Anda di halaman 1dari 15

BAHASA BAKU DAN NON BAKU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :

Budiman M.Pd

Disusun Oleh:
M. Radit Febrianda Hasibuan (0204232056)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang“BAHASA
BAKU DAN NON BAKU” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Ustadz Budiman M.Pd selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Demikian pengantar ini kami sampaikan, bila ada kesalahan yang terdapat didalam
makalah kami, kami mohon kritik dan saran dari teman-teman untuk sebagai bahan evaluasi untuk
makalah kami kedepannya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Medan, 05 Desember 2023

M.Radit Febrianda Hasibuan

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ...ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 5
A. Pengertian Bahasa Baku Dan Non Baku ........................................... 5
B. Karakteristik Bahasa Baku Dan Non Baku ........................................ 6
C. Peranan Bahasa Baku Dan Non Baku Dalam Komunikasi ............... 8
D. Keanekaragaman Bahasa Baku Dan Non Baku ................................. 9
E. Perubahan Dalam Bahasa Baku Dan Non Baku .............................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................... 13
A. Kesimpulan ...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ranah kebahasaan, terdapat perbedaan antara bahasa baku dan non-baku. Bahasa baku
merujuk pada bentuk resmi dan standar suatu bahasa yang secara umum diakui, sedangkan bahasa
non-baku mencakup variasi informal atau dialek yang mungkin digunakan dalam situasi sehari-
hari. Perbedaan ini dapat memengaruhi pemahaman dan kesan yang disampaikan oleh penutur
kepada pendengar atau pembaca. Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep bahasa baku dan
non-baku menjadi krusial untuk menjaga kelancaran komunikasi serta mencegah penafsiran yang
keliru.

Bahasa baku seringkali menjadi acuan resmi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan,
pemerintahan, dan media massa. Keberadaannya memberikan dasar yang konsisten dan
terstandarisasi, memungkinkan masyarakat berkomunikasi dengan efektif tanpa kebingungan. Di
sisi lain, bahasa non-baku mencerminkan keanekaragaman budaya dan konteks sosial. Pemahaman
terhadap bahasa ini diperlukan untuk menghargai keragaman linguistik dan memperkaya interaksi
antarindividu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bahasa baku dan non baku?
2. Bagaimana karakteristik Bahasa baku dan non baku?
3. Apa peranan Bahasa baku dan non baku dalam komunikasi?
4. Apa pentingnya keanekaragaman Bahasa baku dan non baku?
5. Apa saja perubahan dalam Bahasa baku dan non baku?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pemahaman tentang Bahasa baku dan non baku
2. Mengetahui karakteristik Bahasa baku dan non baku
3. Mengetahui peranan Bahasa baku dan non baku dalam komunikasi
4. Mengetahui keanekaragaman Bahasa baku dan non baku
5. Mengetahui perubahan dalam Bahasa baku dan non baku

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa baku dan non baku


Bahasa baku dan non-baku merujuk pada dua varian dalam penggunaan suatu
bahasa. Bahasa baku merupakan bentuk resmi dan standar yang diakui dan diatur oleh
otoritas resmi, seperti pemerintah atau lembaga bahasa nasional. Ini mencakup aturan tata
bahasa, ejaan, dan kosakata yang dianggap norma untuk komunikasi resmi, seperti dalam
dokumen formal, pidato, dan publikasi resmi.1

Sebaliknya, bahasa non-baku mencakup ragam atau variasi bahasa yang digunakan
secara tidak resmi dalam konteks sehari-hari oleh masyarakat atau kelompok tertentu. Jenis
variasi ini bisa mencakup perbedaan regional, slang, atau bahkan bentuk yang lebih santai
yang tidak terikat oleh aturan resmi. Bahasa non-baku umumnya muncul dalam percakapan
informal, media sosial, atau lingkungan sehari-hari di mana kebebasan ekspresi lebih
diutamakan daripada ketaatan terhadap aturan baku.2

Perbedaan antara bahasa baku dan non-baku mencerminkan dinamika kehidupan


sehari-hari dan kompleksitas budaya suatu masyarakat. Sementara bahasa baku
memberikan kerangka kerja yang konsisten untuk komunikasi formal, bahasa non-baku
menunjukkan kekayaan dan keragaman bahasa dalam konteks sosial yang lebih luas. Hal
ini menciptakan dinamika menarik antara kestabilan norma dan beragamnya ekspresi
dalam kehidupan berbahasa.

1
Soenjoto, T. (2008). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
2
Chaer, A. (2003). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

5
Contoh Bahasa baku dan non baku:

• Baku: "Saya tidak suka makanan ini."


Non-Baku: "Makanannya sih biasa aja, gak terlalu suka."
• Baku: "Tolong bersihkan ruangan setelah pertemuan selesai."
Non-Baku: "Jangan lupa ya, setelah rapat selesai, ruangannya dirapihkan lagi."

B. Karakteristik Bahasa Baku Dan Non Baku


Bahasa baku ditandai oleh tingkat formalitas dan konsistensi dalam pemakaian tata
bahasa. Pola kalimatnya cenderung mengikuti pedoman resmi dan norma yang ditetapkan
oleh lembaga atau otoritas bahasa. Kosa kata dalam bahasa baku lebih condong ke standar
dan formal, seperti yang diatur oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di
Indonesia untuk aspek ejaan, tata bahasa, dan kosakata yang dianggap sah. Bahasa baku
umumnya diterapkan dalam situasi formal, seperti di lingkungan pemerintahan, media
resmi, dan konteks pendidikan formal.3

Sebaliknya, bahasa non-baku bersifat lebih lentur dan melibatkan beragam dialek,
slang, serta ungkapan informal yang mungkin kurang sesuai dalam situasi formal. Struktur
kalimatnya bisa lebih bebas, dipengaruhi oleh konteks atau kelompok sosial tertentu.
Pemakaian kosa kata informal yang santai seringkali mencirikan bahasa non-baku, yang
umumnya muncul dalam percakapan sehari-hari, media sosial, dan lingkungan informal.

Evolusi bahasa terutama terjadi dalam bahasa non-baku, di mana inovasi, variasi
dari norma resmi, dan perkembangan kosakata lebih cepat dapat berkembang tanpa
pembatasan ketat. Meskipun begitu, baik bahasa baku maupun non-baku bersifat dinamis,
saling berpengaruh, dan mencerminkan kompleksitas budaya dan sosial masyarakat di
tempatnya berkembang.4

3
Chaer, A. (2009). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.
4
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2015). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Kemdikbud.

6
Bahasa Indonesia mengalami variasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
pembicara, pendengar, kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Ragam bahasa ini berkembang
sesuai dengan fungsi, kedudukan, dan lingkungan yang berbeda. Ragam baku tulis, yang
juga disebut ragam ilmiah, menjadi standar dalam dunia pendidikan dengan kaidah yang
paling lengkap dibandingkan dengan ragam bahasa lainnya.

Dalam ragam baku tulis, terdapat pedoman ejaan, pelafalan, dan morfologi yang
harus diikuti. Keseragaman penggunaan bahasa ini memiliki peranan krusial, terutama
dalam kegiatan resmi dan penulisan karya tulis ilmiah. Bahasa baku mencerminkan sifat
kecendekiaan dengan penalaran yang teratur dan logis, serta melibatkan proses
penyeragaman kaidah.

Kepatuhan terhadap aturan bahasa baku juga mencerminkan dalam penulisan karya
tulis ilmiah, di mana ragam bahasa yang digunakan harus sesuai dengan bidang keilmuan.
Bahasa baku menunjukkan kestabilan dinamis, kecendekiaan, dan proses penyeragaman
kaidah. Secara keseluruhan, penggunaan bahasa baku sangat penting untuk
mempertahankan kejelasan, kecerdasan, dan konsistensi komunikasi di berbagai konteks.5

kosakata baku dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata-kata dengan penulisan
dan pengucapan sesuai kaidah-kaidah seperti EYD. Penggunaan bahasa baku, umumnya
di lingkungan formal, menciptakan keseragaman dan kejelasan komunikasi dari aspek
lafal, ejaan, gramatika, hingga kenasionalan.

Pentingnya kosakata baku tampak dari sudut pandang kebahasaan, di mana


keseragaman tersebut mendukung komunikasi yang jelas. Pembatasan penggunaan bahasa
baku dapat ditentukan oleh sudut pandang informasi dan pemilihan penutur berpengaruh,
seperti ilmuwan, pemerintah, tokoh masyarakat, dan wartawan, yang mencerminkan ragam
bahasa dalam konteks ilmu pengetahuan.

5
Jamilah.2017.Penggunaan Bahasa Baku Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa.Jurnal Tarbiyah(Jurnal Ilmiah
Kependidikan).41-51.

7
Perbedaan antara kata baku dan tidak baku melibatkan lafal, ejaan, gramatika, dan
penyesuaian terhadap aturan EYD. Contoh-contoh tersebut mencerminkan usaha untuk
mempertahankan dan menyosialisasikan penggunaan kosakata baku dalam bahasa
Indonesia.6

C. Peran Dalam Komunikasi


Bahasa baku dan non-baku memiliki peran sentral dalam membentuk komunikasi
sehari-hari, memberikan karakteristik khas pada percakapan, dan mencerminkan latar
belakang sosial. Penggunaan bahasa baku, yang cenderung formal dan standar, umumnya
terlihat pada situasi resmi seperti pemerintahan, media resmi, dan konteks pendidikan
formal. Kedua bentuk bahasa ini menciptakan kesan profesional dan penuh penghormatan,
membentuk dasar bagi komunikasi yang terstruktur dan jelas.

Sebaliknya, bahasa non-baku, yang lebih fleksibel dan santai, memberikan


kebebasan ekspresi dan kreativitas yang lebih besar. Dalam situasi sehari-hari, seperti
percakapan informal atau di media sosial, bahasa non-baku memungkinkan individu untuk
menyampaikan ide secara lebih pribadi dan akrab. Ragam dialek, slang, dan ungkapan khas
turut melengkapi komunikasi dengan warna lokal dan mencerminkan identitas budaya.
Pemahaman terhadap perbedaan ini memiliki dampak yang signifikan pada
interaksi sehari-hari. Dalam konteks formal, penggunaan bahasa baku menciptakan kesan
profesional dan terstruktur, sedangkan dalam suasana informal, bahasa non-baku
menyesuaikan diri dengan kebutuhan ekspresi yang lebih spontan dan akrab. Kemampuan
untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi memerlukan keterampilan
dalam menyesuaikan penggunaan bahasa sesuai dengan norma yang berlaku.

Namun, terjadi pergeseran dan perpaduan antara bahasa baku dan non-baku. Di
tengah masyarakat yang semakin terbuka dan terkoneksi, ada kecenderungan untuk
menggabungkan unsur-unsur dari keduanya. Fenomena ini menghasilkan bahasa yang

6
Setiawati,Sulis.2016.Penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Pemelajaran Kosakata Baku Dan Tidak
Baku Pada Siswa SD.Jurnal Gramatika.44-51

8
lebih dinamis, mencerminkan kompleksitas budaya, dan merespons perubahan sosial. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam terhadap kedua bentuk bahasa ini memungkinkan
individu untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi, dengan
mempertimbangkan perbedaan norma dan tingkat formalitas yang ada.7

D. Pentingnya Keanekaragaman Bahasa


Keanekaragaman bahasa baku dan non-baku memegang peran kunci dalam
mencerminkan ragam budaya dalam suatu masyarakat. Bahasa baku, dengan norma-norma
formalnya, memberikan dasar yang resmi dan konsisten untuk komunikasi dalam sektor-
sektor seperti pemerintahan dan pendidikan. Di sisi lain, bahasa non-baku menunjukkan
keberagaman budaya melalui ragam dialek, slang, dan ekspresi yang khas pada tingkat
lokal. Dengan adanya keduanya, identitas budaya suatu wilayah dapat diperkaya dan
menjadi lebih beragam.

Ketersediaan bahasa non-baku menghidupkan nuansa dalam komunikasi sehari-


hari. Dengan memberikan kebebasan ekspresi yang lebih besar dan spontan, bahasa non-
baku menjadi wadah untuk merasakan intensitas emosional, keakraban, dan unsur kreatif.
Ragam bahasa ini juga berkontribusi pada peningkatan makna dan variasi nuansa dalam
interaksi sosial, menciptakan pengalaman komunikasi yang lebih dinamis dan beragam.

Peran signifikan bahasa baku dan non-baku juga terlihat dalam menjaga warisan
linguistik suatu kelompok. Bahasa baku sering berperan sebagai penjaga norma dan
peraturan resmi, sedangkan bahasa non-baku memelihara kekayaan linguistik informal
yang menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya. Pemeliharaan keduanya
berkontribusi pada menjaga keberagaman identitas linguistik dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

7
Chaer, A. (2009). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

9
Fleksibilitas dan kreativitas yang dimiliki oleh bahasa non-baku dapat memicu
inovasi dalam berbagai bentuk seni, sastra, dan ekspresi budaya. Dialek, slang, dan
ungkapan khas yang terkandung dalam bahasa non-baku dapat menjadi sumber inspirasi
untuk karya-karya kreatif, menciptakan karya yang otentik dan mencerminkan keunikan
identitas lokal.

Keanekaragaman bahasa baku dan non-baku juga memperkuat rasa persatuan dan
identitas lokal. Pada situasi yang bersifat informal, penggunaan bahasa non-baku
membentuk hubungan keakraban di antara anggota komunitas. Bahasa ini berfungsi
sebagai sarana untuk merayakan persamaan dan membentuk koneksi sosial yang kokoh,
yang pada gilirannya memperkuat identitas lokal yang istimewa dan bernilai bagi
komunitas tersebut.8

E. Perubahan Dalam Bahasa Baku Dan Non Baku


Perubahan dalam bahasa standar dan ragam non-standar mencerminkan dinamika
sosial dan budaya dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu, bahasa mengalami
evolusi karena perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan norma budaya. Norma bahasa
resmi atau otoritas sering mengalami penyesuaian sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Perubahan tersebut melibatkan penambahan kosakata, perubahan ejaan, atau
penyesuaian tata bahasa. Dalam beberapa situasi, pembaruan bahasa baku dapat menjadi
cara untuk menyampaikan nilai-nilai baru yang muncul dalam masyarakat.

Sementara itu, ragam bahasa non-baku, yang lebih terkait dengan penggunaan
sehari-hari, turut mengalami perubahan sejalan dengan waktu. Pengaruh sosial dan budaya
tercermin dalam kosakata, ungkapan, dan gaya bahasa yang digunakan oleh komunitas
tertentu. Perubahan dalam bahasa non-baku sering kali timbul secara organik melalui
interaksi sehari-hari antara anggotanya.

8
Dardjowidjojo, S. (2000). Penggunaan Bahasa di Indonesia: Tinjauan Situasi Sosiolinguistik. Dalam A. D. Stokes
(Ed.), Bahasa Indonesia dalam Fokus (hlm. 29-45). Melbourne: Institut Monash Asia.

10
Teknologi dan globalisasi juga dapat memicu perubahan dalam bahasa. Penyiaran
media massa, internet, dan kemajuan teknologi komunikasi berperan dalam menyebarkan
kata-kata baru dan pola bahasa yang berpengaruh pada kedua bahasa, baik baku maupun
non-baku.

Terkadang, perubahan bahasa dapat menghasilkan ketidaksetaraan linguistik di


antara segmen masyarakat. Kelompok yang memiliki kekuatan sosial atau ekonomi yang
lebih besar mungkin memiliki pengaruh yang lebih signifikan dalam mengarahkan
perubahan bahasa. Tetapi, perubahan bahasa juga dapat menimbulkan isu-isu identitas dan
pelestarian budaya. Beberapa komunitas berupaya menjaga keaslian bahasa mereka,
menghindari pengaruh luar yang dapat mengaburkan identitas linguistik dan budaya
mereka.

Dalam konteks ini, pemahaman bahwa perubahan bahasa mencerminkan dinamika


masyarakat dan budaya menjadi krusial. Masyarakat perlu mengakui serta memahami
perubahan tersebut untuk menjaga keberagaman bahasa dan memastikan bahwa bahasa
tetap relevan, dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, dan mencerminkan
realitas sosial dan budaya saat ini.9

Perubahan dalam bahasa baku dan non-baku di Indonesia merupakan cerminan dari
dinamika sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat. Bahasa baku, yang diakui oleh
lembaga resmi atau otoritas bahasa, sering mengalami penyesuaian untuk mencerminkan
perkembangan masyarakat. Pembaruan ini bisa melibatkan penambahan kosakata baru,
perubahan ejaan, atau penyesuaian tata bahasa. Di sisi lain, bahasa non-baku, yang lebih
terkait dengan penggunaan sehari-hari, juga mengalami perubahan organik yang muncul
dari interaksi sehari-hari antara anggotanya, mencerminkan pengaruh sosial dan budaya
dalam kosakata, ungkapan, dan gaya bahasa.

Teknologi dan globalisasi juga memiliki peran signifikan dalam perubahan bahasa.
Media massa, internet, dan teknologi komunikasi berkontribusi pada penyebaran kata-kata

9
Setiawan, B. (2010). Bahasa Indonesia di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar.

11
baru dan pola bahasa, memengaruhi baik bahasa baku maupun non-baku. Namun,
perubahan bahasa juga dapat menimbulkan isu-isu identitas dan pelestarian budaya, di
mana beberapa komunitas berjuang untuk mempertahankan keaslian bahasa mereka.

12
BAB III
KESIMPULAN

Bahasa baku dan non-baku memiliki peran sentral dalam mencerminkan dinamika
kehidupan sehari-hari dan keragaman budaya dalam masyarakat. Bahasa baku, sebagai bentuk
resmi dan standar, diatur oleh otoritas seperti pemerintah atau lembaga bahasa nasional,
mencakup aturan tata bahasa, ejaan, dan kosakata yang dianggap sebagai norma komunikasi
resmi. Di sisi lain, bahasa non-baku mencakup variasi yang digunakan secara tidak resmi dalam
konteks sehari-hari, mencerminkan kekayaan linguistik dan kreativitas masyarakat.

Ciri bahasa baku adalah formalitas dan konsistensi dalam pemakaian tata bahasa,
mengikuti pedoman resmi dan norma yang diatur oleh lembaga bahasa. Kosa kata dalam bahasa
baku condong ke standar dan formal, sementara bahasa non-baku bersifat lebih lentur dengan
beragam dialek, slang, dan ungkapan informal. Evolusi bahasa terutama terjadi dalam bahasa
non-baku, di mana inovasi dan variasi dari norma resmi dapat berkembang lebih cepat.

Peran bahasa baku dan non-baku dalam komunikasi sangat signifikan. Bahasa baku
memberikan kerangka konsisten untuk komunikasi formal, terutama dalam pemerintahan, media
resmi, dan pendidikan formal. Sebaliknya, bahasa non-baku memberikan kebebasan ekspresi dan
kreativitas yang lebih besar, terutama dalam situasi sehari-hari dan media sosial. Keterampilan
berkomunikasi efektif memerlukan pemahaman dalam menyesuaikan penggunaan bahasa sesuai
norma yang berlaku.

Keanekaragaman bahasa memberikan kontribusi signifikan pada ragam budaya suatu


masyarakat. Bahasa baku, dengan norma-norma formalnya, memberikan dasar resmi untuk
komunikasi dalam sektor-sektor seperti pemerintahan dan pendidikan. Sementara itu, bahasa
non-baku menunjukkan keberagaman melalui ragam dialek, slang, dan ekspresi khas pada
tingkat lokal, berkontribusi pada pemeliharaan identitas linguistik dan budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya.

Perubahan dalam bahasa baku dan non-baku mencerminkan dinamika sosial dan budaya.
Pembaruan bahasa baku terjadi untuk mencerminkan perkembangan masyarakat, sementara
bahasa non-baku mengalami perubahan organik melalui interaksi sehari-hari. Pengaruh teknologi
dan globalisasi berperan dalam perubahan bahasa, baik melalui penyiaran media massa, internet,

13
atau kemajuan teknologi komunikasi. Meskipun demikian, perubahan bahasa dapat
menimbulkan isu identitas dan pelestarian budaya, dengan beberapa komunitas berusaha
mempertahankan keaslian bahasa mereka.

Pemahaman bahwa perubahan bahasa mencerminkan dinamika masyarakat dan budaya


menjadi krusial. Masyarakat perlu mengakui dan memahami perubahan tersebut untuk menjaga
keberagaman bahasa, memastikan bahwa bahasa tetap relevan, efektif sebagai alat komunikasi,
dan mencerminkan realitas sosial dan budaya saat ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, B. (2010). Bahasa Indonesia di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar.

Dardjowidjojo, S. (2000). Penggunaan Bahasa di Indonesia: Tinjauan Situasi Sosiolinguistik.


Dalam A. D. Stokes (Ed.), Bahasa Indonesia dalam Fokus (hlm. 29-45). Melbourne:
Institut Monash Asia.

Chaer, A. (2009). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2015). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan. Kemdikbud.

Soenjoto, T. (2008). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Chaer, A. (2003). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Jamilah.2017.Penggunaan Bahasa Baku Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa.Jurnal


Tarbiyah(Jurnal Ilmiah Kependidikan).41-51.

Setiawati,Sulis.2016.Penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Pemelajaran Kosakata


Baku Dan Tidak Baku Pada Siswa SD.Jurnal Gramatika.44-51

15

Anda mungkin juga menyukai