Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN DEIKSIS DAN IMPLIKATUR

(Kajian Pragmatik)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pragmatik

Dosen pengampu : Bram Denafri, S.S., M.Hum

Disusun Oleh:

➢ ADAM MALIK 171010700007


➢ ANDI NURMUFID 171010700069
➢ NINA NURMALA 171010700042
➢ NISA NURUL FAHIRA 171010700023

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang pengertian
dieksis dan implikatur ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Bapak Bram Denafri, S.S., M.Hum dosen mata kuliah
pragmatik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dieksis dan implikatur. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Tangerang Selatan, 14 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ..........................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH .....................................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN .......................................................................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN DEIKSIS .....................................................................................................................3
2.2 JENIS-JENIS DEIKSIS ........................................................................................................................4
2.3 PENGERTIAN IMPLIKATUR .............................................................................................................6
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................10
3.2 SARAN ..........................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis)
dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibat studi ini lebih banyak
berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya
daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu
sendiri. Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa sesungguhnya. Pragmatik
mencakup bahasan tentang deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan.
Deiksis adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap ( tetapi berubah-ubah ) seperti
kata saya, sini, sekarang. Misalnya dalam dialog antara A dan B, saya secara bergantian
mengacu kepada A atau B. Kata sini mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur,
kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang berbicara.
Praanggapan mengacu kepada makna tersirat yang ” mendahului“ makna kalimat
yang terucapkan (tertulis). Makna ini dapat ditangkap dan disimpulkan oleh pendengar (
pembaca ). Kalau kita mendengar ujaran “ibunya sedang sakit”, maka “makna lain” yang bisa
ditangkap, yaitu ‘dia mempunyai ibu.’ Inilah yang disebut praanggapan. Untuk mengecek
kebenarannya, kita dapat menggabungkan keduanya dengan menempatkan praanggapan di
depan ujaran tadi menjadi: “Dia mempunyai ibu, ibunya sedang sakit”. Tetapi, praanggapan
itu akan janggal jika ditempatkan di belakang.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur
internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan
dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami
dari konteksnya. Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan
hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya
dengan konteks berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang
teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis merupakan
ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.
Implikatur Adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh
yang tersurat. Implikatur dImplikatur merupakan salah satu kajian dalam pragmatik. Secara
sederhana implikatur dimaksudkan sebagai suatu ujaran yang menyiratkan suatu yang
berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :


1. Apa yang dimaksud dengan deiksis?
2. Ada berapa jeni-jenis deiksis?
3. Apa yang dimaksud dengan implikaur?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah, adapun manfaat yang dapat
dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari deiksis.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis deiksis.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud implikatur.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dalam penulisan ini yaitu:


1. Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan penunjang kegiatan
perkuliahan mengenai kajian Pragmatik, khususnya Deiksis dan Implikatur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DEIKSIS

Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang
kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti Penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistik
yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis. Dengan kata lain
informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu
baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis. Misalnya kemudian
hanya dapat di rujuk dari situasinya. Deiksis juga didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat
dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat “Saya mencintai dia”, informasi dari kata ganti
“saya” dan “dia” hanya dapat di telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang
hanya diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang di sebut deiksis. Dengan kata lain
dalam kasus ungkapan deiksis, proses pragmatik dalam mencari acuan masuk dalam
semantik. Umumnya kita dapat mengatakan ungkapan deiksis merupakan bagian yang
mengacu pada ungkapan yang berkaitan dengan konteks situasi, wacana sebelumnya,
penunjukan, dan sebagainya.
Deiksis dapat juga diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa,
proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya
dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak
bicara (Lyons, 1977: 637 via Djajasudarma, 1993: 43).
Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis dapat diartikan
sebagai luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara,
yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan anafora merujuk dalam
tuturan baik yang mengacu kata yang berada di belakang maupun yang merujuk kata yang
berada di depan (Lyons, 1977: 638 via Setiawan, 1997: 6).
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa deiksis merupakan suatu
gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan
sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata
tunjuk, pronomina, dan sebagainya. Perujukan atau penunjukan dapat ditujukan pada bentuk
atau konstituen sebelumnya yang disebut anafora. Perujukan dapat pula ditujukan pada
bentuk yang akan disebut kemudian. Bentuk rujukan seperti itu disebut dengan katafora.

3
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan
antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang
adalah kata-kata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya,
sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan
waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah
penutur.

2.2 JENIS-JENIS DEIKSIS

Dalam pragmatik, deiksis dibagi menjadi lima jenis meliputi: deiksis orang, deiksi
tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.
a. Deiksis Persona (deiksis orang)
Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona
merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu. Deiksis orang memakai
istilah kata ganti diri; dinamakan demikian karena fungsinya yang menggantikan diri orang.
Bahasa Indonesia hanya mengenal pembagian kata ganti persona menjadi tiga. Diantara
ketiga kata ganti persona itu hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang menyatakan
orang. Kata ganti persona ketiga dapat menyatakan orang maupun benda (termasuk
binatang). Referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona berganti-ganti tergantung pada
peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran. Orang yang sedang berbicara mendapat
peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia tidak berbicara lagi dan kemudian
menjadi pendengar maka ia disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat
terjadinya pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan disebut persona
ketiga. Contoh pemakaian kata saya dan aku, masing-masing memiliki perbedaan pemakaian.
Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal. Kata saya dapat dipergunakan dalam
situasi formal maupun informal. Jadi kata saya merupakan kata tak bermarkah sedangkan
kata aku bermarkah keintiman.

b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat menyatakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari lokasi
pemeran dalam peristiwa berbahasa, yang meliputi:
(a) yang dekat dengan pembicara (di sini)
(b) yang jauh dari pembicara tetapi dekat dengan pendengar (di situ)
(c) yang jauh dari pembicara dan pendengar (di sana).
Di bawah ini masing-masing contohnya:

4
(a) Duduklah bersamaku di sini!
(b) Letakkan piringmu di situ!
(c) Aku akan menemuinya disini

c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu berkaitan dengan pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu
suatu tuturan diproduksi oleh pembicara: sekarang, kemarin, lusa, dsb.
Contoh:
(a) Nanti sore aku akan datang kerumahmu.
(b) Bulan Juni nanti jumlah pengunjung mungkin lebih meningkat.
Kata nanti apabila dirangkaikan dengan kata pagi, siang, sore atau malam tidak dapat
memiliki jangkauan ke depan lebih dari satu hari. Dalam rangkaian dengan nama bulan kata
nanti, dapat mempunyai jangkauan ke depan yang lebih jauh.

d. Deiksis Wacana
Deiksis wacana yang berkaitan dengan bagian-bagian tentang dalam wacana yang
telah diberikan dan atau yang sedang dikembangkan:
(a) anafora: yang pertama, berikut ini, dsb.
(b) katafora: tersebut,demikian, dsb.

• Contoh anafora: Film November 1828 bisa dibuat terutama berkat kerjasama dua
orang, Nyohansiang dan Teguh Karya. Yang pertama memiliki model dan ingin
membuat film lain dari yang lain, sedangkan yang satunya sutradara yang selalu
tampil dengan film-film terkenal.
• Contoh Katafora: Pak Suparman (56 tahun) seorang petani gurem yang bermukim di
kalurahan Karangmojo, kecamatan Cepu, berkisah demikian: ”Dengan berbagai cara
saya berusaha agar dapat meningkatkan produksi gurem dengan kualitas yang baik”.

e. Deiksis Sosial
Deiksis sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat
antarpartisipan yang terdapat dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini menyebabkan adanya
kesopanan berbahasa. Contoh :
(a). Apakah saya bisa menemui Bapak hari ini?
(b). Saya harap Pak Haji berkenana menemui undangan saya.

5
2.3 PENGERTIAN IMPLIKATUR

Adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh yang
tersurat. Implikatur dalam implikatur merupakan salah satu kajian dalam pragmatik. Secara
sederhana implikatur dimaksudkan sebagai suatu ujaran yang menyiratkan suatu yang
berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Menggunakan implikatur dalam percakapan
berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
Menurut Wijana (2011:38) proposisi (suatu asumsi yang dihasilkan penutur) yang
diimplikasikan itu disebut implikatur (implicature). Karena implikatur bukan merupakan
bagian tuturan yang mengimplikasikannya, hubungan kedua prosuposisi itu bukan merupakan
konsekuensensi mutlak (necessary consequence). Oktavianus (2006:90) menjelaskan bahwa
implikatur adalah implikasi lain yang dapat diturunkan dari suatu ujaran. Dengan kata lain,
implikatur adalah informasi implisit yang dapat ditentukan berdasarkan suatu tuturan.
Implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan hati yang tersembunyi.
Ujaran yang mengandung implikatur menyiratkan sesuatu yang berbeda. Konsep
tentang implikatur pertama kali dikenalkan oleh H.P. Grice dalam Oktavianus (2006) untuk
memecahkan masalah tentang makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan dengan teori
semantik biasa. Suatu konsep yang paling penting dalam ilmu pragmatik dan yang
menonjolkan pragmatik sebagai suatu cabang ilmu bahasa ialah konsep implikatur
percakapan. Konsep implikatur ini dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering
terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang diimplikasi”. Penggunaan implikatur
dalam berbahasa mempunyai pertimbangan seperti untuk memperhalus tuturan, menjaga
etika kesopanan, menyindir dengan halus (tak langsung), dan menjaga agar tdak
menyinggung perasaan secara langsung.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan implikatur, yaitu
1. implikatur bukan merupakan bagian dari tuturan,
2. implikatur bukanlah akibat logis tuturan
3. sebuah tuturan memungkinkan memiliki lebih dari satu implikatur, dan itu bergantung
pada konteksnya.
Menurut Crystal dalam Oktavianus (2006, 91) Implikatur secara umum dibagi
menjadi dua macam yaitu implikatur non konvensional (impikatur percakapan) dan
implikatur konvensional (non percakapan). Impikatur percakapan diderifasi berdasarkan
maksim percakapan. Sedangkan implikatur non percakapan diderifasi berdasarkan konvensi-

6
konvensi tertentu. Imlikatur non percakapan dimarkahi oleh penanda-penanda tertentu
seperti karena itu, oh.., Dll.
Berikut contoh–contoh implikatur :
(1) Seorang tamu baru saja masuk ke ruang tamu dan berkata “udara panas sekali ya…”.
Pernyataan itu mempunyai bermacam-macam makna yang diimplikasikan, yaitu sebagai
berikut
- meminta tuan rumah menghidupkan kipas angina atau AC
- meminta kepada tuan rumah untuk membuka jendela atau pintu sehingga udara ruang menjadi
sejuk
- meminta kepada tuan rumah untuk berbicara di teras rumah saja
- meminta kepada tuan rumah untuk menyediakan air es atau air dingin
- meminta kepada tuan rumah untuk mematikan lampu.
(2) “Suto adalah orang Medan sehingga wataknya keras…”
Implikasi tuturan tersebut adalah bahwa watak keras Suto karena dia orang Medan. Apabila
Suto bukan orang Medan, yang dominan suku Batak. Tentu saja tuturan tersebut tidak
berimplikasi bahwa watak keras Suto karena ia orang Medan.
(3) Suatu kesempatan suatu pengurus Mesjid berkata :
“Pembangunan masjid kita sampai hari ini sudah mencapai tahap kedua, tepatnya 2 tahun 2
bulan. Namun sampai saat ini keramik yang sudah kita pesan belum dipasang juga. Saudara-
saudara, lihatlah ke atas, langit-langit masjid ini belum sepenuhnya selesai. Untuk itu malam
yang penuh barokah ini kita bertekat untuk menuntaskan semuanya. Alhamdulillah bapak
Wali Kota kita malam ini juga hadir pada acara kita ini”.
Tuturan tersebut dapat mengandung implikasi agar yang hadir pada kesempatan itu,
khususnya Bapak Wali Kota untuk dapat menyumbang dan membantu pembangunan mesjid
yang sedang berlangsung.
(4) a : Bambang datang
b : Rokoknya disembunyikan
(5) a : Bambang datang
b : Aku akan pergi dulu
(6) a : Bambang datang
b : Kamarnya dibersihkan
Jawaban b dalam (4) mungkin mengimplikasikan bahwa Bambang adalah perokok, tetapi ia
tidak pernah membeli rokok. Merokok kalau ada yang memberi, dan tidak pernah memberi
temannya dan sebagainya. Jawaban b dalam contoh (5) mungkin mengimplikasikan bahwa
7
b tidak senang dengan Bambang. Dan jawaban dalam (6) mengimplikasikan bahwa Bambang
adalah seseorang yang bersih. Ia akan marah–marah melihat sesuatu yang kotor. Penggunaan
kata mungkin dalam menafsirkan implikatur yang ditimbulkan oleh sebuah tuturan tidak
terhindarkan sifatnya sehubungan banyaknya kemungkinan implikasi yang muncul dari
sebuah tuturan/ujuran.
(7). A: Wah, panas sekali, ya, sore ini ! Kamu kok tidak berkeringat, apa nggak kegerahan?
B: Nggak! Aku sudah mandi tadi.
Atau contoh lain sehubungan dengan implikatur percakapan. Kalimat Aku sudah
mandi tadi sebagai jawaban suatu dialog. secara literal, memang tidak bersangkut-paut
dengan kalimat yang diucapkan oleh lawan bicaranya sebelumnya, tetapi yang tersirat pada
kalimat jawaban itu menyariatkan bahwa menganggap udara memang panas. Dan mungin
saja menyindir orang yang diajak bicara tersebut.
Implikatur juga memberikan makna yang berkebalikan dari bentuk ujarannya. Meski
implikatur mempunyai makna berkebalikan tetapi tidak menimbulkan pertentangan logika.
Seorang ibu melihat anaknya memanjat pohon, kemudian mengatakan kepada anaknya :

(8) “Ayo, naik lebih tinggi lagi. Ayo, naik sampai puncak, ayo teruskan...”
Ujaran tersebut tidak dimaksudkan untuk menyuruh anaknya agar memanjat lebih
tinggi lagi, tetapi sebaliknya `menyuruh anaknya turun, karena memanjat pohon itu
berbahaya, dapat berakibat jatuh dari pohon`, dan seterusnya.

(9). Dia memiliki banyak relasi. Karena itu ia dapat pekerjaan dengan mudah.
Contoh di atas merupakan salah satu contoh dari implikaut non pecakapan. Kalimat tersebut
dimarkahi oleh karean itu. Dalam kalimat tersebut tidak terjadi percakapan tetapi adanya
permarkah akrean itu dapat mengimplikasikan bahwa relasi membaut dia mendapat pekerjaan
dengan mudah.
Dalam tuturan implikatif, penutur dan lawan tutur harus mempunyai pengalaman
yang sama dalam suatu konteks. Jika tidak, maka akan terjadi suatu kesalahpahaman atas
tuturan yang terjadi di antara keduanya. Dalam hubungan timbal balik di konteks budaya kita,
penggunaan implikatur terasa lebih sopan, misalnya untuk tindak tutur menolak, meminta,
memberi nasihat, menegur dan lain-lain. Tindak tutur yang melibatkan emosi mitra tutur pada
umumnya lebih diterima jika disampaikan dengan implikatur.
Kemampuan untuk memahami implikatur dalam sebuah tuturan tergantung pada
kompetensi linguistik yang dikuasai seseorang. Seorang penutur tidak mungkin menguasai
8
seluruh unsur bahasa karena kompetensi linguistik seseorang itu terbatas. Namun dengan
keterbatasan ini, seorang penutur mampu menghasilkan ujaran yang tidak terbatas. Seorang
penutur dan lawan tutur akan mampu memahami dan menghasilkan ujaran baru yang benar-
benar baru dalam bahasanya.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Deiksis adalah istilah teknis
(dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan.
Deiksis berarti Penunjukan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk
menyelesaikan penunjukan disebut ungkapan deiksis. Dengan kata lain informasi kontekstual
secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat,
ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis.. Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis
orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis social.
Implikatur dalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh
yang tersurat. Implikatur dalam implikatur merupakan salah satu kajian dalam pragmatik.
Secara sederhana implikatur dimaksudkan sebagai suatu ujaran yang menyiratkan suatu yang
berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Menggunakan implikatur dalam percakapan
berarti menyatakan sesuatu secara tidak langsung.

3.2 SARAN

Adapun yang dapat pemakalah sarankan adalah diharapkan pembaca untuk


memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah lebih lanjut.

10
DAFTAR PUSTAKA

George Yule. 1996. Pragmatik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Kaswanti Purwo, Bambang. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984.
Yogyakarta: Kanisius.

11

Anda mungkin juga menyukai