MAKALAH
KELOMPOK II
ERY JUWITA SILALAHI (183003010002)
HAMID (183002010001)
KMS. IMSYAR ROSADI (183002010003)
MAULIDIA CITRA RIZKI (183002010010)
RIKA SARI (183002030008)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa Indonesia?
2. Apa yang menjadi penyebab terbentuknya ragam bahasa?
3. Apa saja jenis-jenis ragam bahasa?
4. Bagaimana seharusnya kita menyikapi banyaknya ragam bahasa?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, maka makalah ini
bertujuan untuk:
1. Menjelaskan pengertian ragam bahasa Indonesia.
2. Menjelaskan hal-hal yang menjadi penyebab terbentuknya ragam
bahasa Indonesia.
3. Menjelaskan jenis-jenis ragam bahasa Indonesia.
4. Menjelaskan bagaimana kita menyikapi adanya ragam-ragam bahasa
Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Pembaca menjadi tahu dan memiliki wawasan akan ragam bahasa
Indonesia, sebab-sebab terjadinya ragam bahasa Indonesia, jenis-jenis
ragam bahasa Indonesia serta tahu bagaimana harus bersikap dengan
banyaknya ragam bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa
Dalam Wikipedia Ensiklopedia Bebas (2018), bahasa adalah
kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia
lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Bahasa manusia
unik karena memiliki sifat-sifat produktivitas, rekursif, dan pergeseran,
dan karena keseluruhan bahasa manusia bergantung pula pada konvensi
serta edukasi sosial. Strukturnya yang kompleks mampu memberikan
kemungkinan ekspresi dan penggunaan yang lebih luas daripada sistem
komunikasi hewan yang diketahui.
Bahasa-bahasa berubah dan bervariasi sepanjang waktu, dan
sejarah evolusinya dapat direkonstruksi ulang dengan membandingkan
bahasa modern untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki
oleh bahasa leluhurnya supaya perubahan nantinya dapat terjadi.
Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur yang sama dikenal
sebagai rumpun bahasa.
Sebagai objek kajian linguistik, “bahasa” memiliki 2 arti dasar:
sebagai sebuah konsep abstrak, dan sebagai sebuah sistem linguistik yang
spesifik. Bahasa Indonesia adalah contoh dari makna bahasa sebagai
sebuah sistem linguistik yang spesifik. Menurut Lyons (1981), bila
berbicara mengenai bahasa sebagai konsep umum, dapat digunakan
berbagai definisi yang menekankan aspek yang berbeda dari fenomena
tersebut. Menurut Trask (2007:129-31), definisi tersebut juga memerlukan
pendekatan dan pemahaman berbeda tentang bahasa, dan terkadang
memberikan kajian teori linguistik yang berbeda atau bahkan
bertentangan.
3
B. Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman
sekarang ini, perilaku masyarakat juga mengalami perubahan. Bahasa pun
mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang
dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul
mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan
tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut
pemakaian, berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa
menurut pemakai (dalam Pendahuluan KBBI edisi ketiga). Variasi tersebut
bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi
sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri (Marjorie
Meecham dan Janie Rees Miller, 2001). Variasi di tingkat leksikon, seperti
slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat
formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap
sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri.
Faktor budaya dan sejarah, perkembangan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan letak geografis mempengaruhi lahirnya bermacam ragam
bahasa. Meskipun ada beberapa macam ragam bahasa Indonesia, namun
semuanya itu masih termasuk dalam koridor ‘bahasa Indonesia’ karena
masing-masing ragam bahasa memiliki teras atau inti sari bersama yang
dapat dipahami secara umum. Penyebab beberapa ragam bahasa itu sama
adalah ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, dan tata makna
umumnya yang masih sama. Oleh karena itu, ketika kita berbicara, kita
masih bisa memahami pembicaraan orang lain yang berbahasa Indonesia
meskipun kita juga mengenali perbedaan ragam bahasa Indonesia lain
yang digunakan oleh orang itu.
4
Menurut Pramudibyanto (2013:1.2), ragam bahasa dibedakan
menjadi golongan penutur dan ragam bahasa menurut jenis pemakaian
bahasanya. Dari sini kita bisa tahu ragam bahasa tertentu dengan
menggunakan indikator daerah asal, pendidikan dan sikap penuturannya.
Meskipun begitu, keragaman tersebut tetap menjadikan perbedaan dan
perkembangan bahasa sebagai sebuah ‘bahasa Indonesia’, karena
keragaman tersebut masih dalam koridor inti sari bersama yang dapat
dipahami secara umum.
Menurut jenis pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu menurut sudut pandang pokok persoalan, sasaran, dan
perpaduan. Masing-masing dari kita berasal dari budaya yang berlainan,
sehingga pola tutur yang kita hasilkan pun beragam sesuai dengan latar
belakang budaya dan adat istiadat. Seseorang yang akan bergabung dengan
komunitas tertentu harus mengenal pola tutur komunitas itu terlebih
dahulu. Pengenalan pola tutur dapat didasarkan pada luas pergaulan,
pendidikan, profesi, kegemaran, dan pengalaman. Ada asumsi bahwa
pemakaian ragam bahasa menurut bidang atau pokok persolan tertentu
bisa saja bersinggungan dengan ragam bahasa dari bidang atau pokok
persoalan yang lain.
5
karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Ragam
baku lisan belum memiliki pedoman, hal ini terjadi karena sulitnya
mencari lafal yang standar bagi penutur bahasa Indonesia yang
majemuk sehingga ukurannya bisa bergantung pada sedikit atau
banyaknya ragam daerah atau asing yang terdengar dalam ucapan.
Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku jika dalam
pembicaraannya pengaruh logat atau dialek daerahnya tidak
mendominasi.
6
2. Ragam fungsional
Ragam fungsional yang terkadang juga disebut ragam
profesional adalah ragam bahasa yang berhubungan erat dengan
profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.
Ragam fungsional juga terkait dengan keresmian keadaan
penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma
sebagai bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian seperti bahasa
dalam lingkungan keilmuan/teknologi dan kedokteran. Contoh ragam
fungsional:
a. Ragam kedokteran
Ada empat hal yang membuat orang dewasa dapat
kehilangan daya penglihatannya. Yang pertama kelainan di kornea,
lalu kelainan lensa, kelainan di retina, dan terakhir di pusat saraf
pengolah data yang datang dari mata. Kelainan kornea dapat diatasi
dengan transplantasi kornea yang sudah banyak dilakukan di
Indonesia. Demikian pula kelainan lensa. Katarak misalnya, sudah
bukan hal sulit lagi mengindikasi adanya gangguan fungsi di
bagian otak.
b. Ragam keilmuan/teknologi
Di jantung komputer terkecil (yang disebut mikrokomputer)
terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan
mikroprosessor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang
berukuran tidak lebih besar daripada kuku jari kelingking.
Sebenarnya, mikroprosessor itu sendiri adalah komputer dan dapat
dibangun menjadi berbagai jenis mesin.
7
pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ciri-ciri ragam bahasa
lisan di antaranya memerlukan kehadiran orang lain, unsur gramatikal
tidak dinyatakan secara lengkap, terikat ruang dan waktu dan
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara. Menurut Roisah (2017)
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-
unsur di dalam struktur kalimat tidak mencirikan kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan
kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak
formal. Contoh ragam lisan yaitu “Sudah saya baca buku itu.”.
Ragam bahasa lisan memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai
berikut:
a. Dapat disesuaikan dengan situasi;
b. Efisien;
c. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
d. Jelas, karena pembicara menambahkan unsur lain berupa tekanan
dan gesture anggota badan sehingga pendengar mengerti apa yang
dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerik pembicara;
e. Pembicara dapat dengan segera menilai reaksi pendengar terhadap
apa yang dibicarakannya.
Sedangkan kelemahan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai berikut:
a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan
terdapat beberapa frase-frase sederhana;
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat;
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan dengan baik;
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan
ragam tidak formal.
8
2. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan
melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan
kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya. Menurut Pramudibyanto (2013:1.8) penuangan bahasa
tulis perlu juga didukung oleh kemampuan menyampaikan ujaran
dalam ragam lisan. Artinya, seseorang yang mengucapkan suatu
konsep sebaiknya diiringi dengan kemampuan menuangkan dalam
gagasan tulis, meskipun hal itu tidak mutlak. Contoh ragam tulis
adalah “Saya sudah membaca buku itu.”. Ciri-ciri ragam bahasa tulis
adalah sebagai berikut:
a. Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
b. Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
c. Tidak terikat ruang dan waktu;
d. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Beberapa kelebihan yang ada dalam ragam bahasa tulis
diantaranya:
a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media
atau materi yang menarik dan menyenangkan;
b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyarakat;
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata;
d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan
informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
mencanggihkan wawasan pembaca.
Sedangkan beberapa kelemahan di dalam ragam bahasa tulis yaitu:
a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan
tidak ada, akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna;
9
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika
harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung
miskin daya pikat dan nilai jual;
c. Yang tidak terdapat di dalam bahasa tulisan tidak dapat
diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan
keseksamaan yang lebih besar.
Berdasarkan ciri-ciri, kelemahan serta kelebihan ragam bahasa
tulis dan bahasa lisan di atas, dapat kita tarik beberapa hal berikut:
a. Bahasa lisan didukung isyarat paralinguistik;
b. Bahasa tulis dapat menyimpan informasi tanpa bergantung pada
ruang dan waktu;
c. Bahasa tulis dapat memindahkan bahasa dari bentuk oral ke bentuk
visual, memungkinkan kata-kata lepas dari konteks aslinya;
d. Sintaksis bahasa lisan kurang terstruktur dibandingkan dengan
sintaksis bahasa tulis;
e. Bahasa tulis banyak mengandung penanda metalingual yang
menghubungkan antara frasa-klausa;
f. Struktur bahasa tulis umumnya subjek-predikat, bahasa lisan
memiliki struktur ‘topik-sebutan’ (topic-comment) (Givon);
g. Bahasa lisan jarang menggunakan konstruksi pasif;
h. Bahasa lisan sering mengulangi bentuk sintaksis;
i. Bahasa lisan dapat diperhalus sambil terus berbicara.
10
dengan dialek-dialek bahasa Melayu Kuno. Bahasa Melayu inilah yang
akhirnya menjadi bahasa Indonesia.
11
publikasi dalam bentuk yang berbeda-beda dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
12
4. Ragam bahasa sastra
Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulis
cenderung menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan
memadukan unsur instrinsik dan ekstrinsik, kisahnya dalam roman,
novel, cerita pendek, dan lain-lain. Namun, ragam ini sering digunakan
juga dalam iklan promosi produk komersial, terutama dalam upaya
menyentuh perasaan konsumen yang menekankan kesenangan,
keindahan, kenyamanan, dan lain-lain. Misalnya, iklan sabun mandi
untuk kecantikan, pakaian dan aksesorisnya, dan lainnya. Ragam
bahasa sastra menyenangkan bagi pembacanya tanpa mendorong
pembaca untuk membeli suatu produk, sedang iklan bersifat persuasif
agar pembaca (pendengar) membeli produk.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra
banyak menggunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang
sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering
dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta
pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
13
H. Menyikapi Ragam Bahasa
Menurut Pramudibyanto (2013:1.3), ketika hukum perubahan
menyentuh tatanan bahasa Indonesia, komponen yang ada di dalamnya
pun mengalami perubahan. Luasnya wilayah pemakaian bahasa dan
beragamnya penutur bahasa, mustahil akan terhindar dari segala perubahan
yang terjadi. Kemana perubahan akan berjalan, aspek kebahasaan tidak
mungkin bersembunyi untuk menghindari terpaan itu. Kita, yang tinggal
dalam sebuah komunitas tertentu saja, bisa mengubah atau memberikan
‘warna’ baru pada bahasa yang kita pakai. Misalnya, apabila kita ingin
menambahkan kosakata khusus yang berlaku untuk komunitas kita sendiri,
kita tentu akan menyepakatinya sebagai bagian dari bahasa kita. Selain itu,
faktor sejarah dan semakin majunya masyarakat Indonesia semakin
memicu perubahan ragam bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, keragaman tersebut tetap menjadikan
perbedaan dan perkembangan bahasa sebagai sebuah ‘bahasa Indonesia’,
karena keragaman tersebut masih dalam koridor inti sari bersama yang
dapat dipahami secara umum. Sebagai ilustrasi, ciri dan kaidah tata bunyi,
pembentukan kata, dan tata makna, pada umumnya sama. Misalnya,
meskipun Anda berasal dari daerah Sulawesi, Anda masih tetap bisa
memahami pesan yang disampaikan oleh orang dari daerah Jawa Timur.
Perbedaan utamanya mungkin hanya terletak pada komponen tata bunyi
dan pembentukan kata.
Logat daerah merupakan aspek kebahasaan yang paling didominasi
oleh masalah tata bunyi. Dengan logat tertentu, seseorang akan mudah
dikenal dari mana asalnya. Dengan logat tertentu pula, seseorang akan
terpengaruh untuk memanfaatkan tekanan suara, turun naiknya nada, serta
panjang pendeknya bunyi bahasa.
Lambat laun cara pandang penutur bahasa Indonesia terhadap
penutur beraksen kedaerahan semakin terbuka. Meskipun demikian, masih
ada beberapa kalangan kecil masyarakat yang belum bisa menyenangi atau
paling tidak menerima penutur beraksen kedaerahan. Para penutur bahasa
14
Indonesia tersebut kadang-kadang memprotes ketidakjelasan penutur
beraksen daerah mengenai pesan yang diucapkan oleh penutur beraksen
kedaerahan. Namun alangkah baiknya, kita sebagai golongan masyarakat
berpendidikan berupaya menerima kelebihan dan kekurangan itu dengan
lapang dada, dan berusaha memberikan pemahaman kepada orang sekitar
yang belum bisa menerima perbedaan tersebut, untuk berusaha menerima
perbedaan yang ada.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara (Bachman, 1990). Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen,
laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi
bahasa baku itu sendiri (Marjorie Meecham dan Janie Rees Miller, 2001).
Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih
variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam
standar (Subarianto, 2000).
Faktor budaya dan sejarah, perkembangan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan letak geografis mempengaruhi lahirnya bermacam ragam
bahasa. Sesuai dengan keadaan geografis yang dialami oleh bangsa
Indonesia, masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia pun senantiasa
berkomunikasi dengan masyarakat yang tinggal di wilayah atau pulau lain.
Akibatnya, bahasa yang digunakan sangat dimungkinkan keragamannya.
Begitu pula dengan kemungkinan adanya persepsi orang-orang yang
berbeda-beda dalam mengartikan bahasa komunikasi orang lain.
Jenis-jenis ragam bahasa Indonesia diantaranya ragam baku lisan
dan tulisan, ragam sosial dan fungsional, ragam bahasa berdasarkan media
yang terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulisan, ragam bahasa berdasarkan
waktu yang terdiri atas ragam bahasa lama dan baru, dan ragam bahasa
berdasarkan pesan komunikasi yang terdiri atas ragam bahasa ilmiah,
ragam bahasa pidato, ragam bahasa tulis resmi, ragam bahasa sastra, dan
ragam bahasa berita.
16
Faktor sejarah dan semakin majunya masyarakat Indonesia
semakin memicu perubahan ragam bahasa Indonesia. Namun semuanya
itu masih termasuk dalam koridor ‘bahasa Indonesia’ karena masing-
masing ragam bahasa memiliki teras atau inti sari bersama yang dapat
dipahami secara umum. Adanya ragam-ragam bahasa ini membuat kita
perlu untuk lebih memperluas cara berpikir kita. Kita sebagai golongan
masyarakat berpendidikan berupaya menerima kelebihan dan kekurangan
itu dengan lapang dada, dan berusaha memberikan pemahaman kepada
orang sekitar yang belum bisa menerima perbedaan tersebut, untuk
berusaha menerima perbedaan yang ada.
B. Saran
Kita sebagai warga negara Indonesia ada baiknya benar-benar
menelaah dan memahami perihal banyaknya ragam bahasa Indonesia,
sehingga kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah, baik dalam media lisan maupun tulisan dan membuka cara
pandang kita terhadap penutur bahasa dengan aksen tertentu karena adanya
keragaman tidak mungkin bisa dihindari mengingat zaman yang terus
berkembang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Lyons, John. 1981. “Language and Linguistics” dalam Bahasa, oleh Kontributor
Wikipedia. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas (Online). (https://id.m.wikipedia.
org/wiki/Bahasa, diunduh pada tanggal 19 Oktober 2018).
Meecham, Marjorie dan Janie Rees Miller. 2001. “Language in Social Contexts”
oleh W, O’Grady, at.al. (Eds.)., dalam Ragam Bahasa, oleh Kontributor
Wikipedia. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas (Online). (https://id.wikipedia.
org/wiki/Ragam_bahasa, diunduh pada tanggal 19 Oktober 2018).
18
“n.n.”. 2017. “Ragam Bahasa, Pengertian dan Jenis-Jenis Ragam Bahasa
Lengkap, Language Diversity”. Artikel Bahasa Indonesia (Online).
(https://www.berbagaireviews.com/2017/04/ragam-bahasa-pengertian-dan-
jenis-jenis.html?m=1, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2018).
Nurrohman, Adjie. 2010. “Ragam Sosial dan Ragam Fungsional”. Artikel Bahasa
Indonesia (Online). (http://adjienurrohman.blogspot.com/2010/04/ragam-
sosial-dan-ragam-fungsional.html?m=1, diunduh pada tanggal 20 Oktober
2018).
Puteri, Afifah. 2013. “Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis”.
Artikel Umum (Online). (https://afifahputeri.wordpress.com/2013/10/19/
perbedaan-ragam-bahasa-lisan-dan-ragam-bahasa-tulis/, diunduh pada
tanggal 20 Oktober 2018).
Saddoen, Arifin. “31+ Contoh Kata Pengantar Makalah, Laporan, Skripsi, Tugas,
Praktikum, Proposal”. Artikel Umum (Online). (https://moondoggiesmusic.
com/contoh-kata-pengantar/, diunduh pada tanggal 19 Oktober 2018).
Samjar. 2013. “Variasi dan Ragam Bahasa”. Artikel Bahasa Indonesia (Online).
(http://teorikux.blogspot.com/2013/10/variasi-dan-ragam-bahasa1.html?m=
1, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2018).
Subarianto, 2000, dalam Ragam Bahasa Indonesia, oleh Roisah. Artikel Umum
(Online). (http:// roisah.weebly.com/ragam-bahasa.html, diunduh pada
tanggal 19 Oktober 2018).
Trask, Robert Lawrence. 2007. “Language and Linguistics: The Key Concepts
(2nd Edition), oleh Stockwell (Ed.)., dalam Bahasa, oleh Kontributor
19
Wikipedia. Wikipedia, Ensiklopedia Bebas (Online). (https://id.m.wikipedia.
org/wiki/Bahasa, diunduh pada tanggal 19 Oktober 2018).
Tysna, Ade Wahyu dan Intan. “Ragam Bahasa Indonesia”. Makalah Bahasa
Indonesia (Online). (https://www.academia.edu/9534983/MAKALAH_
BAHASA_INDONESIA_RAGAM_BAHASA_, diunduh pada tanggal 19
Oktober 2018).
20
RESUME HASIL PRESENTASI
I. SESI KRITIK DAN SARAN
Pemberi Kritik dan
No. Isi
Saran
Pemateri sebaiknya benar-benar
mempersiapkan dan memahami materi yang
Inneke Putri Dwi
akan dipresentasikan, sehingga saat
1. Anggraini
penyampaian materi tidak hanya membaca isi
(Kelompok 1)
makalah secara keseluruhan.
21
persatuan kita.
22