Anda di halaman 1dari 36

FRASA

Frasa adalah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang masing-masing mempertahankan
makna dasar katanya dan tidak melampaui batas dan fungsi. Sebuah frasa mempunyai suatu
unsur inti atau pusat, sedangkan unsur lain disebut penjelas. Contoh: petani muda, tepi sawah,
dan lereng gunung. Kata petani, tepi dan lereng adalah unsur inti sedangkan muda, sawah, dan
gunung disebut penjelas.

Ciri-ciri Frasa

1. terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.


2. menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. bersifat nonpredikatif.

Contoh Frasa

1. gunung tinggi
2. guru bahasa Indonesia
3. dengan tangan kiri
4. tidak harus belajar
5. membanting tulang
6. ayah ibu
7. kepada orang tua

Frasa dapat dibagi menjadi , yaitu :

1. Distribusi unsur pembentuknya


Frasa menurut distribusi unsur pembentuknya ada 2 macam, yaitu frasa endosentris dan frasa
eksosentris. Frasa endosentris terdapat 3 macam, yaitu : koordinatif, atributif, dan apositif. Frasa
Eksosentri terdapat 2 macam, yaitu : proposional dan nondirektif

A. Frasa endosentris
a. Frasa endosentris koordinatif : frasa endosentris yang terdiri atas konstituen-konstituen
yang setara. Kesetaraannya dapat dibuktikan dengan adanya kemungkinan konstituen itu
dihubungkan dengan penghubung dan / atau.

contoh : Laki-laki dan permpuan itu berjalan di jalan


b. Frasa endosentris yang atributif merupakan frasa endometris yang terdiri atas konstituen-
konstituen tidak setara. Di dalamnya terdapat konstituen berstatus sebagai atribut, disebabkan
adanya konstituen yang berperan sebagai konstituen inti. Konstituen-konstituen itu tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya frasa mahasiswa
ini, dosen sintaksis, bahasa saya.

Dilihat dari segi konstituen atributnya, frasa endosentris atributif dapat dipilah menjadi
dua yaitu, frasa endosentris atributif klitikal dan frasa endosentris atributif nonklitikal. Frasa
endosentris atributif klitikal adalah frasa endosentris atributif yang konstituen atributnya berupa
klitik, contohnya majalahku, tabloidmu, artikelnya.

Dilihat dari kategori intinya, frasa endosentris yang atributif dibedakan menjadi: (1) frasa
nominal seperti kursi kayu jati, (2) frasa verbal seperti sedang berpidato, (3) frasa pronominal
seperti kita berdua, (4) frasa numeralia seperti dua buah, (5) frasa interogativa seperti apa dan
siapa, (6) frasa demonstrative seperti ini dan itu, (7) frasa adjectival sepertilancar sekali, dan (8)
frasa adverbial seperti tadi pagi (Ramlan 1987:154-157).
c. Frasa endosentris yang apositif merupakan frasa yang mirip dengan frasa endosentris yang
koordinatif dalam masing-masing konstituennya dapat saling menggantikan, misalnya pada
kalimat Presiden Amerika Barack Obama datang di Auditorium Unnes. Presiden Amerika Barack
Obama merupakan frasa endosentrik apositif. Unsur Presiden Amerikasebagai unsur pusatnya,
sedangkan Barack Obama sebagai apositif. Kedua unsur tersebut bisa saling menggantikan
dalam kalimat, dan mempunyai informasi yang sama. Dapat disimpulkan,Presiden Amerika
datang di Auditorium Unnes dan Barack Obama datang di Auditorium Unnes.

B. Frasa eksosentris
Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang
sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frasa di rumah, yang terdiri atas komponen didan
komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat mengisi fungsi keterangan,
misalnya dalam kalimat Dia belajar di rumah. Baik komponen di maupun
komponen rumah, tidak dapat berfungsi sebagai keterangan seperti dalam kalimat (a), sebab
konstruksi (b) dan (c) tidak berterima.

(a) Dia belajar di


(b) Dia belajar rumah
Frasa eksosentris dibedakan atas frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris
nondirektif. Frasa eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di,
ke,dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori
nomina. Oleh karena komponen pertama berupa preposisi, maka frasa eksosentris direktif ini
lazim juga disebut frasa preposisisonal. Perhatikan contoh (d), (e), dan (f) berikut ini.
(c) dari batang kayu
(d) demi ketenteraman
(e) ke kota
Frasa eksosentis nondirektif adalah frasa eksosentris yang kosntituen perangkainya
berupa artikula, sedangkan kosntituen sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang
berkategori nomina, verba, atau adjektiva, misalnya : sang suami, para tamu.

a. Frasa eksosentris proporsional : komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di,


ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori
nomina.
contoh : pergi ke pasar.

b. Frasa eksosentris nondirektif : frasa eksosentris yang konstituen perangkainya berupa artikula,
sedangkan konstituen sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina,
verba, atau adjektiva.
contoh : Para hadirin dipersilahkan untuk memakan hidangan yang telah disediakan.

2. Frasa Dasar dan Frasa Turunan


Frasa dasar ialah frasa yang konstituen pembentuknya sederhana, yaitu apabila
berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris, frasa tersebut hanya terdiri atas dua patah
kata; misalnya buku sintaksis, bahasa Indonesia. Adapun apabila berkonstruksi endosentris
koordinatif dapat terdiri atas dua, tiga, atau lebih dari tiga kata; misalnya: dosen, mahasiswa, dan
karyawan.
Adapun frasa dikatakan sebagai frasa turunan jika frasa tersebut sudah mengalami
penurunan yang disebabkan adanya penambahan kata atau frasa lain dalam frasa tersebut.
Misalnya : Spidol dan kapur tulis. Kalimat tersebut terdapat dua frasa yaitu frasa kapur
tulis(frasa endosentris atributif nominal), dan frasa spidol dan kapur tulis (frasa endosentris
koordinatif)

3. Frasa Lugas dan Frasa Idiomatis


Berdasarkan makna konstituen leksikal pembentuknya, frasa dapat dibedakan menjadi
frasa lugas dan frasa idiomatik. Frasa lugas adalah frasa yang maknanya masih lugas
sebagaimana konstituen leksikal pembentuknya. Sedangkan frasa idiomatic adalah frasa yang
membentuk idiom tertentu sehingga maknanya pun bersifat idiomatic, artinya makna yang
terbentuk tidak bisa diuraikan berdasarkan konstituen-konstituen leksikal pembentuknya.
Misalnya; (1) Kambing hitam itu milik siapa?, (2) Jangan suka mengambinghitamkan orang
lain. Konstruksi kambing hitam pada kalimat (1) merupakan frasa lugas yang bermakna kambing
yang berbulu hitam, sedangkan pada kalimat (2) kambing hitam merupakan frasa idiomatic yang
berarti menuduh orang lain melakukan kesalahan.

4. Kedudukan unsur-unsurnya
Frasa menurut kedudukan unsur-unsurnya dibedakan menjadi 2, yaitu setara dan bertingkat.

a. Setara
- Kata benda - kata benda.
- Kata sifat - kata sifat.
- Kata kerja - kata kerja.
contoh :
=> Kata benda - kata benda :
- Hutan pinus.
- meja kayu.
- Sandal karet.
- Air sungai.
- dll
=> Kata sifat - kata sifat :
- Cantik jelita.
- Tumbuh kembang.
- Putih bersih.
- Terang benderang.
- dll
=> Kata kerja - kata kerja :
- Maju mundur.
- Maju jalan.
- Naik turun.
- Jatuh bangun.
- dll

b. Bertingkat
- Kata benda - kata kerja.
- Kata benda - kata sifat.
- Kata kerja - kata sifat.
contoh :
=> Kata benda - kata kerja :
- Gunung meletus.
- Bunga mekar.
- Jalan kaki.
- dll
=> Kata benda - kata sifat :
- Meja kotak.
- Kaca bersih.
- Kursi besar.
- dll
=> Kata kerja - kata sifat :
- Duduk manis.
- Jalan cepat.
- Lari kecil.
- dll

5. Kategori kata yang menjadi unsur pusat


Frasa menurut kategori kata yang menjadi unsur pusat terdapat 7 macam, yaitu :

a) Frasa nominal (kata benda).

Frasa nominal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda. Dapat berfungsi
menggantikan kata benda.
Contoh : buku tulis
lemari besi
ibu bapak

b) Frasa verbal (kata kerja).

Frasa verbal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja. Dapat berfungsi
menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat.

Contoh : sedang belajar


akan datang
belum muncul
baru menyadari
tidak mandi

c) Frasa bilangan (numeral).

Frasa Numeral

Frasa numeral adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata numeralia. Contah :

a). dua ekor


b). lima helai

Frasa dua ekor adalah frasa numeral, karena memiliki ditribusi yang sama dengan kata
numeralia, yaitu dua.

Frasa lima helai merupakan frasa numeral, karena memiliki distribusi yang sama dengan kata
numeralia, yaitu lima.

d) Frasa adjektiva (kata sifat).

Frasa adjektival adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata adjektiva. Contoh :

a). baik sekali

b). kurang manis

Frasa baik sekali merupakan frasa adjektival, karena memiliki distribusi yang sama dengan kata
adjektiva, yaitu baik.

Frasa kurang manis adalah frasa adjektival, karena memiliki distribusi yang sama dengan kata
adjektiva, yaitu manis.

e) Frasa preposisi (kata depan).

Frasa preposisional adalah sebagia penanda, diikuti oleh kata nomina, adjektiva, verba,
numeralia sebagai petandanya. Contoh :

a).dengan tangkas

b). ke dalam hati

Frasa dengan tangkas merupakan frasa preposisional, karena terdiri atas preposisi dengan
sebagai penanda dan diikuti adjektiva tangkas sebagai petanda.

Frasa ke dalam hati adalah frasa preposisional, karena terdiri atas preposisi ke dalam sebagai
penanda dan diikuti nomina hati sebagai petanda.
f) Frasa adverbial (keterangan).

Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini
bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan inti dan
kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak
besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan
gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya
ialah lebih kurang kata lebih tidak menerangkan kurang dankurang tidak menerangkan lebih.

g) Frasa pronominal (kata ganti).

Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis
yaitu :

1. Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka
berdua.

2. Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.

3. Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.

contoh :
1. Frasa nominal (kata benda) : Galang membeli buku tebal.
2. Frasa verbal (kata kerja) : Galang tetap jalan santai karena masih mengantuk.
3. Frasa bilangan (numeral) : Imam membeli kapas seberat 3 kg.
4. Frasa adjektiva (kata sifat) : Raihan mempunyai badan yang tinggi besar.
5. Frasa preposisi (kata depan) : Dari pagi, Galang hanya berdiri melamun.
6. Frasa adverbial (keterangan) : Minggu pagi yang cerah.
7. Frasa pronominal (kata ganti) : Galang selalu disuruh karena hanya dia anak satu-satunya.

Makna Kata Dan Jenis-Jenis Makna Kata


Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Contohnya kata rumah yang berarti
tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat
tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh bentuk kata tersebut.

Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan
berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam
sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah
penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau
pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. Maksud pembicara;
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia;
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu
bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana
penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa
makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh
pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian
makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara
pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif,
makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.

A. MACAM-MACAM MAKNA

Secara umum, makna kata dibedakan menjadi:

1. Makna denotasi
Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau
makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa
ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar
gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan
gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotative.

Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan
tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna
kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan
(perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau
didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna
yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan.
Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah
tangannya yang sebelah kanan sakit

.2. Makna konotasi

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi
tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran.
Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama,
akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang
diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.

Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan
yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas
atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh
seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.

3. Makna leksikal

makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari
leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna
leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).

4. Makna gramatikal

Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah
gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil
peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah
alat.

5. Makna idiomatik

Makna idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat
ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.

Contoh:
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.

6. Makna Asosiatif

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia
berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai
bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai
bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna
reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
Makna Kolokatif

Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata
kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang
ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna
yang sebenarnya.

Makna Reflektif

Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang
lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau
haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.

Makna Stilistika

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu
cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan
berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu
komunikasi itu.

Makna Afektif

Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam
berbahasa.

Makna interpretatif

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari
pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan
(parera,1991:72).

B. PERGESERAN MAKNA KATA

Pergeseran Makna Kata adalah perubahan makna suatu kata yang diakibatkan karna perbedaan
kurun waktu pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.

Kata manis akan beda maknanya jika ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan.
Contohnya; wajahmu manis sekali.
C. JENIS-JENIS PERGESERAN MAKNA
1. Meluas

Makna meluas yaitu makna kata yang sekarang lebih luas dari makna asalnya Contoh: kata
bapak, makna asalnya adalah orang tua laki-laki, namun sekarang kata ini berlaku bagi semua
orang dewasa laki-laki yang dihormati.

2. Menyempit

Makna menyempit yaitu makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna
asalnya. Contoh; ulama, makna asalnya adalah semua orang yang memiliki pengetahuan yang
luas, tapi sekarang maknanya adalah pemuka agama islam.

3. Peyorasi

Makna peyorasi adalah makna yang sekarang lebih rendah nilai rasanya dari makna asal. Contoh:
kata abang, dulu kata ini digunakan untuk sebutan kakak laki-laki, namun sekarang kata ini
digunakan untuk orang laki-laki yang berstatus rendah, seperti abang becak, abang tukang bakso,
dll.

4. Ameliorasi

Makna ameliorasi adalah makna yang sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna asal.
Contoh: kata istri atau nyonya memiliki nilai lebih tinggi daripada bini.

5. Asosiasi

Makna asosiasi adalah perubahan makna akibat adanya persamaan sifat. Makna baru hasil
asosiasi ini menunjukan makna kiasan. Contoh; kata kunci bermakna alat pengancing pintu .
Akan tetapi, dalam dunia pengajaran, kunci berarti jawaban soal-soal yang telah disediakan oleh
penbuat soal.

6. Sinestesia
Makna sinestesi adalah perubahan makna akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua indera
yang berbeda. Contoh: Wajahnya manis sekali.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.

D. PERTALIAN BENTUK KATA

Istilah bentuk kata mengacu pada tulisan atau ucapan suatu kata. Dalam pemkaian bahasa sering
menjumpai kata-kata, baik lisan ataupun tulisan, yang menunjukan kesamaan. Pertalian bentuk
kata dibedakan manjadi:

1. Homonim

Homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau ucapannya sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh: Santi sedang menanam bunga di halaman (tanah di depan rumah).
Gambar kucing itu terdapat pada halaman dua (muka dari lembaran buku).

2. Homofon

Homofon adalah kata-kata yang bunyinya sama, tetapl tulisan (ejaannya) berbeda. Contoh:
Masa lalu wanita itu kurang baik (waktu/tempo).
Pencuri itu dihajar massa (masyarakat).

3. Homograf

Homograf adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau tulisannya sama, tetapi artinya berbeda.
Contoh:
Yuni sedang makan tahu (sejenis makanan).
Ia tidak tahu kalau ayah sedang marah (mengetahui).

4. Polisemi

Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna. Istilah ini menunjukan kemungkinan adanya
satu kata yang memiliki banyak arti. Makna polisemi ini berasal dari kata yng sama. Contoh:
Kakinya luka sehingga dia tidak bisa berjalan cepat (salah satu bagian anggota badan yang
menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan).
Anak-anak pramuka itu berkemah di kaki hutan (tepi hutan).
5. Sinonim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau
pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan
kata.

Contoh Sinonim :
- binatang = fauna
- bohong = dusta
- haus = dahaga
- pakaian = baju
- bertemu = berjumpa
6. Antonim

Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga
dengan lawan kata.

Contoh Antonim :
- keras x lembek
- naik x turun
- kaya x miskin
- surga x neraka
- laki-laki x perempuan
- atas x bawah

SINTAKSIS

1. Pengertian Sintaksis

Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = dengan + tatteinmenempatkan. Jadi kata
sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
atau kalimat. Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam
kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan
dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.

Ramlan (1981:1) mengatakan: Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase ..

2. STRUKTUR SINTAKSIS

Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba,
ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis.Sedangkanpelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.

Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata,dan intonasi; bisa
juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu
tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.

3. Kata sebagai Satuan Sintaksis

Dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Maka di sini, kata, hanya
dibicarakan sebgai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur
pembentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat Dalam pembicaraan kata
sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-tama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata,
yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas(funcionword). Yang merupakan kata
penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, ajektifa, adverbia, dan numeralia.
Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang yang berkategori preposisi dan
konjungsi.

KLAUSA

a. Pengertian Klausa

Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan sering kali mengikutsertakan objek, pelengkap, dan keterangan. Posisi
objek, pelengkap, ataupun keterangan disini bersifat manasuka.
Contoh:
Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru melakukan
proses menuju negara berkembang.
Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:
Saat negara-negara lain menjadi (S-P);
negara berkembang (O-Pel);
negara kita baru melakukan (S-P);
proses menuju negara berkembang (P-O).
Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu : klausa induk dan klausa
subordinatif (anak kalimat).
Contoh:
Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.
Keterangan:
Dia menulis surat (klausa induk)
ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)
Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat.
Bergabungnya kedua klausa ini menandakan masuknya konjungsi atau kata sambung
ketika. Sedangkan untuk konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri atas 4 bagian,
yaitu :

Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)


Contoh:
Kami membaca dan dia menulis surat.
Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.
Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.
Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.

Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)


Contoh:
Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara kelas tapi juga
memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.

Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)


Contoh:
Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.
Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas rumah Sani
sangat banyak.
Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter.
Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang pembalap profesional.
Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami menjadi juara.
Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.

konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan,
lagi pula)
Contoh:
Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami uang.::
Dia tidak bisa berbicara (klausa)
tidak bisa berbicara (frasa)
karena (konjungsi)
lidahnya pendek. (klausa)
Klausa Dia tidak bisa berbicara dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan klausa lidahnya
pendek menempati klausa anak. Untuk konjungsi karena berperan sebagai konjungsi
subordinatif-sebab yang telah menghubungkan 2 klausa atau lebih.

b. Ciri-ciri Klausa

Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa terdapat satu predikat,
tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi
final; (3) dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4) klausa dapat diperluas
dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut; selain
dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada.

c. Jenis Klausa

Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa
bebas dalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai
subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor. Klausa
terikat memiliki struktur yang tidak lengkap.

Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa
verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan
adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif, klausa
refleksif dan klausa resprokal.

Klausa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata
maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa
preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori. Klausa numeral adalah
klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numerila. klausa berupasat adalah klausa yang
subjeknya terikat didalam predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina
yang juga berlaku sebagai subjek.

Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa.

Contoh :

Mereka sudah menyiapkan seekor sapi untuk hari Raya Idhul Adha.

Klausa berdasarkan struktur.


Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

Klausa berdasarkan struktur intern.


Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsure inti klausa yaitu S dan
P. meski begitu dalam penggabungan klausa S sering kali dapat dihilangkan dalam
kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari S dan P disebut klausa lengkap
sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat tidak lengkap.
Contoh:

May mempercepat laju sepedanya karena May tidak ingin terlambat.


Subjek May dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya
penggabungan klausa May tidak masuk sekolah dan May tidak ingin terlambat.
Klausa juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kalusa lengkap dan klausa tidak
lengkap. Untuk klausa lengkap secara struktur internnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan. Golongan yang pertama yaitu klausa lengkap susun biasa yang Subjeknya
terletak di depan Predikat, sedangkan golongan kedua yaitu klausa lengkap susun balik
(klausa inversi) yang Subjeknya tepat diletakkan dibelakang Predikat.
Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatikal mengaktifkan
Predikat.
Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif. Klausa
positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang secara otomatis
mampu menegatifkan unsur P (predikat), sedangkan untuk klausa negatif merupakan
klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatikal memang menegatifkan
unsur P (predikat) (kata-kata negatif: tiada, tak, bukan, belum, dan jangan).
Klausa Positif

Contoh:

Dia sudah menjadi primadona dikampusnya.


Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Klausa negatif

Contoh:

Mereka bukan siswa disekolah ini lagi.


Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya).
Rima tidak memiliki orangtua lagi.
Saya mohon jangan bawa dia pergi.

Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi
Predikat.
Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur P (predikat) pada klausa
ialah Nomina, Verba, Bilangan, dan Frasa Depan. Berdasarkan penggolangan
klausa unsur P dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

Klausa Nominal
Contoh:
Kami mahasiswa
yang digunakan mobil itu

Klausa Verbal
Contoh:

Pamanku membelah kayu.


Anak-anak itu membuat prakarya.
Untuk klausa golongan Verbal fungsi P dapat secara gramatikal dinegatifkan dengan
kata tidak.
Contoh:

Pamanku tidak membelah kayu.


anak-anak itu tidak membuat prakarya.
Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi 6 bentuk klausa, yaitu:

1. Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa kata sifat.
Contoh: Orang yang pemarah.; Harga saham turun.

2. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk kedalam
kelompok kata kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa SMA berkompetisi di
olimpiade matematika.; Presiden sedang berpidato di depan calon PNS.

3. Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang menikmati
liburan sekolahnya di Bali.

4. Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa oleh
security Mall.

5. Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya menyatakan


suatu perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata kerja).
Contoh:Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu mencoba memutus urat
nadinya.

6. Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk
dalam kata kerja yang menyatakan kesalingan. Bentuk-bentuknya sendiri adalah
(saling) meN-, (saling) ber-an dengan proses pengulangan maupun tidak.
Contoh: Kami saling berkirim-kiriman surat.; Mereka saling menuduh.
Klausa Bilangan
Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping, buah, kodi,
helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor, tiga batang, beberapa butir, dll.
Contoh:

Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga.


Kami hanya dua bersaudara.
Kami membeli satu kodi pakaian wanita.

Klausa Depan
Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya frasa atau
klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda.
Contoh:

Rok itu untuk kaum hawa.


Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam.

PARAGRAF

Pengertian paragraf dan jenisnya Pragraf adalah merupakan suatu kumpulan suatu kesatuan
pikiran yang lebih tinggi serta lebih luas dari pada kalimat. Atau definisi paragraf adalah bagian
yang berasal dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat, yang isinya mengungkapkan
satuan informasi/kalimat dengan pikiran utama sebagai pengendaliannya dan juga pikiran
penjelas sebagai pendukungnya.

Paragraf dapat terdiri dari satu kalimat/kumpulan kalimat, Akan tetapi kalimat yang berhubungan
antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan
dapat disebut juga dengan penuangan ide dari penulis melalui kalimat/kumpulan kalimat yang
satu dengan yang lainnya, yang berkaitan dan juga hanya memiliki satu tema. Paragraf juga
dapat disebut sebagai karangan yang singkat.
Ciri-ciri paragraf, diantaranya sebagai berikut ini:

Yang pertama kalimat pertamanya bertakuk/letaknya agak dalaman, ke dalam lima ketukan spasi
untuk jenis karangan yang biasa.

Lalu yang kedua paragraf memakai pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik.

Yang ketiga setiap paragraf memakai sebuah kalimat topik dan juga selebihnya merupakan
kalimat pengembang yang mempunyai fungsi menjelaskan, menguraikan ataupun menerangkan
pikiran utama yang terdapat dalam kalimat topik.

Dan yang keempat paragraf memakai pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.
Kalimat tersebut berisi mengenai detail-detail kalimat topik. Paragraf bukanlah kumpulan
kalimat topik. Paragraf hanya berisikan satu kalimat topik dan juga beberapa kalimat penjelas.
Setiap kalimat penjelas berisi mengenai detail yang sangat spesifik serta tidak mengulang pikiran
penjelas lainnya.

Fungsi paragraf, adalah sebagai berikut ini:

Yang pertama mengekspresikan gagasan yang tertulis dengan memberikan bentuk suatu pikiran
dan juga perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu
kesatuan.

Yang kedua untuk menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran juga.

Yang ketiga untuk memudahkan pengorganisasian gagasan bagi yang menulis dan memudahkan
pemahaman bagi yang mbacanya.

Yang keempat memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan unit pikiran yang
lebih kecil.
Yang kelima untuk memudahkan pengendalian variable, terutama pada karangan yang terdiri dari
beberapa variabel.

Jenis-jenis paragraf

Paragraf Narasi adalah suatu jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau suatu
peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri dari narasi kejadian dan narasi runtut
cerita. Paragraf narasi kejadian yaitu paragraf yang menceritakan suatu kejadian ataupun suatu
peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu paragraf yang pola pengembangannya
dimulai dari urutan tindakan ataupun perbuatan yang menciptakan ataupun menghasilkan
sesuatu.

Paragraf Eksposisi adalah suatu paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menyampaikan
informasi, mengajarkan, menjelaskan dan juga menerangkan suatu topik kepada yang
membacanya dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan si
pembaca. Untuk memahami paragraph ini si pembaca harus melakukan proses berpikir dan juga
melibatkan pengetahuan.

Paragraf Agumentasi adalah suatu jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, ataupun
pendapat penulis dengan disertai bukti dan juga fakta (yang benar terjadi). Tujuannya yaitu
supaya si pembaca yakin bahwa ide, gagasan, dan pendapat tersebut adalah benar adanya dan
terbukti.

Paragraf persuasi adalah suatu bentuk atau jenis karangan yang mempunyai tujuan membujuk
pembaca supaya ingin berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Supaya tujuannya
bisa tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan menggunakan data dan
juga fakta.

Dan paragraf berdasarkan letak dari pikiran utamanya

Paragraf berdasarkan letak pikiran utama atau kalimat utamanya, adalah sebagai berikut:

Paragraf deduktif adalah paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama berada di
awal paragraph. Baca juga secara lebih lengkap: pengertian paragraf deduktif.
Paragraf induktif adalah ditandai dengan terdapatnya kalimat utama berada di akhir paragraph.
Baca juga artikel: pengertian paragraf induktif.

Paragraf campuran (deduktif-induktif) adalah ditandai dengan terdapatnya kalimat utama berada
di awal dan akhir paragraf.

SURAT

Pengertian Surat
Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada
pihak lain. Fungsinya mencakup lima hal: sarana pemberitahuan, permintaan, buah pikiran, dan
gagasan, alat bukti tertulis, alat pengingat, bukti historis, dan pedoman kerja. Pada umumnya,
dibutuhkan perangko dan amplop sebagai alat ganti bayar jasa pengiriman. Semakin jauh tujuan
pengiriman surat maka nilai yang tercantum di perangko harus semakin besar juga.

Jenis Surat
Surat secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga
apabila ditinjau dari segi bentuk, isi, dan bahasanya. Sedangkan apabila digolongkan berdasarkan
berdasarkan pemakaiannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat resmi, dan surat
dinas.

Surat pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat dapat berupa
korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat pribadi yaitu:

1. Tidak menggunakan kop surat


2. Tidak ada nomor surat
3. Salam pembuka dan penutup bervariasi
4. Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
5. Format surat bebas

Surat Resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan, instansi,
maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan surat pemberitahuan. Ciri-ciri surat
resmi:
1.Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
2.Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
3.Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
4.Penggunaan ragam bahasa resmi
5.Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
6.Ada aturan format bakuBagian-bagian surat resmi:
Kepala/kop surat
Kop surat terdiri dari:
1. Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar.
2. Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil
3. Logo instansi/lembaga
Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
Hal, berupa garis besar isi surat
Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)
Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)
Isi surat

Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya ditulis dengan huruf kecil,
terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) haruslah menyesuaikan.
Penutup surat
Penutup surat, berisi:
1. salam penutup
2. jabatan
3. tanda tangan
4. nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)
Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang adanya suatu kegiatan

Surat Niaga
Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga seperti industri
dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam membangun hubungan dengan pihak luar
sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan
perdagangan; dan dapat dibagi atas surat niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu
contoh dari surat niaga adalan surat penawaran dan surat penagihan.

Surat Dinas
Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas
kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu instansi. Fungsi dari surat
dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip,
bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan
surat instruksi. Ciri-ciri surat dinas:
1. Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan
2. Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal
3. Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku
4. Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi
5. Menggunakan cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
6. Format surat tertentu

Surat Lamaran Pekerjaan


Surat lamaran pekerjaan adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh seseorang yang ingin
bekerja di sebuah kantor, perusahaan ataupun instansi tertentu. Surat lamaran pekerjaan termasuk
surat dinas atau resmi. Oleh karena itu, terdapat aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan
dalam penulisannya. Secara umum surat memiliki bagian-bagian seperti berikut ini:
Kepala surat
Tempat dan tanggal pembuatan surat
Nomor surat
Lampiran
Hal atau perihal
Alamat tujuan
Salam pembuka
Isi surat yang terbagi lagi menjadi tiga bagian pokok yaitu :
1. paragraf pembuka
2. isi surat
3. paragraf penutup
Salam penutup
Tanda tangan dan nama terang

FONOLOGI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi
adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa
fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:

1. Fonetik

Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap
manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.

Macam macam fonetik :

a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia
lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa

b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan
oleh telinga manusia

c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otakmengolah data
yang masuk sebagai suara

2. Fonemik

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna.

Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat
ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari
dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat
mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

B. FONEM

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki
fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung
arti.

Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka
pembedaan makna tersebut.

Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuahbahasa yang masih
bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa
Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar"
dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada
fonem /k/.

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem
yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap
sama saja.

Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat
membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri
sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem
tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r]
bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin
mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut.
Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain maka akan
membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.

MORFOLOGI

Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal

Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan


bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

Jenis-jenis Morfem

Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-


jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri,
1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.

1) Ditinjau dari Hubungannya

Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan
struktural dan hubungan posisi.

a) Ditinjau dari Hubungan Struktur

Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang
bersifat substraktif (pengurangan).

Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya
terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem
tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk
dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau
perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan
jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mn/ masing-
masing merupakan dua morfem /ft/, /ms/, /mn/ dan /iy u/, /ay aw/, //, //. Bentuk-
bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing kaki, tikus, dan orang, sedangkan
bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah
yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian
itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada
kata mouse dan mice, dan // diganti oleh / / pada kata man dan men.

Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini,
terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina danjantan secara ketatabahasaan.
Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !

Betina Jantan Arti

/mov s/ /mov / buruk

/fos/ /fo/ palsu

/bon/ /bo/ baik

/sod/ /so/ panas

/ptit/ /pti/ kecil


Bentuk-bentuk yang bersifat jantan adalah bentuk betina yang dikurangi konsonan akhir. Jadi
dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.

b) Ditinjau dari Hubungan Posisi

Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ;
morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila
diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga
morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.

Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/.
Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan
maka akan menjadi / tunjuk/+/-e1-/.

Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti
/khujanan/. /ksiagan/ dan sebagainya. Bentuk /khujanan/ terdiri dari /kan/ dan /hujan/,
sedang /kesiangan/ terdiri dari /kean/ dan /sia/. Bentuk /k-an/ dalam bahasa Indonesia
merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /khujan/
atau /hujanan/ maupun /ksia/ atau /siana/. Morfem simultan itu sering disebut morfem
kontinu ( discontinous morpheme ).

2) Ditinjau dari Distribusinya

Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitumorfem
bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau
morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat
yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-
an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu
imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan
bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-
bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan
istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar
afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi sepertibelia, renta, siur yang masing-
masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada
bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakanmorfem unik.

WACANA

Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi sosiologi, wacana menunjuk pada
hubungan konteks sosial dalam pemakaian bahasa, sedangkan dari segi linguistik, wacana adalah
unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Di samping itu, Hawthorn (1992) juga
mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai
sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana
bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan
bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan,
nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya.

Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan.
Alwi juga menyatakan bahwa untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan
tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.

Wacana menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993: 231) adalah satuan
bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri
ensiklopedia, dsb). Kridalaksanan membagi wacana menjadi empat yaitu:

(1) Wacana langsung (direct speech, direct discourse)


Wacana langsung adalah wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.
Contoh: Salim berkata, Saya akan datang.

(2) Wacana pembeberan (expository discourse)


Wacana pembeberan adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi
pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

(3) Wacana penuturan (narrative discourse)


Wacana penuturan adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona
pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat
oleh kronologi.

(4) Wacana tidak langsung (indirect discourse)


Wacana tidak langsung adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah
kata-kata yang dipakai oleh pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu,
antara lain klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya.
Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.

Arifin dkk. (2008: 103-104) mengemukakan pendapatnya bahwa wacana yang utuh mempunyai
kesinambungan informasi di antara kalimat-kalimat di dalamnya sehingga membentuk informasi
yang utuh.

Contoh :

(1) Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat
bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi
sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang
akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian.

(2) Perubahan orientasi dari budaya lisan ke budaya tulis hampir tidak terelakkan lagi pada
masa sekarang ini. Bahasa Indonesia haruslah tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai bahasa
bangsa. Orientasi itu dapat menimbulkan kontak dalam bahasa tulis. Jadi, ciri-ciri khas bahasa
Indonesia tetap harus dipertahankan. Akibatnya, ragam bahasa tulis akan banyak diwarnai oleh
konta dalam ragam itu.

Contoh paragraf (1) di atas merupakan sebuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada
klausa anak kalimat pada kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa
pertama karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang terdapat pada klausa
pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama, yakni sebuah kata dulu
kerap dipakai, kini hampir tak terdengar, dan nanti kembali kerap terdengar atau sama sekali
hilang dari pemakaian.

Contoh (2) bukan sebuah wacana karena kalimat-kalimat di dalamnya tidak menunjukkan
adanya keterpautan bahasa ataupun kesinambungan informasi. Setiap kalimat pembentuknya
berdiri sendiri, tidak memiliki hubungan semantis di antara proposisi yang terdapat pada kalimat
lainnya. Dengan demikian contoh (2) lebih tepat jika dinamakan kumpulan kalimat (bukan
sebuah wacana).

Sedangkan, menurut J.S. Badudu (2000) wacana yaitu rentetan kalimat yang berkaitan dengan,
yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu
kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar
di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi dan berkesinambungan,
yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, serta dapat disampaikan secara lisan dan
tertulis.

Mills (1994) mengemukakan pengertian wacana berdasarkan pendapat Foucault bahwa wacana
dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks penggunaan, dan metode penjelasan.

(1) Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai domain dari semua
pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam
dunia nyata.
(2) Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat
dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.
(3) Sedangkan menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur
untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.

Di samping beberapa pendapat di atas, Leech juga mengemukakan pendapatnya mengenai


wacana. Menurut Leech, wacana dapat dibedakan berdasarkan fungsi bahasa, saluran
komunikasinya, dan cara pemaparannya.
(1) Berdasarkan fungsi bahasa

a. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai
sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
b. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan pada pesta;

c. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa;

d. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan,
seperti wacana puisi dan lagu;

e. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau
pembaca, seperti wacana khotbah.

(2) Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang dituturkan, dan alih
tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan
pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistem ejaan.

(3) Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu wacana naratif, wacana
deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan
wacana prosedural.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan
satuan bahasa yang terlengkap yang mempunyai kohesi dan koherensi dan berkaitan dengan
konteks tertentu, yang dapat disampaikan secara lisan (wacana lisan) dan tertulis (wacana tulis).

Anda mungkin juga menyukai