Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Santi Pertiwi, S.IP.,M.Pd.
TAHUN 2021/2022
Disusun Oleh;
Syafa Rachma Dhani
Habib Imam Santoso
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam proses
penyusunan tugas ini kami menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan materil dari
berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu,
melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada
tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca lain pada umumnya.
2|Page
DAFTAR ISI
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa asli bangsa kita yang sudah dipakai sejak
jaman nenek moyang kita. Namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau
aturan-aturan yang benar. Salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri
yang tidak sesuai dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia
dan bisa diterapkan dengan baik sehingga identitas kita sebagai warga negara Indonesia
tidak akan hilang. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi di pakai dalam berbagai
keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda di sesuaikan dengan situasi
dan kondisi keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan
ragam bahasa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
https://murliati.wordpress.com/2017/06/11/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa-indonesia/
4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Ragam Bahasa
Ragam bahasa (bahasa Inggris: linguistic style) adalah bentuk bahasa yang
bervariasi menurut konteks pemakaian (topik yang dibicarakan, hubungan antarpembicara,
medium pembicaraan). Ragam bahasa tidak berfungsi sebagai atribut tetap seorang
pembicara – bahasawan yang kompeten biasanya menguasai berbagai-bagai jenis ragam
bahasa dan mampu menyesuaikan ragam yang dipakai dengan situasi dan tujuan berbahasa.
Dalam pengertian ini, ragam bahasa berkontras dengan dialek, yaitu varian dari sebuah
bahasa yang berbeda-beda menurut kelompok pemakai atau wilayah penuturan.
Dalam literatur linguistik, istilah ragam bahasa dan laras bahasa tidak dibedakan
secara konsisten. Sebagaimana dimaknai oleh KBBI, kedua istilah tersebut merupakan
sinonim. Istilah ragam bahasa sering dibedakan dengan varietas bahasa, yaitu bentuk
bahasa yang diperbedakan tanpa menitikberatkan secara khusus pada karakter variasinya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut.
1. Ragam bahasa menurut Bachman (1999)
Ragam bahasa adalah variasi bahasa me nurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
5|Page
3. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968)
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d54a798dd7ad3011f11487712ec9
573f.pdf
6|Page
B. yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul
kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu
berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang Perbedaan
Ragam Bahasa Lisan dan Tulis Serta Ragam Bahasa Ilmiah Ditinjau dari media atau
sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
1. Ragam bahasa lisan
2. Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai
kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.
Ragam bahasa tulis unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal,
dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu
aspek tata bahasa dan kosa kata dalam tidak identik benar, meskipun ada pula
kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing
memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan
karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna
gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan
dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa
yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri
kebakuan yang berbeda.
7|Page
Ciri-ciri Ragam Lisan:
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’
2. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat
yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah
ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di
dalam struktur kalimat.
Contoh Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis ( Berdasarkan
Tata Bahasa dan Kosa Kata ) :
a) Tata Bahasa (Bentuk Kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
1. Ragam bahasa lisan:
Nia sedang baca surat kabar
Ari mau nulis surat
Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
Mereka tinggal di Menteng.
Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
Saya akan tanyakan soal itu
8|Page
2. Ragam bahasa tulis:
Nia sedangmembaca surat kabar
Ari mau menulis surat
Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Mereka bertempat tinggal di Menteng
Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
Akan saya tanyakan soal itu.
b) Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
1. Ragam Lisan
Ariani bilang kalau kita harus belajar
Kita harus bikin karya tulis
Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
2. Ragam Tulis
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
Kita harus membuat karya tulis.
Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
9|Page
Berikut Ciri - Ciri Ragam Bahasa Ilmiah :
1. CENDEKIA
seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterimaa
secara tepat oleh pembaca.
2. LUGAS
Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-phaman dan
kesalahan menafsirkan isi kalimat dapat dihindarkan.
3. JELAS
Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahsa yang jelas
dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.
4. FORMAL
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal (resmi).
Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata,
bentukan kata, dan kalimat.
5. OBYEKTIF
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai
pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
6. KONSISTEN
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai kaidah maka
untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
7. BERTOLAK DARI GAGASAN
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang
lebih cocok adalah klaimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai
pelaku perlu dihindari.
8. RINGKAS dan PADAT
Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan
unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai
dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah
terpenuhi.//////////////////
http://fiaadventy.blogspot.com/2014/10/berbagai-laras-bahasa-dan-contohnya.html
10 | P a g e
C. Definisi Laras Bahasa dan Jenisnya Beserta Contohnya
11 | P a g e
Jenis Laras Bahasa
Jenis laras bahasa antara lain sebagai berikut :
Contoh :
12 | P a g e
Secara umum istilah medis terdiri dari 4 bagian :
1. Kata induk
2. Awalan
3. Akhiran
4. Penghubung antar bagian
Suatu istilah bisa terdiri dari kata induk saja, atau ditambah 1, 2 atau 3 bagian lain.
Kita ambil satu contoh sederhana: Perikarditis “Peri” adalah awalan yang berarti
sesuatu yang di tepi atau melingkupi “kard” artinya jantung “Itis” adalah akhiran
yang berarti “peradangan” Jadi Pericarditis artinya peradangan pada jaringan yang
melingkupi jantung.
Tentu mudah memahami kalau ada istilah: Bradikardi, “bradi” artinya “lambat”
sehingga “bradikardi” berarti denyut jantungnya melambat. Takhikardi, “takhi”
artinya “cepat” sehingga “takhikardi” berarti denyut jantungnya bertambah cepat.
Contoh lain yang menggunakan 2 kata induk: Ureterolithiasis.
“Ureter” adalah saluran dari ginjal menuju kandung kemih. Dalam bahasa
Indonesia juga disebut ureter. Fonem “o” untuk menghubungkan dengan kata
berikutnya. “Lith” artinya batu, sedang akhiran “osis atau asis” artinya proses.
Jadi “Ureterolithiasis” adalah terbentuknya batu pada saluran kemih antara ginjal
dan kandung kemih.
Contoh lain yang lebih kompleks: Histerosalfingografi. Histero artinya “uterus”
atau “rahim” Salfing adalah nama lain dari tuba fallopii artinya “saluran telur”
Grafi adalah “gambar/foto”. Fonem “o” adalah kata penghubung antar masing-
masing kata induk tersebut. Jadi Histerosalfingografi berarti: gambar dari rahim
dan saluran telur yang diperoleh dengan foto rontgen. (Kata “histeris” itu diduga
juga berakar dari kata “histero” yang berarti rahim ini. Ada yang menyebut karena
ketika berkontraksi rahim menjadi begitu keras dan kaku. Ada yang menyebut dari
ekspresi wanita ketika rahimnya berkontraksi dan mengejan kuat-kuat). Kalau kita
tengok penulisannya dalam bahasa Inggris, maka proses adopsi ini mudah diikuti.
Perikarditis: Pericarditis
Ureterolithiasis: Ureterolithiasis
Histerosalfingografi: Hysterosalphingography
13 | P a g e
3. Laras Bahasa Umum
Mudah difahami
Contoh: Sarah p pasar raya untuk beli barang-barang dapur
Menggugurkan penggunaan kata sendi nama
Contoh: Adik jatuh gaung = adik jatuh ke dalam gaung
Menggunakan laras bahasa umum
Contoh: lain kali buatlah lagi (bahasa terbalik)
biarkan aku sendiri (bahasa merajuk)
Menggunakan ayat pendek dan ringkas
Contoh: Saya pergi ke pasar.
Contoh:
TEMPO.CO, Jakarta – Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Lana
Soelistianingsih mengatakan, tantangan terbesar Indonesia dalam investasi adalah kurangnya
minat dan pengetahuan dari rakyat, inilah mengapa pemerintah harus menyediakan pendidikan
intensif.
14 | P a g e
“Pendidikan itu penting sebagai pengetahuan tentang pasar sehingga penyebaran
investor lokal dan asing lebih sama,” kata Lana, Selasa. Bahkan pemerataan investor lokal
dan asing akan melindungi Indonesia dari tekanan asing.
Saat ini, investor asing memiliki persentase lebih besar dalam investasi saham dengan 51
persen dan obligasi pemerintah dengan 35,8 persen, ini membuat Indonesia terlalu
bergantung pada investasi asing.
Ada dua hal yang menyebabkan kurangnya masyarakat minat untuk investasi.
Pertama, pendapatan per kapita yang kecil. Meskipun biaya investasi saat ini murah,
pendapatan per kapita Rp3 juta per bulan dianggap kurang. “Orang-orang masih mikir-
mikir dalam menabung, apalagi investasi,” kata Lana.
Kedua, kurangnya masyarakat kesadaran akan pentingnya investasi. Untuk
mengatasi hal ini, pemerintah harus mulai memperkenalkan investasi di sekolah.
“[Pengantar investasi harus] mulai dari SMP,” tambah Lana.
Indonesia menghadapi lima tantangan dalam investasi fisik : korupsi, birokrasi
yang tidak efisien, kurangnya infrastruktur yang memadai, tumpang tindih antara kebijakan
pemerintah pusat dengan daerah dan mahalnya biaya pinjaman.
Dalam jangka pendek, pemerintah dapat meningkatkan infrastruktur dan
meniadakan tumpang tindih antara pemerintah pusat dan daerah. “Untuk tiga lainnya
[tantangan], rencana jangka panjang diperlukan dalam rangka meningkatkan itu,” kata
Lana
15 | P a g e
8. Laras Bahasa Klasik
Laras Klasik mempunyai ciri-ciri seperti teks asal ditulis dalam tulisan Jawi, tidak
menggunakan tanda bacaan dan tidak menggunakan perenggan.
Banyak menggunakan struktur ayat pasif, terdapat penggunaan kata praklausa atau kata
pembuka ayat yang tidak digunakan lagi dalam bahasa moden seperti arakian, hatta,
kalakian, empunya dan persetua.
Laras Klasik juga mengandungi kosa kata bahasa istana seperti beta, patik, bersemayam.
Tidak terdapat imbuhan asing untuk pembinaan istilah sains dan teknikal seperti dalam
bahasa Melayu moden, iaitu eka, dwi, mono, bi dan pra.
Contoh Laras Klasik seperti; Hatta berapa antaranya maka rangga dan Raden Aria pun
datanglah dari benua Keling itu. Maka dipersembahkan oranglah kepada Seri Betara
mengatakan Raden Aria dan Rangga sudah datang. Petikan: Kassim Ahmad (1971)
Hikayat Hang Tuah,hlm 106.
16 | P a g e
11. Laras Bahasa Iklan
Fungsi utama laras ini untuk memperkenalkan dan menjual barangan atau perkhidmatan
yang diiklankan.
Laras Bahasa Iklan mempunyai ciri-ciri seperti; terdapat penggunaan unsur grafik dan
ilustrasi yang sangat ketara pada iklan yang bercetak, terdapat penggunaan gambar
bergerak dan musik dengan jelas pada laras iklan pandang-dengar yaitu dalam film dan
televisi, struktur ayatnya pendek dan banyak menggunakan ayat tunggal, menggunakan
unsur retorik atau manipulasi bahasa secara berkesan, menggunakan ungkapan istilah dan
juga menggunakan berbagai kaedah untuk membujuk atau menarik perhatian pengguna
seperti kaedah umpan, pujukan, kemesraan, gesaan dan doa.
Laras bahasa dapat digolongkan kepada dua golongan besar, yaitu laras biasa dan laras
khusus. Laras biasa ialah laras khusus yang digunakan untuk masyarakat umum seperti
bidang hiburan, pengetahuan, peneranagn, dan maklumat.
Laras khusus merujuk kepada kegunaan untuk khalayak khusus seperti ahli-ahli atau
peminat dalam bidang tertentu dan pelajar-pelajar (rencana, laporan, buku). Pembeda
utama yang membedakan antara laras biasa dengan laras khsus ialah: kosa kata, tata
bahasa, dan gaya.
https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/17/laras-bahasa-2/
D. LARAS ILMIAH
Laras ilmiah adalah penggunaan bahasa dalam kegiatan ilmiah, contohnya adalah
penulisan karya tulis ilmiah, namun selama ini penulisan karya tulis ilmiah terkadang tidak
sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya
penggunaan tanda titik dua, seharusnya tanda titik dua diletakkan tepat setelah huruf akhir
dari kalimat, namun kebanyakan dari kita ingin memperindah tulisan dengan meletakan
tanda titik dua diratakan letaknya, tidak peduli di mana seharusnya meletakkan tanda titik
dua tersebut. Penulisan karya tulis ilmiah seharusnya tidak perlu menggunakan rata kiri
kanan, namun kembali lagi pada kebiasaan kita yang ingin memperindah tampilan tulisan
untuk dilihat. Oleh karena itu, mahasiswa yang sedang menjalani program karya tulis
ilmiah sebaiknya menyesuaikan penulisan karya tulis ilmiah dengan EYD, sesuai dengan
pedoman penulisan karya tulis ilmiah, dan rajin konsultasi dengan dosen pembimbing
utama dan dosen pembimbing pendamping agar penulisan karya tulis ilmiah mendekati
sempurna bahkan sempurna.
http://bahasaindonesiakelompok5.blogspot.com/2015/09/larasilmiah-dan-ragam-bahasa-
namaismi.html
17 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laras ilmiah adalah penggunaan bahasa dalam kegiatan ilmiah, contohnya adalah
penulisan karya tulis ilmiah, namun selama ini penulisan karya tulis ilmiah terkadang tidak
sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya
penggunaan tanda titik dua, seharusnya tanda titik dua diletakkan tepat setelah huruf akhir
dari kalimat, namun kebanyakan dari kita ingin memperindah tulisan dengan meletakan
tanda titik dua diratakan letaknya, tidak peduli di mana seharusnya meletakkan tanda titik
dua tersebut.
B. Saran
Lebih memberikan pengenalan ragam bahasa dan laras bahasa serta laras ilmiah
pada masyarakat terutama pada anak-anak dan remaja guna mengurangi terjadinya
penyimpangan-penyimpangan kaidah bahasa dan penggunaan bahasa tidak baku yang
bukan pada tempatnya.
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://murliati.wordpress.com/2017/06/11/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d54a798dd7ad3011f11487712ec9573f.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
file:///C:/Users/Y/Downloads/BAB%202.%20RAGAM%20BAHASA.pdf
http://fiaadventy.blogspot.com/2014/10/berbagai-laras-bahasa-dan-contohnya.html
https://vianisilv.wordpress.com/2014/10/17/laras-bahasa-2/
http://bahasaindonesiakelompok5.blogspot.com/2015/09/larasilmiah-dan-ragam-bahasa-namaismi.html
19 | P a g e