“SINTAKSIS”
OLEH :
EGIDIA WULANSARI
F041181517
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018/2019
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………....…………………………...…………….... 14
B. Saran ……………………………...……………………………………………….. 14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain tentu perlu menggunakan kalimat
dengan makna yang tepat. Di samping itu, perlu pula memperhatikan pilihan kata atau diksi agar
gasasan/ide yang disampaikan kepada orang lain dapat terpahami secara efektif.
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat
sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar
tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Banyak
permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu
pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tatabahasa yang membahas
hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan
hubungan antar kata dalam tuturan (speech).
Bagaimana supaya proses komunikasi tersebut dapat berjalan efektif, antara lain perlu
memiliki pemahaman yang berkaitan dengan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia, seperti
jenis-jenis frase, klausa, kalimat, diksi, jenis-jenis makna, dan jenis perubahan makna. Dengan
memahami bagian-bagian sintaksis dan semantik bahasa Indonesia tersebut, tentu dapat
menciptakan komunikasi yang saling terpahami dengan jelas dan tepat. Didalam makalah ini
akan dibahas ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah
syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk
wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001). Tidak berbeda dengan pendapat tersebut,
Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang
membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa, misalnya:
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah
bagian dari tata bahasa yang membicarakan kaidah kombinasi kata menjadi satuan gramatik yang
lebih besar berupa frase, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem-morfem suprasegmental
(intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan oleh pembicara sebagai dasarnya.
Misalnya: “Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah
sedang memasak nasi goreng”
F satu kalimat :
“Saya dan Ali sedang menggambar lukisan pemandangan ketika nenek Aminah sedang memasak
nasi goreng”
F dua klausa :
F enam frasa :
2. sedang menggambar
3. lukisan pemandangan
4. nenek Aminah
5. sedang memasak
6. nasi goreng
B. Pengertian Frasa dan strukturnya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, frasa adalah gabungan dua kataatau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih. (Chaer,
1991:222).
Frasa adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frasa adalah suatu
komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan kalimat (M.Asfandi Abdul,
1990:41).
Frase menurut Oscar (Keraf dalam Oscar, 1993:5), yaitu bagian-bagian dari kata bahasa
yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui
batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak
melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka
masih bisa disebut frasa.
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata yang
mendududuki suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan
makna dalam kalimat.
S P
*Ciri-Ciri Frasa
4. Bersifat Non-predikatif.
9. Frasa dapat diperluas dengan tambahan kata depan, tengah, atau di belakang.
10. Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memiliki kedekatan hubungan
*Macam-Macam Frasa
a. Frasa Endosentris
Frase endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Dalam frasa
endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur
frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut unsur pusat (UP). Dengan
kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah
unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
1. frase endosentris koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan
dengan kata dan, atau, misalnya :
- rumah pekarangan
- suami isteri
2. üfrase endosentris atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak
dapat disisipkan kata penghubung dan, atau. Misalnya:
- buku baru
- sedang belajar
3. Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam
kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata ‘dan’ dan ‘atau’.
Misalnya:
b. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya. Misalnya : di pasar, ke sekolah, dari kampung
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri
atas:
a. Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba
sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi)
kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat
diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
b. Frasa nomina, yaitu dua buah kata atau lebih yang intinya dari dari nominal atau benda dan
satuan itu tidak membentuk klausa.
c. Frase ajektiva adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya
adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa,
d. Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki
satu fungsi dalam kalimat.
e. Frase numeralia yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam
kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis
menyatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata
bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
- dari sekolah
g. Frasa Konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda.
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, tetapi
tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada. Klausa adalah satuan gramatikal yang
setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun
jamak, berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan
yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan sebagai keterangan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa merupakan unsur kalimat yang mewajibkan
adanya dua fungsi sintaksis, yakni subjek dan predikat sedang yang lainnya tidak wajib. Penanda
klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul misalnya dalam kalimat
jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi.
* Macam-Macam Klausa
Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri atas
klausa: nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan. ( Ramlan,1981).
1. Klausa nominal, yaitu klausa yang predikatnya terdiri dari kata/frasa golongan nomina.
2. Klausa verbal, yaitu klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal.
b. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja
intransitif sebagai unsur intinya.
c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang
transitif sebagai unsur intinya.
d. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang
tergolong kata kerja reflektif.
e. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal
yang termasuk kata keja resiprok.
3. Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa golongan bilangan.
4. Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali
kata depan sebagai penanda.
Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai
nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6). Kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai
adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah
selesai (lengkap). Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis
sekurang-kurangnya harus memiliki S dan P.
Ahli tata bahasa tradisional menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata yang
terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.
Definisi tersebut tidak universal karena kadangkala ada kalimat yang terdiri atas satu kata tetapi
maknanya dapat dipahami secara lengkap.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian
terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai, dan diikuti kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan bunyi.
* Ciri-Ciri Kalimat
1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam
bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda
seru.
2. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.Predikat transitif disertai objek,
prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek,
prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
6. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam
satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
* Macam-Macam Kalimat
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Kalimat Tunggal, yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa serta mengandung maksud.
S P Ket
S P O Ket
ü Kalimat nominal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata benda.
ü Kalimat verbal adalah kalimat tunggal yang predikatnya berupa kata kerja.
(1) Kalimat intransitive adalah kalimat tunggal yang prediktnya tidak memerlukan objek.
(2) Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag predikatnya hanya memerlukan objek tanpa
diikuti pelengkap.
(3) Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan
pelengkap.
(4) Kalimat semitransitif, yaitu kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif.
Misalnya : - Alimuddin kehilangan uang milyaran kemarin
· Predikatnya berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan kofiks ke-an.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya sebagai berikut:
S P O
O P S
ü Kalimat adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
ü Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi.
Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas
empat macam, yakni:
a. Kalimat Berita, yaitu kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian atau suatu
keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.), sedangkan dalam
bentuk lisan, nadanya naik di akhir kalimat.
b. Kalimat perintah, yaitu kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
Kalimat perintah dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau titik (.).
ü Suruhan
ü Permintaan.
ü Memperkenankan
ü Ajakan
ü Larangan
ü Bujukan
ü Harapan
c. Kalimat Tanya, yaitu kalimat yang maksudnya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. yang
di dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri :
ü kalimat tanya retoris, yaitu kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya
tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara
untuk menarik perhatian pendengar.
ü kalimat yang senilai perintah, yaitu bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh,
misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
d. Kalimat Seru, yaitu kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum.
Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat
berita yang predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988).
b. Kalimat Majemuk, yaitu kalimat yang didalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat,
misalnya: SP + SP, SPO + SPO, atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat
(diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Kalimat majemuk tersusun dari beberapa kalimat
tunggal.
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni:
(1) Kalimat majemuk setara/koordinatif, yaitu kalimat yang pola-pola kalimatnya memiliki
kedudukan yang sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk setara terbagi
lagi menjadi beberapa bagian yaitu:
ü Kalimat majemuk penjumlahan/penambahan, ditandai oleh kata hubung dan, lalu, serta,
kemudian, lagipula dan sebagainya.
Contoh : Pak Heru membacakan soal dan siswa mendengarkan dengan saksama.
Contoh : Ayah sering menasihatinya, tetapi dia tetap tidak mau berubah.
ü Kalimat majemuk sebab-akibat, ditandai oleh kata penghubung: sebab, karena, behubung,
akibat.
(2) Kalimat majemuk bertingkat, yaitu kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih,
satu pola sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat
(menerangkan). Misalnya:
- Kebersamaan sangat penting bagi rakyat Indonesia agar negara ini semakin maju.
(3) Kalimat majemuk campuran, yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dengan
kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran terdiri atas sebuah pola atasan dan
sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau
lebih pola bawahan (Keraf, 1981).
Contoh : Artis cantik itu hanya bisa diam lalu pergi begitu saja ketika beberapa wartawan
menanyainya
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa
tertentu (Manaf, 2009:34). Fungsi kajian sintaksis terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya
adalah subjek dan predikat yang harus ada dalam setiap kalimat, sedangkan unsur lainnya
yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat.
Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Fungsi subjek merupakan pokok dalam
sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu
predikat.
a. Dapat dicari dengan pertanyaan apa atau siapa yang tersebut dalam predikat,
g. tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
h. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan
dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
b. Bagian dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
c. Prediket umumnya diisi oleh frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
f. Dapat dicari dengan pertanyaan apa, berapa, di mana, dll. yang tersebut dalam subjek.
S P
‘Adik’ menduduki fungsi subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi
predikat dalam kalimat aktif.
* Ciri-ciri Objek
S P O
e. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi
transitif
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek,
dan melengkapi struktur kalimat.
*Ciri-ciri Pelengkap
a. berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
b. pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek).
3. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau
pelengkap. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.
Contoh : Ibu membeli kue di pasar.
S P O Ket
* Ciri-ciri keterangan
b. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan
pelengkap.
S P O Ket. Tempat
ü Keterangan Waktu, yaitu Keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu
dimarkahi oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada
keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti.
ü Keterangan sebab, yaitu Keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna sebab.
Keterangan sebab dimarkahi oleh konjungtor sebab dan karena.
ü Keterangan akibat, yaitu Keterangan yang relasi antar unsurnya membentuk makna akibat.
Keterangan akibat dimarkahi oleh konjungtor sehingga dan akibatnya.
S P Ket. Akibat
Ket. Pengandaian S P
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sintaksis merupakan bagian atau
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Frase sendiri adalah kesatuan yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari kalimat. Frase dilihat
dari segi hubungan distribusi unsur- unsurnya terdiri atas frase endosentrik (atributif, koordinatif,
apositif) dan eksosentrik; frase dilihat dari segi kategori katanya terdiri atas empat macam frase:
nominal, verbal, ajektival, numeralia, fromina.
Klausa dilihat dari kategori kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal (ajektif,
intransitif, aktif, pasif, dan resiprokal), klausa nominal, klausa bilangan, dan klausa depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni kalimat
nominal, kalimat verbal (intransitif, ekatransitif, dwritransitif, semi transitif, pasif) kalimat
ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya terdiri atas
kalimat berita, tanya, dankalimat seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas dua majenis,
yakni kalimat majemuk setara (penjumlahan pertentang, pemilihan, sebab), kalimat mejemuk
bertingkat dan kalimat majemuk bertingka
B. Saran
Saran Pemahaman satuan sintaksis bahasa Indonesia bagi guru ataupun calon guru adalah dapat
dijadikan bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-
hari dan bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
Untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan sintaksis,
pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulis
hanya membahas garis besar saja tentang sintaksis dan jenisnya.
Sehingga, materi ini menjadi modal awal bagi pengajar bahasa Indonesia karena dengan
dikuasainya materi ini, maka telah memiliki kemampuan yang mendukung dalam membimbing
anak didiknya sehingga semakin mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
http://eci-muachpinky.blogspot.com/2011/03/pengertian-sintaksis.html
http://eldhieya.blogspot.com/2011/06/sintaksis-dan-semantik-dalam- bahasa.html
http://elfaputri.blogspot.com/2010/07/makalah-bahasa-indonesia-makna- semantik.html
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/KEBAHASAAN_I/BBM_7.pdf
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia.
Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Peguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo