Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara Ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bireuen, 25 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A Latar Belakang............................................................................. 1
B Rumusan Permasalahan ............................................................. 1
C Tujuan Penulisan Makalah.......................................................... 1
BAB II KERANGKA PEMBAHASAN....................................................... 2
A Pengertian hak dan kewajiban warga negara.............................. 2
B Asas kewarganegaraan ............................................................... 4
C Unsur kewarganegaraan.............................................................. 7
D Masalah kewarganegaraan.......................................................... 7
BAB III PENUTUP........................................................................................ 10
A Kesimpulan............................................................................... 10
B Saran. ....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ……………………….................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehingga dalam
praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan
mutlak untuk didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada
dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan / kewajiban bagi
individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak
berjalan secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan yang
akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Dewasa ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan kewajiban, terutama dalam
bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap warga negara.
Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hal yang perlu diperhatikan
. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “ Tiap - tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “ . Secara garis besar dapat
dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap
warga negara sebagai salah satu tanda adanya perikemanusiaan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian hak dan kewajiban warga negara ?


2. Bagaimana azas kewarganegaraan ?
3. Apa saja unsur unsur penentu kewarganegaraan ?
4. Apa saja masalah status kewarganegaraan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana pengertian hak dan kewajiban warga negara
2. Mengetahui Bagaimana azas kewarganegaraan
3. Mengetahui Apa saja unsur unsur penentu kewarganegaraan
4. Mengetahui Apa saja masalah status kewarganegaraan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara


Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya
didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Contoh Hak
Warga Negara Indonesia ;
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
NKRI dari serangan musuh.
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban
untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang
pantas untuk didapat . Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan / kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut . Contoh Kewajiban
Warga Negara Indonesia ;
a. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh.
b. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
c. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia.

2
e. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945 :


a. Membayar pajak.
b. Membela pertahanan dan keamanan.
c. Menghormati hak asasi.
d. Menjunjung hukum dan pemerintahan.
e. Ikut serta membela negara.
f. Tunduk pada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
g. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Berikut adalah isi dari pasal yang menyatakan HAK dan KEWAJIBAN warga Negara
dalam UUD 1945 ;
 Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
Negara pada ayat 2, syarat –syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dgn undang-
undang.
 Pasal 27 ayat 1 bahwa segala warga Negara bersamaan kedudukan nya didalam hukum
dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat 2 disebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
 Pasal 28 disebutkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dgn lisan dan sebagainya ditetapkan dgn undang-undang.
 Pasal 30 ayat 1 bahwa hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara dan ayat 2 mengatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan UU.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara
tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil
adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan
negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam
wilayah negara itu.

3
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah
sebuah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara
itu. Sedangkan menurut Dr. A.S. Hikam (2000), adalah anggota dari sebuah komunitas yang
membentuk itu sendiri.
Beberapa pengertian tentang warganegara juga diatur oleh UUD 1945, pasal 26
menyatakan : “ warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga negara”.
Pasal 1 UU No. 22/1958, dan UU Np. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia, menekankan kepada peraturan yang menyatakan bahwa warga negara RI adalah
orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau
peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara RI.
Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan penanggung jawab
kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi anggota
atau warga suatu negara haruslah ditentukan oleh UU yang dibuat oleh negara tersebut.
Sebelum negara menentukan siapa yang menjadi warga negara, maka negara harus mengakui
bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana diatur pasal 28 E ayat (1)
UUD 1945. Pernyataan ini berarti bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara
dapat diklasifikasikian menjadi :
a. Warga negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa (surat ijin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara
yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju) yang diberikan negara melalui
kantor imigrasi.

B. Asas Kewarganegaraan
Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2
kriterium.
1. Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

4
a. Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis. Di
dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan
asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.
b. Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas ini,
seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia
dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.
Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan mengutamakan
salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis
akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya
kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu, maka untuk
menentukan kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di
samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua
stelselo ini kita bedakan dalam:
 Hak Opsi, ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);
 Hak Reputasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).
2. Naturalisasi atau pewarganegaraan
Adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang dengan syarat-syarat tertentu
mempunyai kewarganeraan negara lain
Di indonesia, siapa-siapa yang menjadi warga negara telah disebutkan di dalam pasal
26 UUD 1945, yaitu:
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan undang-undang.

Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur dalam UU nomor 62 Tahun
1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang pasal 1-nya menyebutkan:
Warga Negara Republik Indonesia adalah:
a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-perjanjian
dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah
warga negara Republik Indonesia
b. Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan
ayahnya, seorang warga negara RI, dengan pengertian bahwa kewarganegaraan
karena RI tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum kekeluargaan ini diadakan

5
sebelum orang itu berumur 18 tahun, atau sebelum ia kawin pada usia di bawah umur
18 tahun.
c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu
pada waktu meninggal dunia warga negara RI.
d. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, apabila ia pada waktu itu
tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya.
e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, jika ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau selama tidak diketahui kewarganegaraan ayahnya.
f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang tuanya tidak diketahui.
g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama tidak diketahui kedua orang
tuanya.
h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai
kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak diketahui.
i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu lahirnya tidak mendapat
kewarganegaraan ayah atau ibunya itu.
j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut aturan undang-undang ini.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Umum UU No. 62 Tahun 1958 ini dikatakan bahwa
kewarganegaraan RI diperoleh:
a. Karena kelahiran;
b. Karena pengangkatan;
c. Karena dikabulkan permohonan;
d. Karena pewarganegaraan;
e. Karena atau sebagai akibat dari perkawinan
f. Karena turut ayah/ibunya;
g. Karena pernyataan.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 62 Tahun ini disebutkan: b, c, d,


dan e. Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah
diterangkan di atas dalam bab I huruf a yang menentukan status anak ialah ayahnya. Apabila
tidak ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya atau apabila ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan ataupun (selama) tidak diketahui kewarganegaraannya, maka
barulah ibunya yang menentukan status anak itu. Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu
dan anak selalu mengadakan hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan

6
ayahnya, setelah ayah itu mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan
hukum itu baru diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut
kewarganegaraan ayahnya. Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di Indonesia
tidak ada yang tanpa kewarganegaraan.

C. Unsur Kewarganegaraan
Adapun unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan yaitu :
1. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis) misalkan dianut oleh negara Inggris, Amerika,
Perancis, Jepang dan Indonesia.
2. Kemudian unsur daerah tempat kelahiran (Ius Soli) yang juga dianut oleh negara
amerika, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di Jepang prinsip ini tidak
berlaku.
3. Dan juga unsur pewarganegaraan (naturalisasi). Dalam pewarganegaraan ini ada yang
aktif, ada pula yang pasif. Dalam pewarganegaraan aktif, seseorang dapat
menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga
negara dari suatu negara. Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif, seseorang yang
tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara/ tidak mau diberi/ dijadikan warga
negara suatu negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi yaitu
hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

D. Masalah Kewarganegaraan
Karena penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda, hal ini dapat menimbulkan
masalah kewarganegaraan, antara lain;
1. Apatride (tidak berkewarganegaraan)
Dengan keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang tidak akan mendapat
perlindungan dari negara manapun juga.
2. Bipatride (berkewarganegaraan ganda)
Dengan demikian mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan dan
kerumitan administrasi tentang kewarganegaraan tersebut.
3. Multipatride (lebih dari 2 berkewarganegaraan)
Maka dari itu permasalah diatas harus dihindarai dengan upaya-upaya sebagai berikut;
1. Memberikan kepastian hukum yang jelas akan status kewarganegaraannya.
2. Menjamin hak-hak perlindungan hukum yang pasti bagi seseorang dalam kehidupan
bernegara.

7
Sistem yang sering digunakan untuk menentukan status kewarganegaraan adalah;
 Stelsel aktif
Seseorang akan menjadi warga negara suatu negara dengan melakukan tindakan-
tindakan hkum tertentu secara aktif. Dalam stelsel ini seorang wraga negara memiliki
hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan.
 Stelsel pasif
Seseorang dengan sendirinya menjadi warga negara tanpa harus melakukan tindakan-
tindakan hukum tertentu. Dalam stelsel ini seorang warga negara memiliki hak
repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan.
Penyelesaian masalah kewarganegaraan menurut salah satu keputusan KMB
dipergunakan stelsel aktif dengan hak opsi untuk penduduk Indonesia keturunan
Eropa. Dan stelsel pasif dengan hak repudiasi untuk keturunan Timur Asing.

contoh yang dapat mengganggu kewarganegaraan antara lain :


a. Perkawinan Campuran
Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran didefinisikan
dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 57 : ”yang
dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah
perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang
berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak
berkewarganegaraan Indonesia”.
Selama hampir setengah abad pengaturan kewarganegaraan dalam perkawinan
campuran antara warga negara indonesia dengan warga negara asing, mengacu
pada UU Kewarganegaraan No.62 Tahun 1958. Seiring berjalannya waktu UU ini
dinilai tidak sanggup lagi mengakomodir kepentingan para pihak dalam
perkawinan campuran, terutama perlindungan untuk istri dan anak.
Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan
hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang
tuanya sebagai persoalan pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah
sehingga anak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, atau perkawinan
tersebut tidak sah, sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya
memiliki hubungan hukum dengan ibunya.
Barulah pada 11 Juli 2006, DPR mengesahkan Undang-Undang
Kewarganegaraan yang baru yang memperbolehkan dwi kewarganegaraan untuk
8
memberikan pencerahan baru dalam mengatasi persoalan-persoalan yang lahir
dari perkawinan campuran.
b. Permasalahan yang Timbul
Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran adalah
masalah kewarganegaraan anak.UU kewarganegaraan yang lama menganut prinsip
kewarganegaraan tunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran
hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan, yang dalam UU tersebut ditentukan
bahwa yang harus diikuti adalah kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini
menimbulkan persoalan apabila di kemudian hari perkawinan orang tua pecah,
tentu ibu akan kesulitan mendapat pengasuhan anaknya yang warga negara asing.
Dengan lahirnya UU Kewarganegaraan yang baru, sangat menarik untuk dikaji
bagaimana pengaruh lahirnya UU ini terhadap status hukum anak dari perkawinan
campuran. Definisi anak dalam pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak adalah :“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status sebagai subjek
hukum sejak ia dilahirkan. Pasal 2 KUHP memberi pengecualian bahwa anak yang
masih dalam kandungan dapat menjadi subjek hukum apabila ada kepentingan
yang menghendaki dan dilahirkan dalam keadaan hidup.Manusia sebagai subjek
hukum berarti manusia memiliki hak dan kewajiban dalam lalu
lintas hukum.Namun tidak berarti semua manusia cakap bertindak dalam lalu
lintas hukum. Orang-orang yang tidak memiliki kewenangan atau kecakapan untuk
melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang lain.Dengan demikian anak dapat
dikategorikan sebagai subjek hukum yang tidak cakap melakukan perbuatan
hukum.Seseorang yang tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh orang tua
atau walinya dalam melakukan perbuatan hukum.Anak yang lahir dari perkawinan
campuran memiliki kemungkinan bahwa ayah ibunya memiliki kewarganegaraan
yang berbeda sehingga tunduk pada dua yurisdiksi hukum yang berbeda.
Berdasarkan UU Kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti
kewarganegaraan ayahnya, namun berdasarkan UU Kewarganegaraan yang baru
anak akan memiliki dua kewarganegaraan. Menarik untuk dikaji karena dengan
kewarganegaraan ganda tersebut, maka anak akan tunduk pada dua yurisdiksi
hukum.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya
didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban
untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang
pantas untuk didapat . Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan / kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut

B. Saran

Hak dan kewajiban merupakan suatu instrumen yang saling terkait , sehingga
pelaksanaan hal tersebut harus dilakukan secara seimbang agar tidak terjadi ketimpangan
yang akan menyebabkan timbulnya gejolak masyarakat yang tidak diinginkan

10
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.


Sadjiman, Djunaedi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Daerah :Tanpa Nama Penerbit.
Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-hak-dan-kewajiban-warga-negara.html

11

Anda mungkin juga menyukai