Cahyadi Maulana
TI K 19 C
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami berharap mendapatkan kritik dan saran dari banyak pihak untuk menyempurnakan
makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang telah menyusun
makalah ini, kami harap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi
semua orang.
i
Daftar isi
Kata pengantar………………………………………………………………... i
Daftar isi……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 14
3.2 Saran………………………………………………………………………… 14
Daftar pustaka…………………………………………………………………. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah di
pakai sejak dahulu, namun sebagian orang tidak menggunakan tata cara bahasa dan
aturan dengan benar. Oleh karna itu mempelajari ragam bahasa Indonesia cukup penting
untuk bangsa Indonesia sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan
hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya
pelajar dan mahasiswa saja. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam bahasa
yaitu bentuk bahasa yang bervariasi menurut konteks pemakaiannya. Disini yang lebih
ditekankan adalah ragam bahasa lisan, karena lebih banyak digunakan dalam
kehidupam sehari-hari. Misalkan ngobrol, pidato, puisi, ceramah, dll.
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui ragam bahasa dan macam-
macam ragam bahasa Indonesia dari berbagai aspek. Dan memenuhi tugas bahasa
Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang
berbeda satu dari yang lain.
A. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai
unsur dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal.
Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau
tekanan, muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
3
Contoh ragam lisan
4
e. Pemakaian partikel secara konsisten.
f. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
1. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau
materi yang menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosa kata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi
atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan
wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih, dan jujur, jiika
mengikuti kaidah bahasa-bahasa yang cenderung miskin daya pikat dan nilai
jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh
karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan
kosa kata) :
1. Tata Bahasa :
Ragam bahasa lisan
- Nia sedang baca surat kabar.
- Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
Ragam bahasa tulisan.
- Nia sedang membaca surat kabar.
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
5
2. Kosa kata :
Ragam bahasa lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar.
- Kita harus bikin karya tulis.
Ragam bahasa tulisan
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
- Kita harus membuat karya tulis.
6
tidak baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan
sehari-hari terutama dalam percakapan.
Ciri-ciri bahasa tidak baku:
1. Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti
yang sama.
2. Dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
3. Dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
4. Digunakan pada situasi santai/tidak resmi.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi empat, yaitu: Ragam
Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.
A. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa pada kelompok masyarakat yang
berada pada suatu tempat, wilayah, atau daerah tertentu. Luasnya pemakaian bahasa
dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan
oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di
Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak pada pelafalan
/b/pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti mBogor, mBandung,
mBanyuwangi, atau realisasi pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an,
kenai’an,gera’an. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti
pada kata ithu, kitha, canthik, dll. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya
nada, dan panjang pendek nya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
B. Ragam Terpelajar
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal
dari bahasa asing, seperti contoh pada label berikut.
7
Tidak Terpelajar Terpelajar
Pidio Video
Pilem Film
Pitamin Vitamin
Komplek Kompleks
Poto Foto
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya bawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
C. Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam Resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
c. Menggunakan kata ganti resmi;
d. Menggunakan kata baku;
e. Menggunakan EYD;
f. Menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam Tidak Resmi
8
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti
dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi . Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam
bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi atau tak resmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa
yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, berarti semakin resmi
bahasa yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin
rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Contoh: Bahasa yang digunakan
oleh bawahan kepada atasan adalah bahasa resmi sedangkan bahasa yang digunakan
oleh anak muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.
9
disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang
ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun,
terkadang sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena
dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan
penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
1. Mempunyai gaya bahasa yang khusus
2. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
3. Objektif dan menekan prasangka pribadi
4. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang
diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
C. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma
dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam lingkungan sosial yang
lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa
berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan
atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial
ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan
sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut kamu pada lawan bicara
yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan
status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam
bahasa yang diakitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam
teknologi dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.
D. Ragam Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-
kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa
jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk
10
media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga
bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi
materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa
ringkas.
Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.
1. Bahasanya padat
2. Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
3. Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
4. Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
5. Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi
Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena
itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-
logisnya. Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat
kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan.
E. Ragam Sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif,
kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara
penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal
dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan
emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan
lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan
efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam
ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk
memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa.
Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi
kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk
mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam
karangan.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan
kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata
11
bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci
lagi berdasarkan ciri (1) kedaerahan, (2) pendaidikan, dan (3) sikap penutur sehingga di
samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam menurut
pendidikan, dan ragam menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan muncul jika
para penutur dan mitra komunikasinya berasal dari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam
akan beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya dari tak
resmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergntung pada situasi, kondisi, topic, pembicara,
serta bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara
pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang digunakan (dialek, terpelajar,
resmi, tak resmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas sering memiliki
kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari)
cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis
(formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam
terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.
Berikut ini akan diberikan contoh ragam –ragam yang telah dibahas sebelumnya.
Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu
itu sendiri.
Ragam Contoh
12
f. Takresmi Sudah saya baca buku itu.
Ragam
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan ejaan yang telah
disempurnakan (EYD), sedangkan bahasa lisan diharapkan para warga Negara
Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik dan
bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
3.2 Saran
Sebaiknya kita atau siapapun itu sebagai bangsa Indonesia yang baik tetap
menggunakan ragam bahasa yang benar menurut pedoman yang ada sehingga ragam
bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari
aturan bahasa yang ada di Indonesia dan bahkan bertentangan dengan bahasa Indonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Bahasa. NTT. Nusa Indah.
http://sitimapmap.blogspot.co.id/2015/08/makalah-ragam-bahasa-indonesia.html
(Jum’at 21 Maret, 10.10)
httpp://www.academia.edu/9534983/makalah_bahasa_indonesia_ragam_bahasa_
(Jum’at 21 Maret, 09.45)
15