Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL HASIL PENELITIAN

ANALISIS SEMANTIK IDIOM DALAM BAHASA BIMA


DI DESA MELAYU KECAMATAN LAMBU

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana
(S 1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh
JUWITA
NIM : E1C 110 102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA


INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

1
2
ARTIKEL HASIL PENELITIAN
ANALISIS SEMANTIK IDIOM DALAM BAHASA BIMA
DI DESA MELAYU KECAMATAN LAMBU

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana
(S 1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh
JUWITA
NIM : E1C 110 102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA


INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

3
ANALISIS SEMANTIK IDIOM DALAM BAHASA BIMA DI DESA
MELAYU KECAMATAN LAMBU

JUWITA, SYAMSINAS JAFAR, MOCHAMMAD ASYHAR


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram
E-mail. mmmmm_papa@rocketmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, makna dan fungsi idiom
dalam bahasa Bima yang ada di desa Melaju kecamatan Lambu. Masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimanakah bentuk idiom dalam bahasa
Bima?, (2) Bagaimanakah makna idiom bahasa Bima?, dan (3) Bagaimanakah fungsi
idiom dalam bahasa Bima?. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, yaitu (1) Metode simak dengan teknik dasar sadap dan
teknik pancing dilanjutkan dengan teknik simak libat cakap kemudian teknik catat, (2)
Metode cakap dengan teknik cakap semuka dan teknik dasar catat kemudian teknik
rekam, dan (3) Metode introspeksi. Data yang sudah terkumpulkan, dianalisis dengan
menggunakan dua metode, yaitu (1) Metode padan intralingual dengan menghubung-
bandingkan bentuk idiom dengan bahasa itu sendiri dan (2) Metode padan ekstralingual
dengan menghubungkan bentuk idiom dengan penggunaannya di luar bahasa. Analisis
data disajikan melalui metode informal dan formal. Berdasarkan hasil analisis data,
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Bentuk idiom berdasarkan struktur sintaktis
terdapat bentuk frase dan bentuk klausa, dan berdasarkan struktur morfologis terdapat
bentuk dasar dan bentuk kata kompleks yang berupa bentuk idiom afiksasi dan bentuk
idiom reduplikasi (reduplikasi berubah bunyi, reduplikasi berimbuhan dan reduplikasi
semantik), (2) Makna idiom pada umumnya membentuk makna konotatif karena makna
baru yang yang timbul bukan makna sebenarnya dan menciptakan nilai rasa yang
berbeda. Idiom diklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur keeratan pembentuknya, yaitu
idiom penuh dan idiom sebagian, dan (3) fungsi idiom digunakan untuk memperhalus
ucapan dalam berkominikasi, untuk mengekspresikan perasaan, untuk memberikan
julukan, dan untuk menyatakan makna berlebihan, serta untuk menyatakan konsep-
konsep budaya baik yang universal maupun yang spesifik yang berkaitan dengan budaya
Bima.

Kata kunci: Idiom, bentuk, makna dan fungsi

4
I. PENDAHULUAN
Idiom sering kita jumpai dalam
Idiom merupakan bentuk berbagai bahasa di dunia. Seperti dalam
ungkapan yang maknanya sudah bahasa Indonesia, idiom muncul secara
menyatu yang tidak dapat ditelusuri produktif dalam bahasa Indonesia.
secara langsung dari kata-kata yang Contoh-contoh bentuk idiom dalam
membentuknya. Biasanya idiom bahasa Indonesia adalah panjang
berbentuk ungkapan, konstruksi satuan tangan yang bermakna mencuri, naik
bahasa baik berupa gabungan dua kata daun yang bermakna bernasib baik atau
maupun berupa kalimat yang maknanya lagi beruntung, naik darah yang
tidak sama dengan unsur-unsur bermakna marah, dan banting tulang
pembentuknya. Secara keseluruhan yang bermakna bekerja keras.
idiom membentuk makna baru yang Seperti halnya bahasa Indonesia,
artinya tidak bisa didapatkan dari bahasa Bima juga memiliki banyak
makna harfiah dari unsur-unsur idiom. Dalam kesehariannya penutur
pembentuknya. Idiom tidak dapat Bima sebagian besar menggunakan
diterangkan dari masing-masing kata idiom untuk berkomunikasi satu sama
pembentuknya dan menyimpang dari lain, terutama untuk menyampaikan
unsur-unsur pembentuknya. maksud tertentu secara tidak langsung.
Secara umum idiom bersumber Idiom dalam bahasa Bima tidak terlepas
dari bahasa yang digunakan dari budaya penuturnya. Penutur
masyarakat. Semakin luas jangkauan masyarakat Bima selalu mengkaitkan
penggunaan bahasa, maka akan suatu maksud tertentu untuk
semakin banyak pula makna idiom yang mengekspresi suatu bahasa berdasarkan
ada di dalamnya. Idiom digunakan suasana hati penuturnya.
seseorang dalam situasi tertentu untuk Dalam bahasa Bima terdapat
menghiaskan suatu hal. Kehadiran bentuk uta mbeca [Uta mbEca] 'sayur',
idiom dalam suatu bahasa sangat bila diartikan satu persatu maknanya
dipengaruhi oleh pola pikir penutur jauh berbeda dari kedua gabungan
bahasa itu. Idiom menjadi pilihan kata kedua unsur kata tersebut. Kata uta
yang tepat untuk mengekspresikan [Uta] yang berarti ‘ikan’ dan kata
emosi, marah, menyindir dan penamaan ‘mbeca’ [mbEca] yang berarti basah.
suatu benda serta untuk memperhalus Jadi, bentuk uta mbeca [Uta mbEca]
suatu bahasa supaya tidak menyinggung bukan berarti ikan yang basah
perasaan lawan bicara maupun melainkan bermakna ‘sayur’. Kata
sebaliknya. tembe si’i [tEmbe si?I] 'lap’, Kata
tembe [tEmbE] berarti ‘sarung’ dan

5
kata si’i [si?I] yang berarti ‘sobek’. yang menjadi alasan utama peneliti
Bentuk tersebut bukan berarti sarung mengangkat penelitian ini, supaya
yang sobek melainkan bermakna ‘lap’. idiom yang ada dalam bahasa Bima bisa
Kedua contoh tersebut meyimpang dari terdokumentasikan, sekaligus
makna unsur-unsur yang merupakan unsur budaya daerah yang
membentuknya. harus dilestarikan sebagai lambang
Dalam bahasa Bima terdapat budaya.
banyak variasi bentuk idiom yang Sesuai dengan paparan di atas,
mewakili satu maksud. Maksudnya, peneliti tertarik untuk meneliti idiom
beberapa bentuk idiom memiliki satu bahasa Bima dalam kajian semantik.
maksud makna yang sama. Contohnya, Mengingat kajian semantik yang begitu
bentuk maba loko [maba lɔkɔ], tonto luas cakupannya. Penelitian ini
nana [tɔntɔ nana], dan katenggo weki difokuskan pada bentuk, makna dan
[kateŋgɔ weki]. Bentuk-bentuk tersebut fungsinya. Oleh karena itu, judul
memiliki maksud yang sama yaitu penelitian ini adalah "Analisis Semantik
sama-sama bermakna ‘makan’. Contoh Idiom dalam Bahasa Bima di Desa
lainnya, bentuk wale asa [walE asa] Melaju Kecamatan Lambu ”.
dan tebe asa [tEbE asa] juga sama- Berdasarkan uraian diatas,
sama memiliki maksud yang sama, masalah yang diangkat dalam penelitian
yaitu ‘cerewet’ dan masih banyak lagi ini, yaitu: (1) bagaimanakah bentuk
bentuk yang lainnya. Akan tetapi, idiom dalam bahasa Bima?, (2)
bentuk-bentuk tersebut memiliki makna bagaimanakah makna idiom bahasa
konotatif yang berbeda yaitu makna Bima?, dan (3) bagaimanakah fungsi
konotatif positif dan konotatif negatif. idiom dalam bahasa Bima?. Adapun
Bentuk katenggo weki [kateŋgɔ weki] tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
berkonotatif positif sedangkan bentuk mendeskripsikan bentuk, makna dan
maba loko [maba lɔkɔ],dan tonto nana fungsi idiom dalam bahasa Bima yang
[tɔntɔ nana] berkonotatif negatif. ada di desa Melaju kecamatan Lambu.
bentuk tersebut untuk mengekspresikan
sesuatu yang dirasakan berdasarkan
prilaku atau konteks sebelumnya II. METODE PENELITIAN
terhadap lawan bicara.
Dari telaah pustaka yang penulis Penelitian ini tidak mengadakan
lakukan, belum ada yang meneliti atau perhitungan melainkan menyajikan
mengkaji idiom dalam bentuk kata-kata yang menggambarkan fakta-
kelompok kata seperti pada contoh fakta data sesuai apa adanya. Oleh
tersebut. Inilah yang membuat penulis karena itu, penelitian ini menggunakan
ingin melakukan penelitian tentang pendekatan penelitian kualitatif dan
idiom dalam bahasa Bima. Selain itu, metode penelitian deskriptif. Penelitian

6
kualitatif adalah penelitian yang melakukan menyimak atau
menghasilkan data-data deskriptif pengecekkan kembali data-data yang
berupa kata-kata tetulis atau lisan dari telah diisi, apabila terdapat data yang
seseorang dan prilaku yang dapat meragukan atau data yang tidak valid
diamati (Moleong, 2010:4). Untuk akan cepat dikenali (lihat Mahsun,
menyempurnakan data-data yang 2013: 104). Metode ini dilakukan untuk
berupa kata-kata tersebut akan mengabsahkan data yang telah peneliti
dilanjutkan dengan metode penelitian kumpulkan dari hasil penyimakan
deskriptif. Penelitian deskriptif sebelumnya. Peneliti menggunakan
dilakukan untuk menggambarkan sacara metode ini untuk menggali data-data
menyeluruh tentang bentuk, fungsi dan yang akurat dengan memberikan
makna data yang diteliti. Metode pertanyaan-pertanyaan dalam
penelitian deskriptif ini mempunyai melengkapi pencatatan data-data sambil
dua pokok yaitu, 1) Memusatkan merekam tuntuk menghindari
perhatian pada masalah-masalah yang kekeliruan dan kesalahan data yang
ada pada saat penelitian dilakukan (saat dicatat.
sekarang) atau masalah-masalah yang Metode yang digunakan dalam
bersifat aktual 2) Menggambarkan menganalisis data yaitu metode padan
fakta-fakta tentang masalah yang intralingual dan metode pada
diselidiki sebagaimana adanya diiringi ekstralingual. Metode ini digunakan
dengan interpretasi rasional (Hadari untuk menganalisis data-data
Nawawi 1983: 64 dalam Soejono, 2005: kebahasaan dengan menghubungkan
22-23). bandingkan idiom dalam bahasa itu
Dalam penelitian ini sendiri dengan menggunakan teknik
menggunakan dua metode penyediaan hubung banding membedakan (HBB)
data, yaitu metode simak, metode dan teknik hubung banding
introspektif dan metode cakap. Metode menyamakan hal pokok (HBSP). Data-
simak dilakukan untuk menyadap data tersebut dapat dibedakan dengan
penggunaan bahasa yang dituturkan dan menghubungkan ciri-ciri idiom.
dilanjutkan dengan teknik libat cakap Berdasarkan bentuknya akan
kemudian mencatat hal-hal yang diklasifikasi dengan menyamakan
berhubungan dengan bentuk-bentuk, bentuk-bentuk yang berupa kata dasar,
makna dan penggunaan bahasa idiom frase maupun klausa. (lihat Mahsun,
yang dituturkan oleh beberapa informan 2013:118). Metode ini digunakan untuk
(lihat Mahsun, 2013:92). Metode menganalisis data-data kebahasaan
introspeksi dilakukan dengan dengan menghubungkan bandingkan
memanfaatkan intuisi kebahasaan dengan dunia luar. Metode ini
peneliti, metode ini diperlukan untuk menggunakan teknik hubung banding
menganalisis keabsahan data dengan menyamakan hal pokok (HBSP). Untuk

7
menghubungkan idiom dengan konteks (2) Isi rima ‘oleh-oleh’
pengunaan dalam tuturan untuk [Isi rIma]
mendeskripsikan makna dan fungsi Isi tangan
yang terdapat dalam idiom (lihat
Mahsun, 2013: 20) (3) Tembe si’I ‘lap’
[tembE si?I]
sarung sobek
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Bentuk Idiom dalam Bahasa Bima b) Idiom Bentuk Klausa


Bentuk idiom dapat diidentifikasi Idiom bentuk klausa merupakan
berdasarkan strukturnya, yaitu struktur kelompok kata yang terdiri dari dua
sintaktis dan struktur morfologis. Berikut kata atau lebih yang menjadi satu
uraian bentuk idiom berdasarkan kedua kesatuan dan bersifat predikatif. Dalam
tersebut. sebuah klausa sekurang-kurangnya
A. Bentuk iIdiom Struktur Sintaktis terdapat fungsi predikat karena
Berdasarkan struktur sintaktis, merupakan unsur inti dalam sebuah
terdapat idiom bentuk frase dan idiom klausa. Maknanya telah melebur
bentuk klausa. Berikut uraian kedua hal menjadi satu secara keseluruhan dari
tersebut. unsur pembentuknya. Berikut contoh
idiom bentuk klausa dalam bahasa
Bima.
a) Idiom Bentuk Frase (4) Maba timba ‘tidur’
Idiom bentuk frase merupakan [maba timba]
kelompok kata yang terdiri dari dua Pukul bangkai
kata atau lebih yang menjadi satu
kesatuan dan tidak bersifat predikatif (5) Katenggo weki ‘makan’
atau nonpredikatif yang tidak [kateŋgɔ weki]
melampaui batas fungsi klausa dan Kuatkan tubuh
hanya dapat menduduki satu fungsi
saja. Maknanya telah melebur menjadi
satu secara keseluruhan dari unsur B. Idiom Bentuk Struktur Morfologis
pembentuknya. Berikut contoh idiom Berdasarkan struktur morfologis,
bentuk frase dalam bahasa Bima. terdapat idiom bentuk kata. Idiom bentuk
(1) Cedo ngoru ‘ikut campur- kata merupakan kata yang mengalami
[cedɔ ŋɔru] Urusan- proses morfologis, seperti afiksasi
Sendok bau amis orang lain’ (imbuhan) dan reduplikasi (perulangan),
maupun proses kedua-duanya (perulangan
yang mendapat imbuhan). Idiom bentuk

8
kata yang terdapat dalam bahasa Bima, 1. Idiom Bentuk Afiksasi
yaitu idiom bentuk kata dasar dan idiom Idiom bentuk afiksasi
bentuk reduplikasi. Berikut uraian kedua merupakan idiom yang memiliki
hal tersebut. makna berbeda dari bentuk dasarnya,
ketika kata tersebut mengalami proses
a) Idiom Bentuk Kata Dasar afiksasi. Bentuk tersebut bersifat
Idiom bentuk kata dasar konotatif karena menimbulkan makna
merupakan idiom yang dua kata atau yang tidak sebenarnya, sehingga
lebih yang masing-masing pembentuk diklasifikasikan sebagai bentuk idiom.
tidak dapat diidentifikasi bentuk Berikut contoh idiom bentuk afiksasi.
dasarnya. Bentuk ini memiliki makna
konotatif sehingga diklasifikasikan (8) Kancoki [kancɔki] ‘Menyiksa’
sebagai bentuk idiom. Bentuk ini Bentuk kancoki [kancɔki] pada
merupakan keunikkan dalam bahasa data diatas (8) terbentuk dari kata
Bima karena tidak mengikuti dasar ncoki [ncɔki] ‘susah’ dan diapit
kelaziman seperti bentuk idiom yang oleh morfem prefiks {ka-} yang
diuraikan pada contoh sebelumnya. merupakan prefiks {me-} dalam
Bentuk ini berulang bunyi, sehingga bahasa Indonesia.
bersifat reduplikasi. berikut beberapa
contohnya. (9) Kakaro[kakaro] ‘kunjungan’
(6) Cube - cabe ‘jahil’ Bentuk kakaro [kakaro] pada data
[cube - cabe] diatas (9) terbentuk dari kata dasar
(7) Cingi - canga ‘ceroboh’ karo [karo] ‘kuras’ dan diapit oleh
[ciŋi - caŋa] morfem prefiks {ka-} yang merupakan
prefiks {me-} dalam bahasa Indonesia.
b) Idiom Bentuk Kata Kompleks
Idiom yang berbentuk data kata
kompleks dapat dikelompokkan 2. Bentuk Reduplikasi
menjadi dua, yaitu (1) bentukan yang Idiom bentuk reduplikasi
dilihat dari sudut pengafiksan dan (2) merupakan pengulangan yang
bentukan yang dilihat dari sudut berwujud penggandaan sebagian
pengulangan atau reduplikasi. Jadi, maupun seluruh bentuk dasar sebuah
idiom kata kompleks terdapat idiom kata yang maknanya menyimpang
bentuk afiksasi (imbuhan) dan idiom dari kata dasar yang membentuk.
bentuk reduplikasi (pengulangan). Pengulangan tersebut bersifat
Berikut uraian kedua hal tersebut. konotatif sehingga diklasifikasikan
sebagai bentuk idiom. Berdasarkan
penelitian, idiom bentuk reduplikasi
dalam bahasa Bima terdapat

9
redupikasi berubah bunyi, gabE] kata dasarnya gabe [gabE]
reduplikasi berimbuhan serta merupakan jenis kedua karena kata
reduplikasi semantis. Berikut akan dasarnya terletak pada kedua. Idiom
diuraikan ketiga hal tersebut: pada data (12) mbaru-mburu
[mbaru-mbUru] di atas yang bentuk
a. Idiom Reduplikasi Berubah dasarnya mbaru [mbaru] yang
Bunyi berarti ‘lajang’ dan mendapat
Idiom reduplikasi berubah bunyi pengulangan bunyi mburu [mbUru]
terdapat tiga jenis, yaitu jenis yang berarti ‘busuk’ merupakan
pertama kata dasar yang terbentuk jenis ketiga karena pengulangan
pada bentuk petama, jenis kedua kata tersebut memiliki makna leksikal
dasar yang terletak pada bentuk masing-masing.
kedua, jenis ketiga pengulangan yang
memiliki makna leksikal masing- b. Idiom Reduplikasi Berimbuhan
masing. Berikut contohnya. Idiom reduplikasi berimbuhan
(10) Ngoja - ngaja ‘bertingkah merupakan pengulangan yang
[ŋɔja - ŋaja] tidak jelas’ mendapat imbuhan baik pada bentuk
liar pertama maupun bentuk kedua.
Berikut contohnya.
(11) Gube – gabe Sambrono (13) Sambaru - mbUra ‘berantakan’
[gUbE- gabE] (khusus [sambaru- mbUra]
besar untuk Berserah-
tidak ukuran kan
beratu- pakaian)
ran (14) Imba -daambi ‘ikut-ikutan’
[Imba - daambi]
(12) Mbaru -mburu barang atau ikut tidak
[mbaru -mbUru] benda yang nyaman
lajang busuk bergantungan-
(dalam jumlah
yang banyak) Idiom pada data (13) di depan
merupakan idiom berimbuhan pada
Idiom reduplikasi berubah bentuk pertama, yaitu yang ditandai
bunyi pada data (10) ngoja-ngaja dengan morfem {sa} pada bentuk
[ŋɔja-ŋaja] di atas kata dasarya sambaru - mbura [sambaru -
ngoja [ŋɔja] merupakan jenis mbUra]. Idiom pada data (14) di atas
pertama karena bentuk dasar merupakan idiom berimbuhan pada
terletak pada bentuk pertama. Idiom bentuk kedua, yaitu yang ditandai
pada data (11) gube-gabe [gubE-

10
dengan morfem {da} pada bentuk pada bentuk ingi-anga [Iŋi–aŋa].
imba - daambi [Imba - daambi]. Bentuk caki – cula [caki–cUla] yang
terbentuk dari kata dasar caki [caki]
c. Idiom Reduplikasi Semantis yang berarti ‘menusuk (di dada)’
Idiom reduplikasi semantis bersinonim dengan pengulangan cula
merupakan pengulangan yang masing- [cUla] yang berarti ‘menusuk (di
masing pembentuknya memiliki makna mulut)’, sedangkan idiom redupikasi
bersinonim (persamaan kata) atau pun pada data (17) di atas merupakan
berantonim (lawan kata) antara bentuk reduplikasi semantik antonim karena
dasar dan bentuk pengulangan. Berikut masing-masing pembentuk memiliki
contohnya. arti yang bersinonim antara pembentuk
(15) Ingi - anga ‘bingung’ kata pertama dan kedua, yaitu bentuk
[Iŋi - aŋa] do – da [dɔ–da] yang terbentuk dari
memper- membuka kata dasar do [dɔ] yang berarti ‘selatan’
lihatkan mulut berantonim dengan pengulangan kata
gigi da [da] yang berarti ‘utara’.

(16) Caki - cula ‘asal bicara’


[caki - cUla] 3.2 Makna Idiom dalam Bahasa Bima
menusuk menusuk Pada umumnya makna idiom
(didada) (di hati) bersifat konotatif karena pada setiap
idiom itu mengandung makna yang bukan
(17) Do da ‘mondar- sebenarnya atau makna konotatif yang
[dɔ - da] mandir’ memiliki nilai rasa baik positif maupun
selatan utara negatif. Berikut makna idiom dapat
dilihat pada bentuk sintaktis dan bentuk
morfologis.
Idiom bentuk reduplikasi A. Makna Konotatif pada Idiom
pada data (15-17) ingi anga [Iŋi–aŋa] Bentuk Sintaktis
dan caki cula [caki–cUla] merupakan Makna konotatif dapat ditelusuri
reduplikasi semantis sinonim karena berdasarkan unsur-unsur keeratan
masing-masing pembentuk memiliki pembentuknya, yaitu idiom penuh dan
makna yang bersinonim antara idiom sebagian. Pembagian idiom penuh
pembentuk kata pertama dan kedua. dan idiom sebagian didasarkan pada
Bentuk ingi-anga [iŋi–aŋa] yang hubungan antara idiom dengan asosiasi
terbentuk dari kata dasar ingi [iŋi] yang makna kata dan komponen makna kata
berarti ‘memperlihatkan gigi’ unsur pembentuknya. Makna konotatif
bersinonim dengan pengulangan anga akan dianalisis berdasarkan idiom penuh
[aŋa] yang berarti ‘membuka mulut’

11
dan idiom sebagian. Berikut bentuk idiom membentuk makna ‘tidur’. Makna
berdasarkan kedua hal tersebut. baru yang timbul tidak dapat
1) Makna Konotatif pada Idiom dijelaskan oleh makna leksikal
Penuh masing-masing pembentuk baik dari
Makna Berikut ini adalah segi asosiasi makna maupun dari
makna konotatif pada idiom penuh komponen makna salah satu unsur
pada bentuk sintaktis yang terdapat pembentuknya. Makna tersebut sudah
pada bentuk frase dan klausa. melebur menjadi satu kesatuan yang
a) Makna Konotatif pada Idiom berasal dari keseluruhan unsur-unsur
Penuh Bentuk Frase pembentuknya. Bentuk idiom tersebut
Idiom (1a) cedo ngoru [cedɔ memiliki nilai rasa, inilah yang
ŋɔru] di depan yang terbentuk dari dikatakan bermakna konotatif karena
makna leksikal masing-masing tidak sesuai dengan makna
‘sendok’ dan ‘bau amis’yang sebenarnya.
membentuk makna ‘ikut campur
urusan orang lain’. Idiom (2a) isi rima 2) Makna Konotatif pada Idiom
[Isi rIma] di depan terbentuk dari Sebagian
makna leksikal masing-masing ‘isi’ Makna Berikut ini adalah makna
dan ‘tangan’ yang membentuk makna konotatif pada idiom sebagian bentuk
‘oleh-oleh’. Makna baru yang timbul sintaktis yang terdapat pada bentuk
dari kedua bentuk idiom tersebut frase dan klausa.
tidak dapat dijelaskan oleh makna a) Makna Konotatif pada Idiom
leksikal masing-masing pembentuk Sebagian Bentuk Frase
baik dari segi asosiasi makna maupun (3a) Tembe si’i [tEmbE si?I ] ‘lap’
dari komponen makna salah satu Idiom pada data (3a) di atas
unsur pembentuknya. Makna tersebut terbentuk dari kata tembe [tEmbE]
sudah melebur menjadi satu kesatuan bila diartikan dalam bahasa Indonesia
yang berasal dari keseluruhan unsur- berarti ‘sarung’ dan kata si’i [si?I]
unsur pembentuknya. Bentuk idiom berarti ‘sobek’ membentuk makna
tersebut memiliki nilai rasa, inilah ‘lap’. Idiom tersebut masih bisa
yang dikatakan bermakna konotatif menjelaskan makna baru yang timbul.
karena tidak sesuai dengan makna Idiom tersebut masih merujuk pada
sebenarnya. asosiasi penggunaannya oleh
b) Makna Konotatif pada Idiom masyarakat Bima. Pada jaman dahulu
Penuh Bentuk Klausa sebelum hadirnya keset, serbet atau
Idiom (3a) maba timba [maba sejenis alat lain untuk menyelap
timba] di depan yang terbentuk dari sesuatu yang kotor seperti pada masa
makna leksikal masing-masing sekarang. Dahulu orang Bima hanya
‘pukul’ dan ‘bangkai’ yang menggunakan sarung yang tersoek

12
atau sengaja disobek untuk mengelap komponen makna kata unsur
sesuatu yang kotor. Bentuk idiom pembentuknya. Makna konotatif akan
tersebut memiliki nilai rasa, inilah dianalisis berdasarkan idiom penuh dan
yang dikatakan bermakna konotatif idiom sebagian. Berikut bentuk idiom
karena tidak sesuai dengan makna berdasarkan kedua hal tersebut.
sebenarnya.
1. Makna Konotatif pada Idiom
b) Makna Konotatif pada Idiom Penuh
Sebagian Bentuk Klausa Makna Berikut ini adalah makna
(5a) katenggo weki ‘makan’ konotatif pada idiom penuh bentuk
[kateŋgɔ weki] morfologis yang terdapat pada bentuk
Idiom pada data (5a) di atas dasar dan bentuk kompleks (bentuk
terbentuk dari kata katenggo afiksasi dan bentuk reduplikas).
[kateŋgɔ] bila diartikan dalam bahasa a) Makna konotatif pada Idiom
Indonesia berarti ‘kuatkan’ dan weki Penuh Bentuk Dasar
[weki] bila diartikan dalam bahasa Idiom pada data (6a-7a) di depan
Indonesia berarti ‘tubuh’, membentuk yang berturut-turut cube–cabe [cUbe–
makna ‘makan’. Idiom tersebut cabe] yang bermakna ‘jahil’ dan cingi-
masih bisa menjelaskan makna baru canga [ciŋi–caŋa] yang bermakna
yang timbul, yaitu yang ditandai ‘ceroboh’. Idiom tersebut masing-
dengan kata katenggo [kateŋgɔ] yang masing makna dasarnya tidak dapat
berarti ‘tubuh’. Dimana cara untuk diidentifikasi, sehingga menimbulkan
menguatkan tubuh, yaitu dengan makna baru. Makna baru yang timbul
mengisi makanan yang bisa membuat sudah melebur menjadi satu kesatuan,
seorang kuat. Bentuk idiom tersebut sehingga makna yang ada dalam idiom
memiliki nilai rasa, inilah yang tersebut berasal dari keseluruhan
dikatakan bermakna konotatif karena kesatuan unsur pembentuknya. Bentuk
tidak sesuai dengan makna idiom tersebut memiliki nilai rasa,
sebenarnya. inilah yang dikatakan bermakna
konotatif karena tidak sesuai dengan
B. Makna Konotatif pada Idiom makna sebenarnya.
Morfologis
Makna konotatif pada idiom b) Makna Konotatif pada Idiom
morfologis dapat ditelusuri berdasarkan penuh Kata Kompleks
unsur-unsur keeratan pembentuknya, Idiom pada data (9a) kakaro
yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. [kakaro] di depan yang bermakna
Pembagian idiom penuh dan sebagian ini ‘kunjungan’. Idiom pada data (12a)
berdasarkan kepada hubungan antara mbaru-mburu [mbaru-mbUru] yang
idiom dengan asosiasi makna kata dan bermakna ‘barang atau benda yang

13
bergantungan (dalam jumlah yang prefiks {ka-}. Bentuk idiom tersebut
banyak)’. Idiom pada data (15a) ingi- memiliki nilai rasa, inilah yang dikatakan
anga [Iŋi-aŋa] di depan yang bermakna bermakna konotatif karena tidak sesuai
‘bingung’, idiom pada data (16a) caki– dengan makna sebenarnya.
cula [caki–cUla] di depan yang (10a) Ngoja -ngaja ‘bertingkah tidak
bermakna ‘asal bicara’, dan idiom pada [ŋɔja -ŋaja] jelas’
data (17a) do-da [dɔ–da] di depan yang
bermakna ‘mondar-mandir’. Makna
baru yang ditimbulkan pada Idiom reduplikasi berubah bunyi
pengulangan bentuk tersebut tidak dapat pada data (10a) di atas terbentuk dari kata
dijelaskan oleh kata dasar yang dasar ngoja [ŋɔja] yang berarti ‘liar’.
membentuknya. Makna tersebut telah Idiom tersebut masih bisa menjelaskan
menjadi satu kesatuan dari keseluruhan makna baru yang ditimbulkan oleh
kesatuan unsur pembentuknya. Bentuk pengulangan tersebut, yaitu dapat dilihat
idiom tersebut memiliki nilai rasa, pada asosiasi maknanya. Orang yang liar
inilah yang dikatakan bermakna atau keliaran diasosiasikan oleh sebagian
konotatif karena tidak sesuai dengan masyarakat Bima bahwa perilaku tersebut
makna sebenarnya. merupakan perilaku yang tidak jelas
tingkah-lakunya. Bentuk idiom tersebut
2. Makna Konotatif pada Idiom memiliki nilai rasa, inilah yang dikatakan
Sebagian bermakna konotatif karena tidak sesuai
Makna Berikut ini adalah makna dengan makna sebenarnya.
konotatif pada idiom sebagian pada (11a) Gube -gabe ‘sambrono (khusuS
bentuk morfologis yang terdapat pada [gUbE –gabE] untuk ukuran
bentuk kompleks (bentuk fiksasi dan pakaian)’
bentuk reduplikasi).
a) Makna Konotatif pada Idiom Idiom reduplikasi berubah bunyi
Bentuk kompleks pada data (11a) di atas terbentuk dari kata
(8a) Kancoki [kancɔki] ‘menyiksa’ dasar gabe [gabE] yang berarti ‘besar
Idiom bentuk afiksasi pada data tidak beraturan’. Idiom tersebut masih
(8a) di atas terbentuk dari kata dasar bisa menjelaskan makna baru yang
ncoki [ncɔki] yang berarti ‘susah’ dan ditimbulkan oleh pengulangan tersebut,
morfem prefiks {ka-} yang merupakan yaitu dapat dilihat pada asosiasi
prefiks {me-} dalam bahasa Indonesia. maknanya. Ukuran pakaian yang besar
Kata dasar tersebut ketika diapit oleh tidak beraturan akan terlihat sambrono
prefiks {ka-} menimbulkan makna apabila dipakai oleh orang yang badannya
‘menyiksa’. Idiom tersebut masih dapat lebih kecil dari ukuran bajunya. Bentuk
menjelaskan makna baru yang muncul, idiom tersebut memiliki nilai rasa, inilah
yaitu yang ditandai dengan morfem yang dikatakan bermakna konotatif

14
karena tidak sesuai dengan makna (4b) Maba timba ‘tidur’
sebenarnya. [maba timba]

(14a)Imba -daambi ‘ikut-ikutan’ Idiom ini berfungsi untuk


[Imba - daambi] mengekspresikan kejengkelan kepada
ikut tidak seseorang yang malas bekerja.
nyaman C. Idiom Digunakan untuk
Idiom reduplikasi berimbuhan pada Memberikan Julukan
data (14a) imba-dambi [Imba - daambi] (18) Cedo ngoru ‘ikut campur-
di atas memiliki makna leksikal masing- [cedɔ ŋɔru] Urusan-
masing yang berturut-turut ‘ikut’ dan Sendok bau amis orang lain’
‘tidak nyaman’, yang membentuk makna
‘ikut-ikutan’. Idiom pengulangan tersebut Idiom ini berfungsi untuk
masih bisa menjelaskan makna baru yang memberikan julukan kepada
timbul, yaitu yang ditandai dengan bentuk seseorang yang ikut campur masalah
dasar imba [imba] yang berarti ikut. orang lain, sehingga dia dikatakan
Bentuk idiom tersebut memiliki nilai rasa, sendok yang bau amis.
inilah yang dikatakan bermakna konotatif D. Idiom Digunakan untuk
karena tidak sesuai dengan makna Menyatakan makna berlebihan
sebenarnya. (19) Gube - gabe Sambrono
[gUbE - gabE] (khusus untuk
3.3 Fungsi Idiom dalam Bahasa Bima besar ukuran
A. Idiom Digunakan untuk tidak pakaian)
Memperhalus Ucapan dalam beratu-
Berkomunikasi ran
(5b)Katenggo weki ‘makan’ Idiom ini berfungsi untuk
[kateŋgɔ weki] mengatakan orang yang memakai
pakaian yang terlalu longgar akau
Idiom ini berfungsi untuk terlalu besar sehingga pandangannya
memperhalus ucapan dalam mengajak terkesan sambrono.
atau menyuruh makan, agar orang E. Menyatakan konsep-konsep
yang dituju merasa senang. budaya
B. Idiom Digunakan untuk Konsep buduya diklasifikasikan
Mengekspresikan Perasaan menjadi dua, yaitu konsep yang
Mengekspresi perasaan tersebut universal dan yang spesifik. Berikut
berupa perasaan marah/jengkel, konsep-konsep kedua hal tersebut .
bahagia, sedih, serta untuk menyindir (2b) Isi rima ‘oleh-oleh’
karena merasa tidak senang. [Isi rIma]

15
Idiom ini berfungsi untuk diklasifikasikan lagi menjadi
menyatakan konsep budaya tiga, yaitu idiom reduplikasi
masyarakat, dimana tiap orang yang berubah bunyi, idiom reduplikasi
pulang dari suatu tempat baik jauh berimbuhan dan idiom
maupun dekat membawakan sesuatu reduplikasi semantis. Bentuk
sebagai oleh-olehnya dari suatu idiom kata dasar yang ditemukan
tempat tersebut. terdapat 15 bentuk. Idiom
(3b) Tembe si’i [tEmbE si’I] ‘lap’ reduplikasi: (1) idiom reduplikasi
Idiom ini berfungsi untuk berubah bunyi terdapat 11
menyatakan konsep budaya Bima, bentuk, (2) idiom reduplikasi
dimana tembe yang berarti sarung berimbuhan terdapat dua bentuk,
(temunan) yang merupakan pakaian dan (3) idiom reduplikasi
budaya tradisional masyarakat Bima. semantik terdapat 3 bentuk.
Selain diklasifikasikan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN berdasarkan strukturnya, idiom
dikelompokkan juga berdasarkan
A. Simpulan keeratan unsur-unsur yang
1. Sesuai data yang telah peneliti membentukknya, yaitu 71 bentuk
temukan sepanjang penelitian, idiom penuh dan 42 bentuk idiom
terdapat 113 bentuk idiom yang sebagian. Bentuk idiom sebagian
diklasifikasikan kedalam struktur lebih banyak digunakan dari
sintaktis dan struktur morfologis. padabentuk idiom sebagian.
Bentuk idiom berdasarkan 2. Makna idiom berdasarkan
struktur sintaktis dapat keertan unsur-unsur
diklasifikasikan lagi menjadi dua, pembentuknya, yaitu idiom
yaitu idiom bentuk frase dan penuh dan idiom sebagian.
idiom bentuk klausa. Idiom Makan idiom penuh sukar untuk
bentuk frase yang ditemukan diidentifikasi, sedangkan makna
terdapat 41 bentuk idiom bentuk idiom sebagian masih dapat
klausa juga terdapat 39 bentuk, ditelusuri dari makna leksikal
sedangkan bentuk berdasarkan yang membentuknya yang
struktur morfologisnya terdapat didasarkan pada asosiasi makna
keunikkan terhadap dan komponen makna yang
pembentukkannya, yaitu terdapat membentuk idiom. Hal tersebut
idiom bentuk dasar dan idiom dapat dilihat pada contoh cedo
bentuk kompleks. Idiom bentuk ngoru [cedɔ ŋɔru] bermakna
kompleks terdapat bentuk ‘ikut campur urusan orang lain’
afiksasi dan bentuk yang masing-masing makna
reduplikasi.Reduplikasi tersebut leksikal berturut-turut ‘sendok’

16
dan ‘bau amis’, yang membentuk merasa tidak senang), untuk
makna ‘ikut campur urusan orang memberikan julukan, dan untuk
lain’, sedangkan pada contoh menyatakan makna berlebihan
kedua Ese asa [Ese asa] [Ese untuk menyatakan, serta konsep-
asa [Ese asa] bermakna konsep budaya baik yang
‘berbicara kasar’ yang masing- universal maupun yang spesifik
masing berarti tinggi dan mulut. yang berkaitan dengan budaya
Makna baru yang timbul dari Bima.
gabungan tersebut masih bisa
ditelusuri, yaitu yang ditandai B. Saran
dengan kata asa yang berarti Penelitian bahasa Bima menarik
mulut. Dimana mulut untuk lebih diperbanyak lagi dengan
diasosiasikan sabagai alat berbagai aspek yang lainnya. Adapun
berkomunikasi untuk berintaraksi penelitian tentang idiom ini yang
dengan sesama. Makna idiom pertama kali dilakukan sehingga
membentuk makna konotatif dengan penelitian selanjutnya lebih
karena makna baru yang yang banyak lagi bentuk idiom yang
timbul bukan makna sebenarnya ditemukan dan bisa digunakan
dan menciptakan nilai rasa yang sebagai daya untuk menyusun kamus
berbeda lewat bentuk-bentuk idiom bahasa Bima supaya generasi
idiom. muda yang belum memahami tentang
3. Fungsi penggunaan idiom bentuk idiom bahasa Bima dapat
tersebut digunakan untuk menemukan maknanya didalam
memperhalus ucapan dalam kamus idiom bahasa Bima. Selain itu
berkominikasi, untuk penelitian tentang bahasa Bima pada
mengekspresikan perasaan (yang aspek-aspek yang lainnya juga perlu
mencakup perasaan dilakukan sebagai bentuk pelestarian
marah/jengkel, bahagia, sedih, bahasa daerah yang merupakan
serta untuk menyindir karena keberagaman budaya kita.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011 Semantik (Pengantar Mudjiono, Ricky dan Prihermono, Fx.


Studi, Tentang Makan.) Malang: 2008. Kamus Umum Bahasa
Sinar Baru Algensindo. Indonesia. Tangerang:
Arifin, Zaenal dan Tasain, Amran. 2009. Scientific Press.
Cermat Berbahasa Indonesia. Muhamad. 2012. Metode dan Tehnik
Jakarta: Akademika Pressindo. Analisis Data Lingustik.
Chaer, Abdul. 1984. Kamus Umum Yogyakarta: Liebe Book Pres
Idiom Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Putu Wijaya, I Made dan Rohmadi,
Indah. Mohamad. 2008. Semantik
. 2007. Lingustik Umum. Jakarta: Teori dan Analisis. Surakarta:
Rineka Cipta. Yuma Pusata.
. 2009. Pengantar Semantik Soejono dan Abdurrahman. 2005.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Metode Penelitian Suatu
Rineka Cipta. Pemikiran dan Penalaran.
Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik Jakarta: Rineka Cipta.
1 Pengantar Arah Ilmu Makna. Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi
Bandung: Refika. Semantik dan Paradikma (Buku
Jafar, Syamsinas. 2012. Konsep Lia 1) Pengantar Studi Semantik).
‘Penghormatan’ dalam Bahasa Surakarta: Cakra Wulan Media.
Bima Sebagai Pengungkap Sumanti, Pepi. 2012. Idiom Bahasa
Budaya Kesantunan. -: Mandailing di Kenagarian
Prossiding. Simpang Tonang Kecamatan
Khak, Muh. Abdul. 2006. Idiom dalam Dua Koto Kabupaten Pasaman.
bahasa indonesia : struktur dan Padang: Jurnal pendidikan
makna. Jurnal Bahasa dan bahasa dan sastra Indonesia,
Sastra dan Balai Pustaka Vol. 1 No. 1 September 2012;
Bandung.- Seri G 515-599.
Mahsun. 2013. Metode Penilitian Thoir, Nazir dan Simpen, I Wayan. -.
Bahasa: Tahapan Strategi, Ilmu Bahasa Indonesia
Metode, dan Tehniknya. Jakarta: Fonologi Sebuah Kajian
Rajawali Deskriptif. –: CV Kayuma.
Moleong, lexy J. 2009. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Rineka Cipta

18

Anda mungkin juga menyukai