Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH RAGAM BAHASA

Dosen pengampu :

Dini Hajjafiani, M.Pd

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Disusun oleh kelompok 2 :

Maudyra Dwi Nurlihafiza D1091211002

Fanissa Adinda Aulia D1091211022

Masayu Egia Yuliani D1091211029

Elvina Damayanti D1091211030

Rafli Aufa Azra D1091211035

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULTAS TEKNIK

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PONTIANAK

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Bahasa Indonesia tepat waktu. Penulisan makalah berjudul “RAGAM BAHASA” dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang ragam
bahasa dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada karya kami. Selain itu,
kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Kami menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga
makalah bahasa Indonesia ini dapat bermanfaat.

Pontianak, 17 Februari 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Pengertian Ragam Bahasa...........................................................................................3

2.2 Ragam Bahasa dalam Bahasa Indonesia.....................................................................3

2.2.1 Media Penyampaian........................................................................................3

2.2.2 Hubungan Antarpenutur atau Antarpembicara...............................................6

2.2.3 Berdasarkan Penuturnya..................................................................................9

2.2.4 Ragam Baku..................................................................................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional serta bahasa negara bangsa


Indonesia. Bahasa ini sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu
jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Namun tidak semua orang
menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar. Salah satunya adalah
penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan ataupun
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Oleh karena itu, pengetahuan tentang
ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara
menyeluruh. Akhirnya, bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan
benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang. Bahasa
Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Dalam hal ini tidak
hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi juga semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa ini. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut
ragam bahasa.
Ragam bahasa merupakan bentuk bahasa yang bervariasi menurut topik
pembicaraan. Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena bahasa
sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang
berbeda-beda. Dalam pemakaiannya, ragam bahasa bergantung pada konteks
yang dibicarakan (situasi) dan keperluan pemakainya (tujuan berbahasa).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?


2. Apa sajakah jenis-jenis ragam bahasa?
3. Apa yang dimaksud ragam bahasa lisan dan tulis?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari tulisan ini, sebagai berikut:

1
1. Untuk mengetahui pengertian ragam bahasa.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ragam bahasa.
3. Untuk mengetahui arti dari ragam bahasa lisan dan tulis.

2
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ragam Bahasa

Variasi Bahasa yang digunakan manusia bermacam-macam jenisnya.


Variasi Bahasa sering disebut juga dengan ragam bahasa. Ilmu yang
mempelajari variasi aatu ragam bahasa dan penggunaan bahasa dalam
masyarakat disebut dengan sosiolinguistik. Ragam bahasa muncuk karena
kebutuhan pembicara akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi
dan kondisi. Pengertian ragam bahasa telah banyak dikemukakan oleh ahli
bahasa. Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa yang berbeda-beda yang
ditimbulkan sebagai akibat adanya ragam sarana, situasi, dan bidang pemakaian
bahasa. Mustakim (1994). Ragam bahasa adalah suatu istilah yang dipergunakan
untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian
bahasa (Suwito, 1992). Adanya pemakaian bahasa itu bersifat aneka ragam.
Setiap ragam bahasa memiliki ciri khas yang membedakan ragam bahasa yang
satu dengan ragam bahasa yang lain. Kekhasan itu mungkin terdapat pada
bidang struktur kalimat, pilihan kata, atau adanya kata-kata khusus dalam ragam
bahasa tersebut. Pemilihan ragam bahasa untuk berbicara dengan orang lain
sangat penting. Pemilihan ragam bahasa dapat memberikan penilaian baik dan
buruk pada diri seseorang.

2.2 Ragam Bahasa dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Ragam bahasa


tersebut ada karena setiap ragam bahasa memiliki berbagai fungsi. Setiap ragam
memiliki ciri yang berbeda. Berbagai ragam bahasa tersebut dapat dibedakan
berdasarkan media penyampaiannya, hubungan antarpembicara, pemakaiannya,
serta baku dan tidak baku.

2.2.1 Media Penyampaian

Berdasarkan media/cara penyampaiannya dapat dibedakan


menjadi ragam lisan dan tulis.

3
1. Ragam Lisan
Bahasa Indonesia ragam lisam disebut juga ragam percakapan,
baik percakapan di lingkungan keluarga, lingkungan jual beli,
lingkungan pekerjaan, maupun lingkungan sekolah. Dalam
percakapan, pembicara dan lawan bicara bertatap muka secara
langsung. Artinya, berhadapan langsung dalam satu situasi. Situasi
percakapan itu sangat membantu menjelaskan maksud pembicaraan.
Sebagai contoh, perhatikan percakapan berikut.
Mawar : “Kak, mana penghapusku?”
Kakak : “Penghapus yang mana, War?”
Mawar : “Penghapusku ‘kan hanya satu, Kak.”
Situasi pada percakapan tersebut ketika Mawar akan
menggunakan penghapus untuk belajar. Percakapan tersebut
menyatakan bahwa Mawar menanyakan di mana penghapus yang
dipinjam oleh kakaknya. Kakak Mawar tidak menjawab, bahkan
balik bertanya, menanyakan penghapus yang mana. Pertanyaan
tersebut dijawab oleh Mawar bahwa penghapusnya hanya satu.
Situasi dalam narasi tersebut sesungguhnya memiliki maksud bahwa
pertanyaan itu tidak demikian. Mawar menanyakan di mana
penghapus yang dipinjam kakaknya kemarin. Pada saat percakapan
berlangsung, Mawar bermaksud meminta penghapus yang dipinjam
kakaknya tersebut. Berdasarkan situasinya, pertanyaan Mawar
“Mana penghapusku?” tidak bermaksud bertanya, tetapi menyuruh,
yaitu menyuruh kakaknya untuk mengembalikan penghapus yang
telah ia pinjam. Dari uraian tersebut, menjelaskan bahwa situasi
percakapan tidak hanya memperjelas maksud kalimat, tetapi dapat
menentukan maksud percakapan. Selain situasi percakapan seperti
yang dikemukakan diatas, ragam bahasa percakapan atau lisa juga
didukung pula dengan bahasa tubuh atau body language. Bahasa
tubuh itu seperti gerak muka atau mimik, gerak tangan, gerak mata,
dan sebagainya. Itulah sebabnya penyimpangan tata bahasa dan
pelepasan unsur kalimat sering terjadi pada ragam bahasa lisan.

4
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam lisan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Unsur suprasegmental (aksen, nada, tekanan) dan paralingual
(gerak-gerik tangan, mata, kepala) memberi efek terhadap hasil
komunikasi.
2. Komunikasi secara langsung/bersemuka sehingga terikat oleh
kondisi, situasi, dan waktu.
3. Kalimat yang kurang baik strukturnya tidak menghambat
komunikasi.
2. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis berbeda dengan ragam bahasa lisan.
Perbedaan dalam ragam tulis yaitu pembicara (dalam hal ini penulis)
dan lawan bicara (dalam hal ini pembaca) tidak bersemuka, tidak
berada dalam satu situasi. Penulis dan pembaca tidak berhubungan
secara langsung. Pembaca tidak secara langsung merespons apa yang
ditulis oleh penulis. Oleh karena itu, penulis berusaha sungguh-
sungguh untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya
dengan sejelas-jelasnya. Ini bertujuan agar pembaca tidak salah
paham. Akibatnya, bahasa dalam ragam bahasa tulis itu
menggunakan kalimat panjang-panjang dan menggunakan banyak
kata penghubung, baik kata penghubung yang setara maupun yang
tidak setara.
Berikut contoh ragam bahasa tulis yang berupa surat yang ditulis
oleh seseorang kepada temannya.
Temanku, Rahmat, besok hari Minggu tanggal 20 Februari
2021, saya kaan datang ke Solo. Saya berangkat dari Jakarta
dengan kereta Fajar Solo pukul 7 pagi. Saya sampai di Stasiun
Balapan kira-kira pukul 4 sore. Tolong, dijemput, sebab saya baru
pertama kali datang ke Solo.

Jika membandingkan contoh di atas dengan contoh pada ragam


lisan, jelaslah perbedaannya. Pertama, kalimat-kalimat pada contoh
ragam tulis lebih panjang dari contoh bahasa lisan. Kedua, terdapat
kata penghubung sebab, sedangkan pada contoh ragam lisan tidak

5
terdapat kata penghubung. Ketiga, jelas bahwa penulis berusaha
mengungkapkan pikiran perasaan, serta keinginannya dengan sejelas-
jelasnya untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah paham.
Berbedadengan contoh dalam ragam lisan karena adanya situasi yang
memperjelas maksud pembicaraan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ragam


tulis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Sarana suprasegmental dan paralingual tidak ada sehingga dalam


menyusun kalimat perlu lebih hati-hati dan cermat.
2. Komunikasi terjadi secara tidak langsung sehingga tidak terikat
oleh situasi, kondisi, dan waktu.
3. Kalimat yang berstruktur kurang baik akan mengganggu
komunikasi.

2.2.2 Hubungan Antarpenutur atau Antarpembicara

Berdasarkan hubungan antarpenutur atau antarpembicara, ragam


bahasa dapat dibedakan menjadi ragam bahasa resmi, tidak resmi, santai,
dan lawak.

1. Ragam Bahasa Resmi


Ragam bahasa resmi merupakan ragam bahasa yang digunakan
jika lawan bicara orang yang dihormati atau topik pembicaraannya
bersifat resmi. Ragam resmi dapat pula dikatakan sebagai ragam
bahasa yang digunakan dalam suasana resmi. Dalam ragam bahasa
resmi digunakan bahasa yang baku atau standar. Bahasa baku yaitu
bahasa yang pada umumnya mengikuti kaidah bahasa. Bahasa baku
tidak banyak menggunakan kata-kata dari bahasa daerah. Apabila
menggunakan kata-kata dari bahasa daerah atau kata-kata dari bahasa
asing, umumnya kata-kata tersebut sudah diserap dalam bahasa
Indonesia. Misalnya kata pendapa, ajeg, mantan, globalisasi,
informasi, dan masih banyak lagi.
Ragam bahasa resmi dapat dibedakan menjadi ragam resmi tulis
dan resmi lisan. Ragam resmi tulis yaitu ragam bahasa resmi yang

6
digunakan dalam penulisan surat-surat resmi, laporan resmi, surat
dinas, atau laporan-laporan sekolah. Sementara itu, ragam resmi lisan
yaitu ragam bahasa resmi yang digunakan dalam laporan resmi yang
bersifat lisan, pidato-pidato kenegaraan, diskusi resmi, dan
komunikasi saat mengikuti pelajaran di sekolah. Pada umumnya
sering terjadi alih kode (peralihan bahasa) dari bahasa resmi ke
bahasa santai. Misalnya dalam suatu pidato, mula-mula pembicara
menggunakan ragam bahasa resmi, tetapi kemudian diselingi dengan
ragam bahasa santai. Hal ini biasa dilakukan untuk menarik perhatian
pendengarnya yang banyak mengantuk atau kurang memperhatikan
pidatonya.
Berikut contoh penggunaan ragam bahasa resmi secaratertulis
dan lisan. Ragam resmi tulis berikut berupa surat permohonan kerja
sama dengan relasi kerja. Contoh surat a menggunakan bahasa yang
baku, baik pilihan kata, struktur kalimat, maupun sistematika dalam
penulisan surat. Sementara itu, perhatikan pula contoh b. Contoh b
merupakan pidato kenegaraan yang disampaikan presiden. Pidato
tersebut disampaikan saat perayaan ulang tahun kemerdekaan
Indonesia. Oleh karena itu, bahasa dalam pidato juga menggunakan
bahasa baku.
2. Ragam Bahasa Tidak Resmi
Ragam bahasa tidak resmi merupakan ragam bahasa yang
digunakan dalam situasi tidak resmi baik secara tulis maupun lisan.
Ragam bahasa tidak resmi menggunakan bahasa sehari-hari. Bahasa
yang digunakan dalam ragam tidak resmi terikat oleh kaidah bahasa,
baik itu pilihan kata, susunan kalimat, maupun ejaan. Ragam bahasa
tidak resmi lebin leluasa dalam menggunakan kata, yang terpenting
komunikasi antara pembicara dan lawan bicara berjalan lancar.
Ragam bahasa tidak resmi digunakan dalam lingkungan yang akrab,
saling mengenal, atau situasi santai. Ragam ini digunakan untuk
berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang yang sudah akrab.
Misalnya, dengan teman bermain di rumah, saudara, sahabat, atau
keluarga. Meskipun menggunakan ragam bahasa tidak resmi, bahasa

7
yang digunakan harus tetap halus, bukan kata-kata yang berkonotasi
kasar atau negatif.
Contoh Ragam Bahasa Tidak resmi Tulis
a. Ragam Bahasa dalam Sastra
Ragam bahasa sastra termasuk ragam bahasa tulis yang bersifat
tidak resmi. Ragam bahasa sastra memiliki fungsi khusus yaitu
mengungkapkan pengalaman jiwa pengarangnya agar dapat
dinikmati oleh pembacanya. Oleh karena itu, ragam bahasa sastra
banyak berkaitan dengan perasaan. Ragam bahasa sastra lebih
bersifat emosional. Hal ini terlihat pada penggunaan kata-kata
yang bersifat konotatif, sering terdapat perulangan bunyi, baik
bunyi konsonan maupun bunyi vokal.
b. Ragam Bahasa Tulis dalam Surat Pribadi
Surat pribadi merupakan surat yang bersifat pribadi. Ragam
bahasa dalam surat pribadi bersifat santai dan tidak kaku. Bahasa
yang digunakan juga sangat sederhana. Ini bertujuan agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam memahami isi surat.
c. Ragam Bahasa Tulis dalam Surat Kabar
d. Ragam Tulis dalam Majalah

3. Ragam Bahasa Santai


Ragam bahasa santai merupakan ragam bahasa yang digunakan
dalam suasana santai dan bertujuan untuk menimbulkan suasana
santai. Karena dipakai dalam suasana santai dan bertujuan untuk
menimbulkan suasana santai, tidak mengherakan jika bahasa yang
digunakan juga bersifat santai. Maksudnya bahasa tidak secara ketat
mengikuti kaidah yang berlaku dan kosakata banyak bercampur
dengan kata dari bahasa daerah. Disamping itu, sering juga
digunakan kata yang tidak baku, misalnya senyampang, sembari,
membikin, belon, cuma, buat, dan sebagainya.
Contoh:
a. Yo wis! Ning mbok jangan cuma satu kerdus. Bapak sendiri
rak sudah lama tidak mundut ta?

8
b. Bapak kemudian lenggahan di kursi.

Pada kalimat a terdapat kata yo wis, ning, mbok, rak, kerdus, dan
mundut yang berasal dari bahasa Jawa dan kata cuma termasuk kata
yang tidak baku. Pada kalimat b terdapa kata lenggahan yang juga
berasal dari bahasa Jawa.

4. Ragam Bahasa Lawak


Ragam bahasa lawak merupakan ragam bahasa yang digunakan
orang untuk menimbulkan suasana lucu. Selain itu, juga digunakan
untuk menimbulkan tawa para pendengarnya, khususnya ragam
bahasa yang dipakai oleh pelawak pada saat mereka melawak.
Dalam ragam bahasa lawak terdapat banyak penyimpangan atau
plesetan, yaitu penyimpangan dari prinsip kerja sama dan prinsip
kesopanan antara pembicara dan pendengarnya. Penyimpangan
tersebut terutama yang berhubungan dengan hubungan personal dan
status sosial pelakunya.
Contoh:
A : Siapa namamu, Mas?
B : Nama saya Mas.

Pada pecakapan tersebut B tidak mematuhi prinsip kerja sama


karena B tidak memberikan jawaban yang semestina terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh A. B tidak memberikan secukupnya
apa yang diminta oleh A, seharusnya B menyebutkan namanya.

2.2.3 Berdasarkan Penuturnya

1. Ragam Regional atau Dialek


Bahasa yang menyebar luas selalu mengenal logat yang masing-
masing dapat pahami secara timbal balik oleh penuturnya. Ciri
utamanya yaitu tekanan, naik turun, nada, dan panjang pendek bunyi
bahasa. Dapat dikatakan bahwa ragam regional yaitu persamaan
bahasa yang disebabkan olh letak geografi yang saling berdekatan.
Letak yang berdekatan itu memungkinkan komunikasi yang sering
antara penutur-penutur dialek.

9
Contoh:
Penjual : Mari Mbak…, monggo ingkang pundi?
Pembeli 1 : Berapa harganya?
Penjual : Lima belas ribu rupiah saja. Sudah murah
banget lo ini.
Pembeli 1 : Wah, kalo yang ini mah sepuluh saja.
Pembeli 2 : Kalo lu mau warna yang apa?
Pembeli 1 : Kalo gue sih suka warna merah.
Percakapan tersebut menggunakan dialek Jakarta. Perhatikan
kalimat Kalo lu mau warna yang apa? Dan kalo gue sih suka warna
merah. Kata lu dan gue terdapat pada dialek Jakarta. Kata lu berarti
kamu dan gue berarti saya.
Perhatikan juga kalimat Mari Mbak…, monggo ingkang pundi?.
Kalimat tersebut menggunakan dialek bahasa Jawa yang berarti
silakan yang mana. Sementara itu, kalimat sudah murah banget lo
ini berbentuk bahasa Indonesia.
2. Ragam Idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan kebiasaan
atau cara berbahasa yang khas pada seseorang. Idiolek meupakan ciri
khas kebahasaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Perbedaan fisik
misalnya karena perbedaan bentuk alat-alat berbicara. Perbedaan
psikis biasanya disebabkan oleh perbedaan temperamen, watak,
intelektual, lain sebagainya.
Contoh:
Pada era Orde Baru almarhum Suharto mantan presiden
kedua Indonesia memiliki idiolek yang sangat kuat. Ciri kalimat
yang digunakan beliau biasanya menggunakan kata daripada itu
dan akhiran –kan berubah menjadi –ken.
Contoh:
Maka daripada itu saya sampaiken bahwa pembangunan di
segala bidang harus terus digalakken.

10
3. Ragam Sosial atau Sosiolek
Sosiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan perbedaan
kelompok sosial tertentu dalam masyarakat seperti kelompok
pegawai, remaja, orang tua, dan sebagainya. Ragam sosiolek
merupakan variasi bahasa yang memiliki ciri kosakata yang baru
ditemukan akan cepat berubah. Variasi bahasa slang dipakai oleh
kaum muda atau kelompok sosial profesional digunakan untuk
berkomunikasi secara rahasia. Jadi dapat dikatakan bahwa bahasa
slang bersifat rahasia.
Jargon merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok
sosial atau kelompok pekerja tertentu dan tidak dimengerti oleh
kelompok lain. Variasi bahasa jargon digunakan oleh kalangan
tersendiri.
Contoh:
Jargon yang masih jelas pada ingatan kita yaitu jargon yang
digunakan remaja-remaja di Yogyakarta. Jargon tersebut terkenal
dengan sebutan bahasa dagadu. Bahasa dagadu sebenarnya
berasal dari bahasa Jawa, yaitu huruf ha na ca ra ka. Huruf-huruf
tersebut diolah dan diutak-atik sendiri oleh remaja di Yogyakarta
dan menghasilkan bahasa dagadu.
Kata dagadu melalui proses pembentukan dari da selang dua
tingkat ke bawah pada huruf ma, huruf ga karena terletak di
urutan paling bawah selang dua tingkat ke atas pada huruf ta, dan
huruf du melalui proses yang sama dengan huruf da. Hanya
berganti bunyi vokal. Bunyi akhir setiap huruf mengikuti kata
yang diacu. Jadi dagadu berarti matamu.

4. Ragam Bahasa Temporal


Ragam bahasa temporal merupakan variasi bahasa yang
digunakan pada kurun waktu tertentu. Ragam bahasa temporal yang
terkenal yaitu ragam bahasa Melayu, khususnya ragam bahasa yang
digunakan Hang Tuah dan Abdul Kadir Munsyi. Ragam bahasa
tersebut dikenal masyarakat melalui karya-karyanya.

11
Contoh:

Berdasarkan kutipan kitak Melayu tersebut dalihbahasakan menjadi:

Hikayah Hang Tuah

Sebermula maka tersebutlah perkataan Hang Tuah: “Anakku


Hang Mahmud tempat duduknya di Sungai Duyung”. Maka
segala orang yang duduk di Sungai Duyung itu pun
mendengar kabar rasa Banten itu. Terlalu baik budi
pekertinya dengan tegur sapanya akan segala ru’yah. Apabila
Hang Tuah Mahmud mendengar kabar itu maka kata Hang
Mahmud pada bininya yang bernama Dang Mardu itu: “Ayo
Tuan, baiklah kita pergi ke Banten negeri besar, lagipun kita
ini tiga beranak sangat miskin. Baiklah kita pergi ke Banten
supaya mudah kita mencahari makan”. Maka sahut Dang
Mardu berkata: “Benarlah seperti bicara Tuan Hamb itu”.
Maka pada malam itu Hang Mahmud bermimpi bulan turun
dari langin. Maka cahayanya penuh di atas kapal Hang Tuah
itu. Maka Hang Mahmud pun terkejud daripada tidurnya lalu

Hikayah Hang Tuah merupakan salah satu sastra Melayu


yang tekenal pada masanya. Bahasa hikayat Hang Tuah masing
menggunakan bahasa Melayu asli. Bahasa Melayu pada zaman

12
Belanda digunakan sebagai alat komunikasi yang utama. Pada saat
itu bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kedua di samping
bahasa Belanda.

2.2.4 Ragam Baku

Mengingat banyaknya variasi bahasa, dalam perkembangannya


sering menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian. Oleh karena itu,
diperlukan adanya ragam bahasa baku.
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian besar pemakainya sebagai kerangka rujukan yang
menentukan benar tidaknya penggunaan bahasa yang baik ragam lisan
maupun tulis. Ragam tulis yang baku adalah EyD yang digunakan
tangga 17 agustus 1972. Dengan demikian fungsi bahasa baku adalah:
1. Fungsi pemersatu;
2. Fungsi pemberi kekhasan;
3. Fungsi pembawa kewibawaan; dan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan.

Dalam kenyataannya bahasa baku tidak dapat digunakan dalam


segala situasi. Dengan demikian, bahasa baku dapat dipergunakan
dalam:

1. Komunikasi resmi;
2. Wacana tulis;
3. Pembicaraan di depan umum; dan
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Harimuti Kridalaksana mengemukaan beberapa ciri bahasa Indonesia baku.

a. Pemakaian prefiks men- dan ber- secara eksplisit dan konsisten.


Contoh:
Tidak baku (TB) : Pencuri ambil tas itu di dalam mobil.
Baku (B) : Pencuri mengambi tas itu di dalam mobil.

13
b. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek, keterangan) secara
eksplisit dan konsisten.
Contoh:
TB : Direktur perusahaan itu ke Singapura
B : Direktur perusahaan itu pergi ke Singapura
c. Terbatasnya jumlah unsur leksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional
dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap unsur bahasa Indonesia.
d. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena –bila ada– secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
TB : Ia tahu anaknya tidak naik kelas.
B : Ia mengetahui bahwa anakya tidak naik kelas.
e. Pemakian pola frasa verbal aspek + pelaku + verba –bila ada– secara
konsisten.
Contoh:
TB : Surat Anda saya sudah baca.
B : Surat Anda sudah saya baca.
f. Pemakaian bentuk tata kalimat baku.
Contoh:
TB : Kasih tahu
B : Memberitahukan
g. Pemakaian partikel kah dan pun –bila ada– secara konsisten.
Contoh:
TB : Siapa nama orang itu?
B : Siapakah nama orang it?
h. Pemakaian unsur-unsur leksikal berbeda dari unsur-unsur yang menandai
bahasa Indonesia non-standar/tidak baku.
Contoh:
TB : Ekstra kurikuler, ijasah, ekstrim
B : Ekstrakulikuler, ijazah, ekstrem
i. Pemakaian popularitas tutur sapa yang konsisten, seperti tuan, saudara, dan
sebagainya.
j. Pemakaian awalan di- dan ke-.

14
Contoh:
TB : di apakan, di tulis, di jual
B : diapakan, ditulis, dijual
di- dan ke- sebagai awalan menyatakan arti suatu pekerjaan atau keadaan.
Penulisannya dirangkai dengan kata yang mengikutinya.
k. Pemakaian kata ulang.
Contoh:
TB : barang2
B : Barang-barang
Sebuah kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung(-),
tidak benar jika disingkat.
l. Pemakaian kata kompleks.
Contoh:
TB : memberi-tahukan
B : memberitahukan
Kata kompleks yang tidak diberi awalan dan akhiran ditulis terpisah. Jika
mndapat awalan dan akhiran, penulisannya dirangkai menjadi satu.
m. Pemenggalan kata.
Contoh:
TB : pe-mbaya-ran
B : Pem-ba-yar-an
Pemenggalan kata terjadi karena tidak cukup tempat untuk ditulis dalam
satu baris. Pemenggalan kata harus memperhatian kata dasar. Selain itu,
suku kata yang terjadi satu huruf tidak boleh dipenggal.
n. Penulisan bilangan.
Contoh:
TB : ke-XX, ke20, ke 20
B : ke-20, kedua puluh, XX
Bilangan yang menyatakan tingkat atau kumpulan ditulis serangkai. Jika
angka digabung dengan huruf, penulisannya diberi tanda (-).
o. Penulisan singkatan
Contoh:
a. Yth. Bpk. dsb. dkk.

15
Singkatan kata umum yang terdiri tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
b. a.l. s.d. a.n.
singkatankata umum yang terdiri dari dua huruf masing-masing diikuti
tanda titik.
c. cm kg Rp g
singkatan satuan ukuran dan mata uang tanpa tanda titik.
d. DPR GBHN PT CV
Singkatan resmi organisasi dan semacamnya ditulis dengan huruf besar
tanpa tanda titik.

16
BAB III PENUTUP

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang Ragam Bahasa diatas, maka diambil


kesimpulan Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa yang berbeda-beda
yang ditimbulkan sebagai akibat adanya ragam sarana, situasi, dan bidang
pemakaian bahasa dan juga ragam bahasa adalah suatu istilah yang
dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam
pemakaian bahasa. Setiap ragam bahasa memiliki ciri khas yang membedakan
ragam bahasa yang satu dengan ragam bahasa yang lain. Ragam Bahasa dalam
Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Ragam
Lisan Bahasa Indonesia disebut juga ragam percakapan, baik percakapan di
lingkungan keluarga, lingkungan jual beli, lingkungan pekerjaan, maupun
lingkungan sekolah.

Adapun Hubungan Antarpenutur atau Antarpembicara Berdasarkan


hubungan antarpenutur atau antarpembicara, ragam bahasa dapat dibedakan
menjadi ragam bahasa resmi, dan tidak resmi. Ragam Bahasa Resmi Ragam
bahasa resmi merupakan ragam bahasa yang digunakan jika lawan bicara orang
yang dihormati atau topik pembicaraannya bersifat resmi. Ragam resmi dapat
pula dikatakan sebagai ragam bahasa yang digunakan dalam suasana resmi.
Dalam ragam bahasa resmi digunakan bahasa yang baku atau standar. Ragam
bahasa resmi dapat dibedakan menjadi ragam resmi tulis dan resmi lisan. Ragam
resmi tulis yaitu ragam bahasa resmi yang digunakan dalam penulisan surat-
surat resmi, laporan resmi, surat dinas, atau laporan-laporan sekolah. Ragam
Bahasa Tidak Resmi Ragam bahasa tidak resmi merupakan ragam bahasa yang
digunakan dalam situasi tidak resmi baik secara tulis maupun lisan. Ragam
bahasa tidak resmi menggunakan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan
dalam ragam tidak resmi terikat oleh kaidah bahasa, baik itu pilihan kata,
susunan kalimat, maupun ejaan. Meskipun menggunakan ragam bahasa tidak
resmi, bahasa yang digunakan harus tetap halus, bukan kata-kata yang
berkonotasi kasar atau negatif.

17
Dan mengapa bahasa sangat penting, karna Dalam sebuah komunikasi
bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan mutlak adanya. Bahasa
menjadi sebuah alat dalam komunikasi yang mana bahasa dan komunikasi ini
memiliki hubungan yang tak terpisahkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Supartini, N. L. (2018). Ragam Bahasa Pariwisata, diakses pada tanggal : Februari


16, 2022, di Web E-Book, from https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=su5mDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA2&dq=buku+
+TERJADINYA+ragam+bahasa&ots=sH87iG6Cbz&sig=aVKPqB3XLTXB
tPquKJLScZ3BIkY&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Nurul, H. (2016). Pelajaran Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Penerbit


Garuwadhawaca, Yogyakarta, diakses pada tanggal : Februari 16, 2022, di
Web E-Book, from https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=XLMfDQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=buku+jenis+raga
m+bahasa&ots=Xv4tu1GsoZ&sig=K3D1b8BMY862YQcVGe1KY5zqSRU
&redir_esc=y#v=onepage&q=buku%20jenis%20ragam%20bahasa&f=false

MASTER BAHASA INDONESIA/Ainia Prihantini; penyunting, Pritameani.


Yogyakarta: B first, (2015), diakses pada tanggal : Februari 16, 2022, di
Web E-Book, from https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=fqtFCgAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR11&dq=buku+jenis+ragam
+bahasa&ots=qdxnelgxim&sig=RSIzoxiJRebhjvovdYeMeltaykQ&redir_esc
=y#v=onepage&q&f=false

Fahrudin, R. KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Sosiolinguistik sebagai ilmu


interdisipliner, ragam bahasa, pilihan kata, dan dwi kebahasaan, diakses pada
tanggal : Februari 17, 2022, from
https://files.osf.io/v1/resources/qfe6d/providers/osfstorage/5e15c8a8573419
02aa803414?action=download&direct&version=1

19

Anda mungkin juga menyukai