Anda di halaman 1dari 13

ISSN: 2580-0728

http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index Vol 3, No 1 (2018)

IDIOM POPULER BAHASA MELAYU JAMBI DIALEK MELAYU


BUNGO

Dodi Oktarizaa*, Dedi Efendib*


a
Sastra Inggris- Fakultas Bahasa Universitas Muara Bungo
Jl. Pendidikan-Sei. Binjai. Kec. Bathin III Muara Bungo-Jambi,
b
Sastra Inggris-Fakultas Bahasa Universitas Muara Bungo
Jl.Pendidikan-Sei.Binjai Kec. Bathin III Muara Bungo-Jambi, Indonesia
dodioktariza@gmail.com
efendidedi1986@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menginventaris dan mendeskripsikan bentuk-bentuk idiom dan
makna dari idiom yang digunakan oleh penutur bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan
penyajian hasil analisis. Pada tahap pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode
simak dan cakap dengan beberapa teknik yang digunakan yaitu, teknik simak bebas libat cakap,
teknik catat, rekam, dan teknik pancing. Pada tahap analisis data, penulis menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif agar dapat menjelaskan bentuk-bentuk idiom yang digunakan
oleh penutur bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo beserta makna yang dihasilkan dari
idiom tersebut. Selain itu, penulis juga menggunakan metode padan dalam analisis sebagai
sebuah metode yang dapat menghubung-bandingkan unsur yang ada dalam dan luar bahasa.
Selanjutnya, pada tahap penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan metode informal.
Dengan menggunakan pendekatan morfologis dalam analisis, penulis menemukan bahwa data
lingual idiom yang berupa perpaduan leksem menghasilkan beberapa kategori kata, yaitu
kategori kata sifat (KS) berjumlah sebanyak 28 kata , kata benda (KB) berjumlah sebanyak 27
kata, dan kata kerja (KK) hanya berjumlah sebanyak 17 kata. Dengan demikian, penulis dapat
simpulkan bahwa ungkapan idiom dari hasil perpaduan leksem yang digunakan oleh penutur
bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Bungo didominasi oleh kelompok kata berkategori Kata
Sifat dan Kata Benda. Kategori Kata Sifat dan Kata Benda yang banyak muncul dalam
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai bentuk penjelasan terhadap keadaan atau sifat-sifat dari
apa yang dibicarakan penutur dalam proses berkomunikasi

Kata kunci: Morfologi, Idiom, Bahasa Melayu Jambi, Dialek Melayu Bungo, Kategori Kata

Abstract
This research is aimed to gather and describe the forms of idiom and its meaning that used by
the speaker of Jambi Malay Language Bungo Malay Dialect. There are three steps conducted in
the research, they are collecting data, analyzing data, and presenting the result of
analysis.Incollecting data, the method that is used known as observational and conversational
method, by applying some techniques, namely non participant observational technique, note
taking, record, and elicitation technique.Then, in analyzing data, the writer used descriptive
qualitative approach in order to explain the forms and their meaning that resulted from the
idioms.In addition, the writer also applay referential method in analyzing that can connect and
compare the elements that belong to language itself.Moreover, the writer used informal method
for presenting the result of analysis.
By applying morphological approach in doing analysis, the writer found that idioms derived
from the combination of lexeme outcome some parts of speech ,namely adjective is 28 words,
noun is 27 words, and verb is only 17 words. Finally, the writer concludes that the idiom
expression that used by Jambi Malay Language Bungo Malay Dialect speakers is mostly belong
to adjective and noun . The appearance of these two kinds of parts of speech can be stated as
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

the explanation of the condition and the nature of its topic from the speakers in communication
process

Keywords: Morphology, Idiom, Jambi Malay Language, Bungo Malay Dialect, Parts of Speech

PENDAHULUAN

Apabila dilihat dari jumlah penutur dari dan deskripsi idiom bahasa Melayu
dua puluh lima Bahasa Austronesia, Jambi dialek Melayu Bungo.
bahasa Melayu menempati peringkat Secara eksplisit, idiom dapat
kedua setelah bahasa Jawa dengan dikatakan sebagai penggabungan dua
jumlah penutur sebanyak 52.000.000, kata yang berbeda dan memiliki arti
sedangkan untuk bahasa yang digunakan yang baru. Arti yang baru tersebut tidak
di Pulau Sumatera, bahasa Melayu dapat ditelusuri kembali unsur
menempati peringkat pertama sebagai pembentuk idiom tersebut. Pengertian
bahasa daerah yang paling banyak yang benar dan sesuai dengan fungsinya
digunakan (Nadra, 2006). Kenyataan hanya bisa diketahui apabila kedua
tersebut menjelaskan bahwa bahasa unsur dalam idiom tersebut telah
Melayu merupakan salah satu bahasa disatukan. ( Nadra dan Reniwati, 3:
yang memiliki hegemoni dengan 2012).
pengaruh penyebaran yang luas di Untuk memperjelas pengertian di
beberapa daerah di Indonesia. Salah satu atas, berikut contoh data idiom bahasa
daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Melayu Jambi yang biasa digunakan
Sumatera yang mayoritas masyarakatnya oleh penutur dialek Melayu Bungo
menggunakan bahasa Melayu sebagai sebagai salah satu dialek dalam bahasa
alat komunikasi utama adalah Melayu Jambi.
masyarakat Provinsi Jambi yang Contoh 1
bahasanya dikenal dengan bahasa baseng kadak be gawe budak itu,
Melayu Jambi. dak tau bahayo besak yang akan
Dalam fungsinya sebagai salah dihadapinyo
satu bahasa daerah yang ada di (sembarangan saja kerja anak itu,
Indonesia, bahasa Melayu Jambi tidak tahu bahaya besar yang akan
memiliki kedudukan dan fungsi dihadapinya)
tersendiri dalam hubungannya dengan Apabila dikaji arti yang
bahasa Indonesia sebagai bahasa ditimbulkan dari idiom baseng kadak
nasional, yaitu dapat memperkaya atau tersebut di atas, kita melihat bahwa
mengembangkan bahasa nasional baseng kadak dapat dimaklumi sebagai
tersebut. Oleh sebab itu, dengan melihat suatu keadaan di mana seseorang
adanya pengaruh bahasa daerah untuk memiliki sifat asal-asalan dalam
pengembangan bahasa maupun budaya melakukan suatu pekerjaan. Kata
nasional sesuai dengan keputusan politik “baseng kadak” dalam bahasa Melayu
bahasa nasional maka kajian tentang Jambi biasa diterjemahkan menjadi
bahasa Melayu Jambi merasa perlu sembarangan atau asal-asalan dalam
untuk lebih ditingkatkan pembinaannya, bahasa Indonesia. Pemaknaan “
baik secara kuantitas maupun kualitas. sembarangan” tersebut menjadi makna
Adapun peningkatan dan pengembangan tunggal meskipun terdiri dari dua leksem
kajian bahasa Melayu Jambi dapat “baseng” dan “kadak”. Secara teori,
dilihat dari berbagai aspek kajian dan ungkapan tersebut di atas dapat
salah satu aspek menarik yang dapat dikatakan sebagai kata majemuk tidak
dijadikan topik kajian ialah inventarisasi
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

idiomatic disebabkan salah satu Dalam penelitian ini, penulis


komponen dalam idiom tersebut , yaitu mengkaji bentuk-bentuk idiom yang
“baseng” dalam konteks lain dapat ppopular digunakan oleh penutur dialek
berubah makna menjadi “terserah”. Melayu Bungo dan makna yang
dihasilkan dari ungkapan idiom tersebut.
Contoh 2 Penelitian in dilandasi oleh pendekatan
Ngapo lah jadi kecut kalang pulak morfologis sebagai pijakan awal kajian
kini kawan kini? dengan merujuk beberapa teori terkait di
(kenapa kamu menjadi pengecut dalamnya seperti kata, morfem, proses
sekarang) pembentukan kata, kata majemuk, idiom
Ketika kita melihat kata “kecut dan kata majemuk sebagaimana yang
kalang” di atas, makna yang biasa dijelaskan oleh Kridalaksana (2008),
diterjemahkan oleh penutur bahasa Muhajir (1980), dan Palmer (1981).
Melayu Jambi dialek Melayu Bungo Secara morfologis, kata
adalah menunjukkan seseorang memiliki didefinisikan sebagai morfem atau
sifat pengecut. Dalam konteks bahasa kombinasi morfem yang oleh bahasawan
Melayu Jambi, penggunaan leksem dianggap sebagai satuan terkecil yang
“kalang” dilekatkan pada bagian yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
ada dalam alat kelamin laki-laki tapi bebas atau satuan bahasa yang dapat
tidak dimaksudkan dengan alat kelamin berdiri sendiri, terjadi dari morfem
yang sebenarnya secara fisik. tunggal atau gabungan morfem
Penggunaan ungkapan tersebut di atas (Kridalaksana, 2008). Selanjutnya dapat
biasanya ditujukan oleh penutur yang dijelaskan bahwa dalam proses
lebih tua ketika menilai keberanian pembentukan kata, kata-kata tersebut
seorang anak muda. sebelumnya sudah mengalami proses
Dengan merujuk pada dua contoh morfologis. Proses morfologis tersebut
idiom di atas, dapat disimpulkan bahwa merupakan sebuah proses yang terjadi
idiom memiliki posisi tersendiri dalam dari bentuk input, yang dikenal dengan
pola komunikasi penutur bahasa Melayu leksem sebagaimana yang dijelaskan
Jambi, khususnya dialek Melayu Bungo. oleh Kridaklaksana (2008) bahwa
Pada kenyataannya, idiom juga leksem sebagai satuan leksikal yang
digunakan untuk mengungkapkan pesan abstrak yang mendasari berbagai bentuk
maupun maksud khusus dalam inflektif suatu kata; mis dalam bahasa
pembicaraan sehingga memiliki daya Inggris, sleep, slept, sleeps, sleeping
tarik sendiri untuk dijadikan objek kajian adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep.
kebahasaan. Selain itu, sejauh Sementara itu, kata adalah hasil (output)
pengamatan penulis, tulisan atau kajian proses morfologis tersebut. Secara teori,
khusus mengenai idiom, khususnya proses morfologis terdiri dari lima
Melayu Jambi yang merupakan hasil macam, yaitu derivasi zero,
pendiskripsian leksem masih langka pengimbuhan (afiksasi), reduplikasi,
ditemukan. Hal itu jugalah yang pemajemukan, dan abreviasi.
mendorong penulis untuk menjadikan Dalam melihat idiom dan kata
kajian idiom ini sebagai topik penelitian majemuk dalam kajian morfologi,
agar bentuk-bentuk idiom yang popular Kridalaksana (1983) menjelaskan bahwa
dalam bahasa Melayu Jambi dapat idiom mengarah ke persoalan bentuk.
terinventarisir dan dideskripsikan dengan Idiom didefinisikan sebagai konstruksi
baik sehingga mampu memberi dari unsur-unsur yang saling memilih
kontribusi positif terhadap peningkatan masing-masing anggota mempunyai
jumlah penelitian linguistik di tanah air. makna yang ada hanya
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

karena bersama yang lain. Misalnya, gabungan tersebut masih bisa dikaitkan
kambing hitam mempunyai makna dengan komponen yang membentuk
‘penerima beban’. Makna tersebut tidak kata majemuk itu sendiri. Sebagai
bisa ditelusuri dari makna awal masing- misal, anak bangku, maknanya ‘bangku
masing komponennya, kambing yang kecil dan rendah’. Oleh sebab itu,
bermakna ‘binatang berkaki empat dan untuk benda ini dinamakan seperti itu,
bertanduk dan mengeluarkan suara artinya makna kata majemuk ini masih
embek’. Komponen lain berikutnya, bisa dikaitkan dengan makna masing-
hitam merupakan salah satu warna masing komponennya.
gelap. Makna masing-masing Pembagian atas kata majemuk
komponen tersebut tidak ada idiomatic dan semi idiomatic didasarkan
hubungannya dengan makna sebagai kepada pendapat Palmer (1981) yang
hasil gabungan leksem itu. Kata menjelaskan bahwa makna idiom dapat
majemuk tersebut termasuk ke dalam digolongkan atas dua jenis, yaitu makna
kata majemuk idiomatis. yang legap (opague) dan makna yang
Selain kata majemuk idiomatis lejas (transparent). Berdasarkan makna
(Kridalaksana, 1983) masih ada kata tersebut, Palmer membagi menjadi dua
majemuk lainnya, yaitu kata majemuk jenis, yaitu idiom sejati (true idioms)
semi-idiomatis dan tidak idiomatis. dan idiom sebagian (semi-idioms).
Kata majemuk semi idiomatic adalah Selain pada kata majemuk,
kata majemuk yang salah satu Kridalaksana (1989) menambahkan
komponennya mengandung makna khas bahwa konsep idiom dan semi idiom
yang ada dalam konstruksi itu saja. tersebut juga berlaku bagi satuan
Misalnya, ‘banting tulang’,salah satu grammatikal yang lain. Satuan
komponennya hanya ada pula yang grammatikal yang dimaksud adalah
tidak idiomatis. Maksudnya, dari frasa, klausa, dan kalimat.

METODE
Kajian terhadap idiom dalam teknik catat, rekam, dan teknik pancing.
bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Dalam tahap analisis data, penulis
Bungo dilakukan dengan tiga tahap, menggunakan pendekatan deskriptif
yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) kualitatif agar dapat menjelaskan
analisis data, dan (3) penyajian hasil bentuk-bentuk idiom yang digunakan
analisis data. oleh penutur bahasa Melayu Jambi
Dalam tahap pengumpulan data, dialek Melayu Bungo dan menjelaskan
metode yang digunakan adalah metode makna yang dihasilkan. Selain itu,
simak dan cakap. Metode simak dan penulis juga menggunakan satu metode
cakap digunakan karena keduanya analisis yang dikenal dengan metode
digunakan untuk mengumpulkan data padan yang dapat menghubung-
dengan menyimak penggunaan bahasa bandingkan unsur yang ada dalam
dan dengan percakapan yang dilakukan bahasa dan luar bahasa. Pada tahap
dengan informan. Ada beberapa teknik penyajian hasil analisis data, penulis
yang digunakan dalam pengumpulan menggunakan metode infrormal.
data, yaitu teknik bebas libat cakap,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini dijelaskan satu persatu penutur dialek Melayu Bungo, khususnya
idiom yang popular bagi masyarakat bagi masyarakat yang tinggal di tiga
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

daerah pengamatan, yaitu Senamat, Tanah Idiom di atas tersebut terbentuk dari
Sepenggal, dan Tanah Tumbuh Lama leksem makan yang bermakna ‘makan’
yang berada di kabupaten Bungo Propinsi dan leksem ‘ati’ yang bermakna ‘hati’.
Jambi. Apabila kedua leksem disatukan maka
Data 1. ambik ati akan menimbulkan makna idiomatis
Pandai dia ambik ati maknyo ‘menahan perasaan’ yang ditanggung oleh
(Pandai dia mengambil hati ibunya) seseorang dalam hidupnya.
“Pandai dia menyenangkan hati ibunya” Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Idiom di atas terbentuk dari leksem ambik berikut.
yang bermakna ‘mengambil’ dan leksem Makna harfiah
‘ati’ yang bermakna hati. Gabungan makan ‘makan’ KK
kedua leksem tersebut bukanlah ati ‘hati’ KB
mengambil hati secara harfiah akan tetapi makan ati menahan perasaan (idiom)
bermakna menyenangkan hati seseorang,
yaitu ibunya. Data 4. kereh ati
Secara jelas dapat diuraikan sebagai agak kereh ati anak tu nak merantau
berikut. (agak keras hati anak itu mau merantau)
Makna harfiah “agak kuat kemauan anak itu untuk merantau
ambik “ambil” KK Idiom di atas terbentuk dari leksem kereh
ati “hati” KB yang bermakna ‘keras’ dan leksem ‘ati’
ambik ati “menyenangkan” (idiom) yang bermakna hati. Apabila kedua
leksem disatukan maka secara harfiah
Data 2. gedang uta idiom tersebut bukanlah bermakna hati
Jangan pecayo nian dengan budak tu, gedang yang keras secara fisik akan tetapi
uta bae menggambarkan kondisi seseorang yang
(Jangan percaya betul dengan dia, dia suka memiliki kemauan kuat dalam hidupnya.
berbohong) Secara idiomatis, idiom kereh ati, yaitu
“Jangan percaya sekali dengan dia, dia suka satu sifat keras yang berasal
berbohong”
dari dalam diri seseorang untuk
Idiom di atas terbentuk dari leksem mendapatkan kemauannya.
gedang yang bermakna ‘besar’ dan Secara jelas dapat diuraikan sebagai
leksem ‘uta’ yang bermakna ‘cerita’. berikut.
Gabungan kedua leksem tersebut apabila Makna harfiah
digabungkan secara harfiah bukanlah kereh ‘keras’ KS
bermakna ‘cerita yang besar’ akan tetapi ati ‘hati’ KB
seseorang yang suka membuat atau kereh ati’ kuat kemauan (idiom).
mengarang cerita yang berlebihan. Selain
itu, biasa juga dikenal oleh masyarakat Data 5.gedang selero
sebagai tukang bohong atau pembual malu jugo bawak budak tu berlek, gedang
Secara jelas dapat diuraikan sebagai selero nian kalau makan
berikut. (malu juga membawa anak itu pergi ke
Makna harfiah perkawinan, besar selera kalau makan)
gedang ‘besar’ KS “malu juga membawa anak itu pergi ke
uta ‘bicara’ KK perkawinan, rakus kalau makan)
gedang uta pembohong (idiom) Idiom di atas terbentuk dari leksem
Data 3. makan ati gedang yang bermakna ‘besar’ dan selero
banyak makan ati maknyo ulah perangai yang bermakna ‘selera’. Apabila kedua
anak surang leksem tersebut disatukan maka secara
(banyak menahan perasaan ibunya karena idiomatis akan bermakna seseorang yang
perangai anaknya sendiri) memiliki sifat rakus terhadap makanan.
“banyak menahan perasaan ibunya karena
perangai anaknya sendiri”
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

Secara jelas dapat diuraikan sebagai Penggunaan idiom di atas terbentuk dari
berikut. leksem gedang yang bermakna ‘besar’
Makna harfiah dan ati yang bermakna “hati’. Adapun
gedang “besar” KS secara harfiah, ‘gedang ati; disini
selero “selera” KB bukanlah mengacu kepada ukuran hati
gedang selero “besar selero” (idiom) yang besar akan tetapi mengacu kepada
seseorang yang sedang diselimuti
Data 6. gedang kepalak perasaaan gembira yang tidak jelas asal-
lah meraso gedang kepalak budak tu sejak
usulnya sehingga terlihat gembira saja.
jadi datuk rio (lah merasa besar kepala anak
itu sejak menjadi datuk di kampungnya)
Secara jelas dapat diuraikan sebagai
“lah merasa hebat pula anak muda itu berikut.
semenjak pemimpin di kampungnya” Makna harfiah
Idiom di atas terbentuk dari leksem gedang “besar” KS
ati “hati” KB
gedang yang bermakna ‘besar’ dan
gedang ati “senang hati tak karuan”
kepalak yang bermakna ‘kepala’. Apabila (idiom)
kedua leksem tersebut disatukan maka
bukan menjelaskan ukuran kepalayang Data 9. kecik ati
besar secara harfiah akan tetapi Semenjak bapaknyo meninggal lah agak
menujukkan sifat merasa hebat seseorang. mudah kecik ati kalau becakap
Secara jelas dapat diuraikan sebagai (semenjak bapabknya meninggal sudah
berikut. mulai mudah mengiba kalau berbicara)
Makna harfiah Semenjak bapaknya meninggal dunia, dia
gedang “besar” KS mudah mengiba kalau berbicara
kepalak “kepala” KB Ungkapan idiom tersebut terbentuk atas
gedang kepalak “besar kepala” (idiom) dua leksem kecik yang bermakna ‘kecil’
dan ati yang bermakna ‘hati’. Secara
Data 7. berat buntut harfiah, idiom kecik ati bukanlah
jadi anak betino jangan berat buntut bermakna ukuran hati yang kecil akan
(jadi anak perempuan jangan berat buntut) tetapi sebuah bentuk perasaan yang
“jadi anak perempuan jangan pemalas” mudah iba.
Idiom di atas terbentuk dari leksem berat Secara jelas dapat diuraikan sebagai
yang bermakna ‘berat’ dan buntut yang berikut.
bermakna ‘pantat’. Adapun gabungan Makna harfiah
kedua leksem tersebut secara harfiah kecik ‘kecil’ KS
bukanlah ‘ berat pantat’ yang sebenarnya ati ‘hati’ KB
akan tetapi sebuah ungkapan idiomatos kecik ati ‘iba’ (idiom)
yang dilekatkan pada sifat seseorang yang
tidak suka bekerja atau melakukan sesuatu Data 10. padek ngota
yang baik dalam kesehariannya. disuruh bagawe dak mbuh, padek ngota bae
Secara jelas dapat diuraikan sebagai (disuruh bekerja tidak mau, hanya pintar
berikut. bicara saja)
Makna harfiah ketika diminta bekerja tidak mau, hanya
berat “berat” KS pintar berbicara saja
buntut ‘bokong’ KB Idiom padek ngota terbentuk dari leksem
berat buntut “pemalas” (idiom) padek yang bermakna “pandai” dan ngota
yang bermakna “bicara’. Dalam
Data 8. gedang ati masyarakat Melayu Bungo, idiom tersebut
dari petang ditengok anak tu gedang ati bae dilekatkan kepada seseorang yang
(dari kemaren dilihat anak itu besar hati saja) memiliki sifat hanya pandai bercerita atau
“dari kemaren diperhatikan anak itu merasa biasa dikenal dengan hanya berteori.
gembira saja’
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

Secara jelas dapat diuraikan sebagai (agak aneh perangai anak itu, gila air
berikut. mungkin)
Makna harfiah Agak aneh perangai anak itu sekarang,
padek “pintar” KS sepertinya kurang waras
ngota “bicara” KK Idiom gilo air terbentuk dari leksem gilo
padek ngota “pintar bicara” (idiom) yang bermakna “gila” dan air yang
bermakna “air”. Meskipun demikian,
Data 11. telangkah kanan makna idiom tersebut bukanlah melihat
pas nian kami sedang makan kawan tibo, gila air dalam artian sebenarnya, yaitu
telangkah kanan teruih kawan yo melihat air dalam keadaan tidak waras
(pas betul kami sedang makan kamu datang. akan tetapi sebuah ungkapan yang
Terlangkah kaki kanan terus kamu ya) menunjukkan sikap kurang waras dari
ketika kami sedang makan kamu datang. seseorang.
Nasib baik terus kamu ini Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Idiom telangkah kanan tersebut terbentuk berikut.
dari leksem langkah yang bermakna Makna harfiah
langkah dan kanan yang bermakna kanan. gilo “gila” KS
Apabila dua leksem tersebut disatukan air “air” KB
secara harfiah akan bermakna melangkah gilo air “kurang waras” (idiom)
kanan akan tetapi secara idiomatis akan
menjadi sebuah ungkapan yang dimaknai Data 14. lapar mato
dengan nasib baik dalam sebuah budak tu lah nampak lapar mato gi kecik
kesempatan. (anak itu lah Nampak rakusnya dari kecil)
Secara jelas dapat diuraikan sebagai anak itu sudah terlihat rakusnya semenjak
berikut. kecil
Makna harfiah Idiom lapar mato terbentuk dari dua
terlangkah “langkah” KK leksem, yaitu lapar yang bermakna
kanan “kanan” KB “lapar” dan mato yang bermakna ‘mata’.
terlangkah kanan “nasib baik” (idiom) Ungkapan idiom tersebut bukan
dimaknai lapar mata sebenarnya akan
Data 12. teba telingo tetapi ungkapan yang menunjukkan sifat
apopun kato urang dio tidak peduli, teba besar selera seseorang terhadap
telingo dio nampaknyo makanan. Dengan kata lain, lapar mato
(apapun kata orang dia tidak peduli, tebal biasa juga dipahami dengan terbit selera
telinga dia nampaknya) ketika disuguhi makanan enak.
Apapun kata orang dia tidak peduli, dia
sepertinya tetap cuek
Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Idiom teba telingo tersebut terbentuk dari berikut.
dua leksem, yaitu teba yang bermakna Makna harfiah
lapar “lapar” KS
‘tebal’ dan telingo yang bermakna mato “mata” KB
‘telinga’.Penggunaan idiom tersebut di lapar mato “rakus” (idiom)
atas dapat dipahami sebagai keadaan
seseorang yang tidak peduli dengan apa Data 15. putih mato
yang dibicarakan oleh orang lain. lah putih mato maknyo menunggu anak laki-
Secara jelas dapat diuraikan sebagai lakinya balik dari rantau
berikut. (lah putih mata ibunya menunggu anak laki-
Makna harfiah lakinya balik dari rantau)
Makna harfiah
teba “tebal” KS Lah putus asa ibunya menunggu anak laki-
telingo “telinga” KB lakinya pulang dari rantau
teba telingo “masa bodoh” (idiom) Ungkapan putih mato ini terbentuk dari
Data 13. gilo air leksem putih yang bermakna sama
agak aneh perangai anak tu, gilo air mungkin dengan “putih” dalam bahasa Indonesia
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

dan mato yang bermakna “mata”.. masyarakat penutur bahasa Melayu Jambi
Meskipun demikian putih mato tersebut dialek Melayu Bungo, ungkapan idiom
bukanlah bermakna putih mata yang mati pajak tersebut biasa dimaknai
sebenarnya secara fisik akan tetapi dengan keadaan seseorang yang sudah
bermakna perasaan seseorang yang telah memiliki pasangan suami atau istri.
kehilangan harapan terhadap Secara jelas dapat diuraikan sebagai
keinginannya bertemu dengan anaknya. berikut.
Secara jelas dapat diuraikan sebagai Makna harfiah
berikut. mati ‘mati’ KS
Makna harfiah pajak ‘pajak’ KB
putih “putih” KS mati pajak ‘mati pajak’ (idiom)
mato “mata” KB
putih mato “putus asa” (idiom) Data 18. mati kutu
lah mati kutu anak tu bedebat dengan gurunyo
Data 16. jatuh tapai di sekolah
urang kayo di dusun kami kini lah jatuh tapai (mati kutu anak itu bedebat dengan gurunya
nian di sekolah)
(orang kaya di dusun kami kini telah jatuh tidak bisa berkata apa-apa lagi anak itu
tapai) setelah berdebat dengan gurunya di sekolah
orang kaya di dusun kami kini telah benar- Idiom mati kutu ini terbentuk dari dua
benar bangkrut leksem, yaitu leksem mati dan leksem
Idiom jatuh tapai di atas secara kutu. Leksem ‘mati secara harfiah dapat
morfologis terbentuk dari leksem jatuh dimaknai ‘tidak bernyawa’ sedangkan
dan leksem tapai. Leksem jatuh bermakna leksem ‘kutu’ sejenis binatang yang biasa
‘jatuh; dan leksem tapai bermakna ‘tapai’ hidup di tubuh binatang lainnya. Apabila
. Secara harfiah ‘jatuh’ biasa dipahami kedua leksem tersebut digabung menjadi
sebagai keadaan seseorang ‘turun ke satu maka akan memunculkan makna
bawah’ dan tapai ‘sejenis makanan yang baru, yaitu “tidak bisa berbuat apa-apa”.
terbuat dari ubi kayu’. Dalam konteks Dengan kata lain, idiom ini juga biasa
kalimat di atas, idiom jatuh tapai biasa dimaknai dengan ‘tidak berkutik’ atau
dipahami keadaan seseorang yang secara ‘tidak berdaya’
ekonomi mengalami penurunan atau biasa Secara jelas dapat diuraikan sebagai
dikenal dengan “bangkrut” dari keadaan berikut.
yang sebelumnya. .Makna harfiah
Secara jelas dapat diuraikan sebagai mati ‘mati’ KS
berikut. kutu ‘kutu’ KB
Makna harfiah mati kutu ‘mati kutu’ (idiom)
jatuh “jatuh” KK
tapai “tapai” KB Data 19. ringan tangan
jatuh tapai “bangkrut” (idiom) Ali lah lamo disebut sebagai anak yang
ringan tangan di dusun ko
Data 17. mati pajak (Ali sudah lama dikenal sebagai anak yang
jangan nak nyagil anak gedih urang gih, lah suka menolong di dusun ini)
mati pajak kawan Ali sudah lama dikenal sebagai anak yang
(jangan ganggu anak gadis orang lagi, lah suka menolong di desa ini
tidak laku lagi kamu) Idiom ‘ringan tangan’ terbentuk atas dua
Jangan ganggu anak gadis orang lagi, kamu leksem ‘ringan’ yang bermakna ‘ringan’
sudah tidak laku lagi dan ‘tangan’ yang bermakna ‘tangan’.
Idiom mati pajak terbentuk dari dua Apabila kedua leksem tersebut disatukan
leksem, yaitu mati dan pajak. Apabila maka akan menghasilkan makna baru,
digabung maka akan terbentuk satu kata, yaitu sifat seseorang yang suka menolong.
yaitu ‘habis’ (masa berlaku). Dalam
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

Secara jelas dapat diuraikan sebagai perangai cigak ‘tingkah laku’ (idiom)
berikut.
Makna harfiah Data 22. tidur ayam
ringan ‘ringan’ KS kalau lah sudah makan lemak rasonyo tidur
tangan ‘tangan’ KB ayam kerno kekenyangan
ringan tangan ‘suka menolong’ (idiom) (kalau lah sudah makan enak rasanya tidur
ayam kerno kekenyangan)
Data 20. cepek tangan Kalau sudah makan rasanya menyenangkan
budak tu tedenga nian cepek tangan selamo tidur-tiduran karena kekenyangan
ko Idiom ‘tidur ayam’ terbentuk dari dua
(anak itu terdengar cepat tangan selama ini leksem ‘tidur’ yang bermakna ‘tidur’ dan
anak itu terkenal suka mengambil hak orang ‘ayam’ yang bermakna ‘ayam’ Meskipun
selama ini demikian, secara harfiah bukan
Idiom ‘cepek tangan’ secara morfologis dimaksudkan untuk menjelaskan seekor
terbentuk atas dua leksem ‘cepek’ yang ayam yang sedang tidur akan tetapi untuk
berarti ‘cepat’ dan ‘tangan’ yang menggambarkan kondisi seseorang yang
bermakna ‘tangan’ . Idiom ‘cepek tangan’ suka tidur-tiduran apalagi setiap selesai
merupakan idiom yang sangat bertolak makan.
belakang secara makna dengan idiom Secara jelas dapat diuraikan sebagai
‘ringan tangan’ berikut.
Secara jelas dapat diuraikan sebagai Makna harfiah
berikut. tidur ‘tidur’ KK
Makna harfiah ayam ‘ayam’ KB
cepek ‘cepat’ tidur ayam ‘tidur-tiduran (idiom)
KS Data 23. palemak makan
tangan ‘tangan’ kalau lah makan dak pake palemak makan
KB dak enak hidup rasonyo
cepek tangan ‘suka mengambil hak orang’ (kalau tidak merokok sudah makan tidak enak
(idiom) rasanya)
Kalau tidak merokok sudah makan tidak enak
Data 21. perangai cigak rasanya
bentuk wongko lah samo dengan perangai Idiom palemak makan tersebut di atas
cigak popular di tengah masyarakat penutur
(bentuk kamu ini sudah sama seperti tingkah bahasa Melayu Jambi dialek Melayu
laku monyet) Bungo karena telah menjadi bagian dari
tingkah laku kamu sudah sama seperti monyet budaya masyarakat, khususnya kaum
lelaki. Idiom tersebut terbentuk dari
Ungkapan idiom perangai cigak di aatas leksem ‘pelemak’ yang bermakna
terbentuk atas dua leksem, yaitu perangai ‘pembuat enak’ dan ‘makan’ yang
yang bermakna ‘tingkah laku’ dan cigak bermakna ‘makan’ Meskipun demikian,
yang bermakna ‘monyet’ . Apabila kedua ‘pelemak makan’ biasanya dikenal
leksem tersebut disatukan maka akan sebagai bentuk aktivitas yang dilakukan,
menjadi satu ungkapan yang biasa khususnya setelah makan, yaitu merokok.
digunakan apabila seseorang telah merasa Secara jelas dapat diuraikan sebagai
sangat kesal dengan tingkah laku berikut.
seseorang yang dianggap di luar batas Makna harfiah
sabar seseorang yang menghadapinya. pelemak ‘pembuat enak’ KK
Secara jelas dapat diuraikan sebagai makan ‘makan’ KK
berikut. pelemak makan ‘merokok’ ( idiom)
Maknah harfiah
perangai ‘tingkah laku’ KS
cigak ‘monyet’ KB
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

Data 24. langkah serentak dan ‘ati’ yang secara harfiah bermakna
Bungo dikenal dengan bumi langkah ‘hati’. Apabila dijadikan satu maka dapat
serentak limbai seayun selamoko menjadi satu makna baru, yaitu, iri
(Bungo dikenal dengan motto langkah sebagai bentuk penyakit hati seseorang.
serentak limbah seayun selama ini) Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Bungo dikenal dengan moto langkah serentak
berikut.
limbai seayun selama ini
Makna harfiah.
busuk ‘busuk’ KS
Idiom langkah serentak dikenal sebagai ati ‘hati’ KB
motto daerah Bungo yang secara makna busuk ati ‘iri ’(idiom)
dipahami sebagai sebuah bentuk
persatuan yang diikat dalam semangat Data 27. sempit dado
kebersamaan dalam masyarakat. makin padek sempit dado bapak tuo tu kini
Secara jelas dapat diuraikan sebagai (semakin sempit dada bapak tua itu sekarang)
berikut. semakin menjadi pemarahnya bapak tua itu
Makna harfiah sekarang
langkah ‘langkah’ KK Idiom ‘sempit dado’ terbentuk atas dua
serentak ‘serentak’ KS leksem, yaitu ‘sempit’ yang secara harfiah
langkah serentak ‘bersamaan’ (idiom) tidak lapang dan ‘dado’ yang secara
harfiah ‘dada’ yang apabila digabung
Data 25. jatuh ati menjadi sebuah makna baru ‘ pemarah’.
anak gedih kini mudah nian jatuh ati ke Secara jelas dapat diuraikan sebagai
budak jantan berikut.
(anak gadis kini mudah suka ke anak laki- Makna harfiah
laki) sempit ‘sempit’ KS
Anak gadis zaman sekarang mudah suka ke dado ‘dada’ KB
anak laki-laki sempit dado ‘pemarah’ (idiom)
Ungkapan ‘jatuh ati’ di atas terbentuk dari
leksem ‘jatuh’ dan leksem ‘ati’. Secara Data 28. tebal muko
harfiah, leksem jatuh bermakna ‘jatuh’ banyak urang kini yang tebal muko nengok
dan leksem ati bermakna ‘hati’. Jika pakaian anak gedihnyo
kedua leksem tersebut disatukan maka (banyak orang sekarang yang tebal muka
makna secara harfiah adalah hati yang melihat pakaian anak gadisnya)
disatukan. Namun dalam pengertian ini, banyak orang sekarang yang sudah tidak tahu
seperti yang dikemukan pada contoh malu melihat pakaian anak gadisnya
kalimat di atas tidaklah bermakna Idiom ‘tebal muko’ terbentuk dari dua
demikian tetapi makna yang dimaksudkan leksem yaitu, ‘tebal’ yang secara harfiah
adalah tertarik atau suka lain jenis. bermakna ‘tebal’ dan ‘muko’ yang secara
Secara jelas dapat diuraikan sebagai harfiah bermakna ‘muka/ wajah.
berikut. Meskipun demikian, ‘tebal muko apabila
Makna harfiah disatukan bukanlah berarti ‘tebal
jatuh ‘jatuh’ KK muka/wajah ‘ sebenarnya tetapi akan
ati ‘hati’ KB menjadi ungkapan yang bermakna ‘tidak
jatuh ati ‘hati yang tertarik’ (idiom) tahu malu’
Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Data 26. busuk ati berikut.
jadi anak jangan suko busuk ati ke urang Makna harfiah
(jadi anak jangan suko busuk ati ke orang) tebal ‘tebal’ (KS)
jadi anak jangan suka iri dengan orang lain muko ‘muka’ (KB)
Secara morfologis, idiom ‘busuk ati’ tebal muko ‘tidak tahu malu’ (idiom)
terbentuk dari dua leksem, yaitu ‘busuk’
yang secara harfiah bermakna ‘busuk’
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

Data 29. mano togak makna baru, yaitu sifat licik atau curang
makin dicelik budak tu makin dak jeleh seseorang.terhadap orang lain.
perangainyo. Mano togak be idupnyo Secara jelas dapat diuraikan sebagai
(semakin dilihat anak itu semaki tidak jelas berikut.
tingkah lakunya. Tidak beretika hidupnya) Makna harfiah
semakin dilihat anak itu semakin tidak jelas ceredik ‘cerdik’ KS
tingkah lakunya. Tidak beretika hidupnya buruk ‘buruk’ KS
Idiom ‘mano togak’ terbentuk dari dua ceredik buruk ‘licik’ (idiom)
leksem ‘mano’ yang bermakna ‘mana’
dan togak a ‘tidak jelas tingkahnya’. Data 32. sesak akal
Apabila dua leksem tersebut disatukan badan bae digedangkan, sesak akal gok
maka akan memunculkan makna baru (badan saja yang dibesarkan, tetap bodoh
‘tidak beretika’ khususnya dalam juga)
pergaulan di tengah masyarakat. badan saja yang besar tetap bodoh juga
Secara jelas dapat diuraikan sebagai Idiom ‘sesak akal’ terbentuk dari dua
berikut. leksem, ‘sesak’ yang secara harfiah
Makna harfiah bermakna ‘sesak’ dan ‘akal’ yang secara
mano ‘mana’ KK harfiah bermakna ‘akal’. Apabila
togak ‘tegak’ KS digabung keduanya akan menimbulkan
mano togak ‘tidak beretika (idiom) satu makna baru, yaitu ‘bodoh’.
Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Data 30. idup penyegan berikut.
kawan gi mudo, jangan idup penyegan Makna harfiah
(kamu lagi muda jangan pemalas dalam sesak ‘sesak’ (KS)
hidup) akal ‘akal’ (KB)
kamu masih muda jangan pemalas dalam sesak akal ‘bodoh’ (idiom)
hidup
Ungkapan idiom ‘idup penyegan’ Data 33. pening mentah
terbentuk dari dua leksem ‘idup’ jangan suko main paneh beujan bisa pening
bermakna ‘hidup’ dan ‘penyegan’ yang mentah kagit
bermakna ‘sungkan/enggan. Apabila (jangan suka main panas berhujan bisa
kedua leksem tersebut disatukan maka demam nanti)
akan menimbulkan makna baru, yaitu jangan suka bermain panas ketika hujan bisa
pemalas. demam nanti
Secara jelas dapat uraikan sebagai berikut. Idiom ‘pening mentah’ di atas terbentuk
Makna harfiah dari dua leksem, yaitu ‘pening’ bermakna
idup ‘hidup’ KB ‘pusing’ dan ‘mentah’ yang bermakna
penyegan ‘sungkan/enggan KS ‘mentah’. Kedua leksem tersebut apabila
idup penyegan ‘pemalas’ (idiom) disatukan akan menghasilkan makna
tunggal baru, yaitu ‘demam’ atau sakit
Data 31. ceredik buruk panas.
anak itu memang ceredik buruk Secara jelas dapat diuraikan sebagai
(anak itu memang ceredik buruk) berikut.
anak itu benar-benar licik Makna harfiah
Idiom ceredik buruk terbentuk atas dua pening ‘pusing’ (KS)
leksem, yaitu ‘ceredik’ yang secara mentah ‘mentah’ (KS)
harfiah bermakna cerdik dan ‘buruak’ pening mentah ‘demam’ (idiom)
yang secara harfiah bermakna Data 34. nindih tikar
‘buruk’.Apabila kedua leksem tersebut padek lengket anak kawan dengan bibinyo ,
disatukan maka akan menghasilkan tindih tikar be lah yo
(dekat sekali anak kamu dengan tantenya,
ganti tikar sajalah ya)
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

dekat sekali anak kamu dengan tantenya, Data 35. bungkuk aka
nikahi sajalah dia ya jangan suko bungkuk aka ke kawan dewek
Kedua leksem di atas apabila digabung jangan suka merugikan teman sendiri
tidak akan menghasilkan makna secara jangan suka merugikan teman sendiri
harfiah ‘menggantikan tikar’ dengan yang Idiom ‘bungkuk aka’ secara morfologi
baru. Gabungan leksem ini membentuk terbentuk atas dua leksem, yaitu
makna yang baru, yaitu ‘kawin dengan ‘bungkuk’ yang bermakna ‘bungkuk’ dan
saudara istri yang sudah meninggal’. ‘aka’ yang bermakna ‘akal’. Secara
Secara jelas dapat diuraikan sebagai harfiah idiom tersebut bukan dimaknai
berikut. akal yang bungkuk sebenarnya akan tetapi
Makna harfiah dimaknai dengan sifat buruk seseorang
Tindih ‘ganti’ KK yang suka merugikan teman sendiri.
Tikar ‘ tikar’ KB Secara jelas dapat diuraikan sebagai
Tindih tikar kawin dengan saudara istri yang berikut.
meninggal (idiom) Makna harfiah
bungkuk ‘bongkok’ (KS)
aka ‘akal’ (KB)
bungkuk aka ‘merugikan teman’
(idiom).

SIMPULAN
Kajian bahasa tentang penggunaan berkomunikasi penutur bahasa Melayu
idiom yang digunakan oleh penutur Jambi dialek Melayu Bungo.
bahasa Melayu Jambi dialek Melayu Penulis menyadari bahwa hasil
Bungo menunjukkan bentuk-bentuk penelitian ini sepenuhnya belum
idiom yang berupa perpaduan leksem sempurna karena masih banyak
berkategori kata sifat, kata benda, dan kekurangan di dalamnya.. Oleh sebab
kata kerja. Dalam kategori kata tersebut, itu, pengkoreksian yang konstruktif dan
penulis menemukan kategori kata sifat berkelanjutan demi penyempurnaan
sebanyak 28 kata, kata benda 27 kata, penelitian ini sangatlah penulis
dan kata kerja 17 kata. Kategori kata harapkan. Selain itu, penelitian terkait
sifat yang banyak digunakan dalam kata idiom bahasa Melayu Jambi dialek
idiom tersebut menunjukkan keadaan Melayu Bungo kiranya perlu untuk
dan sifat-sifat dari apa yang dijadikan terus dilakukan dengan mengkaji aspek
topik pembicaraan dalam proses linguistik yang lebih luas

DAFTAR PUSTAKA

Adelaar, A..2004 Where does Malay Jakarta: Yayasan Pustaka Obor


Come From? Twenty Years of Indonesia.
Discussion about Homeland, Migration,
and Classification dalam Bijdragen tot Harahap, Darwis. 1992. Sejarah
de Taal-Land-en Folkenkunde Journals Pertumbuhan Bahasa Melayu.
160 edisi 1 tahun 2004. Malaysia: Universiti Sains Malaysia.

Alwasilah, A. Chaer. 1993. Linguistik Kridalaksana, Harimurti. 1983.


Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem
dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Collins, James T. 2005. Bahasa Melayu, Kanisius
Bahasa Dunia: Sejarah Singkat.
http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/Krinok/index

1989. Pembentukan Husin, Nurzuir, Zailoet,M.Atar Semi,


Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Isma Nasrul Karim, Desmawati
Gramedia Rajab, Djurip. 1985. Struktur
Bahasa Melayu Jambi. Jakarta:
2011. Kamus Pusat Pembinaan dan
linguistik. Jakarta: Gramedia. Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan
Bahasa. Jakarta: Raja
Grafindo. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa:
Muhajir. 1980. “Beberapa Ciri Kata Pengantar Penelitian Wahana
Majemuk” dalam Kata Kebudayaan secara Linguistik.
Majemuk: Beberapa Yogyakarta: Duta Wacana
Sumbangan Pikiran. Jakarta: University Press.
Fakultas Sastra Universitas
Indonesia Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep
Kedataan Lingual dalam
Nadra dan Reniwati. 2009. Lingustik. Yogyakarta: Duta
Dialektologi: Teori dan Wacana University Press.
Metode. Yogyakarta: Elmatera
Publishing. Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar
2012. Idiom Bahasa Indonesia. Jakarta:
Bahasa Minangkabau (Seri Gramedia
Kata). Yuma Presindo.
Wray, Allison. 1998. Project in
Palmer, F.n R. 1981. Semantics Linguistics: A Practical Guide
.Cambridge: Cambridge to Researching Language.
University Press. Great Britian: Arnold.

Anda mungkin juga menyukai