Anda di halaman 1dari 5

KALIMAT GOYAH JURNALISTIK DAN KALIMAT HEMAT JURNALISTIK

Selamat pagi, kita sekarang berada di kelas pengganti mata kuliah bahasa jurnalistik. KP kali ini dilakukan
secara online atau daring. Silakan baca materi berikut dan jawab pertanyaan yang ada di dalamnya.

KALIMAT GOYAH JURNALISTIK

Pernahkah Anda membaca kalimat yang membingunkan maksudnya? Seperti disampaikan dalam
perkuliahan tatap muka, kita sudah sama-sama memahami bahwa kalimat harus ringkas, padat,
sederhana, logis dan seterusnya. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan kalimat yang tegas dan tidak
membingungkan.

Perhatikan contoh kalimat dalam judul berikut:

1. Masih di Paris, KPK Belum Mengontak Kemenlu untuk Minta Bantuan Pengawasan Sofyan Basir.

Dari kalimat di atas, silakan jawab pertanyaan ini:

a. Siapa yang masih di Paris?


b. Siapa bekerja sama?
c. Di mana Sofyan Basir?
d. Siapa diminta bantuan pengawasan?

Bandingkan dengan kalimat berikut:

2. Sofyan Basir Masih di Paris, KPK Belum Minta Bantuan Pengawasan Kemenlu

Sekarang silakan jawab pertnyaan berikut:

a. Siapa yang masih di Paris?


b. Siapa bekerja sama?
c. Di mana Sofyan Basir?
d. Siapa diminta bantuan pengawasan?

Dari dua contoh di atas, menurut Anda mana kalimat judul yang paling mudah dimengerti, paling jelas
penekanannya, dan tidak menimbulkan banyak arti?
Kalimat yang tidak menimbulkan banyak arti dan konotatif, yang tidak melahirkan keraguan di kalangan
pembaca, pendengar, atau pemirsa disebut sebagai kalimat yang tidak goyah.

Sebaliknya kalimat yang ambigu, yang menimbulkan banyak arti dan bermakna konotatif, melahirkan
keraguan di kalangan pembaca, pendengar, atau pemirsa.

Mengapa kalimat goyah bisa terjadi? Setidaknya ada dua hal yang bisa menjadi penyebab, yaitu:

1. Penempatan kata, frasa atau klausa yang tidak tepat. Tidak ada penekanan atau empasis,
sebenarnya apa atau siapa yang ingin ditonjolkan dalam kalimat itu? Saat kita menulis tergesa-gesa,
kalimat goyah kerap terjadi. Kecermatan menulis menjadi penentu yang penting untuk menghindari
munculnya kalimat goyah. Sebaliknya, sikap mudah panik atau gugup, hanya akan melahirkan
suasana kata yang tidak padu, tidak sejajar, dan goyah.
2. Penekanan Frasa, Kalimat goyah dapat ditemukan pula dalam kalimat jurnalistik yang tidak memiliki
penekanan atau empasis mengenai siapa atau apa yang sebenarnya yang ingin ditonjolkan dan
dianggap penting diketahui oleh pembaca, pendengar, atau pemirsa. Dengan kata lain, kata yang
dipilih harus menguatkan atau membantu mengukuhkan makna kata yang lain.

Perhatikan dan bandingkan contoh berikut:

a. KPK belum bisa memeriksa Dirut PLN Sofyan Basir karena sedang berada di Paris
b. KPK belum bisa memeriksa Dirut PLN Sofyan Lubis yang sedang berada di Paris

Dari dua contoh di atas, menurut Anda siapa yang sedang berada di Paris?

KALIMAT HEMAT JURNALISTIK

Selain kemantapan kalimat, perlu juga diperhatikan kehematan kalimat. Kalimat yang hemat dalam
karya jurnalistik diperlukan untuk menciptakan keefektifan. Kehematan dalam kalimat efektif
merupakan termasuk dalam pemakaian kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak diperlukan.

Adapun unsur-unsur kehematan yang harus diperhatikan adalah :

(1) Pengulangan subjek kalimat


Gejala hiperkorek karena ingin membuat kalimat seindah mungkin (ingat kalimat yang indah
tidak sama dengan kalimat yang benar) membuat dalam satu kalimat bisa muncul pengulangan
subjek yang tidak diperlukan.
Contoh:
Sofyan melompat dari jembatan penyeberangan dan pria berusia setengah abad itu akhirnya
menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit. (Siapa yang melompat dari jembatan
penyeberangan? Siapa yang meninggal di rumah sakit?)
Sofyan melompat dari jembatan penyeberangan dan menghembuskan nafas terakhir di rumah
sakit. (Siapa yang melompat dari jembatan penyeberangan? Siapa yang meninggal di rumah
sakit?)

(2) Hiponim
Hiponim adalah bentuk (istilah) yang maknanya terangkum oleh bentuk superordinatnya yang
mempunya makna lebih luas.
Jika kita membaca kata “mawar”, “melati”, “dahlia” “kamboja” biasanya kita akan langsung
menyebutnya sebagai “bunga”. Di sisi “bunga” merupakan hiponim dari “mawar”, “melati”,
“dahlia” “kamboja.

Jika saya menulis kata “maling”, “copet”, “jambret” maka tidak mengherankan kalam Anda
menyebut kata “penjahat” atau “kriminal”, “kejahatan”, “kriminalitas” atau kata sejenis lainnya.

Dengan bahasa sederhana, kata “mawar”, “melati”, “dahlia” “kamboja” merupakan bawahan
makna dari “bunga”.
Begitu pula dengan kata “maling”, “copet”, “jambret” yang merupakan bawahan makna dari
“penjahat” atau “kriminal”, “kejahatan”, “kriminalitas” atau kata sejenis lainnya.

Penggunaan hiponim dalam kalimat membuat kalimat jurnalistik menjadi tidak hemat.
Misalnya : Penjahat itu mencopet uang seorang wanita tua separuh baya yang sedang
menyeberang pada hari Rabu kemarin (24/4/2019).

Bandingkan dengan kalimat:


Pencopet itu mengambil uang wanita separuh baya yang sedang menyeberang, Rabu
(24/4/2019).

(3) Pemakaian kata depan


Kata depan bisa dibedakan dalam tiga kelompok berikut:
a. Kata depan sejati: di, ke, dari
b. Kata depan majemuk yang merupakan gabungan kata depan sejati dengan kata lain: di
dalam, di luar, di atas, di bawah, ke muka, ke belakang, dari samping, dari depan, kepada,
daripada
c. Kata depan yang tidak tergolong kelompok kata depan sejati dan kata depan majemuk pada
poin a dan poin b di atas: tentang, perihal, akan, dengan, oleh, antara, bagi, untuk

Perlu diperhatikan bahwa kata depan berfungsi untuk merangkaikan kata yang satu dengan
kata yang lain yang menyatakan tempat. Misalnya di toko, di pasar dst.

Sering kali, dalam penulisan kata depan digunakan secara tidak perlu misalnya:
Di dalam dua minggu ini (bandingkan dengan: dalam dua minggu ini)
Anak itu naik ke atas (bandingkan dengan anak itu naik)
Kuasa hukum dari tersangka (bandingkan dengan kuasa hukum tersangka)

(4) Pemakaian kata sambung


Kata sambung digunakan untuk merangkaikan kalimat dengan kalimat atau merangkaikan
bagian-bagian kalimat. Sering terjadi kata sambung digunakan secara tidak perlu, misalnya:

Ia menegaskan bahwa kemarin tidak hujan (bandingkan dengan: Ia menegaskan kemarin tidak
hujan)

Pemerintah Prancis menyatakan siap bertindak tegas terhadap pengunjuk rasa. Intinya adalah
mereka akan menindak para pemrotes itu.

(Coba hilangkan kata “adalah” pada contoh di atas, apakah artinya berubah? Apakah kalimatnya
menjadi lebih ringkas? Bandingkan pula jika kata “intinya” dihapus.)

(5) Pemakaian kata mubazir, seperti disampikan dalam beberapa perkuliahan tatap muka kata
“oleh” dan kata “adalah” sepertinya juga kata “yaitu” tidak selalu harus ada dalam kalimat. Jika
kata-kata tersebut dihapuskan dalam kalimat dan tidak membuat makna kalimat berubah
maka bisa dipastikan bahwa kata-kata tersebut merupakan kata mubazir sebelum dibuang
dalam kalimat sebelumnya. (Anda merasa kalimat ini tidak ringkas? Silakan buat kalimat yang
lebih ringkas)

(6) Kata dan kalimat rancu : sering ditemukan pada berita atau karya jurnalistik yang dibuat
secara tergesa-gesa
a) Kerancuan kalimat bisa terjadi karena kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, dan
terjadi dengan tidak sengaja saat menuliskan atau mengucapkan sesuatu,
b) Kerancuan susunan kata : perhatikan kalimat berulang-ulang dengan berulang kali,
bandingkan kalimat:
 “terdiri dari” dengan “terdiri atas”
 “bertemu dengan” bandingkan dengan “bertemu sama”
 “disebabkan oleh” bandingkan dengan “disebabkan karena”
 “tetapi juga” bandingkan dengan “tidak saja-melainkan”
 “bukan saja-melainkan juga” bandingkan dengan “bukan saja-tetapi”
 “sesuai dengan” bandingkan dengan “sesuai”
 “berbeda dengan” bandingkan dengan “berbeda dari” atau “berbeda daripada”

c) Kerancuan bentuk kata: perhatian kata buruan-buron-buronan


kata burunanan berasal dari kata buruan, kata buruan luluh menjadi buron.

Jadi jika ada kalimat “Residivis itu masih buronan” maka kita perlu memperbaikinya menjadi
“Residivis itu masih buron” jika yang kita maksudkan adalah tentang seorang residivis yang
masih menjadi buruan polisi.

7) Pemakaian akronim.

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan kombinasi huruf dan suku kata dariu deret kata yang diperlakukan sebagai kata misalnya laser
(light amplification bt stimulated emission of radiation), rudal (peluru kendali) perhatikan cara membuat
singkatan agar tidak menimbulkan kontroversi.

Misal, pemilihan kepala daerah langsung tidak elok jika disingkat menjadi pilkadal.

Tugas

Perhatikan pula kutipan kalimat berikut, perbaiki jika menurut Anda ada yang perlu diperbaiki:

Layanan pengiriman via drone, Wing, milik induk usaha Google, Alphabet Inc, resmi mendapat
izin Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat untuk beroperasi sebagai maskapai
penerbangan.

Mengutip BBC dan Reuters, Kamis (25/4/2019), dengan izin tersebut Wing secara legal dapat
memulai layanan komersial pengiriman barang-barang dari bisnis lokal ke rumah-rumah via
drone. Wing Aviation berencana memulai pengiriman paket komersial di Blacksburg, Virginia,
akhir tahun ini.

Untuk mendapatkan sertifikasi tersebut, Wing membuktikan bahwa pengiriman via drone-nya
membawa risiko yang lebih rendah untuk pejalan kaki daripada pengiriman lewat mobil.

Anda mungkin juga menyukai