Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RAGAM BAHASA

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. ABEL NAUFAL (12070313234)


2. ERLINI ARDILLA (12070323244)
3. ZAIDAN HANNAN RASYID (12070310661)

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : ERE MARDELLA ARBIANI, S.Pd., M.Pd

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa sehingga kami bisa menyusun
Makalah ini dengan baik. Dengan judul dari makalah ini adalah Makalah Ragam Bahasa.

Makalah ini kami susun sebagai bentuk dari tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, dengan
tujuan agar apa yang telah kami teliti bisa kami komunikasikan kepada anda sekalian serta
menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu Bahasa Indonesia.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen Madam Ere Mardella Arbiani, M.Pd
yang telah memberikan tugas yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia, dimana sangat bisa
membantu kami dalam kegiatan perkuliahan saat di kelas maupun di luar kelas. Kegiatan ini
sangat membantu kami dalam memahami materi-materi yang berkaitan dengan Bahasa
Indonesia.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kammi juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Ragam Bahasa....................................................................................................2
B. Jenis-jenis Ragam Bahasa.....................................................................................................3
C. Ragam Bahasa Tulis.............................................................................................................5
1. Ragam Bahasa Ilmiah.......................................................................................................5
2. Ragam Bahasa Semi Ilmiah..............................................................................................9
3. Ragam Bahasa Non Ilmiah.............................................................................................10
D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar..............................................................................11
1. Bahasa yang Baik............................................................................................................11
2. Bahasa yang Benar..........................................................................................................12
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional serta bahasa negara bangsa Indonesia.
Bahasa ini sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda
menjajah Indonesia. Namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang
benar. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan
ejaan ataupun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang ragam
bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh. Akhirnya, bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa
Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Dalam hal ini tidak
hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi juga semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa
ini. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Di sini ragam bahasa
merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2. Apakah penyebab terjadinya ragam bahasa?
3. Apa sajakah jenis-jenis ragam bahasa?
4. Apa sajakah ragam bahasa tulis?
5. Apa pengertian bahasa Indonesia baik dan benar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ragam Bahasa.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ragam Bahasa..
3. Untuk mengetahui ragam bahasa tulis
4. Untuk mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa


Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antarmanusia. Dalam berbagai macam
situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar
atau penulis kepada pembaca. Tentu saja, pada tiap-tiap situasi komunikasi yang dihadapi dipilih
salah satu dari sejumlah variasi pemakaian bahasa. Berbahasa di pasar antarpembeli, antara
pembeli dengan penjual, atau antar penjual pasti berbeda dengan berbahasa di depan orang yang
dihormati, antara atasan dan bawahan, antara pasien dan dokter, antara murid dan guru, antar
anggota rapat dinas, dan sebagainya. Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi
bahasa yang akan digunakannya. Faktor pembicara, pendengar, pokok pembicaraan, tempat dan
suasana pembicaraan berpengaruh pada seseorang dalam memilih variasi bahasa. Istilah yang
digunakan untuk menunjuk salah satu Sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa.
Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam
penuturnya mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan.. Arah perubahan itu tidak selalu tak
terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan
perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa
Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut ‘bahasa Indonesia’
karena masing-masing berbagi teras atau inti sari bersama yang umum. Ciri dan kaidah tata
bunyi, pembentukan kata, kata makna, umumnya sama. Itulah sebabnya kita masih dapat
memahami orang lain yang berbahasa Indonesia walaupun di samping itu kita dapat mengenali
beberapa perbedaan dalam perwujudan bahasa Indonesia (Moeliono, 1988b).
Istilah ragam dapat disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan
bahwa modelnya sangat beragam, didalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat
bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau variasi
itu terdapat satu model yang menjadi acuannya. Dengan demikian, bagaimanapun model variasi
nya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama. Jika variasi itu sudah menyimpang
jauh dari inti yang menjadi acuannya, itu berarti bahwa sudah bukan variasi dari acuannya,
melainkan merupakan model lain yang baru sama sekali (Suharsono, 1993).

2
Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur
atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat kiranya apabila
komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang digunakan dalam rapat dinas.
Demikian pula misalnya, komunikasi antara penumpang dan abang becak berbeda dengan
komunikasi antar menteri dalam sidang cabinet. Dengan demikian, terdapat berbagai variasi
pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi. Terdapat aneka ragam bahasa sesuai dengan fungsi
dan situasinya.
Untuk mengetahui berbagai ragam bahasa Indonesia, ada baiknya terlebih dahulu
diperhatikan fungsi-fungsi bahasa Indonesia dilihat dari segi kedudukannya sebagai bahasa
negara dan bahasa nasional.

B. Jenis-jenis Ragam Bahasa


Situasi yang berbeda-beda dalam setiap komunikasi antarmanusia, tersedia bermacam-
macam ragam bahasa.

Pertama, dari segi pembicara/penulis ragam bahasa dapat diperinci berdasarkan (1) daerah, (2)
pendidikan, dan (3) sikap. 

1. Ragam daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialek. Ragam ini, antara lain, dapat
disebut ragam bahasa dialek Jawa, dialek Bali, dialek Manado, dialek Medan, dialek
Banjarmasin, dialek Sunda, dialek Minang, dialek Jakarta, dan lain-lain. Ragam bahasa itu
tercipta karena pengaruh kuat bahasa ibu si pembicara/penulis. Faktor aksen, kosakata, dan
variasi gramatikal, umpamanya, seringkali berpengaruh sebagai pembeda tiap-tiap ragam
dialek. Meskipun demikian, selama proses komunikasi dapat berjalan lancer, serta misalnya
tidak menyangkut situasi resmi, ragam dialek tidak terlalu dipersoalkan. Dalam situasi
nonresmi nyatalah bahwa ragam ini relatif sering digunakan dalam proses komunikasi
antarbudaya. 
2. Ragam bahasa ditinjau dari segi pendidikan pembicara/penulis dapat dibedakan menjadi
ragam cendekiawan dan ragam non cendekiawan. Pembedaan ini berdasarkan pada tingkat
pendidikan formal dan nonformal pembicara/penulis. Golongan orang terpelajar, misalnya,
akan berbeda ragam bahasanya dengan yang tidak terpelajar. Ragam bahasa orang yang
berpendidikan lain dengan yang tidak berpendidikan. Ragam bahasa orang yang terdidik
terpelihara. Badan dan lembaga pemerintah, pers, profesi ilmiah, mimbar agama, dan
sebagainya memilih ragam bahasa orang terdidik.
3. Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis bargantung kepada sikapnya
terhadap lawan komunikasi. Ragam ini di pengaruhi oleh, antara lain, pokok pembicaraan,
tujuan dan arah pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya. Segi-segi itulah yang
membedakan ragam ini menjadi ragam resmi dan nonresmi.

3
Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan (1) pokok persoalan, (2)
sarana, dan (3) gangguan campuran

1. Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan dengan lingkungan yang
dipilih dan dikuasai, bergantung pada luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran,
pengalaman, dan sebagainya. Ragam ini menyangkut tiap-tiap bidang, misalnya teknologi,
politik, ekonomi, perdagangan, seni, olahraga, perundang-undangan, agama dan sebagainya.
Pemeliharaan ragam bahasa yang menyangkut pokok persoalan sering menyangkut hal
pemilihan kata, ungkapan khusus, dan kalimat khusus, sehingga hal ini memberikan kesan
bahwa terdapat berbagai ragam bahasa yang berbeda satu sama lain bergantung pada pokok
persoalannya.
2. Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam lisan dan ragam tertulis
(tulisan). Ada berbagai hal yang membedakan bahasa lisan dengan tulisan. Unsur-unsur
aksen, tinggi rendah dan panjang pendeknya suara, serta irama kalimat sulit dilambangkan
dengan ejaan ke dalam bahasa tulisan. Itulah sebabnya, ragam tertulis harus selalu
mengingat kebutuhan dan kelengkapan fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan
objek. Hubungan di antara fungsi-fungsi itu harus eksplisit nyata. Dilihat dari sejarahnya,
ragam lisanlah yang lebih dahulu ada daripada ragam tulisan. Penggunaan setiap ragam
dipertimbangkan berdasarkan keperluan dan latar belakang yang mendasarinya. Hal ini juga
berhubungan dengan fungsi dan situasi pemakaiannya.
3. Ragam bahasa, dalam pemakaiannya, sering terjadi gangguan percampuran unsur (kosakata
misalnya) daerah maupun asing,. Antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia terjadi kontak
aktif yang mempengaruhi perkembangan kosakata demikian juga pengaruh bahasa asing
terhadap bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang terpengaruh karena gangguan percampuran
unsur-unsur itu mendorong pembicara/penulis untuk bersikap bijaksana dalam memilih.
Dilihat dari berbagai segi, terlihat bahwa ada berbagai ragam bahasa sesuai dengan
fungsi dan situasinya. Semua ragam bahasa itu termasuk ke dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi,
tidak semua ragam bahasa termasuk ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4
C. Ragam Bahasa Tulis

1. Ragam Bahasa Ilmiah


Kalimat ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistematis dan logis. Bahasa tulis
ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah.
Dalam kehidupan sosial dan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik secara lisan maupun
tulisan, digunakan berbagai bahasa daerah termasuk dialeknya, bahasa Indonesia, dan/atau
bahasa asing. Bahkan, dalam situasi tertentu, seperti dalam keluarga perkawinan campuran
digunakan pula bahasa yang bersifat campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan
salah satu atau kedua bahasa ibu pasangan perkawinan campuran itu. Dalam situasi
kebahasaan seperti itu, timbul berbagai ragam atau variasi bahasa sesuai dengan
keperluannya, baik secara lisan maupun tulisan.
Kalimat ilmiah biasa digunakan pada laopran, makalah, tesis, disertasi.

 contoh :
 Penelitian ini mengkaji teknik pentajaman objek yang efektif dan efisien
 Ketua kelompok itu memiliki argumen yang tepat
 Barisan upacara itu memiliki formasi yang rapih
 Soekarno menjadi figur yang baik buat bangsa Indonesia
 Semakin lama zaman semakin modern

 Macam-Macam Ragam Bahasa Ilmiah


a) Cendekia
Ciri cendekia yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam
penulisan karya ilmiah mampu mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat. Hal itu
diwujudkan dalam penyusunan atau pengorganisasian bahasa secara sistematis, artinya
teratur dan runtut sehingga menunjukkan kelogisan berpikir seseorang atau penulis.

b) Lugas dan Logis


Ciri lugas yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah harus bermakna harafiah dan tidak bermakna ganda, sedangkan ciri logis
adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah sesuai dengan
logika atau dapat diterima oleh akal sehat. Hal itu membantu penulis dalam
mengungkapkan pola pikir atau gagasannya dan membantu pembaca dalam memahami
gagasan atau pola pikir penulis.

5
c) Jelas
Ciri jelas yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam pen ulisan
karya ilmiah jelas struktur kalimat dan maknanya. Hal itu sangat membantu penulis
dalam memaparkan gagasan atau pola pikirnya dan mempermudah pembaca untuk
memahami makna yang dimaksudkan.

d) Padat dan Ringkas


Padat yang dimaksud adalah gagasan atau pola pikir yang akan diungkapkan tidak
tercampur unsur-unsur lain yang tidak ada hubungannya atau tidak diperlukan. Ciri
ringkas yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya
ilmiah harus singkat, tidak menggunakan kata-kata yang tidak diperlukan atau kata-kata
yang berlebihan (mubazir). Dengan demikian, pemulisan karya tulis ilmiah menunjukkan
gagasan atau pola pikir yang padat dan tertuang dalam kalimat yang ringkas.

e) Formal dan Objektif 


Formal yang dimaksud mengacu pada pandangan bahwa komunikasi ilmiah melalui
tulisan ilmiah merupakan komunikasi formal atau resmi sehingga bahasa Indonesia yang
digunakannya harus bahasa Indonesia formal, artinya bahasa Indonesia yang digunakan
harus bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi pada struktur bahasa yang
mencakup seluruh tataran struktur kebahasaan. Penggunaan bahasa seperti itulah yang
menunjukkan ciri objektif, yaitu dapat diukur kebenaranya secara terbuka oleh umum.

f) Gagasan sebagai Pangkal Tolak


Gagasan sebagai pangkal tolak yang dimaksud adalah bahasa yang digunakan
dalam penulisan karya ilmiah harus berorientasi pada gagasan atau pola pikir bukan pada
penulis. Gagasan sebagai pangkal tolak terkait dengan objektivitas penulis, artinya
penggunaan bahasa tersebut secara dominan harus bertolak pada objek yang dibicarakan
dan bukan pada penulis secara pribadi. Oleh karena itu, objektivitas harus ditandai
dengan upaya penulis untuk menghindari penggunaan kata saya, kami, dan kita.

g) Penggunaan Istilah Teknis


Ciri penggunaan istilah teknis yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang
digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus berfungsi sebagai wacana teknis, artinya
sesuai dengan bidang keilmuannya yang dilengkapi dengan peristilahan teknis yang
meliputi penulisan angka, lambang, dan istilah sesuai dengan bidang ilmu.

h) Konsisten
6
Ciri konsisten yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam
penulisan karya ilmiah mulai dari tataran terkecil sampai dengan tataran terbesar dan
terluas (keseluruhan struktur bahasa) harus ajeg. Arti ajeg adalah taat asas atau selalu
menggunakan bentuk-bentuk atau unsur-unsur tersebut dari awal tulisan sampai akhir
tulisan.

 Contoh-contoh Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


Keseluruhan ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah seperti yang telah disebutkan harus
terwujud dalam karya tulis ilmiah yang dibuat oleh penulis. Untuk itu, perhatikan contoh-
contoh dan ciri-ciri penulisan karya ilmiah berikut. Contoh-contoh berikut disajikan dalam
bentuk yang salah sekaligus bentuk yang benar.

1) CENDEKIA
Contoh :
i. Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran
nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke
Negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
moral bangsa Indonesia.
ii. Pergeseran nilai-nilai budaya bangsa terjadi karena masuknya pengaruh budaya barat
ke Indonesia.

2) LUGAS DAN LOGIS


Contoh:
i. Kalau pada zaman Sunan Kalijaga dalam kesenian wayang termasuk ceritanya
digunakan sebagai media penyebaran agama. Maka di masa sekarang lebih tepat
apabila penanaman budi pekerti dalam cerita wayang melalui pengajaran apresiasi.
ii. Kalau pada zaman Sunan Kalijaga, kesenian wayang, termasuk ceritanya, digunakan
sebagai media penyebaran agama; sekarang, kesenian wayang digunakan sebagai
media penanaman budi pekerti melalui apresiasi.
iii. Saat terjadi kekacauan di pasar, pencuri berhasil ditangkap sama polisi.
iv. Saat terjadi kekacauan di pasar, polisi berhasil menangkap pencuri.

3) JELAS

7
Contoh:
i. Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah dan
lakunya dalam sehari-hari.
ii. Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
iii. Perkara diajukan kemeja hijau berjumlah lima puluh satu. Sedangkan perkara
disidangkan berjumlah dua puluh satu.
iv. Perkara yang diajukan ke meja hijau berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang telah
disidangkan berjumlah 21 buah.

4) PADAT DAN RINGKAS


Contoh:
i. Pendidikan agama di sekolah dasar bagaimanapun tidak akan terlaksana dengan baik
tanpa adanya dukungan yang baik pula dari orang tua murid dalam keluarga.
ii. Pendidikan agama di SD tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan orang tua.

5) FORMAL DAN OBJEKTIF


Contoh:
i. Menurut Moeliono mengatakan bahwa bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan
menghindari kesamaran dan ketaksaan dalam pengungkapan. (1989)
ii. Menurut Moeliono (1989), bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan menghindari kesamaran
dan ketaksaan dalam pengungkapan.
iii. Moeliono (1989) mengatakan bahwa bahasa ilmiah itu lugas, eksak, dan menghindari
kesamaran dan ketaksaan dalam pengungkapan.

6) GAGASAN SEBAGAI PANGKAL TOLAK


Contoh:
i. Kita semua tahu bahwa pendidikan itu dilingkungan keluarga sangat penting dalam
menanamkan moral Pancasila.
ii. Perlu dikatahui bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
penanaman moral Pancasila.

7) PENGGUNAAN ISTILAH TEKNIS


Contoh:
8
i. Hazard Analysis Critical Control Point/HACCP adalah sistem penjaminan mutu dan
keamanan pangan yang sangat dianjurkan oleh badan keamanan pangan internasional
Codex Alimentarius Commission untuk diterapkan di industri pangan
ii. Hazard Anaylisis Critical Control Point (HACCP) adalah sistem penjaminan mutu dan
keamanan pangan yang sangat dianjurkan oleh badan keamanan pangan internasional
Codex Alimentarius Commission (CAC) untuk diterapkan di industri pangan.

8) KONSISTEN
Contoh:
i. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk
mereka yang penting adalah pencabutan embargo senjata.
ii. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi
mereka yang penting adalah pencabutan embargo senjata.

2. Ragam Bahasa Semi Ilmiah


Kalimat semi ilmiah merupakan kalimat yang membentukan katanya tidak terlalu
formal, tidak terlalu mengikuti metode ilmiah, tetapi tetap konsisten terhadap struktur
kalimat yang lengkap dan obyektif atas tulisan tersebut. Kalimat semi ilmiah biasanya
digunakan pada artikel, editorial, reportase.

 Contoh kalimat Semi ilmiah:


Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti
kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah
peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan
cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi
Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II
membuka era baru untuk komik Jepang.

 Ciri-ciri Ragam Bahasa Semi Ilmiah


Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak
didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal).

 Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah, yaitu:

9
 Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
 Fakta yang disimpulkan subyektif,
 Gaya bahasa konotatif dan populer,
 Tidak memuat hipotesis,
 Penyajian dibarengi dengan sejarah,
 Bersifat imajinatif,
 Situasi didramatisir,
 Bersifat persuasif.
 Tanpa dukungan bukti

 Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:


 Dongeng
 Cerpen
 Novel
 Drama
 Roman

3. Ragam Bahasa Non Ilmiah


Artikel Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti
ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam
praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan,
plot, konflik, klimaks, setting dan lainnya. Bentuk karangan non ilmiah adalah dongeng,
cerpen, novel, roman, anekdot, hikayat, cerber, puisi dan naskah drama.

 Ciri-Ciri Bahasa Non Ilmiah


a) Emotif : merupakan kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih
mencari keuntungan dan sedikit informasi
b) Persuasif : merupakan penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan
pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative
c) Deskriptif : merupakan pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan
d) Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Kalimat non ilmiah merupakan kalimat yang tidak formal, dari bentuk bahasa, kosa
kata, ataupun struktur, tetapi harus tetap memiliki alur yang jelas dalam penulisan. Tidak

10
memiliki unsur semetodis atau sesistematis seperti layaknya kalimat ilmiah atau semi ilmiah.
Kalimat non ilmiah biasa digunakan pada dongeng, hikayat, cerpen, novel.

 Contoh kalimat non ilmiah:


 Damy adalah mahasiswa angkatan 2008
 Ibu pergi ke pasar untuk berbelanja
 Nidji sedang konser di JCC

D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai
dengannorma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian renang pada saat
akanberenang di kolam renang sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi,
tentukita akan mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-
lakimungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu pertemuan
resmi,pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang
DPR.
Akan sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan
sebagainyaitu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang
kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan berpakaian renang karena
disana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi
di DPR harus berpakaian rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang
oleh petugas protocol ditolak menghadiri acara dengar pendapat di DPR karena pengusaha yang
“nyentrik” itu tidak menggunakan pakaian rapi.

1. Bahasa yang Baik


Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi,
bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras
bahasa yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
a) Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan
keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
b) Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi,
dan jurnal ilmiah.

11
c) Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi
atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
d) Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang
yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
e) Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat
akrab dan intim.

2. Bahasa yang Benar


Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah
untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai
berikut.
a) Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang
baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
b) Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan
bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
c) Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia
adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
d) Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku
yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/;
/habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
e) Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa
Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan
pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.

Dari semua ciri bahasa baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4
(lafal baku) yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan resmi,
dan kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari ragam akrab hingga ragam
beku. Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab malah akan
menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbedabeda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa ini timbul karena latar belakang budaya,
sejarah, ataupun letak geografis. Akibatnya muncul berbagai variasi bahasa Indonesia.
Ragam bahasa ini memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan tiga hal
yaitu cara berkomunikasi, cara penuturan, dan topik pembicaraan. Dilihat dari cara
berkomunikasi, ragam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu lisan dan tulis. Dalam hal ini
penggunaan ragam lisan lebih baik karena seseorang dapat langsung mengekspresikan apa yang
ingin diungkapkan daripada menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan, ragam bahasa
dibedakan menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat dari topik
pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam sosial. ragam fungsional, ragam
jurnalistik. ragam sastra, ragam politik dan hokum.

B. Saran
Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis
mcnyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sugihastuti, Bahasa Laporan Penelitian. Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167: Pustaka
Pelajar.

(99+) bahasa indonesia yang baik dan benar | putri oktavia - Academia.edu

(Rabu, 14 September 2022, 17:01 WIB)

https://beritagar.id/artikel/tabik/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar

(Rabu, 14 September 2022, 17:02 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai