Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan


manusia di dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan
maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan
berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efisien.

Efektifitas dan efisiensi dalam berbahasa akansangat dipengaruhi oleh keterampilan


berbahasa khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi. Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata
sebagai penyusun kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa,
klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga
pentinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu
bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan
efisien.

I.II Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan frasa?

b. Apa pengertian frasa menurut para ahli?

c. Apa saja ciri-ciri frasa?

d. Apa saja jenis-jenis frasa dan bagaimana contohnya?

I.III Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian frasa.

b. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri frasa.

c.Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis frasa dan contohnya.


BAB II

PEMBAHASAN

II.I Pengertian Frasa

Frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Satuan gramatikal akan menulis dan
menyampaikan berita merupaka frase karena anggota pembentuk satuan bahasa tidak
menjabat subjek dan juga tidak menjabat predikat. Istilah lain yang sering digunakan dalam
linguistik Indonesia adalah kelompok kata. Di dalam gramatikal (grammar) frasa
merupakansalah satu konstituen (constituent) dari tataran (level) sintaksis. Atau dengan
kata lain frasa merupakan bagian dari konstruksi sintaksis.

Menurut Ramlan (1985), frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Yang dimaksud dengan tidak
melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O, pelengkap dan keterangan. Contoh, Eka
sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri dari beberapa fungsi yaitu, Eka
menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, majalah menduduki fungsi O
dan di ruang tamu menduduki fungsi keterangan.

Menurut Elson dan Pickett (1983), “A phrase is a unit potentially composed of two
of more words but which does not have the propositional characteristic of a sentence”.
(Sebuah frasa ialah satuan yang secara potensial terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
mempunyai cIri-ciri proposisi sebuah kalimat). Sedangkan menurut Kridalaksana (1984),
frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat
rapat, dapat renggang; misalnya gunung tinggi adalah frasa karena merupakan konstruksi
non-predikatif.
II.III Ciri-Ciri Frasa

Adapun ciri-ciri frasa adalah sebagai berikut:

a. Frasa harus terdiri dari dua kata atau lebih.


b. Menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat.
c. Frasa harus memiliki satu makna gramatikal.
d. Frasa bersifat nonpredikatif.
e. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.

II.IV Jenis-Jenis Frasa

Frase dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi sifat hubungan konstituennya dan
dari segi kategori gramatikalnya.Tinjauan frase dari segi sifat hubungan konstituennya
terbagi atas frase endosentris dan frase eksosentris, sedangkan tinjauan frase dari segi
gramatikalnya terbagi atas frase nominal (FN), frase verbal (FV), frase adjektiva (FA),
frase numeral (FNum) dan frase adverbial (FAdv) sesuai bentuk dan perilakunya masing-
masing. (Elson dan Pickett, 1983; Anderson, 1989; Parera 1991).

A) Jenis-Jenis Frase Berdasarkan Hubungan Konstituennya

1. Frase Endosentris

Frase endosentris (endosentric phrase) ialah frase yang keseluruhannya mempunyai


perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya. (Kridalaksana, 1984). Frase
endosentris adalah frase yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
perilaku salah satu komponennya (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:20-21). Artinya adalah
salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.

Menurut Parera (1991), frase endosentris ialah frasa yang satuan konstruksinya
berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. Sedangkan menurut Ramlan,
frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan 1985:142)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gabugan
kata seperti: baik sekali, sebuah mangga, saban bulan, dan hampir terbenam, tergolong ke
dalam jenis frase endosentris. Unsur-unsur atau satuan-satuan konstruksi dalam gabungan-
gabungan kata tersebut berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya masing-
masing. Frase endosentris dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

A)Frase Endosentris Koordinatif

Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase koordinatif adalah frase endosentris
berinduk banyak, yang secara potensial komponennya dapat dihubungkan dengan partikel
dan, ke, atau, tetapi, ataupun konjungsi korelatif, seperti baik …maupun dan makin …
makin (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:25). Kategori frase koordinatif sesuai dengan
kategori komponennya. Contoh:

(a) Kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan miskin, dari, untuk, dan oleh rakyat,
untuk dan atas nama klien;

(b) Baik merah maupun biru, entah suka entah tidak suka, makin pagi makin baik, makin
tua makin bermutu.

Perhatikan bahwa kata yang dapat digabungkan hanya kata yang berkategori sama,
seperti merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik. Dan jika tidak
menggunakan partikel, gabungan itu disebut frase parataktis, seperti tua muda, besar kecil,
hilir mudik, keluar masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya
miskin.

B)Frase Endosentris Atributif

Berbeda dengan endosentrik koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur
yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata
penghubung dan atau atau. Misalnya :

a) Pembangunan lima tahun.


b) Sekolah Inpres.
c) Buku baru
d) Pekarangan luas
e) Orang itu.
f) Malam ini.

Kata-kata yang dicetak miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata pembangunan,
sekolah, buku, pekarangan, orang, malam, merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang
secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur yang
terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atribut (Atr).

C)Frase Endosentris Apositif

Frase apositif adalah frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat
tapi tak dapat dihubungkan dengan kata dan atau atau. Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah
(2008), frase apositif adalah frase endosentris berinduk banyak yang secara luar bahasa
komponennya menunjuk pada wujud yang sama.Frase ini memiliki sifat yang berbeda
dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang atributif. Dalam frase endosentrik
yang koordinatif unsur-unsurnya dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau
atau, dan dalam endosentrik yang atributif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan
dengan kata penghubung dan atau atau. Dalam frase Surti anak pak Tejo unsur-unsurnya
tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur
yang satu dalam hal ini unsur anak pak Tejo, sama dengan unsur lainnya, yaitu sama
dengan unsur Surti. Karena sama, unsur anak pak Tejo dapat menggantikan unsur Surti.
Contoh : Surti sedang belajar, artinya sama dengan anak pak Tejo sedang belajar. Unsur
Surti merupakan UP, sedangkan unsur anak pak Tejo merupakan aposisi (Ap).

2. Frase Eksosentris

Menurut Kridalaksana (1984), frase eksosentris (exocentris phrase) ialah frase yang
keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya
(konstituennya); frase ini mempunyai dua bagian, yang pertama disebut perangkai berupa
preposisi atau partikel lain si atau partikel yang dan yang kedua disebut sumbu berupa kata
atau kelompok kata. Sedangkan menurut Ramlan, frase eksosentris adalah frase yang tidak
mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan 1985:142). Jadi,
gabungan-gabungan kata seperti: di rumah, ke sekolah, yang tidur terus, dan tentang
linguistik, tergolong jenis frase eksosentris. Konstituen di, ke, yang, dan tentang, pada
frase-frase itu merupakan perangkai; sedangkan konstituen rumah, sekolah, tidur terus, dan
linguistik, pada frase-frase itu merupakan sumbu.Berdasarkan struktur internalnya, frase
eksosentris ini disebut juga relater-axis atau frase relasional. Dan berdasarkan posisi
penghubung yang mungkin terdapat di dalamnya, maka frase eksosentris atau frase
relasional dapat dibagi atas :

A)Frase Preposisi

Frase preposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan
(Tarigan 1984:94). Contoh frase preposisi adalah dengan baik, sejak kemarin, di samping.
Pada umumnya frase proposisional berfungsi sebagai keterangan.

B)Frase Posposisi

frase posposisi atau post-position adalah frase yang penghubungnya menduduki


posisi di bagian belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu
bahasa yang mempunyaai frase ini adalah bahasa Jepang.

C)Frase Preposposisi

Frase preposposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian


depan dan di bagian belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah
satu bahasa yang menggunakan frase ini adalah bahasa Karo. Contoh : i juma nari ”dari
ladang”.

B) Jenis-Jenis Frase Berdasarkan Kategori Gramatikalnya

1.Frase Nominal (FN)

Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal
(Ramlan 1985:145). Menurut Kridalaksana (1984), frase nominal (noun phrase, nominal
phrase) ialah frase endosentris yang berinduk satu yang induknya nomina. Sedangkan
menurut Anderson (1989), frase-frase nominal menggambarkan peserta (orang, benda)
yang diikutsertakan di dalam peristiwa-peristiwa (klausa-klausa, kalimat-kalimat),
biasanya nomina yang menjadi gatra induk (inti), tetapi gatra tersebut boleh juga
mengandung pronominal atau nama sebagai induk (inti).

Dengan demikian,gabungan-gabungan kata seperti; produksi dalam negeri dan


pohon cemara tinggi, tergolong frasa nominal (FN), karena konstituennya produksi dalam
frasa produksi dalam negeri dan konstituen pohon dalam frasa pohon cemar tinggi masing-
masing merupakan inti (induk) frasa yang berkategori gramatikal nomina (jenis kata
benda). Contoh , Ia membeli baju baru. Frase baju baru dalam klausa diatas mempunyai
distribusi yang sama dengan kata baju. Kata baju termasuk golongan kata nominal. Karena
itu, frase baju baru termasuk golongan frase nominal.

2.Frase Verbal (FV)

Frase verbal atau frase golongan V adalah frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata verbal. Menurut Kridalaksana (1984), frase verbal (verbal phrase) ialah
frase endosentris berinduk satu yang induknya verba dan modifikatornya berupa pertikel
modal, ingkar dan adverbial. Frase verbal sering pula disebut frase kerja. Contoh : Rahmat
sedang makan roti di ruang tamu. Frase sedang makan dalam klausa di atas mempunyai
distribusi yang sama dengan kata makan. Kata makan termasuk golongan V. Karena itu
frasse sedang makan juga termasuk golongan V. Contoh lain : akan pergi, dapat menyanyi,
sedang makan.

3.Frase Numeral (FNum)

Frase numeral atau bilangan adalah frase yang mempuyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan dan selalu terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata satuan.
Menurut Ramlan (1985:162), frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata bilangan. Misalnya frase dua ekor dalam dua ekor ayam, frase ini
mempunyai distribusi yang sama dengan dua, persamaan tersebut dapat dilihat dari
jajarannya : dua ekor ayam,dua ayam. Kata dua termasuk golongan kata bilangan, karena
itu frase dua ekor ayam termasuk ke dalam golongan frase bilangan. Contoh lain : Lima
botol minyak goreng, tujuh drigen bensin.
4.Frase Adverbial (FAdv)

Frase adverbial atau keterangan adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata keterangan. Misalnya frase tadi pagi Akbar pergi kuliah. Frase tadi pagi
mempunyai distribusi yang sama dengan kata tadi. Persamaan tersebut dapat dilihat dari
jajarannya : Tadi pagi Akbar pergi kuliah, Tadi Akbar pergi kuliah. Kata-kata seperti tadi,
kemarin, nanti, besok, lusa, sekarang adalah kata-kata keterangan. Contoh lain : kemarin
pagi paman datang, besok saya pergi ke Cairo.

5.Frase Adjektiva (FA)

Frase adjektiva ialah frase endosentris berinduk satu yang induknya adjektiva dan
modifikatornya adverbial (Kridalaksana, 1984). Jika di dalam bahasa Indonesia kata-kata
seperti ; besar, baik, tinggi, tergolong adjektiva (kata sifat) dan kata-kata seperti sangat,
lebih, kurang, tergolong adverbial maka gabungan kata seperti ; sangat besar, lebih baik,
kurang tinggi, termasuk jenis frasa adjektiva karena terdiri dari kata adjektif dan adverb.

BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan

Frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
terdiri dari subjek dan predikat (nonpredikatif). Frase dapat ditinjau dari dua segi yaitu,
segi sifat hubungan konstituennya dan segi kategori gramatikalnya. Berdasarkan hubungan
konstituennya, frase dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Frase endosentris, yang terbagi menjadi :


a. Frase endosentris koordinatif
b. Frase endosentris apositif
c. Frase endosentris atributif
2) Frase eksosentris, yang terbagi menjadi :
a. Frase preposisi
b. Frase posposisi
c. Frase preposposisi

Sedangkan jika ditinjau dari segi kategori gramatikalnya, frase dapat dibedakan
menjadi 5, yaitu :

a. Frase nominal
b. Frase verbal
c. Frase Numerial
d. Frase adverbial
e. Frase adjektiva
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia.
Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai