Dosen pengampu :
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
PONTIANAK
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Bahasa Indonesia tepat waktu. Penulisan makalah berjudul “RAGAM BAHASA” dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang ragam
bahasa dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada karya kami. Selain itu,
kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Kami menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga
makalah bahasa Indonesia ini dapat bermanfaat.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
ii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
1. Untuk mengetahui pengertian ragam bahasa.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ragam bahasa.
3. Untuk mengetahui arti dari ragam bahasa lisan dan tulis.
2
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3
1. Ragam Lisan
Bahasa Indonesia ragam lisam disebut juga ragam percakapan,
baik percakapan di lingkungan keluarga, lingkungan jual beli,
lingkungan pekerjaan, maupun lingkungan sekolah. Dalam
percakapan, pembicara dan lawan bicara bertatap muka secara
langsung. Artinya, berhadapan langsung dalam satu situasi. Situasi
percakapan itu sangat membantu menjelaskan maksud pembicaraan.
Sebagai contoh, perhatikan percakapan berikut.
Mawar : “Kak, mana penghapusku?”
Kakak : “Penghapus yang mana, War?”
Mawar : “Penghapusku ‘kan hanya satu, Kak.”
Situasi pada percakapan tersebut ketika Mawar akan
menggunakan penghapus untuk belajar. Percakapan tersebut
menyatakan bahwa Mawar menanyakan di mana penghapus yang
dipinjam oleh kakaknya. Kakak Mawar tidak menjawab, bahkan
balik bertanya, menanyakan penghapus yang mana. Pertanyaan
tersebut dijawab oleh Mawar bahwa penghapusnya hanya satu.
Situasi dalam narasi tersebut sesungguhnya memiliki maksud bahwa
pertanyaan itu tidak demikian. Mawar menanyakan di mana
penghapus yang dipinjam kakaknya kemarin. Pada saat percakapan
berlangsung, Mawar bermaksud meminta penghapus yang dipinjam
kakaknya tersebut. Berdasarkan situasinya, pertanyaan Mawar
“Mana penghapusku?” tidak bermaksud bertanya, tetapi menyuruh,
yaitu menyuruh kakaknya untuk mengembalikan penghapus yang
telah ia pinjam. Dari uraian tersebut, menjelaskan bahwa situasi
percakapan tidak hanya memperjelas maksud kalimat, tetapi dapat
menentukan maksud percakapan. Selain situasi percakapan seperti
yang dikemukakan diatas, ragam bahasa percakapan atau lisa juga
didukung pula dengan bahasa tubuh atau body language. Bahasa
tubuh itu seperti gerak muka atau mimik, gerak tangan, gerak mata,
dan sebagainya. Itulah sebabnya penyimpangan tata bahasa dan
pelepasan unsur kalimat sering terjadi pada ragam bahasa lisan.
4
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam lisan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Unsur suprasegmental (aksen, nada, tekanan) dan paralingual
(gerak-gerik tangan, mata, kepala) memberi efek terhadap hasil
komunikasi.
2. Komunikasi secara langsung/bersemuka sehingga terikat oleh
kondisi, situasi, dan waktu.
3. Kalimat yang kurang baik strukturnya tidak menghambat
komunikasi.
2. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis berbeda dengan ragam bahasa lisan.
Perbedaan dalam ragam tulis yaitu pembicara (dalam hal ini penulis)
dan lawan bicara (dalam hal ini pembaca) tidak bersemuka, tidak
berada dalam satu situasi. Penulis dan pembaca tidak berhubungan
secara langsung. Pembaca tidak secara langsung merespons apa yang
ditulis oleh penulis. Oleh karena itu, penulis berusaha sungguh-
sungguh untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya
dengan sejelas-jelasnya. Ini bertujuan agar pembaca tidak salah
paham. Akibatnya, bahasa dalam ragam bahasa tulis itu
menggunakan kalimat panjang-panjang dan menggunakan banyak
kata penghubung, baik kata penghubung yang setara maupun yang
tidak setara.
Berikut contoh ragam bahasa tulis yang berupa surat yang ditulis
oleh seseorang kepada temannya.
Temanku, Rahmat, besok hari Minggu tanggal 20 Februari
2021, saya kaan datang ke Solo. Saya berangkat dari Jakarta
dengan kereta Fajar Solo pukul 7 pagi. Saya sampai di Stasiun
Balapan kira-kira pukul 4 sore. Tolong, dijemput, sebab saya baru
pertama kali datang ke Solo.
5
terdapat kata penghubung. Ketiga, jelas bahwa penulis berusaha
mengungkapkan pikiran perasaan, serta keinginannya dengan sejelas-
jelasnya untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah paham.
Berbedadengan contoh dalam ragam lisan karena adanya situasi yang
memperjelas maksud pembicaraan.
6
digunakan dalam penulisan surat-surat resmi, laporan resmi, surat
dinas, atau laporan-laporan sekolah. Sementara itu, ragam resmi lisan
yaitu ragam bahasa resmi yang digunakan dalam laporan resmi yang
bersifat lisan, pidato-pidato kenegaraan, diskusi resmi, dan
komunikasi saat mengikuti pelajaran di sekolah. Pada umumnya
sering terjadi alih kode (peralihan bahasa) dari bahasa resmi ke
bahasa santai. Misalnya dalam suatu pidato, mula-mula pembicara
menggunakan ragam bahasa resmi, tetapi kemudian diselingi dengan
ragam bahasa santai. Hal ini biasa dilakukan untuk menarik perhatian
pendengarnya yang banyak mengantuk atau kurang memperhatikan
pidatonya.
Berikut contoh penggunaan ragam bahasa resmi secaratertulis
dan lisan. Ragam resmi tulis berikut berupa surat permohonan kerja
sama dengan relasi kerja. Contoh surat a menggunakan bahasa yang
baku, baik pilihan kata, struktur kalimat, maupun sistematika dalam
penulisan surat. Sementara itu, perhatikan pula contoh b. Contoh b
merupakan pidato kenegaraan yang disampaikan presiden. Pidato
tersebut disampaikan saat perayaan ulang tahun kemerdekaan
Indonesia. Oleh karena itu, bahasa dalam pidato juga menggunakan
bahasa baku.
2. Ragam Bahasa Tidak Resmi
Ragam bahasa tidak resmi merupakan ragam bahasa yang
digunakan dalam situasi tidak resmi baik secara tulis maupun lisan.
Ragam bahasa tidak resmi menggunakan bahasa sehari-hari. Bahasa
yang digunakan dalam ragam tidak resmi terikat oleh kaidah bahasa,
baik itu pilihan kata, susunan kalimat, maupun ejaan. Ragam bahasa
tidak resmi lebin leluasa dalam menggunakan kata, yang terpenting
komunikasi antara pembicara dan lawan bicara berjalan lancar.
Ragam bahasa tidak resmi digunakan dalam lingkungan yang akrab,
saling mengenal, atau situasi santai. Ragam ini digunakan untuk
berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang yang sudah akrab.
Misalnya, dengan teman bermain di rumah, saudara, sahabat, atau
keluarga. Meskipun menggunakan ragam bahasa tidak resmi, bahasa
7
yang digunakan harus tetap halus, bukan kata-kata yang berkonotasi
kasar atau negatif.
Contoh Ragam Bahasa Tidak resmi Tulis
a. Ragam Bahasa dalam Sastra
Ragam bahasa sastra termasuk ragam bahasa tulis yang bersifat
tidak resmi. Ragam bahasa sastra memiliki fungsi khusus yaitu
mengungkapkan pengalaman jiwa pengarangnya agar dapat
dinikmati oleh pembacanya. Oleh karena itu, ragam bahasa sastra
banyak berkaitan dengan perasaan. Ragam bahasa sastra lebih
bersifat emosional. Hal ini terlihat pada penggunaan kata-kata
yang bersifat konotatif, sering terdapat perulangan bunyi, baik
bunyi konsonan maupun bunyi vokal.
b. Ragam Bahasa Tulis dalam Surat Pribadi
Surat pribadi merupakan surat yang bersifat pribadi. Ragam
bahasa dalam surat pribadi bersifat santai dan tidak kaku. Bahasa
yang digunakan juga sangat sederhana. Ini bertujuan agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam memahami isi surat.
c. Ragam Bahasa Tulis dalam Surat Kabar
d. Ragam Tulis dalam Majalah
8
b. Bapak kemudian lenggahan di kursi.
Pada kalimat a terdapat kata yo wis, ning, mbok, rak, kerdus, dan
mundut yang berasal dari bahasa Jawa dan kata cuma termasuk kata
yang tidak baku. Pada kalimat b terdapa kata lenggahan yang juga
berasal dari bahasa Jawa.
9
Contoh:
Penjual : Mari Mbak…, monggo ingkang pundi?
Pembeli 1 : Berapa harganya?
Penjual : Lima belas ribu rupiah saja. Sudah murah
banget lo ini.
Pembeli 1 : Wah, kalo yang ini mah sepuluh saja.
Pembeli 2 : Kalo lu mau warna yang apa?
Pembeli 1 : Kalo gue sih suka warna merah.
Percakapan tersebut menggunakan dialek Jakarta. Perhatikan
kalimat Kalo lu mau warna yang apa? Dan kalo gue sih suka warna
merah. Kata lu dan gue terdapat pada dialek Jakarta. Kata lu berarti
kamu dan gue berarti saya.
Perhatikan juga kalimat Mari Mbak…, monggo ingkang pundi?.
Kalimat tersebut menggunakan dialek bahasa Jawa yang berarti
silakan yang mana. Sementara itu, kalimat sudah murah banget lo
ini berbentuk bahasa Indonesia.
2. Ragam Idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan kebiasaan
atau cara berbahasa yang khas pada seseorang. Idiolek meupakan ciri
khas kebahasaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Perbedaan fisik
misalnya karena perbedaan bentuk alat-alat berbicara. Perbedaan
psikis biasanya disebabkan oleh perbedaan temperamen, watak,
intelektual, lain sebagainya.
Contoh:
Pada era Orde Baru almarhum Suharto mantan presiden
kedua Indonesia memiliki idiolek yang sangat kuat. Ciri kalimat
yang digunakan beliau biasanya menggunakan kata daripada itu
dan akhiran –kan berubah menjadi –ken.
Contoh:
Maka daripada itu saya sampaiken bahwa pembangunan di
segala bidang harus terus digalakken.
10
3. Ragam Sosial atau Sosiolek
Sosiolek merupakan variasi bahasa yang disebabkan perbedaan
kelompok sosial tertentu dalam masyarakat seperti kelompok
pegawai, remaja, orang tua, dan sebagainya. Ragam sosiolek
merupakan variasi bahasa yang memiliki ciri kosakata yang baru
ditemukan akan cepat berubah. Variasi bahasa slang dipakai oleh
kaum muda atau kelompok sosial profesional digunakan untuk
berkomunikasi secara rahasia. Jadi dapat dikatakan bahwa bahasa
slang bersifat rahasia.
Jargon merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok
sosial atau kelompok pekerja tertentu dan tidak dimengerti oleh
kelompok lain. Variasi bahasa jargon digunakan oleh kalangan
tersendiri.
Contoh:
Jargon yang masih jelas pada ingatan kita yaitu jargon yang
digunakan remaja-remaja di Yogyakarta. Jargon tersebut terkenal
dengan sebutan bahasa dagadu. Bahasa dagadu sebenarnya
berasal dari bahasa Jawa, yaitu huruf ha na ca ra ka. Huruf-huruf
tersebut diolah dan diutak-atik sendiri oleh remaja di Yogyakarta
dan menghasilkan bahasa dagadu.
Kata dagadu melalui proses pembentukan dari da selang dua
tingkat ke bawah pada huruf ma, huruf ga karena terletak di
urutan paling bawah selang dua tingkat ke atas pada huruf ta, dan
huruf du melalui proses yang sama dengan huruf da. Hanya
berganti bunyi vokal. Bunyi akhir setiap huruf mengikuti kata
yang diacu. Jadi dagadu berarti matamu.
11
Contoh:
12
Belanda digunakan sebagai alat komunikasi yang utama. Pada saat
itu bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kedua di samping
bahasa Belanda.
1. Komunikasi resmi;
2. Wacana tulis;
3. Pembicaraan di depan umum; dan
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
13
b. Pemakaian fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek, keterangan) secara
eksplisit dan konsisten.
Contoh:
TB : Direktur perusahaan itu ke Singapura
B : Direktur perusahaan itu pergi ke Singapura
c. Terbatasnya jumlah unsur leksikal dan gramatikal dari dialek-dialek regional
dan bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap unsur bahasa Indonesia.
d. Pemakaian konjungsi bahwa dan karena –bila ada– secara eksplisit dan
konsisten.
Contoh:
TB : Ia tahu anaknya tidak naik kelas.
B : Ia mengetahui bahwa anakya tidak naik kelas.
e. Pemakian pola frasa verbal aspek + pelaku + verba –bila ada– secara
konsisten.
Contoh:
TB : Surat Anda saya sudah baca.
B : Surat Anda sudah saya baca.
f. Pemakaian bentuk tata kalimat baku.
Contoh:
TB : Kasih tahu
B : Memberitahukan
g. Pemakaian partikel kah dan pun –bila ada– secara konsisten.
Contoh:
TB : Siapa nama orang itu?
B : Siapakah nama orang it?
h. Pemakaian unsur-unsur leksikal berbeda dari unsur-unsur yang menandai
bahasa Indonesia non-standar/tidak baku.
Contoh:
TB : Ekstra kurikuler, ijasah, ekstrim
B : Ekstrakulikuler, ijazah, ekstrem
i. Pemakaian popularitas tutur sapa yang konsisten, seperti tuan, saudara, dan
sebagainya.
j. Pemakaian awalan di- dan ke-.
14
Contoh:
TB : di apakan, di tulis, di jual
B : diapakan, ditulis, dijual
di- dan ke- sebagai awalan menyatakan arti suatu pekerjaan atau keadaan.
Penulisannya dirangkai dengan kata yang mengikutinya.
k. Pemakaian kata ulang.
Contoh:
TB : barang2
B : Barang-barang
Sebuah kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung(-),
tidak benar jika disingkat.
l. Pemakaian kata kompleks.
Contoh:
TB : memberi-tahukan
B : memberitahukan
Kata kompleks yang tidak diberi awalan dan akhiran ditulis terpisah. Jika
mndapat awalan dan akhiran, penulisannya dirangkai menjadi satu.
m. Pemenggalan kata.
Contoh:
TB : pe-mbaya-ran
B : Pem-ba-yar-an
Pemenggalan kata terjadi karena tidak cukup tempat untuk ditulis dalam
satu baris. Pemenggalan kata harus memperhatian kata dasar. Selain itu,
suku kata yang terjadi satu huruf tidak boleh dipenggal.
n. Penulisan bilangan.
Contoh:
TB : ke-XX, ke20, ke 20
B : ke-20, kedua puluh, XX
Bilangan yang menyatakan tingkat atau kumpulan ditulis serangkai. Jika
angka digabung dengan huruf, penulisannya diberi tanda (-).
o. Penulisan singkatan
Contoh:
a. Yth. Bpk. dsb. dkk.
15
Singkatan kata umum yang terdiri tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
b. a.l. s.d. a.n.
singkatankata umum yang terdiri dari dua huruf masing-masing diikuti
tanda titik.
c. cm kg Rp g
singkatan satuan ukuran dan mata uang tanpa tanda titik.
d. DPR GBHN PT CV
Singkatan resmi organisasi dan semacamnya ditulis dengan huruf besar
tanpa tanda titik.
16
BAB III PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
Dan mengapa bahasa sangat penting, karna Dalam sebuah komunikasi
bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan mutlak adanya. Bahasa
menjadi sebuah alat dalam komunikasi yang mana bahasa dan komunikasi ini
memiliki hubungan yang tak terpisahkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19