Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Kalimat Jurnalistik”

Dosen Pengampu : Hera Chairunnisa, S.Sos., M.Si.

Oleh :

Kelompok 6

1. Eliza Dwi Yanti Simanjuntak (2213510010)


2. Valdania Nathany (2213510015)
3. Ella Apriliana (2213510020)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah “Bahasa Jurnalistik“ ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan Terima Kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 17 Februari 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Variasi Kalimat Jurnalistik...................................................................................3
2.2 Kalimat Goyah Jurnalistik....................................................................................4
2.3 Kalimat Hemat Jurnalistik....................................................................................6
BAB III...................................................................................................................................8
PENUTUP..............................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan
dimengerti olch pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan. Bahasa
adalah suatu sistem simbul lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa
untuk komunikasi dan berinteraksi untuk untuk sesamanya, berlandaskan pada budaya yang
mereka miliki bersama. "Sistem pada definisi ini menunjuk pada adanya elemen-elemen
beserta hubungan satu sama lainnya yang akhirnya membentuk suatu konsisten, yang bersifat
hierarkis" (Dardjowidjojo. 2003: 16)

Bahasa jurnalistik atau biasa yang disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu
ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifatsifat yang khas yaitu singkat, padat,
sederbana, lancer, jelas, lugas dan menarik.' Jurnalistik merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan penulisan laporan harian yang dipublikasikan. Secara etimologis, jurnalistik berasal
dari kata joun dalam bahasa Prancis yang berarti catatan atau laporan harian. Sedangkan
menurut Sumadiria (2016:4), jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan
dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.

Onong Uchjana Efiendy menegaskan, jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik


mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan hingga menyebarluaskan kepada masyarakat
(Sumadiria, Sedangkan bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang
berfungsi sebagai bahasa pengantar pada pemberitaan, biasa digunakan dalam media cetak
maupun media elektronik. Dikutip pada wikipedia menyatakan bahasa 10 Jurnalistik
merupakan salah satu ragam Bahasa Indonesia, bukan pula sebuah Bahasa yang khusus
Bahasa Indonesia. Namun dari perbedaan tersebut tetap memperhatikan kaidah tata bahasa,
ejaan dan tanda baca seperti penggunaan Bahasa Indonesia pada umumnya.

Bahasa jurnalistik atau biasa disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu
variasibahasa yang digunakan dikalangan jurnalis untuk menyampaikan informasi tertulis
dalamberkomunikasi. Sumadiria (2016:7) mengemukakan bahwa, bahasa jurnalistik
merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan, redaktur, atau pengelola media massa
dalam menyusun, menyajikan, memuat, menyiarkan dan menayangkan berita serta laporan
peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar
mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana variasi kalimat jurnalistik ?
2. Apa yang dimaksud dengan kalimat goyah jurnalistik ?
3. Bagaimana kalimat hemat jurnalistik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana variasi kalimat jurnalistik
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat jurnalistik
3. Untuk mengetahui bagaimana kalimat hemat jurnalistik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Variasi Kalimat Jurnalistik
Variasi adalah tindakan, keadaan, atau hasil perubahan dari keadaan semula, selain itu
juga berarti sebagai bentuk rupa yang lain. Variasi kalimat adalah sebuah bentuk suatu
bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran utuh yang
bermacam-macam dan berbeda baik dari segi bentuk, jenis, manfaat ataupun fungsinya
maupun efektivitasnya dalam bahasa Indonesia.

Menurut beberapa pakar bahasa, variasi kalimat dapat dilakukan dengan cara:
menempatkan subjek pada awal kalimat, menggeser posisi predikat ke awal kalimat, menarik
kata modal ke awal kalimat, menempatkan frasa pada awal kalimat, mengatur panjang-
pendek kalimat,mengubah kalimat aktif ke pasif atau sebaliknya, mengubah kalimat tak
langsung ke kalimat langsung atau sebaliknya, menggunakan kata-kata bersinonim, dan
menggunakan kata-kata berunsur negasi (Akhadiah, Arsjad, Ridwan, 1991;128-135; dan
Yohanes, 1991:36-40)

1. Subjek pada Awal Kalimat

Contoh:

Labora Sitorus, terpidana kasus pencucian uang, penimbunan bahan bakar minyak, dan
pembalakan

2. Predikat pada Awal Kalimat

Contoh:

Penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota secara serentak pada 2015,
seperti yang diusulkan pemerintah, dinilai tidak realistis.

3. Kata Modal pada Awal Kalimat

Contoh:

Mungkin saatnya pemerintah kota menghukum mereka yang membuang sampah


sembarangan.
Bahasa jurnalistik disajikan dalam susunan kata dan kalimat yang segar, lincah,
memikat, bergelora. Bahasa yang segar bisa dicapai apabila kalimat-kalimat jurnalistik ditata
secara bervariasi. Dengan variasi kata dan variasi kalimat secara terukur, maka khalayak
pembaca, pendengar atau pemirsa, akan dibuat terlena.

2.2 Kalimat Goyah Jurnalistik

Kalimat goyah ialah kalimat yang ambigu, yaitu kalimat yang menimbulkan banyak
arti dan konotasi, sehingga melahirkan keraguan. Ini terjadi karena dua hal, pertama
penempatan kata, frasa, atau klausa yang tidak tepat. Kedua, tidak ada penekanan atau
empasis, sebenarnya apa atau siapa yang ingin ditonjolkan dalam kalimat itu? Kalimat goyah
bisa dihindarkan bila kita disiplin dalam menempatkan kata sesuai kaidah hukum subjek,
predikat, objek, pelengkap, keterangan, dan modalitas (SPOKPKM).

1. Frasa pada Awal Kalimat

Contoh:

Selain sebagai ajang untuk menunjukkan hasil pembinaan atlet di Indonesia, ajang PON juga
harus dijadikan sarana untuk mendidik atlet.

2. Panjang-Pendek Kalimat

Contoh:

Alokasi dana talangan ini disetujui Badan Anggaran DPR Selasa (3/2) malam. Pembahasan
biasanya bertele-tele, tetapi dana talangan ini diselipkan dalam rapat kerja tentang penyertaan
modal negara (PMN). Pembahasannya singkat.

3. Mengubah Kalimat Aktif

Contoh:

Belum pernah terjadi anggaran negara dialokasikan untuk menalangi ganti rugi korporasi.
4. Penempatan Kata

Contoh:

Wajib pajak nekat palembang disandra.

5. Penekanan Frasa

Contoh:

Dukungan masyarakat merupakan modal yang cukup strategis untuk meningkatkan


keberhasilan tugas polisi.

6. Menggunakan Kalimat Langsung

Contoh:

“Kalau mimpimu tidak ditertawakan orang, berarti mimpimu kurang tinggi,” Kata Narelle
yang juga menggeluti seni pertunjukkan ini.

7. Menggunakan Kata Bersinonim

Contoh:

Saat banyak unggas yang mati mendadak, ada warga yang meninggal akibat terjangkit wabah
flu burung.

8. Menggunakan Kata Negasi

Contoh:

Pemerintah daerah hendaknya tidak melihat wacana pembebasan PBB sebagai ancaman
kehilangan PAD semata.
2.3 Kalimat Hemat Jurnalistik

Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua

1. Unsur kata

2. Unsur kalimat

1. Penghematan Unsur Kata

a) Beberapa kata Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tata bahasa dan
kejelasan arti.

Misalnya: agar supaya dapat diganti agar atau supaya akan tetapi dapat diganti tapi apabila
dapat diganti bila sehingga dapat di ganti hingga meskipun dapat diganti meski walaupun
dapat diganti walau tidak dapat di ganti tak (kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri).

b) Kata daripada atau dari pada juga sering bisa disingkat jadi dari.

Misalnya: 'Keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang", menjadi "Keadaan lebih
baik sebelum perang". Tapi mungkin masih janggal mengatakan: "Dari hidup berputih mata,
lebih baik mati berputih tulang".

c) Ejaan yang salahkaprah justru bisa diperbaiki dengan menghemat huruf.

Misalnya: sjah = sah

khawatir = kuatir

Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya: kemudian

= lalu

= kian

makin

terkejut

= kaget

sangat
= amat

demikian

sekarang

= begitu

= kini

2. Penghematan Unsur Kalimat

Lebih efektif dari penghematan kata ialah penghematan melalui struktur kalimat. Banyak
contoh pembikinan kalimat dengan pemborosan kata.

1. Pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, di awal kalimat:

a. "Adalah merupakan kenyataan, bahwa percaturan politik internasional berubah-ubah setiap


zaman". (Bisa disingkat: "Merupakan kenyataan, bahwa ''Apa yang dinyatakan Wijoyo
Nitisastro sudah jelas". (Bisa disingkat: 'Yang dinyatakan Wijoyo Nitisastro. ").

2. Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya bisa
ditiadakan:

a. 'Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri"? (Bisa disingkat: "Akan
terus tergantungkah Indonesia

b. Baik kita lihat, apa(kah) dia di rumah atau tidak". (Bisa disingkat: "Baik kita lihat, dia di
rumah atau tidak"I).

3. Pemakaian dari sebagai terjemahan of (Inggris) dalam hubungan milik yang sebenarnya
bisa ditiadakan; Juga daripada.

a. ' ''Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan"'. (Bisa disingkat: "Dalam hal ini
pengertian Pemerintah diperlukan".

b. "Sintaksis adalah bagian daripada Tatabahasa". (Bisa disingkat: "Sintaksis adalah bagian
Tatabahasa"').

4. Pemakaian untul sebagai terjemahan to (Inggris) yang sebenarnya bisa ditiadakan:


a. ''Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India". (Bisa disingkat: "Uni Soviet
cenderung mengakui ").

b. "Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami". (Bisa disingkat: "Pendirian semacam itu
mudah dipahami").

c. ''GINSI dan Pemerintah bersetuju untuk memperbaruhi prosedur barang- barang modal".
(Bisa disingkat: "GINSI dan Pemerintah bersetuju memperbaruhi.

5. Pemakaian adalah sebagai terjemahan is atau are (Inggris) tak selamanya perlu:

a. ''Kera adalah binatang pemamah biak". (Bisa disingkat '"Kera binatang pemamah biak").

6. Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa dihapuskan,
kalau ada keterangan waktu

a, ''Presiden besok akan meninjau pabrik ban Good year".(Bisa disingkat: "Presiden besok
meninjau pabrik. "). ''Tadi telah dikatakan..."' (Bisa disingkat: "Tadi dikatakan.''

b. ''Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri". (Bisa disingkat: 'Kini Clay mempersiapkan
diri").
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau
public. Jelas dan tidaknya suatu informasi sangat ditentukan oleh benar dan tidaknya
bahasa yang dipakai. Untuk itu dunia pers atau jurnalistik sebagai pemberi informasi
kepada public harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar khalayak atau public
dapat memahami maksud yang ingin disampaikan. Dalam masyarakat ada anggapan
bahwa bahasa jurnalistik itu tidak sama dengan bahasa schari-hari. Punya ragam
tersendiri, berbeda dengan ragam umum Bahasa Indonesia
Analisis Jurnal I, Variasi Kalimat Jurnalistik

A. Identitas Jurnal
 Judul : Analisis Variasi Bahasa Ragam Jurnalistik dalam Koran Malut Post
 Penulis : Anwar Nada, Riska H Rini
 Tahun Terbit : Oktober 2021
 Vol : 19 No.2
 P-ISSN : 1693-4164
 E-ISSN : 2715-8551
 DOI : 10.33387

B. Analisis Jurnal

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat. Komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antar manusia, sebab
berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung untuk keseimbangan seseorang
dalam bermasyarakat. Berkomunikasi secara baik dengan orang lain tidak terjadi begitu saja
dalam diri seseorang, melainkan ia harus melakukan proses pembelajaran baik secara formal
maupun otodidak. Karena kebutuhan akan perlunya suatu proses komunikasi yang baik dan
efektif pendidikan komunikasi berkembang di mana-mana. Salah satu dari komunikasi
tersebut adalah media massa, yakni merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada komonikan. Pemilihan media untuk
berkomunikasi yang digunakan juga berbeda-beda khususnya kepada khalayak penerima
pesan dalam komunikasi. Komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi media
massa, yakni koran, majalah, televisi, radio dan filem.Informasi yang disampaikan harus
saling dimengerti oleh masyarakat. Sebuah komunikasi akan berlangsung lancar bila bahasa
yang digunakan dapat dipahami sehingga pesan dapat tersampaikan. Komunikasi massa
memiliki dampak atau pengaruh yang sangat luas. Setiap hari masyarakat menerima pesan
dari media massa baik itu pesan yang membawa dampak positif maupun pesan yang
membawa dampak negatif.
Sehubungan dengan hal tersebut, ragam bahasa jurnalistik banyak terdapat bentuk
variasi seperti variasi yang terdapat dalam koran. Dahulu sangat sulit didapatkan informasi
secara cepat karena keterbatasan teknologi dan hal ini terjadi pada masa lalu, pada masa
sekarang masyarakat sangat cepat memperoleh informasi melalui media cetak dan bahasa
yang ringkas. Media cetak yang dimaksud salah satunya adalah koran. Koran juga didesain
agar menarik perhatian, dan dicetak diatas kertas. Tidak semua variasi bahasa dalam koran
menggunakan bahasa yang baku untuk menarik perhatian pembaca namun dengan bahasa
yang tidak efektifpun koran dapat menarik perhatian masyarakat.

Terjadinya kevariasian bahasa ini bukan disebabkan oleh penuturnya yang heterogen,
karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Adapun contoh koran
yang peneliti temukan “ kajian umum “ menindak tegas jika oknum anggota yang bertindak
diluar dari Standar Operasional Pengamanan (SOP)”Hari: selasa, 07 juli 2020, dalam data
tersebut menggunakan ragam resmi atau ragam formal ditandai dengan adanya konteks
“oknum/anggota”, kalimat tersebut sebuah pangilan untuk anggota polisi.

Penelitian ini dilaksanakan pada desember 2020 sampai Januari 2021, dengan
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian diperoleh dari dari rubrik opini yang peneliti kumpulkan dan analisis yaitu
edisi 5, 10, dan 15 januari 2021. Variasi bahasa yang peneliti dapatkan banyak dan beragam
variari bahasa dan yang lebih berdominan adalah bahasa ragam baku. Selanjutnya
berdasarkan analisisi data dapat ditemukan penggunaan variasi bahasa pada koran rubrik
opini di 6 teks ditemukan variasi bahasa (1) ragam beku 6, (2) ragam baku 29, (3) ragam
usaha 27, (4) ragam santai10, (5) ragam akrab 4.

Berdasarkan hasil observasi, dapat dikemukakan bahwa prosedur penulisan rubrik


opini yang berlaku di Malut Pos, sesuai dengan standar operasional, pertama yaitu memilih
tulisan yang dikirim dari email kemudi editor setelah editor selesai melakukan tugasnya
mengedit tulisan dan membacara kata demi kata selesai lanjut letouther, yaitu pengeditan tata
letak gambar dan tulisan kemudian diberikan pada piket atau orang yang mencetak koran.
Kedua, Persyaratan yang ditetapkan oleh Malut Post khususnya dalam menulis rubrik opini
adalah tulisan maksimal 2 page dengan poin huruf 12 disertai dengan foto penulis dengan
beresolusi baik. Rubrik opini yang telah ditetapkan sebagai data penelitian, peneliti mulai
membaca dan dicatat variasi bahasa dari segi keformalan yang ditemukan pada rubrik ke
dalam tabel. Tabel yang berisi variasi bahasa dari segi keformalan yang ditemukan dalam
rubrik kemudian peneliti mulai mendeskripsikan, setelah selesai peneliti melihat atau
memeriksa kembali. Setelah itu, peneliti merapikan kembali atau meletakan kembali semua
rubrik opini yang diambil tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dengan bagian editing rubrik
opini kantor Malut Post Kota Ternate, Sunarti dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa dalam
rubrik tersebut banyak beragam variasi dan bahasa yang digunakan oleh para penulis yang
mengirimkan tulisannya kepada editor rubrik opini. Kemudian teradpat pedoman atau
persyaratan khusus dalam pembuatan rubrik opini di Malut Pos yang ada hanya persyaratan
penulisan bagi penulis yang ingin mengirimkan tulisannya.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bagaimana penggunaan variasi bahasa
dari segi keformalan dalam rubrik opini edisi 5, 10, dan 15 januari 2021 tersebut sangat
banyak dan beragam dalam membuat/menyusun rubrik opini. Dapat dilihat juga penggunaan
variasi kalimat, diksi dan kata-kata yang ditulis berbeda-beda, hal ini disebabkan karena latar
belakang pendidikan, dan pengetahuan dan pengalaman yang beragam.

Variasi bahasa merupakan bahasa pokok dalam studi sosiolinguistik, kridalaksana


(dalam Chaer 2014:61) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang
berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciriciri sosial
kemasyarakatan.Variasi bahasa atau ragam bahasa itu dapat dilihat dari akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahas.

Menurut Chaer (2014:62) variasi bahasa dapat digolongkan menjadi empat bagian
yaitu 1) variasi bahasa dari segi penutur yaitu ideolek, dialek, sosiolek, dan kronolek. 2)
variasi bahasa dari segi pemakai, 3) variasi bahasa dari segi keformalan yaitu ragam beku,
ragam baku, ragam usaha,ragam santai, dan ragam akrab, dan 4) Variasi bahasa dari segi
sarana.
Analisis Jurnal 2, Kalimat Goyah

A. Identitas Jurnal
 Judul : Terorisme dan Simalakama Media Massa
 Penulis : Farid Pribadi
 Penerbit : Universitas Negeri Surabaya
 Tahun Terbit : Desember 2019
 Vol : 1. No. 2
 P-ISSN : 2685-7626
 E-ISSN : 2714-7614

B. Analisis Jurnal

Artikel ini membahas hubungan simbiosis mutualisme antara media massa dan
terorisme. Entah disadari atau tidak, aksi terorisme di tanah air masih menjadi bahan berita
yang menarik dan bernilai ekonomis dihadapan media massa. Disisi lain , dipihak pelaku
teror menilai pemberitaan seputar aksi teror justru menjadi lahan kampanye yang strategis
untuk menunjukkan eksistensi mereka. penelitian menggunakan pendekatan kualitatif metode
analisis naratif. Hasil penelitian adalah www.okezone.com dan www.tribunnews.com
menempatkan peristiwa teror edakan di Mapolrestabes Medan sebagai bahan berita yang
menarik dan bernilai ekonomis.

Gaya alur berita disusun dengan pilihan kata-kata bernuansa mencekam, dramatis dan
sensasional. Selain itu, penayangan ilustrasi foto dan video sesaat usai ledakan terjadi juga
bertujuan untuk menampilkan seolah-olah berita peristiwa ledakan tersebut benar adanya,
bukan rekayasa, objektif dan valid. Teknik perpaduan pilihan katakata, alur cerita, teknik
penempatan serta ukuran foto dan video kesemuanya bertujuan agar emosi pembaca turut
larut dalam keadaan yang mencekam sebagaimana situasi dilokasi kejadian ledakan. Praktik
penyusunan alur berita semacam ini yang disebut, sebagaimana Jean Baudrillard sebagai
praktik simulasi. Praktik simulasi melalui praktik penyusunan alur berita dan sentuhan
teknologi visual gambar akhirnya akan tercipta kondisi hiperrealitas.
Yakni kondisi antara kenyataan akan bercampur aduk dengan yang semu sehingga
sulit dibedakan lagi mana yang asli dan palsu. Berikutnya penayangan daftar korban yang
tidak diketahui asal-usul kebenarannya justru akan melahirkan, sebagaimana Pierre Bourdie
menyebut sebagai kekerasan simbolik. Yaitu, praktik kekerasan simbol-simbol yang
ditujukan bukan lagi fisik sebagai sasarannya melainkan kesadaran-kesadaran berpikir.
Kekerasan simbolik dalam pemunculan daftar korban sesungguh berpotensi melahirkan rasa
traumatik terhadap keluarga para korban.

Narasi Berita okezone.com dan tribunnews.com www.okezone.com memberitakan


kasus ledakan yang terjadi di Mapolrestabes Medan pada hari Rabu 13 November 2019 pada
pukul 09.26. berita tersebut diberi judul ‘Breaking news : Ledakan Terjadi di Mapolrestabes
Medan’ Pada bagian awal Okezone.com menampilkan gambar ilustrasi api ledakan dahsyat
yang menghancurkan apapun disekitarnya. Ukuran gambar yang cukup besar jika
dibandingkan dengan ukuran teks berita menandakan upaya ledakan yang hebat terjadi.
Penggunaan ilustrasi gambar menandakan jurnalis dimungkinkan tidak berada dilokasi
kejadian sehingga gambar kondisi terkini saat itu tidak ditampilkan.

Penulis berita bernama Erie Prasetyo menguraikan peristiwa ledakan dengan


membagi empat paragraf. Paragram pertama, berisi tentang lokasi dan waktu kejadian
ledakan. Paragraf awal ini pembaca ingin ditunjukkan detail lokasi kejadian ledakan yakni di
Polrestabes Medan atau markas kepolisian Medan.

Paragraf kedua berisi tentang informasi sementara dari orang-orang disekitar lokasi
kejadian tentang kronologis dan terduga pelaku peledakan. Erie sang jurnalis okezone.com
berusaha menyuguhkan informasi dari pihak kepolisian. ‘pihak kepolisian’ tidak disebutkan
jelas siapa nama dan jabatan serta posisi saksi dalam peristiwa ledakan tersebut. Kalimat
‘ledakan itu diduga berasal dari bom bunuh diri’ menandakan informasi tentang adanya
oknum yang berusaha melakukan aksi bom bunuh diri. Kalimat berikutnya ‘… yang
dilakukan dua orang menggunakan atribut ojek online’ berusaha menginformasikan tentang
adanya dugaan oknum berjumlah dua orang melakukan aksi bom bunuh diri dengan modus
menyamar sebagai ojek online.

Informasi dari kepolisian, ledakan itu diduga berasal dari bom bunuh diri, yang
dilakukan dua orang menggunakan atribut ojek online. Mengandalkan sumber resmi dari
pihak kepolisian diatas merupakan upaya jurnalis okezone.com agar pembaca memiliki tafsir
tunggal dalam menelaah kasus ledakan tersebut yakni kasus bom bunuh diri. Sehingga
meskipun menggunakan kata ‘diduga’, namun pesan yang ingin sesungguhnya adalah
informasi kasus bom bunuh diri adalah aksi nyata, benar dan pasti terjadi. Hal ini juga
diperkuat dengan kalimat pernyataan narasumber ‘seorang petugas’ pada paragraf ketiga
‘‘meledak di sekitar kantin Polrestabes Medan, ujar seorang petugas.”

Paragraf keempat berisi tentang aktivitas pihak kepolisian yang melakukan


pengamanan dilokasi kejadian dengan cara memasang garis pembatas. Pada paragraf terakhir
tersebut kata’diduga’ juga digunakan untuk mengungkap kondisi oknum pelaku bom bunuh
diri yang telah tewas dilokasi kejadian. Teknik menggunakan kata ‘diduga’ dan diletakkan
pada bagian kalimat akhir berita merupakan upaya penggambaran objektif bahwa kondisi
oknum peledakan sudah tewas ditempat. Fakta ini telah diteliti oleh pihak kepolisian.

Hiperrealitas Media dan Simalakama Media Teror ledakan yang terjadi di


Mapolrestabes Medan juga ikut meledak di kanal media massa online. Teror ledakan masih
menjadi perhatian besar yang membutuhkan perhatian khusus dari media karena menyangkut
keselamatan banyak orang. Para pelaku aksi teror memiliki tujuan bukan saja pembunuhan
atau pengerusakan fisik, melainkan penyebaran rasa takut ataupun ancaman. Pada titik inilah
hubungan media dan terorisme menjadi dilematis. Sebab entah disadari atau tidak keduanya
terjalin hubungan simbiosis mutualisme.

Khalayak membutuhkan media untuk mengetahui peristiwa terorisme. Sebaliknya,


pelaku teror membutuhkan media sebagai ruang mempertontonkan eksistensi diri. Kini
pelaku teror tak ubahnya bak artis. Menurut pakar isu media dan terorisme Brigitte Nacos
(2002) mengemukakan keberhasilan aksi terorisme memang seringkali bisa diukur dari
luasnya peliputan media yang didapatkan. Tujuan terorisme menjadi tiga lingkup utama:
mendapat perhatian, pengakuan, dan rasa hormat pada taraf terentu. Lebih lanjut, media
massa merupakan lahan kampanye yang strategis bagi diskusi dan perdebatan tentang
berbagai hal termasuk terorisme (Ross, 2007).

Akan tetapi, entah disadari atau tidak pada sisi pelaku media menempatkan aksi teror
berpotensi akan menyedot perhatian besar dan bernilai profit orientied. Sehingga media kerap
menampilkan gaya penulisan berita yang sensasional dan dramatis.

Gaya penulisan alur berita yang sensasional dan dramatis peristiwa ledakan di
Mapolrestabes Medan baik okezone.com dan tribunnews.com adalah upaya menciptakan
kondisi hiperrealitas. Jean Baudrillard adalah seorang sosiolog Perancis dalam bukunya
Simulations (1983) memperkenalkan konsep hiperrealitas merupakan hasil akhir dari suatu
kondisi dimana di dalamnya kepalsuan bercampur dengan keaslian, fakta melebur bersama
rekayasa, realitas semu dianggap lebih nyata daripada realitas asli, dan kepalsuan dianggap
lebih benar daripada kebenaran. Agen pencipta hiperrealitas salah satunya adalah media
massa. Media massa sebagai pencipta kondisi hipperrealitas semakin masif jika didukung
kecanggihan teknologi informasi.

Penulisan alur cerita ledakan yang terjadi di Mapolrestabes Medan menjadi tiga
bagian (awal, tengah, akhir). Awal, berisi tentang berita adanya ledakan. Bagian tengah,
berisikan tentang kronologi kejadian ledakan dan dugaan pelaku peledakan. Bagian akhir,
tentang gambaran kondisi akibat leddakan dan daftar korban ledakan.

Kesimpulan :

Media massa dan terorisme menjadi dua tema strategis yang menarik perhatian karena
memiliki benang merah. Media massa melihat peristiwa terorism menjadi bahan berita yang
menarik untuk mendidik masyarakat agar mawas diri da bernilai ekonomis. Di sisi pelaku
teror, pemberitaan ancaman teror dianggap sebagai media penyebaran eksistensi ideologinya
ditengah-tengah masyarakat. Gay penulisan alur berita terorisme yang hiperrealitas justru
mengaburkan fungsi media antara fungsi edukasi peningkatan kewaspadaan publik, namun
disisi lain justru media massa dijadikan sebagai lahan kampanye atas aksi ‘perjuangan’
kelompok teror.

Gaya pengungkapan fakta dan penulisan berita baik okezone.com dan


tribunnews.com tentu menjadi sesuatu hal yang memprihatikan. Kedua media massa daring
tersebut idealnya menjadi pemandu bagi publik untuk meyeleksi informasi yang benar.
Dalam situasi teror seperti saat ini, peran jurnalis pun di uji kredibiltasnya dalam
keikutsertaan mengurangi ancaman teror. Publik pun diharapkan juga tidak mudah percaya
kepada berita-berita yang datang silih berganti. Publik harus meyaring terlebih dahulu
kebenaran berita tersebut dan terus meningkatkan literasi media.
DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo. 2003 . Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sumadiria, Haris. (2016). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama

Chaer, Abdul, Leoni Agustin. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Baudrillard, J. 1983. Simulations. New York: Semiotext (e).

Bourdieu, Pierre. 1992. Language & Symbolic Power, edited and introduced by JB

Thompson, terj. oleh Gino Raymond & Matthew Adamson. Cambridge: Polity Press.

Eriyanto. 2013. Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita
Media. Jakarta: Kencana.

https://nasional.okezone.com/read/2019/11/13/337/2129162/breaking-newsledakan-terjadi-
di-mapolrestabes-medan

https://www.alexa.com/topsites/countries/ID

Anwar Nada (2021) . Analisis Variasi Bahasa Ragam Jurnalistik dalam Koran Malut Post

Farid Pribadi (2019). Terorisme dan Simalakama Media Massa. Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai