Anda di halaman 1dari 12

BAHASA INDONESIA

“Bahasa Indonesia: Baku dan Non Baku, serta Ciri-Cirinya”


Dosen Pengampu: Dr. Muharrina Harahap, M.Hum.

Oleh: Kelompok 2
1. Winaldi Angger Pambudi (2213510017)
2. Aprilian Aritonang (2213510028)
3. AppuRia Rotua Marpaung (2213510025)
4. Ranti Kirana (2213510003)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan topik “Ragam
Bahasa Baku dan Non Baku”. Untuk itu, kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini sengaja dibuat/disusun untuk mahasiswa yang membutuhkan referensi
sebagai bahan untuk keperluan perkuliahan dan sebagai pemenuhan salah satu tugas. Kami
berharap semoga para pembaca dapat mengambil banyak pembelajaran dari hasil referensi
yang telah kami rangkum ke dalam makalah ini.
Di dalam makalah ini mungkin masih tidak sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Terima
kasih.

Medan, Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

2.1 Ragam Bahasa..................................................................................................................4

2.2 Bahasa Baku.....................................................................................................................6

2.3 Bahasa Non Baku.............................................................................................................6

2.4 Ciri-ciri Bahasa Baku dan Non Baku...............................................................................7

2.5 Fungsi Bahasa...................................................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10

3.2 Saran...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa dan berbahasa merupakan dua hal yang sejatinya berbeda. Bahasa secara
garis besar merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Sedangkan
berbahasa merupakan penyampaian informasi tersebut. Bahasa adalah alat komunikasi
sosial yang berupa sistem simbol bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia
sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya
di masyarakat. Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu sarana
komunikasi yang disebut bahasa.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian
bahasa . Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik
pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya antara
bahasa dan fungsi penggunaannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu ragam bahasa?
2. Apa itu bahasa baku?
3. Apa itu bahasa non baku?
4. Bagaimana ciri-ciri bahasa baku dan non baku?
5. Apa fungsi bahasa?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Pemenuh salah satu mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Mengetahui apa itu ragam bahasa.
3. Mengetahui bahasa baku dan non baku beserta cirinya.
4. Mengetahui apa saja fungsi bahasa

3
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Ragam Bahasa


Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Ragam bahasa dibedakan menurut topik yang berbicara, menurut hubungan pembicara,
dan teman bicara. Ragam bahasa sebenarnya masih disebut bahasa Indonesia, karena
orang-orang yang memiliki ragam bahasa berbeda masih mampu berkomunikasi dan
saling memahami meski ada beberapa hal yang pasti berbeda di antara ragam bahasa.
Dilihat berdasarkan keterkaitannya, ragam bahasa memiliki dua pembagian ragam,
yaitu ragam menurut golongan penutur dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa.
Menurut golongan penutur, ragam bahasa dapat dibedakan melalui daerah asal,
pendidikan, dan sikap penuturnya. Sementara ragam menurut jenis pemakaian bahasa,
ragam bahasa dibedakan melalui bidang atau pokok persoalan, sarana, dan ragam yang
mengalami percampuran.
Menurut Rahayu (2009) ragam bahasa terjadi karena adanya ragam wilayah
pemakaian dan bermacam-macam penutur. Faktor sejarah perkembangan masyarakat juga
turut menimbulkan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ragam ini masih
bahasa Indonesia karena ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, tata krama,
umumnya sama. Kridalaksana (2008) menyatakan ragam merupakan variasi bahasa
menurut pemakaiannya yang berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, dan menurut medium pembicaraan.
Berdasarkan tingkat keformalan pemakaian suatu bahasa Martin Joos (dalam
Nababan, 1993: 22-24) memerinci ragam bahasa sebagai berikut :
1. Ragam beku (frozen) ialah ragam bahasa yang paling resmi, dipakai dalam situasi yang
paling khidmat dan upacara-upacara resmi.
2. Ragam resmi (formal) ialah ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi,
rapat dinas, surat-surat dinas dan sebagainya.

4
3. Ragam usaha (consultative) ialah ragam bahasa yang sering dipergunakan dalam
transaksi bisnis, rapat-rapat di dunia usaha. Ragam ini berada dalam tingkat yang
paling operasional.
4. Ragam santai (casual) ialah ragam bahasa yang sering dipakai dalam kegiatan yang
bersifat santai, rileks dan sebagainya.
5. Ragam akrab (intimate) ialah ragam bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan
rumah tangga (antar anggota keluarga) sehingga terjalin hubungan yang lebih akrab.
Menurut Sugihastuti (2005) ragam bahasa dapat dibagi berdasarkan fungsi dan situasi
yang berbeda, ragam tersebut dapat dilihat dari segi: pembicara/penulis dan
pemakaiannya.

Pertama, dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat dirinci berdasarkan:


1. Ragam bahasa daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialek. Ragam ini antara
lain dapat disebut ragam bahasa dialek Jawa, dialek Bali, dialek Manado, dan
sebagainya. Ragam bahasa tersebut tercipta karena pengaruh kuat bahasa ibu Si
pembicara/penulis.
2. Ragam bahasa ditinjau dari segi pendidikan pembicara/penulis dapat dibedakan
menjadi ragam cendekiawan dan ragam non-cendekiawan. Pembedaan ini didasarkan
pada tingkat pendidikan formal dan non-formal pembicara/penulis.
3. Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis bergantung pada sikap
terhadap lawan komunikasi. Ragam ini dipengaruhi oleh: pokok pembicaraan, tujuan
dan arah pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya. Segi-segi itulah yang
membedakan ragam ini menjadi ragam resmi dan non resmi.

Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan:


1. Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan hubungan dengan lingkungan yang
dipilih dan dikuasai tergantung pada luas pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran,
pengalaman, dan sebagainya.
2. Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam lisan dan tulisan.
Penggunaan masing-masing ragam dipertimbangkan berdasarkan keperluan dan latar
belakang berdasarkan keperluan yang mendasarinya. Hal ini juga berhubungan dengan
fungsi dan situasi pemakaiannya.

5
3. Ragam bahasa dalam pemakaiannya sering terjadi gangguan percampuran unsur (kosa
kata) daerah maupun asing. Antara bahasa daerah, bahasa Indonesia terjadi kontak
aktif yang mempengaruhi perkembangan kosakata, demikian juga pengaruh bahasa
asing terhadap bahasa Indonesia.

2.2 Bahasa Baku


Bahasa baku merupakan satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam
bentuk dan fungsi bahasa. Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam
bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya. Menurut Indradi
(2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang
berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Bahasa baku sebenarnya merupakan bahasa yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya
adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan
secara tepat. Di dalam tata bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan
menengah, Gorys Keraf (1991) berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang
dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat
bahasa. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan
dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku. Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat
mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku
memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang
digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang
mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan
waktu atau benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap. Bahasa
baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode
pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu.

2.3 Bahasa Non Baku


Istilah bahasa non-standar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”,
“bahasa nonstandar”, “bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”, dan lainnya. Bahasa tidak

6
baku merupakan bahasa tidak resmi yang digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan
berkomunikasi sehari-hari. Bahasa tidak baku merupakan bahasa yang sampai saat ini
masih digunakan oleh masyarakat dlam kehidupan sehari-hari. Pemakaian bahasa tidak
baku digunakan dalam lingkup non formal. Suharianto (1981:23) berpendapat bahwa
bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang
sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi.
Alwasilah (1985:116) menjelaskan bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang
biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang
tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan. Bahasa tidak baku adalah bahasa
yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan
kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa Dapat disimpulkan bahwa bahasa tidak baku
adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh masyarakat dalam
berkomunikasi sehari-hari dalam lingkup non formal, tidak resmi, dan santai.

2.4 Ciri-ciri Bahasa Baku dan Non Baku


A. Ciri Bahasa Baku
1. Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan
aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. Kehomoniman
yang timbul akibat penerapan kaidah itu bukan alasan yang cukup berat yang dapat
menghalalkan penyimpangan itu. Bahasa mana pun tidak luput dari kehomoniman.
Dipihak lain kemantapan itu tidak kaku, tetapi cukup luwes sehingga memungkinkan
perubahan yang bersistem di bidang kosa kata dan peristilahan dan mengizinkan
perkembangan berjenis ragam yang diperlukan di dalam kehidupan modern.
2. Ciri yang kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendikiaannya.
Perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur dan masuk akal. Proses
pencendikian bahasa itu amat penting karena banyaknya pengenalan ilmu dan teknologi
modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing, harus dapat
dilangsungkan lewat ragam baku bahasa Indonesia. Akan tetapi, proses bernalar secara
cendikia bukan monopoli suatu bangsa, pencendikiaan bahasa Indonesia tidak perlu
berarti pemberatan bahasa.

7
3. Baku atau standar berpraanggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai
taraf tertentu proses penyeragaman kaidah.

B. Ciri Bahasa Non Baku


Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang ditentukan. Maka dari itu, beragam contoh kata tidak baku cenderung
lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar kata tidak baku sama
pentingnya dengan belajar kata baku.
Ciri-ciri kata tidak baku sendiri di antaranya adalah;
a. Bentuknya mudah berubah-ubah dan dipengaruhi oleh zaman/waktu.
b. Dipengaruhi oleh bahasa daerah dan asing.
c. Bahasa yang digunakan percakapan sehari-hari.
d. Memiliki arti yang sama, meski terkesan berbeda dengan bahasa baku.

Beberapa faktor lain yang dapat memunculkan kata tidak baku yaitu:
a. Menggunakan bahasa namun tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia
maksud.
b. Menggunakan bahasa namun tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu
kata sehingga menyebabkan kata tidak baku selalu ada.
c. Terpengaruh oleh orang-orang lain.
d. Terbiasa/kebiasaan.

2.5 Fungsi Bahasa


Bahasa mengemban tiga fungsi utama, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal,
dan fungsi tekstual. Ketiga fungsi ini disebut fungsi metafungsional, dan ketiga fungsi
tersebut menunjukkan realitas yang berbeda. Di bawah fungsi ideasional, bahasa
digunakan untuk mengungkapkan realitas fisik-biologis serta berkenaan dengan
interpretasi dan representasi pengalaman. Di bawah fungsi interpersonal, bahasa
digunakan untuk mengungkapkan realitas sosial dan berkenaan dengan interaksi antara
penutur/penulis dan pendengar/pembaca. Di bawah fungsi tekstual, bahasa digunakan

8
untuk mengungkapkan realitas semiotis atau realitas simbol dan berkenaan dengan cara
penciptaan teks dalam konteks. Matthiessen dan Martin (1992).
Ketiga fungsi tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri secara lepas-lepas. Ketiga-tiganya
merupakan satu kesatuan metafungsi. Oleh karena itu, sebuah tuturan kebahasaan,
misalnya yang berbentuk klausa, mengemban tiga fungsi itu sekaligus. Dengan kata lain,
meskipun wujud klausa itu hanya satu, klausa yang satu itu harus dilihat dari kapasitasnya
yang mempunyai tiga fungsi sekaligus.
Dapat dijelaskan bahwa bahasa merupakan konstruksi realitas fisik/biologis, realitas
sosial, dan realitas simbol, yang secara bersama-sama menjadi fondasi tempat fungsi
ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual bekerja. Secara realitas fisik/biologis,
bahasa digunakan untuk melaporkan isi atau maksud sebagai hasil dari observasi yang
dilakukan oleh penutur/penulis. Hal yang dilaporkan adalah apapun yang berada di dalam
dan di sekitar diri penutur/penulis tersebut. Secara realitas sosial, bahasa digunakan untuk
melakukan peran yang dilakukan oleh penutur/penulis terhadap pengengar/pembaca. Peran
tersebut tampak pada kenyataan bahwa bahasa merupakan alat untuk menjalin dan
sekaligus memapankan hubungan sosial. Secara realitas semiotis/simbol, bahasa
mengungkapkan isi (hasil observasi tersebut) melalui bentuk-bentuk lingual (teks) yang
sesuai dengan tujuan pengungkapan tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, kecendekiaan, dan efektif. Bahasa baku
menjadi efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan
kembali serta telah diterima secara nasional sehingga seluruh masyarakat bahasa
memiliki penerimaan pemahaman makna bahasa yang sama.
Sedangkan bahasa tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari dalam lingkup non formal,
tidak resmi, dan santai. Jadi, bahasa tidak baku bukanlah ragam bahasa yang salah,
namun merupakan ragam yang tidak resmi untuk digunakan dalam lingkup formal.

3.2 Saran
Dengan demikian, penulis mengharapkan bacaan ini dapat menjadi salah satu wadah
bagi mahasiswa untuk mengambil ilmu yang sudah penulis rangkum di dalamnya.
Penulisan di dalam makalah ini mungkin belumlah sempurna, baik dari segi tata bahasa
maupun kelengkapan materi, tapi penulis berharap agar bacaan ini dapat menjadi
stimulus awal bagi teman-teman mahasiswa untuk mengkaji dan dapat memperbanyak
literatur tentang bahasa Indonesia serta ragam bahasanya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sari, D. 2022. "Ragam Bahasa dan karakteristik pemakaian Bahasa Lisan Siswa Kelas XI
SMA Negeri 1 Lasalimu Selatan". Jurnal Inovasi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Vol
2 (3), 233-241.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasrana Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran
Berbahasa. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sugihastuti. 2005. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Menengah. Jakarta: Gramedia.
Halim, Amran. 1980. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Indradi, Agustinus. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Malang: Dioma.
Suharianto. 1981. Kompas Bahasa: Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar.
Surakarta: Widya Duta.
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Devianty, Rina. 2021. “Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia”.
Jurnal EUNOIA. 1(2):121-132.
Sari, Deti. 2022. “Ragam Bahasa dan Karakteristik Pemakaian Bahasa Lisan Siswa Kelas IX
SMA NEGERI 1 Lasalimu Selatan”. Jurnal Language. 2(3):233-241.

11

Anda mungkin juga menyukai