KONTAMINASI
KONTAMINASI BERASAL DARI BHS INGGRIS (CONTAMINATION) YANG DPT DIBERI ARTI PENCEMARAN. DALAM BAHASA GEJALA TERSEBUT DIPADANKAN DENGAN KATA KERANCUAN. (kata dasar rancu diimbuh dengan ke an yang berarti kacau; jadi kerancuan berarti kekacauan). Kerancuan dlm bahasa dianggap sebagai pencemaran.
DALAM KONTAMINASI SELALU TERJADI PADUAN DUA UNSUR YANG KACAU, ARTINYA KEDUA UNSUR ITU TIDAK SEHARUSNYA BERPASANGAN. Misal unsur A berpasangan dg B unsur C berpasangan dg D Bila yang muncul A D atau C B maka gabungan itu rancu. Gabungan itulah yang disebut dengan kontaminasi, dl bhs disebut bentuk bahasa yang salah.
DALAM PENGGUNAAN BAHASA SANGAT SERING DIJUMPAI KEKERAPAN KONTAMINASI DALAM BENTUK KALIMAT; DAN LEBIH BANYAK DARIPADA KEKERAPAN KONTAMINASI DALAM KATA DAN FRASE.
Contoh dalam kalimat 1.Di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu bermandikan cahaya lampu neon. * Jika kita bertanya, Apakah yang bermandikan cahaya lampu-lampu neon? Jawabnya tentu tidak mungkin di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu
Kenapa ? Sebab bagian kalimat yang dimulai dengan kata depan di menunjuk pada keterangan tempat. Jawaban yang tepat untuk pertanyaan Apakah yang bermandikan cahaya lampulampu neon ialah jalan-jalan yaqng dipagari oleh gedung=gedung bertingkat itu. Jawaban itu ini merupakan subjek kalimat itu, dan bermandikan cahaya lampu-lampu neon adalah predikatnya.
Kalimat contoh tadi jelas merupakan kalimat rancu, dan kalimat asalnya yang betul ialah : 1. Jalan-jalan yang dipagari oleh gedunggedung bertingkat itu bermandikan cahaya lampu-lampu neon. 2. Di seluruh jalan-jalan yang dipagari oleh gedung-gedung bertingkat itu tampak berpancaran cahaya lampu-lampu neon.
2. Tetapi Sonya membantah bahwa bukan dia yang menembak, melainkan dua orang laki-laki temananya. * Makna kalimat diatas berlawanan dengan yang dimaksud.Sonya membantah bahwa bukan dia yang menembak, kalau begitu dia yang menembak.
*Yang jelas bukan begitu maksudnya. Ia mau menjelaskan bahwa bukan dia yang menembak, melainkan dua orang teman laki-laki. Kalimat kontaminasi tersebut kita kembalikan pada dua kalimat asalnya yang betul, yaitu: 1. Sonya membantah bahwa dia yang menembak. 2. Sonya menegaskan buka dia yang menembak, melainkan dua orang laki-laki temannya.
4. Pada film ini menggambarkan Basri melawan Iie. Kalimat asal yang betul susunannya: a) Pada film ini tampak Basri melawan Iie. b) Film ini menggambarkan pertandingan ketika Basri melawan Iie.
5. Di dekat kuburan Ancol ini pernah mengambil satu orang korban penontong tewas. Kalimat asal yang betul susunannya: a) Kuburan Ancol ini pernah mengambil korban seorang penonton tewas. b) Di dekat kuburan Ancol pernah seorang penonton tewas ditabrak motor.
6. Dalam masyarakat Madura pun mengenal dua golongan ini. Kalimat yang betul susunannya: a) Dalam masyarakat Madura pun dikenal dua golongan ini. b) Masyarakat Madura pun mengenal dua golongan ini.
7. Kepada yang kehilangan vulpen harap mengambilnya dari kantor tata usaha. Kalimat yang betul susunannya: a) Kepada yang kehilangan vulpen diberitahukan agar datang mengambil vulpennya itu ke kantor tata usaha. b) Yang kehilangan vulpen harap datang mengambil vulpennya itu ke kantor tata usaha.
3. DAPAT JUGA KESALAHAN ITU TERJADI TIDAK DENGAN SENGAJA KARENA KETIKA IA AKAN MENUTURKAN SUATU KALIMAT TERTENTU, MUNCUL DALAM PIKIRANNYA KALIMAT YANG HAMPIR SAMA STRUKTUR DAN MAKNANYA, SEHINGGA TIMBUL KALIMAT GABUNGAN.
2. Bantuan itu diharapkan bisa meringankan para korban bencana alam. Perhatikan kata-kata bantuan itu akan meringankan para korban bukan ungkapan yang tepat. Kalau para korban diringankan maka yang berat itu para korban, padahal yang dimaksud untuk diringankan ialah penderitaan para korban.
Kalimat tadi kita kembalikan : 1. Bantuan itu diharaapkan dapat menolong para korban yang ditimpa bencana. 2. Bantuan itu diharapkan dapat meringankan beban penderitaan para korban yang ditimpa bencana. 3. Bila disatukan, menjadi : Bantuan itu diharapkan dapat menolong meringankan beban penderitaan para korban yang ditimpa bencana.
Bila diamati ternyata merupakan bentuk kontaminasi dari dua bentuk asal diajarkan dan dipelajari. Kalimat dalam spanduk itu dikembalikan menjadi : 1. Di sekolah kami diajarkan berbagai kepandaian wanita. 2. Di sekolah kami dapat dipelajari berbagai kepandaian wanita.
Bila kata dikesampingkan kita ubah dengan bentuk imbuhan me kan, maka hasilnya ialah mengesampingkan bukan mengenyampingkan. Imbuhan me kan, mengandung makna membawa ke . mengenyampingkan kita kembalikan pada asalnya menyampingkan atau mengesampingkan.
PLEONASME
PLEONASME BERASAL DARI BAHASA LAIN (PLEONASMUS) YANG BERARTI KATA YANG BERLEBIH-LEBIHAN MACAM-MACAM PLEONASME 1. DUA KATA ATAU LEBIH YANG SAMA MAKNANYA DIPAKAI SEKALIGUS DALAM SUATU UNGKAPAN.
2. DALAM SUATRU UNGKAPAN YANG TERDIRI ATAS DUA PATAH KATA, KATA KEDUA SEBENARNYA TIDAK DIPERLUKAN LAGI SEBAB MAKNANYA SUDAH TERKANDUNG DALAM KATA PERTAMA. 3. BENTUK KATA YANG DIPAKAI MENGANDUNG MAKNA YANG SAMA DENGAN KATA LAIN YANG DIPAKAI BERSAMA-SAMA DALAM UNGKAPAN ITU.
GEJALA PLEONASME PERTAMA UNGKAPAN KATA PADA ZAMAN DAHULU KALA YANG SERING DIGUNAKAN DALAM PEMBUKA BUKU CERITA, MENGANDUNG PERNYATAAN YANG BERLEBIHAN. KATA ZAMAN (Arab) SAMA MAKNA NYA DENGAN KATA KALA (Sans) BERSINONIM DGN KATA MASA (Sns) DAN WAKTU (Arab).
KALAU DIALIH UNGKAPAN PADA ZAMAN DAHULU KALA DENGAN DUA KATA YANG SAMA, MAKA UNGKAPAN ITU AKAN BERUBAH MENJADI PADA MASA DAHULU MASA ATAU PADA WAKTU DAHULU WAKTU ATAUPUN PADA KALA DAHULU KALA, MAKA JELAS BAHWA UNGKAPAN TERSEBUT BERLEBIH-LEBIHAN.
UNGKAPAN DENGAN MENGGUNAKAN SALAH SATU UNGKAPAN IALAH : 1. Pada zaman dahulu, dalam sebuah kerajaan memerintah, seorang ratu yang sangat arif lagi bijaksana. 2. Dahulu kala, dalam sebuah kerajaan, memerintah seorang ratu yang sangat arif lagi bijaksana.
UNGKAPAN PADA ZAMAN DAHULU = PADA WAKTU DAHULU=PADA ZAMAN PURBA=DAHULU KALA. TIGA UNGKAPAN YANG DISEBUT MULA-M ULA SUSUNANANYA MENURUT HUKUM DM,YAITU KATA YANG DITERANGKAN TER LETAK DI DEPAN KATA YANG MENERANGKAN, SEDANGKAN UNGKAPAN DAHULU KALA MELAWA HUKUM DM.
SAMA DENGAN UNGKAPAN PADA ZAMAN DAHULU KALA, UNGKAPAN PADA ZAMAN PURBA KALAPUN ME MEMPERLIHATKAN GEJALA PLEONASME. CONTOH : Mulai sejak waktu itu, kelakuannya berubah. Mulai = sejak (bila disatukan merupakan pleonasme)
Kadang orang menggunakan un gkapan dari sejak waktu itu sejak waktu itu = dari waktu itu
DALAM KARYA SASTRA GEJALA PLEONASME SERING DIGUNAKAN OLEH PENGARANG UNTUK MENCARI EFEK BAHASA UNTUK LEBIH MENONJOLKAN MAKNA YANG DIMAKSUD. CONTOH: Puncak gunung itu ditutupi dengan salju yang putih. Lapangan sepak bola ditutupi ditutupi oleh rumput hijau bagaikan permadani.
Perhatikan kalimat berikut! Dikatakan atau ditulis orang : menengadah keatas, menundukkan kepala, melihat dengan mata kepala sendiri. Ini merupakan pleonasme. Pemakaian gaya bahasa pleonasme seperti itu memang untuk menekankan arti secara eksplisit
Kalimat lain
Penyakitnya kambuh kembali. Kesehatannya telah pulih kembali. * Kata kambuh dan pulih sudah terkandung makna kembali sekali lagi atau seperti sediakala. * Ungkapan kambuh kembali dan pulih kembali mengandung makna berlebih-lebihan.
PENJELASAN KALIMAT 1 DAN 2 DALAM KALIMAT 1 TERDAPAT PENGULANGAN KATA JAMAK (para = jamak; tamu-amu = jamak; dapat diganti dengan para tamu atau tamu-tamu) DALAM KALIMAT KEDUA beberapa negara-negara tidak sesuai dengan kaidah bhs Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tidak terdapat gejala concord (persesuaian atau agreement).
Penjelasan
Dalam bahasa Indo-Jerman, Inggris, dan Belanda misalnya, bila kata bilangan satu kata bendanyapun berbentuk tungal; bila kata kata bilangannya dua atau lebih maka kata bendanya pun dalam bentuk jamak. Dalam bahasa Arab kata benda yang menjadi subjek kalimat harus sesuai dengan kata sifat atau kata kerja yang menjadi predikat
Contoh :
* Alwaladu sagiirun Anak laki-laki itu kecil. Albintu sagiiratun Anak perempuan itu kecil Hua yalabu Dia laki-laki sedang bermain main. * Nahnu nalabu Kami sedang bermain-main.
Penjelasan Perhatikan perubahan kata sagiirun dan sagiiratun berbeda bentuknya karena subjek kalimat berbeda jenis kelaminnya, demikian juga kata-kata yalabu dan nalabu berbeda karena pelaku perbuatannya berbeda. Gejala concord seperti itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, karena beda strukturnya.
Penjelasan Dalam bahasa Indonesia jika kata depan benda sudah menyatakan jamak, kata bendanya tdk perlu dijamakkan dengan mengulangnya. Dalam bahasa Melayu perulangan kata benda hanya berfungsi menyatakan 1) keserupaan dan 2) keanekaragaman.
Penjelasan Contoh yang pertama / 1) : orangorangan, anak-anakan, kuda-kuda dan kuda-kudaan, tupai-tupai, dlsb. Contoh yang kedua / 2) : buahbuahan, pohon-pohonan, daundaunan kayu-kayuan dlsb
KATA-KATA PUNGUT DARI BAHASA ASING ADA KATA-KATA JAMAK DARI BAHASA ASALNYA, TAPI DALAM BAHASA INDONESIA ADA PERGESERAN MAKNA MENJADI ARTI TUNGGAL, MISALNYA : ULAMA ALIM ANASIR UNSUR ARWAH - RUH
PENJELASAN LANJUTAN MENGHINDARI PLEONASME KITA PILIH BENTUK 1. BER + KT ULANG + AN (BERSAING-SAINGAN) 2. BTK DSR + ME + BTK DSR +(i) (SAING MENYAINGI) 3. SALING + ME + BTK DSR + (i) (SALING MENYAINGI)
Kata-kata pilihan
Saling menuduh Tuduh-menuduh Bertuduh tuduhan Saling melempar Lempar-melempari
Lanjutan Pemakaian kata agar supaya dianggap sebagai idiom saja (agar = supaya). Demikian juga oleh karena dan oleh sebab; karena salah satu makna kata oleh ialah karena.
HIPERKOREK.
HIPERKOREK (HYPERCORRECT: INGGR) SECARA HARFIAH BERMAKNA TERLALU TEPAT ATAU TERLAMPAU BENAR. Dalam ilmu bahasa diartikan melampaui batas tepat atau benar. Jadi bila dikatakan bentukan kata hiperkorek, maka bentukan itu tidak tepat atau salah.
KATA-KATA HIPERKOREK KEBANYAKAN DIAMBIL DARI KATA PUNGUT DARI BAHASA ASING. SETIAP BAHASA MEMILIKI SEJUMLAH BUNYI BAHASA YANG DISEBUT FONEM YANG BIASA DISEBUT HURUF.
PENJELASAN
DALAM BAHASA ARAB ADA 4 BUAH BUNYI DESIS, YAITU : SIN, SYIN. SHAD DAN TSA. EJAAN RESMI BAHASA MELAYU THN 1901 DITATAPKAN BAHWA HURUF SIN, SHAG DAN TSA DIALIHHURUFKAN KEDALAM BHS INDONESIA DENGAN HURUF S DAN HURUF SYIN MENJADI SJ (SY MENURUT EYD).
PENJELASAN
KATA ARAB YANG DITULIS SIN : Islam, salam, selamat, muslim, insan, Hasan. YANG DITULIS SHAD : nasihat, sahabat, hasil, saleh, musibah, asal, maksud, fasal, insaf, sah, saraf. YANG DITULIS TSA : Senin, Selasa, misal, amsal, salju. YANG DITULIS SYIN: syukur, masyhur, musyawarah, masyarakat, syair, musykil, syariat.
Lanjutan
Persoalannya kita tidak boleh mengubah ejaan kata dengan huruf s menjadi sy, misalnya : Insaf insyaf Disahkan - disyahkan Ilmu saraf - ilmu syaraf Dalam bahasa arab ditulis dengan shad. Maka itulah hiperkorek, seharusnya ditulis dengan s saja
Lanjutan SERING KATA SURGA (bhs Sanskerta : swarga) DITULIS DENGAN SYURGA, DIKIRA BERASAL DARAI BHS ARAB. DEMIKIAN JUGA KATA-KATA : AGAMA, NEGARA, SURGA DAN PUASA.
LANJUTAN DARI BUNYI H(TEBAL) :Hidayat, paham, jihad, lahir, lohor, syahid,Ibrahim, ahli. DARI BUNYI KH : Khalik, makhluk, khadam, khitan, ikhlas, ikhtiar, khusus, khas, khazanah, khasumat.