Anda di halaman 1dari 52

Frasa dan kata majemuk

Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frasa tidak berbeda dengan makna kata
yang menjadi kepala/inti frasa.

Misalnya:

Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayu juga
tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.

Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata
yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis.
(disebut kata kiasan)

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Kata kiasan

Misalnya:

Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan semata-mata
meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alih-alih
tangan yang terbuat dari besi.

Beberapa jenis frasa:

Frasa eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya.
Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.

Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.

Frasa endosentris

Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dapat digantikan oleh unsurnya.
Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat
(UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).

Frasa nominal
Nominal adalah lawan dari verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja"
maka kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat nominal,
maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I am Tired",
I=subjek, am=To Be dan Tired=Adjective (Passive voice verb). ini adalah contoh kalimat
nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah tertentu,
kemudian adapula arti nominal sebagai kualifikasi (nominasi).

Frasa verbal

Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis,
UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat
diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak
dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

1. bekerja keras
2. sedang berlari

Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’
yang menunjukkan verba aktif.

Frasa[sunting]
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
non-predikatif maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada
yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki
satu makna gramatikal.
Contoh:
Nenekku
Dipohon
Ciri-ciri Frasa[sunting]
Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :

1. Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam


pembentukannya.
2. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. Bersifat Non-predikatif.
Jenis-jenis Frasa[sunting]
Frasa berdasarkan jenis/kelas kata[sunting]
 Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk
dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal
dapat dibedakan lagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi),


misal : rumah mungil, hari senin, buku dua
buah, bulan pertama, dll.
2. Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling
menerangkan), misal : hak dan
kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir
bathin, dll.
3. Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485
tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol
bangsa Indonesia sejak lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian
kuliner yang enak.njadi tempat

 Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata
kata kerja. Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam,
yaitu :

1. Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri


atas pewatas belakang, misal : a).
Ia bekerja keras sepanjang hari. b).
Kamimembaca buku itu sekali lagi. Pewatas
depan, misal : a). Kami yakin
mendapatkan pekerjaan itu. b).
Mereka pasti membuatkarya yang lebih baik
lagi pada tahun mendatang.
2. Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba
yang digabungkan menjadi satu dengan
adanya penambahan kata hubung 'dan'
atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang
itu merusak dan menghancurkan tempat
tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko
buku atau ke perpustakaan.
3. Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai
keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan
Orang itu,berdagang kain, kini semakin
maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini
menjadi daerah pertambangan batubara.

 Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata
sifat atau keadaan sebagai inti (diterangkan) dengan
menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,
seperti : agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat.
Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :

1. Frasa Adjektifa
Modifikatif (membatasi), misal : cantik
sekali, indah nian, hebat benar, dll.
2. Frasa Adjektifa
Koordinatif (menggabungkan),
misal : tegap kekar, aman
tentram, makmur dan sejahtera, dll
3. Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah
pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan.
Frasa Srikandi cantik dan Desa Jorong merupakan unsur
utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan tempat
tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.

 Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan
keterangan kata sifat. Frasa ini bersifat modifikasi
(mewatasi), misal :sangat baik kata baik merupakan inti dan
kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat
modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang
pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih
kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang
bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh
frasanya ialah lebih kurang kata lebih tidak
menerangkan kurang dan kurangtidak menerangkan lebih.
 Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata
ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis yaitu :

1. Modifikatif, misal kalian


semua, anda semua, mereka
semua, mereka itu, mereka
berdua.
2. Koordinatif, misal engkau dan
aku, kami dan mereka, saya dan
dia.
3. Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang
melawan narkotika.

 Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan
kata bilangan. Frasa ini terdiri atas :

1. Modifikatif, contoh : a).


Mereka memotong dua
puluh ekor sapi kurban. b).
Kami membeli setengah
lusin buku tulis.
2. Koordinatif, contoh :
a). Entah dua atau tiga
sapi yang telah
dikurbankan. b). Dua atau
tiga orang telah menyetujui
kesepakatan itu.

 Frasa Interogativ
Koordinatif ialah frasa yang
berintikan pada kata tanya.
contoh : a). Jawaban
dari apa atau siapa ciri dari
subjek kalimat. b). Jawaban
dari mengapa atau bagaimana
merupakan pertanda dari
jawaban predikat.
 Frasa Demonstrativ
Koordinatif ialah frasa yang
dibentuk oleh dua kata yang
tidak saling menerangkan.
contoh : a). Saya tinggaldi
sana atau di sini sama saja.
b). Kami pergi kemari atau
kesana tidak ada masalah.
 Frasa Preposisional
Koordinatif ialah frasa yang
dibentuk oleh kata depan yang
tidak saling menerangkan.
contoh : a). Petualangan
kami dari dan ke
Jawa memerlukan waktu satu
bulan. b). Perpustakaan
ini dari, oleh, dan
untuk masyarakat umum.
Frasa berdasarkan
fungsi unsur
pembentuknya[sunting]
Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri
dari beberapa macam, yaitu :

 Frasa Endosentris yaitu


frasa yang unsur-unsurnya
berfungsi untuk diterangkan
dan menerangkan (DM)
atau menerangkan dan
diterangkan (MD). contoh
frasa : kuda
hitam (DM), dua
orang (MD).
Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :

1. Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya


menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu
kandung (DM), tiga ekor(MD).
2. Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya
(pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan
unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Farah si
penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya
sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari
ular sebagai menerangkan (M).
3. Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur
pembentuknya menduduki fungsi inti (setara).
contoh : ayah ibu, warta berita, dll.

 Frasa eksosentris yaitu


frasa yang salah satu
unsur pembentuknya
menggunakan kata
tugas. contoh : dari
Bandung, kepada
teman, di kelurahan, dll.
Frasa Berdasarkan
satuan makna yang
dikandung/dimiliki
unsur-unsur
pembentuknya[sunting]
Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang
dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya
dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :

1. Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya


memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh
kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja
hijau itu milik ayah.
2. Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil
pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru
atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi).
contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari
Jakarta.
Frasa adjektif

Frasa adjektif ialah susunan kata yang terdiri


daripada satu atau beberapa patah kata yang
mempunyai kata adjektif sebagai intinya.

Frasa adjektif
Binaan satu kata.

Binaan dua kata

I. Kata adjektif+kata adjektif


Contoh:gagah berani(keserasian makna) baik buruk(berlawanan makna) papa
kedana(bunyi rima) II. Kata adjektif+kata nama
Contoh:biru laut(maksud keserupaan) banyak mulut(maksud kiasan)
Contoh ayat:
Majlis itu meriah.Anjing itu garang.
Frasa adjektif juga boleh terdiri daripada kata adjektif yang disertai kata penguat.

Kata penguat itu boleh hadir di hadapan kata adjektif, di belakang kata adjektif,

atau hadir bebas.

Contohnya:

Paling tabah Hadir di hadapan kata adjektif

Tabah sekali Hadir di belakang kata adjektif

Sungguh lunak Hadir secara bebas

Lunak sungguh
Frasa adjektif boleh juga disertai oleh kata bantu dalam binaannya. Selain itu,

terdapat kata bantu tertentu yang hadir sebelum atau sesudah kata penguat.

Contohnya: sudah cerah sudah sangat cerah

masih gelap sungguh masih gelap

Binaan frasa adjektif juga boleh disertai oleh unsur keterangan. Unsur keterangan

yang hadir selepas kata adjektif terdiri daripada pelbagai jenis.

Contohnya:

Keterangan cara Tubuhnya lesu dengan tiba-tiba.

Keterangan bandingan Wajahnya masam macam cuka.

Keterangan hal atau keadaan Izzati sentiasa sibuk dengan kerja

sekolah.

Keterangan tujuan Kita perlu rajin demi mencapai

kejayaan.

Keterangan kekerapan Julianah resah sentiasa.

Keterangan terhadap Mereka benci akan peperangan.

Keterangan musabab Kain itu lembap kerana dibahasi

embun.

Keterangan waktu Empangan itu kering dalam masa

setahun.
Keterangan tempat Air sungai itu payau di bahagian
hilirnya.
Dalam binaan ayat, frasa adjektif boleh berfungsi sebagai predikat, keterangan

selepas frasa kerja dan penerang frasa nama.

Contohnya:

Kucing itu manja (manja sungguh sebagai predikat)

sungguh.

Adik berlari sangat (sangat laju sebagai keterangan

laju. frasa

kerja)

Skim cepat kaya (cepat kaya sebagai penerang frasa nama)

telah diharamkan.

Frasa Endosentris
mujikuat
Frasa endosentris adalah frasa yang seluruhnya memiliki
perilaku sintaksis yang sama dengan perilaku salah satu
komponennya. Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi
frasa endosentris berinduk tunggal/frasa modifikasi dan frasa
endosentris berinduk jamak.

(1) Frasa endosentris berinduk tunggal (frasa


modifikasi)

Frasa endosentris berinduk tunggal terdiri atas induk yang


menjadi penanda kategorinya dan modifikator yang menjadi
pemerinya. Kategori induk sama dengan kategori frasa.
Frasa endosentris berinduk tunggal dapat diperinci sebagai
berikut:

(a) Frasa nominal adalah frasa yang terdiri atas nomina


(sebagai pusat) dan unsur lain yang berupa adjektiva, verba,
numeralia, demonstrativa, pronomina, frasa preposisional,
frasa dengan yang, kontruksi dengan yang…-nya, atau frasa
lain. Frasa nominal dapat menjadi subjek, objek, atau
pelengkap dalam kontruksi predikatif.

Contoh nominal:

- Meja batu, kursi rotan, tukang sepatu, dokter mata, kedai


kopi, buku cerita

- Teman separtai, aturan setempat, kawan seperjuangan

- Gerabah buatan Bantul, kenang-kenangan dari teman


lama, hadiah untuk ibu

- Cinta yang terlarang, orang yang terpandang

- Orang yang dicintainya, warna yang dipilihnya

- Politisi yang tinggal di Jakarta itu, perempuan yang pergi


bersamanya itu

- Anak manis, gadis kecil, perempuan jalang, anak jalanan

- Wanita cantik jelita, lelaki gagah perkasa

- Kuat iman, baik hati, baik budi

- Sering tidak ingat, agak kurang rapi

- Agak nakal juga, sangat lelah batin


- Jauh lebih baik, amat sangat berarti

- Setia setiap saat, rindu setiap waktu

- Agak sedikit kasar, lebih banyak sakit

- Jauh di mata dekat di hati, manis di mulut pedas di hati

- Gampang-gampang susah, pedas-pedas manis

- Sangat wah, sungguh aduhai

- Sangat ahli, sangat rahasia, agak ilmiah, paling pintar

(b) Frasa numeral

Frasa numeral adalah frasa yang terdiri atas numeralia


sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai
hubungan subordinatif dengan nomina penggolong bilangan,
dan nomina ukuran.

- Sembilan belas, tiga puluh tujuh, dwiwarna, pancasila,


ekadarma

- Dua lusin, empat likur, dua gros, dua perempat

- Dua atau tiga, lima dan enam, hanya satu, sudah lima,
setidak-tidaknya tujuh

- Cetakan pertama, orang nomor satu, dua saja

- Beribu-ribu lalat, ribuan penduduk

- Beberapa sak semen, dua pucuk senapan, semua penduduk

(2) Frasa endosentris berinduk banyak


Frasa endosentris berinduk banyak terdiri atas beberapa
komponen yang sederajat dlam fungsi dan kategori. Frasa ini
terbagi menjadi frasa koordinatif dan frasa apositif.

(a) Frasa koordinatif

Frasa koordinatif adalah frasa endosentris berinduk banyak,


yang secara potensial komponennya dapat dihubungkan
dengan partikel, seperti dan, ke, atau, tetapi, daupun
konjungsi korelatif, seperti baik…maupun dan makin…makin.
Kategori frasa koordinatif sesuai dengan kategori
komponennya.

- Kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan miskin;


dari, untuk, dan oleh rakyat; untuk dan atas nama klien;
pintar, tetapi

congkak

- Baik merah maupun biru, entah suka entah tidak (suka),


makin pagi makin baik, makin tua makin bermutu

Perhatikan bahwa kata yang dapat digabungkan hanya kata


yang berkategori sama, seperti merah-biru, tua-bermutu,
suka (tidak)-suka, pagi-baik.

Jika tidak menggunakan partikel, gabungan itu disebut frasa


praktis, seperti tua muda, besar kecil, hilir mudik, keluar
masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak,
dan kaya miskin.

(b) Frasa apositif


Frasa apositif adalah frasa endosentris berinduk banyak yang
secara luar bahasa komponennya menunjuk pada maujud
yang sama.

- Ria, anak kakakku yang tinggal di Semarang,

- Megawati Soekarnoputri, salah seorang mantan Presiden


Republik Indonesia,

- Para buruh menolak membangkang masuk kerja.

- Dia tidak miskin walaupun tidak kaya

Pengertian Frasa - "Frasa" itu adalah judul dari artikel kita


kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) frasa
itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari frasa itu?
Apakah teman teman tahu? semua itu akan kamu bahas
dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar
benar membaca arikel " Frasa "ini ^_^.

Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa

Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut


terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat
tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud
yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan
Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu
kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat.
Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun
klausa.

Definisi frasa

Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua
kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.

Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di
perpustakaan.

Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!

Dua orang mahasiswa sedang membaca di perpustakaan.


S P Ket. tempat

Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang


mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.

A. Kategori Frasa

1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat


Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur
pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.

Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman
depan.

Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur
saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara
atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-
makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara
ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua
unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa
bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.

Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.

Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.


2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko
menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto
menyembelih seekor kambing hitam.

Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa


kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna
orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa ,
sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang
warna bulunya hitam .

Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya


dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang
maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan
makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa
idiomatik.

B. Konstruksi Frasa

Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik


dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!

- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.

Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah


mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa
kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa
endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa
eksosentrik.

Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata


saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu.
Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata
mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili
baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan
frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan
kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti
sehingga mempunyai kedudukan yang sama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua


saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu
dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi
sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama
dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa
endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan
salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik.
Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata
jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.

Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :

1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif


Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.

2. Frasa Endosentrik yang Atributif


Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji
Abdulah.

3. Frasa Endosentrik yang Apositif


Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik
apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain.
Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat,
sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.

C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa
meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan
depan.

1. Frasa Benda atau Frasa Nomina


Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang
distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa
benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.

Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama


dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah
ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.

2. Frasa Kerja atau Frasa Verba


Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya
sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.

Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya


sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata
kerja, yaitu menulis.

3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva


Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya
sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa
kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran
berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.

4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia


Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama
dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga
berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering
menduduki fungsi sebagai keterangan.

a. Frasa keterangan sebagai keterangan.


Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan
berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh
karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di
belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan
sesuatu.

5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia


Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan
kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa
numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata
bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional


Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan
dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada
pembicara.

D. Frasa yang Bersifat Ambigu


Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa.
Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.

Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni


kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah
ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa
mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni
yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru
adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan
menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.

Pengertian dan Jenis Frasa Bahasa


Indonesia
POSTED BY KURNIAWAN NIAM POSTED ON 19.52 WITH NO COMMENTS

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat
atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di
dalam kalimat.

A. Jenis Frase

1. Frase Eksosentrik

Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis
yang sama dengan keseluruhannya.

Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frase
preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen
keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif
(komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa
kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba).

2. Frase Endosentrik

Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku
sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan
kedudukan keseluruhannya. Frase ini disebut juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu
komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti
atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang
merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen
yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.

Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase endosentrik yang intinya berupa
nomina atau pronomina maka frase ini dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi
salah satu fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka dapat
menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang intinya
berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral).

3. Frase Koordinatif

Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih
yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase
koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis.

4. Frase Apositif

Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena
itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.

B. Perluasan Frase

Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi tambahan komponen baru
sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.

Dalam bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain karena pertama, untuk
menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya
diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa pengungkapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis,
jumlah, ingkar, dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi,
melainkan dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi
deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep nomina

Pengertian Frasa - "Frasa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti (
definisi ) frasa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari frasa itu? Apakah teman teman tahu?
semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca
arikel " Frasa "ini ^_^.

Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa

Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan
pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat
(P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).

Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan
predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.

Definisi frasa

Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
kalimat.

Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.

Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!

Dua orang mahasiswa sedang membaca di perpustakaan.


S P Ket. tempat

Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.

A. Kategori Frasa

1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat


Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.

Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan
yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum
termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya.
Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan
atribut.

Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.

Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.

2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.

Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat
1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna
seekor kambing yang warna bulunya hitam .

Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam.
Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang
membentuknya dinamakan frasa idiomatik.

B. Konstruksi Frasa

Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.

Perhatikan kalimat berikut!

- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.

Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut
distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya,
frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.

Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua
saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa
jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak
memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti
sehingga mempunyai kedudukan yang sama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa
saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa
yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa
yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa
jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan
jual beli.

Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :

1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif


Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.

2. Frasa Endosentrik yang Atributif


Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.

3. Frasa Endosentrik yang Apositif


Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur
yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan
aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.

C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan,
bilangan, dan depan.

1. Frasa Benda atau Frasa Nomina


Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat
frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.

Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu,
frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.

2. Frasa Kerja atau Frasa Verba


Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.

Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur
pusatnya kata kerja, yaitu menulis.

3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva


Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai
inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.

4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia


Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa
keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai
keterangan.

a. Frasa keterangan sebagai keterangan.


Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan.
Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di
akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.

b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.


Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.

5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia


Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa
bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional


Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

D. Frasa yang Bersifat Ambigu


Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.

Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.

Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan
sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki
dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan
mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat

FRASA

1. Pebgertian Frasa

Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa


dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang
mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah
dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan
gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih
kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf,
1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer,
1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan
gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak
melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139).
Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi
jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau
pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

Contoh:

1. gedung sekolah itu

2. yang akan pergi

3. sedang membaca

4. sakitnya bukan main

5. besok lusa

6. di depan.

Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya


tetap pada satu jabatan saja.

1. Gedung sekolah itu(S) luas(P).


2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).

3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).

4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).

5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).

6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).

Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak
melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa
frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan
pemadu kalimat.

Contoh:

1. Mereka(S) sering terlambat(P).

2. Mereka(S) terlambat(P).

Ket: ( _ ) frasa.

Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari


satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata
berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa
karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering
sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya
adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap
jabatannya.

Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan


bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu
tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa
subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan.
Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat
bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat
itu juga.

Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah


lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi,
karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi
sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O),
Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi
tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak
mempunyai lawan.

1. Subjek dan Predikat.

1. Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa

atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian

kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan

‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.

Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).

Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar?

Jawabannya ‘mereka itu’.

2. Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina.


Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba,
adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.

3. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi


partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.

Contoh:

Merka itu(S) sedang belajar(P).

Sedang belajarkah mereka itu?

Merekakah sedang belajar? (salah)

2. Objek dan Pelengkap.

1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina,


sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba,
adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.

2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba


transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan
pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba
intransitif(tidak memerlukan objek).

3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak


dapat diubah menjadi subjek.

Contoh:

1. Transitif(memerlukan objek)

1. Orang itu(S) menjual(P). (Salah)

2. Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)

2. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)

1. Orang itu(S) minum(P).

2. Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).

3. Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).

3. Intransitif(tidak memerlukan objek).

1. Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).

2. Semi-lengkap.

1. Orang itu(S) berjualan(P).

2. Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).

3. Lengkap.
1. Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)

2. Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).

3. Keterangan.

1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan


subjek, predikat, objek atau pelengkap.

2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.

3. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara


predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.

Contoh:

Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di


jalan surabaya(Ket).

2. Jenis Frasa

Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan


persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan
berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.

1. Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya


(Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya
(pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa
Endosentris dan Frasa Eksosentris.

1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi


tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang
dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang
disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa
endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).

Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’


(salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari
subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa
endosentris.

Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.

1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang


semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal
yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi)
‘dan’ atau ‘atau’.

Contoh:
1. rumah pekarangan

2. suami istri dua tiga (hari)

3. ayah ibu

4. pembinaan dan pembangunan

5. pembangunan dan pembaharuan

6. belajar atau bekerja.

2. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang


disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur
yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang
bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk
membentuk frasa yang bersangkutan.

Contoh:

1. pembangunan lima tahun

2. sekolah Inpres

3. buku baru

4. orang itu

5. malam ini

7. sedang belajar
8. sangat bahagia.

Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di


atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang
tidak dicetak miring adalah atributnya.

3. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang


semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal
yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi
unsur pusat yang lain.

Contoh:

Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.

Ahmad, …….sedang belajar.

……….anak Pak Sastro sedang belajar.

Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur


‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:

1. Yogya, kota pelajar

2. Indonesia, tanah airku

3. Bapak SBY, Presiden RI

4. Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat
dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif,
atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya
adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan
unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa
endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa
endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif

2. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai


persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak
mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah
frasa yang tidak mempunyai UP.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa di teras.

2. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya,


frasa dibagi menjadi enam.
1. Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:

1. nomina sebenarnya

contoh:

pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan

2. pronomina

contoh:

dia itu musuh saya

3. nama

contoh:

Dian itu manis

4. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah


menjadi nomina

contoh:

dia rajin → rajin itu menguntungkan

anaknya dua ekor → dua itu sedikit

dia berlari → berlari itu menyehatkan


kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva,
begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan
kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.

2. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang


termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba
biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis,
frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk
verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa
verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya
menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Dia berlari.

Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan


secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang
menunjukkan verba aktif.

3. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang


termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter-
(paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa
ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:
Rumahnya besar.

Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk


beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus
memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang
digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.

Contoh:

menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata


‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).

4. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang


termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara
semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam
frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan:
ekor, buah, dan lain-lain.

Contoh:

dua buah

tiga ekor

lima biji

duapuluh lima orang.

5. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau


kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok
kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:

Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di


teras

ke rumah teman

dari sekolah

untuk saya

6. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi


atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa
sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat,
maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai
predikat.

Contoh:

Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)

Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.

Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan


menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena
keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam
kategori konjungsi.
Jenis-jenis Frasa dan Contohnya:

Nama :RIDWAN

NIM : 075 114 035

Kelas :A

Jenis-jenis Frasa dan Contohnya:


Frasa dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :
1. Dari segi sifat hubungan konstituen.
a. Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
contohnya :

1. Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.

2. Matahari diufuk barat hampir terbenam.


3. Paman dan bibi sudah lama tidak megunjungi kami.
4. Kerbau, lembu, dan kambing adalah hewan piaraan.
5. Siapa yang harus pergi, saya atau Anda?
6. Anak nakal itu dihukum gurunya.
7. Sampai sekarang adik belum pulang.
8. Anak-anak itu akan memancing.
9. Cita-citanya tinggi sekali.
10. Rumah besar itu sudah dijual.
b. Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.

1. Gadis cantik jelita menari di panggung.


2. Ani melambaikan tangannya kepada penari.
3. Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan
tangannya.
4. Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
5. Ketika tamu sudah berdatangan, para petugas sibuk sekali
6. Waktu turun hujan lalu lintas sepi.
7. Saya pergi ke dokter, karena badan tidak sehat
8. Kita akan lulus ujian, bila rajin belajar.
9. Ia belum yakin, bahwa anaknya lulus.
10. Amir tidak pergi ke sekolah, karena sakit.

2. Dari segi kategori gramatikalnya.


a. Frasa Nominal (FN) dan Frasa Pronominal (Fpro)
- Frasa Nominal (FN) adalah frasa endosentris berinduk satu
yang induknya nomina, contohnya:
1. Ani sangat bangga menggunakan produk dari dalam negeri
2. Pohon cemara itu tinggi itu meliuk-liuk terkena tiupan angin
3. Kami mendengar pidato presiden.
4. pidato presiden kami dengarkan
5. Ani membeli buku bahasa Indonesia.
6. Ia menyaksikan ombak memutih.
7. Ayah membeli kerbau dua ekor.
8. Ayah Amir adalah seorang guru sekolah dasar
9. Udara pagi ini sangat segar dan bebas dari polusi
10. Ani meminjam buku Budi untuk mengerjakan soal-soal
bahasa Indonesia
- Frasa pronominal (Fpro) adalah frase endosentris berinduk
satu yang induknya pronomial, contohnya:

1. Saya sendiri akan pergi ke pasar

2. Kami sekalian akan bekunjung ke Tator

3. Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator

4. Ia akan kesekolah hari ini

5. Buku harian itu milik Hendra

6. Ia menggunakan seragam sekolah yang bersih kesekolah

7. Itu salah satu contoh yang baik untu ditiru

8. Bukan itu yang saya mau, tapi yang ini

9. Mereka itu sangat malas belajar


10. Seragam sekolahnya itu dia beli dipasar
b. Frasa verbal (FV) adalah frasa endosentris berinduk satu
yang induknya verba dan modifikatornya (pewatasnya)
berupa partikel modal, partikel ingkar, frasa adverbial, atau
adverbial, contohnya:
1. Andi datang bersama teman kelasnya
2. Untuk ke Jakarta, kita harus naik kereta api dari Jogjakarta
3. Anto bekerja sebagai salesman di perusahaan itu
4. Pesawat itu akan mendarat.
5. Pemuda itu sering merayu.
6. Ani sudah makan.
7. Murid-murid sering makan dan minum di kantin.
8. Kami boleh menyanyi atau menari.
9. Amir sedang membaca Koran.
10. Anak itu bermain lompat tali.
c. Frasa adjectival (FA) adalah frase endosentris berinduk
satu yang induknya adjektiva dan modifikatorya
(pewatasnya) adverbial. Contohnya :
1. Buku itu terlalu banyak.
2. Gedung baru itu sangat megah.
3. Bunga itu sangat indah.
4. Ani menyanyi dengan gembira.
5. Bunga itu warnanya merah jambu.
6. Anak itu bodoh sekali.
7. Pohon kelapa itu tinggi sekali.
8. Ibu membeli baju putih.
9. Bapak menjual mobil tua itu.
10. Ani tidak masuk sekolah, ia sakit kera
d. Frasa adverbial (FAdb) adalah frasa endosentris berinduk
satu yang induknya adverbial dan modifikatornya
(pewatasnya) adverbial lain atau partikel contohnya :
1. Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
2. Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada
kategori hampir baik.
3. Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
4. Didorong dengan keras
5. Buku itu miliknya
6. Ayahnya seorang guru
7. Adri baru naik kelas
8. Kelas itu sangat kotor
9. Dia akan pergi ke permandian air panas
10. Pohon kelapa itu sangat tinggi
e. Frasa numeral (FN) atau frasa bilangan adalah frasa
endosentris direktif dan nondirektif. Contohnya:
1. Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
2. Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta
rupiah.
3. Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan
pada gang itu.
4. Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang
saya.
5. Andi memiliki lima orang saudara
6. Hewan qurban kali ini berjumlah 50 ekor
7. Kakak kelima andi bernama Isra
8. Kedua bersaudara itu sangat akur
9. Aku telah memberinya kesempatan kedua, tapi dia selalu
menyia-nyiakannya
10. Ksempatan hanya datang sekali dalam hidup

Anda mungkin juga menyukai