, Fungsi dan mengungkapkan kesakitan, dan
makna, Bahan ajar digunakan untuk mengungkapkan
simpulan. (3) Makna interjeksi bahasa
Oleh Bima mengandung makna leksikal
Fitri Al- Azhara dan makna kontekstual. (4) Penelitian
E1C011011 mengenai interjeksi bahasa Bima ini
dapat dihubungkan dengan
Penelitian ini bertujuan pembelajaran Muatan Lokal di
mendeskripsikan bentuk interjeksi sekolah, khususnya berimplikasi
bahasa Bima, mendeskripsikan fungsi terhadap pembelajaran Muatan Lokal
interjeksi bahasa Bima, Bahasa Daerah, sebagai materi bahan
mendeskripsikan makna interjeksi ajar.
bahasa Bima, dan melihat
hubungannya dengan pembelajaran Abstract
Muatan Lokal bahasa daerah di
sekolah. Masalah utama yang dikaji Interjection, Form, Function and
dalam penelitian ini adalah interjeksi Meaning, and Content Subject
bahasa Bima dan hubungannya
By
dengan pembelajaran muatan lokal
Fitri Al- Azhara
bahasa daerah di sekolah. Penelitian
E1C011011
ini merupakan penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif. Pengumpulan The aim of this study is both to
data dilakukan dengan menggunakan describe the form, function, and
metode introspeksi, metode simak, interjection meaning of Bimanes
dan metode cakap. Penganalisisan language and to investigate it‟s
data dilakukan menggunakan metode relation with the local content of
padan intralingual. Penyajian hasil Bimaness language teacher learning.
analisis data dilakukan dengan metode The main cases investigated in this
formal dan informal. Hasil penelitian study is the interjection of bimaness
ini menunjukkan bahwa (1) terdapat language and it‟s relation with the
tiga belas bentuk interjeksi bahasa local language teaching learning. This
Bima, terdiri atas bentuk tunggal dan is a qualitative description research.
bentuk gabungan. Interjeksi yang Data collection was done by using
berbentuk tunggal yaitu alae [alae], introspection method, seeing method,
inae [inae], irae [irae], ede [ɛdɛ], and speaking method. Data analysis
toba [tↄba], idae [idae], akae [akae], was done by using intralingual
mai [mai], dan ha [ha]. Interjeksi analysis and ekstralingual analysis.
yang berbentuk gabungan yaitu raho The presentation of data analysis was
to’i mpa [rahↄ tↄ’I mpa], ka made done formal and informal method.
ra e [ka madɛ ra e], ala Ruma e [ala The results show that (1) There are
Ruma e], dan na wancuku [na threeteen form of language
wancuku]. (2) Fungsi interjeksi interjections in Bimaness language
bahasa Bima digunakan untuk consist of singular and combination
mengungkapkan kemarahan, form. Singular interjections are alae
mengungkapkan kekaguman, [alae], inae [inae], irae [irae], ede
mengungkapkan harapan, [ede], toba [tↄba], idae [idae], akae
[akae], mai [mai], dan ha [ha]. kecantikan seorang wanita, kita dapat
Combination interjections are raho mengatakannya dalam bahasa Bima
to’i mpa [rahↄ tↄ’I mpa], ka made alae, ntika siwe ede yang artinya
ra e [ka made ra e], ala Ruma e [ala „aduhai, cantik perempuan itu‟. Kata
Ruma e], dan na wancuku [na atau bentuk alae „aduhai‟ merupakan
wancuku]. (2) Interjection in jenis interjeksi kekaguman. Dari
Bimanes language is used to express kalimat tersebut, kemunculan kata
anger, admiration, wish, wondering, atau bentuk alae „aduhai‟ dapat
surprise, invitation, pain, and used to menggambarkan ungkapan perasaan
express conclusion. (3) Interjection in yang ingin disampaikan pembicara,
Bimanes language has lexical and yakni bahwa ia sangat kagum melihat
contextual meaning. (4) This research kecantikan yang dimiliki oleh wanita
regarding the interjection in Bimanes tersebut.
language can be related to the local
content subject in school especially Ungkapan perasaan seperti
native local language as the subject yang telah dijelaskan tersebut
matter. tentunya menarik dan bermanfaat
untuk diteliti. Kemudian hasil
PENDAHULUAN penelitian tersebut diharapkan dapat
dihubungkan dengan pembelajaran
Alat interaksi antara individu Muatan Lokal bahasa daerah di
dengan individu maupun kelompok sekolah, khususnya untuk sekolah-
dengan kelompok disebut bahasa. sekolah yang berada di wilayah kota
Segala aspek kehidupan masyarakat atau kabupaten Bima.
tidak pernah terlepas dari bahasa. Di
Indonesia, kedudukan bahasa TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia merupakan bahasa
terpenting di antara ratusan bahasa Berdasarkan rumusan masalah
daerah yang ada. Namun demikian, yang telah dikemukakan sebelumnya,
Bahasa daerah tetap menjadi bahasa maka dalam penelitian ini beberapa
pertama (bahasa ibu) yang tidak akan teori yang digunakan adalah sintaksis,
bergeser fungsinya sebagai alat untuk konteks linguistik dan non-linguistik,
berinteraksi antara masyarakat di kalimat, kelas kata, interjeksi, serta
dalam kelompok pemakai bahasa bentuk, fungsi, dan makna.
tersebut.
Sintaksis
Salah satu bahasa daerah di
bagian tengah Indonesia adalah Interjeksi sangat berhubungan
bahasa Bima. Dalam bahasa Bima dengan aspek sintaksis. Pemaknaan
terdapat bentuk panggunaan ujaran terhadap interjeksi bergantung pada
yang mengungkapkan perasaan hati konteks atau kalimat. Sintaksis adalah
atau emosional pembicara ketika hubungan kata dengan kata atau
berkomunikasi dengan lawan dengan satuan lain yang lebih besar.
tuturnya. Bentuk-bentuk ujaran yang Verhaar (2010: 11) mengatakan,
mengungkapkan emosional pembicara sintaksis merupakan cabang linguistik
disebut interjeksi. yang menyangkut susunan kata-kata
di dalam kalimat. Jadi, sintaksis
Ketika kita ingin merupakan cabang dari ilmu bahasa
mengungkapkan perasaan kagum akan yang mempelajari tentang struktur
internal kalimat serta hubungan kata makna dengan intonasi final. Menurut
dengan kata di dalam kalimat. Chaer (2009), berdasarkan modusnya,
kalimat dibedakan menjadi kalimat
Konteks Linguistik dan Konteks berita, kalimat tanya, kalimat perintah,
Non-linguistik kalimat seruan, dan kalimat harapan.
Dalam menganalisis sebuah Kelas Kata
kalimat, hal yang harus diperhatikan
adalah konteks. Kushartanti dkk Kelas kata adalah golongan
(2005: 215) mengatakan, konteks kata dalam satuan bahasa berdasarkan
merupakan satuan-satuan terstruktur kategori bentuk, fungsi, dan makna
yang merupakan komposit bentuk dan dalam sistem gramatikal. Dalam Tata
arti. Artinya, ketika kita ingin Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003)
memaknai sebuah bahasa, maka kita terdapat tujuh pembagian kelas kata,
harus menyesuaikannya dengan yaitu verba atau kata kerja, ajektifa
konteks dan situasi atau keadaan. atau kata sifat, adverbia atau kata
Konteks atau situasi yang berbeda, keterangan, nomina atau kata benda,
akan menimbulkan penafsiran yang pronominal atau kata ganti, numeralia
berbeda pula. Konteks linguistik atau kata bilangan, dan kata tugas.
mengacu pada suatu makna yang Interjeksi merupakan bagian dari kelas
kemunculannya dipengaruhi oleh kata yang berupa kata tugas selain
struktur kalimat atau keberadaan suatu preposisi, konjungsi, dan artikula.
kata atau frase yang mendahului atau
mengikuti unsur-unsur bahasa dalam Interjeksi
suatu kalimat. Sementara itu, konteks
Dalam Tata Bahasa Baku
non-linguistik adalah suatu konteks
Bahasa Indonesia, interjeksi adalah
yang unsur-unsur pembentuknya
kata tugas yang mengungkapkan rasa
berada di luar struktur kalimat.
hati pembicara. Menurut Chaer (2009:
Kalimat 199-200) kalimat interjektif adalah
kalimat untuk menyatakan emosi,
Hubungan antara interjeksi seperti karena kagum, kaget, terkejut,
dengan kalimat tidak dapat takjub, heran, marah, sedih, gemas,
dipisahkan. Peran interjeksi dalam kecewa, tidak suka, dan sebagainya.
konstruksi sebuah kalimat sangat Jadi, fungsi interjeksi adalah untuk
menentukan penafsiran seseorang memperkuat rasa hati pembicara
terhadap informasi yang ingin sehingga terlihat lebih komunikatif.
disampaikan. Menurut Chaer (2009:
44), kalimat adalah satuan sintaksis Dalam bahasa Indonesia, jenis
yang disusun dari konstituen dasar interjeksi dibagi menurut perasaan
yang biasanya berupa klausa, yang diungkapkannya. Hal ini sejalan
dilengkapi dengan konjungsi bila dengan Chaer (2009: 199-200) yang
diperlukan, serta disertai dengan membagi jenis interjeksi berdasarkan
intonasi final. Jadi, kalimat perasaan kagum, kaget, terkejut,
merupakan satuan bahasa yang takjub, heran, marah, sedih, gemas,
terbentuk dari gabungan antara kata kecewa, tidak suka, dan sebagainya.
dengan kata, kata dengan frasa, frasa Alwi dkk (dalam Tata Bahasa Baku
dengan frasa, maupun berupa sebuah Bahasa Indonesia), mengelompokkan
klausa bebas yang memiliki arti atau jenis interjeksi menjadi sepuluh yang
diberi nama berdasarkan fungsinya
masing-masing, yaitu interjeksi ditentukan karena setiap pemakai
kejijikkan, interjeksi kekesalan, bahasa memiliki kemampuan dan cara
interjeksi kekaguman atau kepuasan, pandang yang berbeda dalam
interjeksi kesyukuran, interjeksi memaknai suatu ujaran. Pemaknaan
harapan, interjeksi keheranan, terhadap interjeksi sangat
interjeksi kekagetan, interjeksi ajakan, berhubungan erat dengan fungsinya.
interjeksi panggilan, dan interjeksi Makna yang erat hubungannya dengan
simpulan. fungsinya ini disebut dengan makna
kontekstual. Makna kontekstual yang
Bentuk, Fungsi, dan Makna dimaksud yaitu berdasarkan situasi
dan kondisi. Hal ini sejalan dengan
Wijana dan Rohmadi (2011: 1)
pendapat Pateda (2010) yang
mengatakan, bentuk adalah elemen
mengatakan bahwa, makna muncul
fisik tuturan. Bentuk dari tataran
akibat ujaran dan situasi.
terendah sampai dengan tertinggi
diwujudkan dengan bunyi, suku kata, METODE PENELITIAN
morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf, dan wacana. Bunyi Jenis penelitian ini adalah
merupakan satuan kebahasaan deskriptif kualitatif. Data penelitian
terkecil, sedangkan wacana ini bersumber dari tuturan informan
merupakan satuan kebahasaan penutur asli bahasa Bima yang tinggal
terbesar. Jadi, bentuk adalah wujud di Kelurahan Penato‟i Kecamatan
lingual yang merupakan objek sasaran Mpunda Kota Bima. Jumlah informan
linguistik. Dalam Tata Bahasa Baku dalam penelitian ini berjumlah 3
Bahasa Indonesia, menurut bentuknya orang yang dipilih masing-masing
interjeksi ada yang berupa bentuk satu orang dari Lewilanco, Kalate, dan
dasar, dan ada yang berupa bentuk Kambera. Selain ketiga informan
turunan. tersebut, peneliti juga sebagai
informan yang dengan sadar secara
Dalam ilmu linguistik, fungsi aktif memanfaatkan penguasaan
adalah peran sebuah unsur bahasa bahasa Bima sebagai penutur asli.
dalam satuan sintaksis yang lebih luas Metode pengumpulan data
(seperti nomina sebagai subjek). dilakukan menggunakan metode
Interjeksi memiliki fungsi di dalam introspektif, metode simak, dan
tuturan. Dalam Tata Bahasa Baku metode cakap. Analisis data dilakukan
Bahasa Indonesia, interjeksi berfungsi menggunakan metode padan
untuk mengungkapkan rasa hati intralingual dan metode padan
pembicara seperti rasa kagum, sedih, ekstralingual. Kemudian, penyajian
heran, jijik, dan sebagainya. Sehingga, hasil analisis data dilakukan
interjeksi merupakan kata tugas yang menggunakan metode formal dan
memiliki peran penting dalam metode informal.
hubungannya untuk memperkuat rasa
hati pembicara dan membuat PEMBAHASAN
percakapan lebih komunikatif.
Makna merupakan istilah yang Bentuk Interjeksi Bahasa Bima
paling ambigu dan paling
Interjeksi bahasa Bima ada
kontroversial dalam teori tentang
yang berbentuk satu kata dan ada yang
bahasa (Sumarsono, 2012). Jadi,
berbentuk gabungan dua kata atau
pengertian makna sangat sulit
lebih, yang disebut dengan bentuk
tunggal dan bentuk gabungan. Selain tindakan lawan bicaranya yang
itu, pada umumnya atau dominan tidak bisa diberi tahu setelah
bentuk interjeksi bahasa Bima dilarang berulang kali.
berdistribusi di awal kalimat. Akan
tetapi, ada beberapa bentuk interjeksi Pada kalimat (2), interjeksi
bahasa Bima yang berdistribusi di inae [inae] terdapat di dalam
tengah dan di akhir kalimat. kalimat interogatif. Hal ini
tentunya menarik, karena semakin
Interjeksi bahasa Bima ada memperkuat rasa marah yang
yang mampu berdiri sendiri dan ada ingin disampaikan oleh penutur.
pula yang kehadirannya Penutur seakan-akan bertanya
membutuhkan bentuk lain. Interjeksi kepada lawan bicaranya akan
bahasa Bima yang mampu berdiri sesuatu hal yang sebenarnya telah
sendiri yaitu, mai [mai] dan raho toi ia ketahui. Hal tersebut dilakukan
mpa [rahↄ tↄ’I mpa). Sedangkan, bukan semata-mata mencari
interjeksi bahasa Bima yang tidak jawaban, tetapi untuk
mampu berdiri sendiri yaitu, alae mempertegas sesuatu hal.
[alae], inae [inae], irae [irae], idae
[idae], akae [akae], ede [ede], toba 2. Digunakan untuk Mengungkapkan
[tↄba], ha [ha], ka made ra e [ka Kekaguman
made ra e], ala Ruma e [ala Ruma e],
na wancuku [na wancuku]. Ede gaga mone aka
[ede gaga mↄne aka]
Fungsi Interjeksi Bahasa Bima „Aduhai tampannya lelaki itu‟

1. Digunakan untuk Mengungkapkan Alae caru ja pangaha ndawi ba ina


Kemarahan mu
[Alae caru ja paŋaha ndawi ba ina
Alae nggomi ake wati loa di ngoa mu]
[Alae ŋgↄmi ake wati lↄa di ngↄa] „Aduhai enak sekali jajan buatan
„Astaga kamu ini tidak bisa diberi ibumu‟
tahu‟
Interjeksi ede [ede] pada
Inae bau si bengke poda arimu? kalimat (1) fungsinya untuk
Inae bau si beŋke pↄda arimu?] mengungkapkan perasaan kagum
„Astaga kenapa sih nakal sekali akan sesuatu hal. Interjeksi ede
adikmu?‟ [ede] pada kalimat (1) tersebut
disampaikan oleh penutur karena
Interjeksi alae [alae] yang merasa terkagum-kagum ketika
terdapat pada contoh (1) memiliki memandang seseorang yang dapat
fungsi untuk mengungkapkan membuatnya jatuh hati. Pada
kemarahan, jengkel, maupun sakit kalimat (1) tersebut tergambar
hati. Kehadiran interjeksi alae jelas perasaan kagum yang
[alae] di dalam kalimat membuat dirasakan penutur, seakan-akan
percakapan lebih komunikatif. tidak pernah ia jumpai lelaki
Interjeksi alae [alae] pada (2), setampan itu. Apabila interjeksi
disampaikan oleh penutur karena ede [ede] dilesapkan pada
merasa marah yang sangat dalam konstruksi kalimat di atas, maka
ketika menanggapi sikap maupun perasaan hati penutur tidak akan
tersampaikan pada lawan bicara tidak akan tersampaikan pada
dan percakapan akan terasa biasa lawan bicaranya.
saja.
Hal yang sama terdapat
Hal yang sama tergambar pada kalimat (2), interjeksi raho
pada kalimat (2). Interjeksi alae to’i mpa [rahↄ tↄ’i mpa] juga
[alae] digunakan untuk digunakan oleh penutur untuk
mengungkapkan perasaan kagum. mengungkapkan perasaan
Penutur mencoba menggambarkan harapan. Dalam kalimat tersebut,
rasa kagumnya kepada lawan menggambarkan keadaan penutur
bicara ketika merasakan makanan yang sedang dalam keadaan sulit.
yang enak. Penutur seakan-akan Ia kesulitan mengerjakan sebuah
sengaja mengungkapkan perasaan tugas, sehingga ia berharap dapat
kagumnya, dengan maksud menyelesaikannya tepat waktu.
memuji. Sehingga, dapat
menyenangkan hati orang yang 4. Digunakan untuk Mengungkapkan
mendengarkan. Keheranan dan Kaget

3. Digunakan untuk Mengungkapkan Alae bune ai mai mu?


Harapan Alae bune ai mai mu?]
„Astaga kapan kamu datang?‟
Raho to’i mpa nahu raka lenga
ma taho Inae wa‟ura made la Hawu?
[Rahↄ tↄ‟I mpa nahu raka leŋa ma [Inae wa‟ura made la Hawu?]
tahↄ] „Astaga sudah meninggal Hawu?‟
„Semoga saja aku akan
mendapatkan teman yang baik‟ Interjeksi bahasa Bima
yang berfungsi untuk
Raho to’i mpa loa nggori sara‟a mengungkapkan perasaan heran
tugas nahu sanai ake seringkali muncul di dalam
[Rahↄ tↄ‟I mpa lↄa ŋgↄri sara‟a kalimat yang bermodus
tugas nahu sanai ake] interogatif, khususnya dalam
„Mudah-mudahan bisa selesai percakapan non formal. Interjeksi
semua tugas ku hari ini‟ alae [alae] pada kalimat (1)
digunakan oleh penutur untuk
Pada kalimat (1), interjeksi mengungkapkan perasaan
raho to’i mpa [rahↄ tↄ’i mpa] keheranan atau kebingungan. Pada
berfungsi untuk mengungkapkan kalimat (1), menggambarkan
perasaan harapan. Penutur bahwa penutur merasa heran dan
memiliki harapan agar kelak ia bingung ketika melihat seseorang
mendapat teman yang baik. yang telah lama tidak ia jumpai
Interjeksi raho to’i mpa [rahↄ kemudian tiba-tiba berada di
tↄ’i mpa] yang terdapat pada hadapannya dalam keadaan yang
kalimat (1) di atas membuat lawan tidak terduga.
bicara memahami bahwa penutur
benar-benar mengharapkan hal Hal yang sama terdapat
tersebut. Apabila interjeksi [raho pada kalimat (2), interjeksi inae
to’i mpa [rahↄ tↄ’i mpa] [inae] berfungsi untuk
dilesapkan, tentu maksud penutur memperkuat perasaan heran yang
dirasakan oleh penutur. Dalam rumah kakaknya. Sementara pada
kalimat (2) tersebut, penutur kalimat (3), penutur
seakan-akan menggambarkan mengungkapkan ajakannya kepada
ekspresi tidak percaya ketika lawan bicara agar mengikuti
mengetahui berita meninggalnya keinginannya untuk makan nasi
seseorang yang ia kenal, sehingga goreng.
ia mencoba bertanya untuk
mencari kebenaran berita tersebut. 6. Digunakan untuk Mengungkapkan
Kesakitan
5. Digunakan untuk Mengungkapkan
Ajakan Alae pili loko wati pu ngaha sidi
[Alae pili lↄkↄ wati pu ŋaha sidi]
Mai ra ni ta lao aka uma nahu „Aduh sakit perut belum sarapan‟
[Mai ra ni ta laↄ aka uma nahu]
„Ayo dah kita pergi ke rumahku‟ Ka made ra e pili ja edi ku mpa‟a
ba awina
Ta lao ngaha-ngaha mai aka uma [Ka made ra e pili ja edi ku mpa‟a
sa‟e nahu ba awina]
[Ta laↄ ŋaha-ŋaha mai aka uma „Mati lah aku sakit sekali kakiku
sa‟e nahu] main bola kemarin‟
„Pergi makan-makan yuk di rumah
kakak ku‟ Pada kalimat (1), interjeksi
alae [alae] digunakan untuk
Pada kalimat (1), interjeksi mengungkapkan perasaan
mai [mai] berfungsi untuk kesakitan. Apabila interjeksi alae
mengungkapkan ajakan. Interjeksi [alae] dilesapkan pada konstruksi
ini cukup unik dibandingkan kalimat tersebut, maka rasa hati
dengan interjeksi lainnya, karena yang hendak disampaikan oleh
kehadirannya sangat berperan di pembicara tidak akan
dalam kalimat. Apabila interjeksi tersampaikan. Pada kalimat (1),
mai [mai] dilesapkan dalam terlihat keadaan penutur yang
kalimat (1), maka percakapan akan benar-benar merasa kesakitan dan
terasa hambar. Akibatnya, lawan ia hendak menyampaikan rasa
bicara tidak akan menunjukkan sakit tersebut kepada lawan
respon atau timbal balik kepada bicaranya. Hal tersebut seakan-
penutur. Timbal balik yang akan sengaja dilakukan oleh
dimaksud adalah respon dari penutur, dengan harapan lawan
ajakan tersebut. bicara akan merespon dan
membantunya mengurangi rasa
Pada kalimat (2) dan (3), sakit tersebut.
interjeksi mai [mai] berdistribusi
di tengah kalimat. Fungsinya Selain interjeksi alae
sama-sama untuk mengajak. [alae], terdapat interjeksi ka made
Kehadiran interjeksi mai [mai] ra e [ka made ra e] yang
dapat memperkuat perasaan hati digunakan untuk mengungkapkan
penutur. Pada kalimat (2), penutur perasaan sakit ketika
mengungkapkan ajakannya kepada berkomunikasi dengan lawan
lawan bicara agar mengikutinya bicara. Dalam kalimat (2) di atas
untuk pergi makan-makan di tergambar kesakitan yang
dirasakan oleh penutur, seolah- Interjeksi ha [ha] pada kalimat (2)
olah ia akan mati karena rasa sakit ini berarti „nah‟. Pada kalimat (2)
yang tidak dapat dibendung lagi. menggambarkan ekspresi penutur
Kehadiran interjeksi ka made ra e yang kelelahan mencari seseorang,
[ka made ra e] semakin namun setelah sekian lama
memperkuat rasa hati yang ingin akhirnya ia menemukannya.
disampaikan oleh penutur. Penutur pun dapat menyimpulkan
alasan yang membuat lawan
7. Digunakan untuk Mengungkapkan bicaranya tidak pergi ke sekolah.
Simpulan Sehingga, ia pun menyampaikan
hal yang ia ketahui tersebut
Ha, ake ku karawi mu wati ca‟u kepada lawan bicara, tentunya
kaimu lao sekola dengan ekspresi yang dapat
[Ha, ake ku karawi mu wati ca‟u memperkuat perasaannya.
kaimu laↄ sekola]
„Nah, ini yang kamu kerjakan Makna Interjeksi Bahasa Bima
makanya kamu tidak pergi
sekolah‟ Makna interjeksi bahasa Bima
ada yang bermakna leksikal dan ada
Ha, nahu bade bune cara na yang bermakna kontekstual. Interjeksi
karawi PR ake yang bermakna leksikal yaitu mai
[Ha, nahu bade bune cara na [mai] dan raho to‟i mpa [rahↄ tↄ‟i
karawi PR ake] mpa]. Sedangkan, iterjeksi yang
„Akhirnya, aku tahu gimana cara bermakna kontekstual yaitu alae
mengerjakan PR ini‟ [alae], inae [inae], irae [irae], idae
[idae], akae [akae], ede [ede], toba
Pada kalimat (1) interjeksi [tↄba], ha [ha], ka made ra e [ka made
ha [ha] berfungsi untuk ra e], ala Ruma e [ala Ruma e], dan na
mengungkapkan simpulan akan wancuku [na wancuku].
sesuatu hal. Interjeksi ini kerap
digunakan untuk menyimpulkan Hubungan Interjeksi Bahasa Bima
sesuatu hal yang telah lama dengan Pembelajaran Muatan
diselidiki. Pada kalimat (1) Lokal Bahasa Daerah di Sekolah
menggambarkan bahwa penutur Hasil penelitian interjeksi
menemukan jalan keluar ketika bahasa Bima ini dapat dihubungkan
telah lama berusaha dengan materi pembelajaran muatan
menyelesaikan tugasnya. lokal bahasa daerah (bahasa Mbojo)
Akhirnya, ketika ia berhasil sebagai bahan ajar pembelajaran.
menemukan jalan keluar tersebut, Materi yang dimaksud yaitu materi
tanpa sengaja ia mengungkapkan yang berkaitan dengan interjeksi
perasaan hatinya dengan tuturan bahasa Bima. Kemudian materi
yang berupa interjeksi ha [ha] tersebut dapat dimasukkan ke dalam
yang berarti „akhirnya‟. indikator yang diinginkan oleh guru,
yang tentunya disesuaikan dengan
Hal yang sama terdapat
silabus.
pada kalimat (2). Pada kalimat (2),
interjeksi ha [ha] juga berfungsi Data hasil penelitian mengenai
untuk mengungkapkan simpulan. interjeksi bahasa Bima ini
dihubungkan dengan pembelajaran made ra e [ka made ra e], ala
ketika telah sampai kepada standar Ruma e [ala Ruma e], dan na
kompetensi siswa membahas tindak wancuku [na wancuku]. Selain itu,
lanjut berbahasa Bima dalam bentuk interjeksi bahasa Bima ada
komunikasi sosial. Dengan yang mampu berdiri sendiri, dan
memasukkan interjeksi ke dalam ada yang membutuhkan kehadiran
materi, diharapkan siswa mampu bentuk lain atau tidak mampu
mengenal bentuk-bentuk ujaran yang berdiri sendiri dalam tuturan.
dapat digunakan untuk Interjeksi bahasa Bima yang
mengungkapkan perasaan hatinya mampu berdiri sendiri yaitu, mai
ketika berkomunikasi. Kemudian, [mai] dan raho toi mpa [rahↄ tↄ‟I
siswa diharapkan mampu memahami mpa). Interjeksi bahasa Bima yang
dan membedakan tindak berbahasa tidak mampu berdiri sendiri yaitu,
dengan orang yang sebaya dan dengan alae [alae], inae [inae], irae [irae],
orang yang lebih tua darinya, dengan idae [idae], akae [akae], ede [ede],
cara memilih bentuk-bentuk ujaran toba [tↄba], ha [ha], ka made ra e
yang sesuai dengan kondisi [ka made ra e], ala Ruma e [ala
lingkungannya. Ruma e], dan na wancuku [na
wancuku].
Dengan demikian, b. Fungsi interjeksi bahasa Bima
mengajarkan interjeksi bahasa Bima digunakan untuk mengungkapkan
kepada peserta didik dapat kemarahan, mengungkapkan
meningkatkan pengetahuannya kekaguman, mengungkapkan
tentang keanekaragaman bahasa yang harapan, mengungkapkan
ada di Indonesia. Kemudian keheranan dan kaget,
pembelajaran interjeksi bahasa daerah mengungkapkan ajakan,
Bima ini diharapkan dapat menjadi mengungkapkan kesakitan, dan
pemicu dalam upaya pelestarian digunakan untuk mengungkapkan
bahasa-bahasa daerah. simpulan.
c. Makna yang terkandung di dalam
SIMPULAN DAN SARAN interjeksi bahasa Bima yaitu
interjeksi yang bermakna leksikal
Simpulan
dan interjeksi yang bermakna
Berdasarkan pada hasil dan kontekstual. Interjeksi bahasa
pembahasan, peneliti menyimpulkan Bima yang bermakna leksikal
bahwa. yaitu, interjeksi mai [mai] dan
interjeksi raho to’i mpa [rahↄ tↄ’I
a. Bentuk interjeksi bahasa Bima ada mpa]. Sedangkan, interjeksi
yang berupa bentuk tunggal dan bahasa Bima yang bermakna
ada yang berupa bentuk gabungan. kontekstual yaitu, interjeksi alae
Interjeksi bahasa Bima yang [alae], inae [inae], irae [irae],
berupa bentuk tunggal yaitu, alae idae [idae], akae [akae], ede
[alae], inae [inae], irae [irae], ede [ede], toba [tↄba], ha [ha], ka
[ede], toba [tↄba], idae [idae], akae made ra e [ka made ra e], ala
[akae], mai [mai], dan ha [ha]. Ruma e [ala Ruma e], dan na
Interjeksi bahasa Bima yang wancuku [na wancuku].
berupa bentuk gabungan yaitu, d. Penelitian mengenai interjeksi
raho to‟i mpa [rahↄ tↄ‟I mpa], ka bahasa Bima ini dapat
dihubungkan dengan pembelajaran Indonesia di SMA: Kajian
Muatan Lokal di sekolah, Berdasarkan Teori
khususnya berimplikasi terhadap Transformasi Generatif”.
pembelajaran Muatan Lokal (Skripsi). Mataram:
Bahasa Daerah, sebagai materi Universitas Mataram.
bahan ajar.
Fitriani, Resty Anindita. 2015. Aliran
Saran linguistik “aliran konteks”.
(http://restyanindita.blogspot
Penelitian mengenai bahasa .com/2015/05/aliran-
daerah khususnya bahasa daerah linguistik-aliran-
Bima, harus terus dilakukan. Hal ini konteks94.html?m=1).
karena, peneliti menyadari Diunduh tanggal 15 agustus
kekurangan dan keterbatasan 2015, pukul 20:35
penelitian ini yang belum dikatakan
sempurna. Sehingga, bagi pembaca Jasmin. 2004. “Perilaku Satuan
yang tertarik untuk meneliti penelitian Lingual RA sebagai Kata
mengenai interjeksi bahasa Bima ini Penghubung DAN dalam
dapat menyempurnakannya. Bahasa Bima” (Skripsi).
FKIP: Universitas Mataram.
DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Linguistik. Jakarta: PT.
Baku Bahasa Indonesia. Gramedia.
Jakarta: Balai Pustaka. Misnah. 2006. “Negasi dalam Bahasa
Alwi, Muhammad Tahir. 2003. Bima Dialek Sanggar”.
Kamus Bima Indonesia (Skripsi). FKIP: Universitas
Inggris. Mataram: Karsa Mataram.
Mandiri Utama. Murtiningtyas, Restu. 2010.
Cahyonowati, Rina. 2000. “Tinjauan “Terjemahan Interjeksi dari
Perpadanan Interjeksi Bahasa Prancis ke Bahasa
Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia”. (Skripsi).
Indonesia dalam Novel Jakarta: Universitas
MADAME BOVARY dan Indonesia.
Terjemahannya: Nyoya Verhar, J.W.M. 2010. Asas-Asas
Bovary”. (Skripsi). Jakarta: Linguistik Umum.
Universitas Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa University Press.
Indonesia (Pendekatan Wijana dan Rohmadi. 2011. Semantik
Proses). Jakarta: PT. Rineka Teori dan Analisis.
Cipta. Surakarta: Yuma Pustaka.
Diansyah, Nurrahman. 2012. “Bentuk
Kalimat Majemuk Bahasa
Bima Dialek Serasuba dan
Hubungannya dengan
Pembelajaran Bahasa

Anda mungkin juga menyukai