Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Reduplikasi

Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata.
Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian.
Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan
kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah
masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi ada pula reduplikasi yang menyangkut
masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantis.
Ciri umum reduplikasi sebagai proses pembentukan kata:
1. Menimbulkan makna gramatis.
2. Terdiri lebih dari satu morfem (Polimorfemis).
Dalam bahasa Melayu dikenal jenis-jenis reduplikasi berikut:
reduplikasi fonologis pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar.
reduplikasi morfologis pengulangan morfem, misalnya: papa, mama.
reduplikasi sintaktis pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh "malammalam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu
tetap dikerjakannya".
reduplikasi gramatikal pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi
reduplikasi morfologis dan sintaksis.
reduplikasi idiomatis atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang
menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia.
reduplikasi non-idiomatis pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar,
contoh "kucing-kucing".
Penjelasan beberapa jenis reduplikasi diantaranya:
1. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau terhadap bentuk yang
statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal,
melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentukbentuk seperti berikut ini :
dada, pipi, kuku, cincin. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari da, pi, ku, dan cin.
Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
foya-foya, tubi-tubi, anai-anai, ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas termasuk bentuk
pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, bentuk dasarnya tidak berstatus
sebagai akar yang mandiri. Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya, tubi,
anai, dan ani.
kupu-kupu, kura-kura, onde-onde, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga merupakan
pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, hasil reduplikasinya tidak
melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
luntang-lantung, mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui
mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya
makna leksikal, bukan makna gramatikal.
2. Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya
berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Contohnya adalah :
Jangan jangan kau dekati pemuda itu.

Suaminya benar benar jantan.


Kata beliau, tenang tenang, jangan panik.
3. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang
bersinonim. Misalnya, cerdik cendekia, alim ulama, dan ilmu pengetahuan. Selain itu, bentukbentuk seperti segar bugar, kering mersik, muda belia, tua renta, dan gelap gulita menurut Abdul
Chaer juga termasuk dalam reduplikasi semantis. Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti ini dalam
berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi.
4. Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk
berafiks, dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan
sebagian, maupun pengulangan berubah bunyi.
a. Pengulangan Akar
Dwilingga (pengulangan utuh)
Pengulangan utuh (dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan
perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), sungguhsungguh (bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi
(bentuk dasar tinggi).
Dwipurwa (pengulangan sebagian)
Pengulangan sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah
satu suku katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan
pelemahan bunyi. Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur (bentuk dasar luhur),
lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari (bentuk dasar jari).
Dwilingga salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi)
Pengulangan dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan
bentuk dasar tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa
pula bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip, sayurmayur, lauk-pauk, ramah-tamah.
Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contohnya adalah
tertawa-tawa, pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.
Trilingga
Trilingga adalah pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem.
Contohnya adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b. Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dalam reduplikasi.
Pertama, sebuah akar diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat
mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk
melihat-melihat.
Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya, akar jalan
mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi
berjalan-jalan.
Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu
diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Pada contoh di atas, proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan,
atau sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Akan tetapi, ada pula

reduplikasi regresif, yaitu reduplikasi yang proses pengulangannya terjadi ke arah sebelah kiri.
Contohnya adalah tembak-menembak, pukul-memukul.
c. Reduplikasi Morfemis
Harimurti Kridalaksana menjabarkan menjadi
Reduplikasi pembentuk verba
Contohnya adalah :
1. Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
2. Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
3. Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan memperebutkan sebuah coklat.
Reduplikasi pembentuk ajektiva
Contohnya adalah :
1. Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2. Ia anak baik-baik.
3. Keris ini pusaka turun-temurun keluarga kami.
Reduplikasi pembentuk nomina
Contohnya adalah :
1. Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
2. Tetangga kami akan mengadakan pesta selamatan.
3. Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
Reduplikasi pembentuk pronomina
1. Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
2. Kami-kami ini biasanya makan di warung tegal.
3. Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.
Reduplikasi pembentuk adverbia
1. Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.
2. Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.
3. Ia berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
Reduplikasi pembentuk interogativa
1. Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.
Reduplikasi pembentuk numeralia
1. Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk
rasa.

B. Bentuk Kata Ulang :


Berikut ini adalah berbagai contoh bentuk kata ulang, yaitu:
1. Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu pengulangan seluruh
kata dasar.
Contoh :

ibu-ibu
kuda-kuda

2. Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk pengulangan kata
dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran atau gabungan imbuhan sebelum atau sesudah
kata dasarnya diulang.
Contoh :

berlari-lari
bermain-main
menari-nari
hormat-menghormati
bunga-bungaan
kekanak-kanakan

3. Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem, baik vokal maupun konsonan.
Contoh :

lauk-pauk
serta-merta
warna-warni
gerak-gerik
mondar-mandir

4. Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitu bentuk pengulangan suku pertama kata
dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh :
lelaki, laki-laki ~ lalaki ~ lelaki
sesama, sama-sama ~ sasama ~ sesama
tetangga, tangga-tangga ~ tatangga ~ tetangga
5. Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kata ulang semu atau kata dasar berulang.
Contoh :
- cumi-cumi
- paru-paru
- laba-laba
- pura-pura
- biri-biri
- kura-kura
- kupu-kupu
- kunang-kunang
Berikut merupakan penjelasan mengenai pembagian beberapa bentuk kata ulang secara
garis besar merujuk kepada pendapat beberapa ahli:
1. Kata Ulang Semu
Kata ulang semu sebenarnya bukanlah bentuk dari proses pengulangan, karena bentuk
itu sendiri sudah merupakan bentuk dasarnya. Lantas mengapa dikelompokkan ke dalam kata
ulang? Hal itu karena berdasarkan bentuknya, bentuk -bentuk tersebut masih termasuk ke
dalam kata ulang. Bentuk-bentuk yang di maksud adalah seperti:
compang-camping
kocar-kacir
kupu-kupu

gado-gado
onde-onde
Namun, Soedjito hanya mengelompokkan bentuk- bentuk seperti kupu-kupu, onde-onde,
dan gado-gado saja dalam kata ulang semu. Sedangkan bentuk kata seperti mondar-mandir,
compang-camping, dan kocar-kacir, Soedjito mengelompokkannya dalam bentuk kata ulang
berubah bunyi, hanya saja bentuk dasarnya tidak diketahui.
2. Kata Ulang Berimbuhan
Banyak orang berpendapat bahwa kata ulang berimbuhan adalah kata ulang yang
terdapat afiks di dalamnya seperti berjalan-jalan, tumbuh-tumbuhan, tulis-menulis. Bentukbentuk tersebut bukan merupakan kata ulang berimbuhan, tetapi bentuk itu termasuk dalam
kata ulang sebagian. Karena, yang diulang hanyalah sebagian dari bentuk dasarnya saja.
Kata Ulang

Bentuk Dasar

berjalan-jalan

berjalan

tumbuh-tumbuhan

tumbuhan

tulis-menulis

menulis

Kata ulang berimbuhan yang dimaksud adalah kata ulang yang mendapatkan afiks
setelah proses pengulangan.
Contoh:
mobil mobil-mobil mobil-mobilan
gunung gunung-gunung gunung-gunungan
orang orang-orang orang-orangan
anak anak-anak anak-anakan
kereta kereta-kereta kereta-keretaan
Namun, Menurut Ramlan, proses tersebut dinilai tidak mungkin jika dilihat dari faktor
makna. Pengulangan bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta menyatakan makna banyak,
sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna banyak. Yang ada makna sesuatu yang
menyerupai bentuk dasar. Jelaslah bahwa satu-satunya kemungkinan ialah kata keretakeretaan terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks -an.
mobil mobil-mobilan
gunung gungung-gunungan
orang orang-orangan
anak anak-anakan
kereta kereta-keretaan
Demikian juga kata-kata kehitam-hitaman, keputih-putihan, kemerah-merahan, sejelekjeleknya, setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan sebagainya, juga terbentuk dengan cara
yang sama sebagaimana cara di atas, yaitu dengan pengulangan dan pembubuhan afiks pada
bentuk dasarnya:
hitam kehitam-hitaman
putih keputih-putihan

merah kemerah-merahan
jelek sejelek-jeleknya
tinggi setinggi-tingginya
dalam sedalam-dalamnya
Proses pembentukan kata ulang berimbuhan seperti ini, sebenarnya sama dengan kereta
menjadi kereta-kereta dan ditambahui imbuhan -an. Hanya saja, bentuk kereta-keretaan tidak
berasal dari kereta-kereta yang diberi imbuhan -an, karena secara makna keduanya tidak ada
kesamaan.
3. Kata Ulang Berubah bunyi
Kata ulang yang pengulangannya termasuk dalam golongan ini sebenarnya sangat
sedikit. Di samping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, dan membalik.
Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik terbentuk dari bentuk dasar
balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan bunyi dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi
/a/. Contoh lain dari kata ulang berubah bunyi ini, seperti:
gerak gerak-gerik
serba serba-serbi
robek robak-rabik
Di samping perubahan bunyi vokal seperti contoh di atas, terdapat pula perubahan bunyi
konsonan, seperti:
lauk lauk-pauk
ramah ramah tamah
sayur sayur-mayur
Ramlan memberikan contoh-contoh seperti kata-kata di atas tentang bentuk kata ulang
berubah bunyi. Sedangkan kata-kata seperti, simpang-siur, sunyi-senyap, beras petas, tidak
termasuk ke dalam golongan kata ulang berubah bunyi. Menurut Ramlan, kata-kata itu tidak
dimasukan ke dalam golongan kata ulang berubah bunyi karena, siur bukanlah perubahan dari
simpang, senyap bukan perubahan dari sunyi, dan petas bukan pula perubahan dari beras.
Bentuk-bentuk seperti ini tidak termasuk dalam kata ulang berubah bunyi, tetapi bentuk-bentuk
seperti itu adalah bagian dari kata majemuk yang salah satu morfemnya berupa morfem unik.
Jadi, pada kata ulang berubah bunyi ini, perubahan bunyinya tidak terlalu banyak dan
bunyinya berhubungan dengan bunyi pada bentuk dasarnya.

C. Makna kata ulang:


1. Menyatakan banyak tak tentu.
Contoh :
- gunung-gunung
- daerah-daerah
- gerak-gerik
- rumah-rumah
- pepohonan
2. Menyatakan sangat.
Contoh :
- rajin-rajin
- besar-besar

- kuat-kuat
- manis-manis
3. Menyatakan saling, berbalasan atau
pekerjaan dilakukan oleh dua pihak.
Contoh :
- kunjung-mengunjungi
- tuduh-menuduh
- tolong-menolong
4. Menyatakan paling atau intensitas.
Contoh :
- sebaik-baiknya
- setinggi-tingginya
- sebanyak-banyaknya
5. Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh :
- orang-orangan
- siku-siku
- rumah-rumahan
6. Menyatakan banyak (jamak) yang menyangkut proses (pekerjaan).
Contoh :
- duduk-duduk - minum-minum
- membaca-baca - tidur-tiduran
- berjalan-jalan - melihat-lihat
7. Menyatakan dikenai sifat atau agak.
Contoh :
- kebarat-baratan
- kemalu-maluan
- kehijau-hijauan
8. Menyatakan himpunan pada kata bilangan.
Contoh :
- dua-dua
- lima-lima
- banyak-banyak
9. Menyatakan agak.(melemahkan arti).
Contoh :

- Kepala pening-pening.
- Badan sakit-sakit.
- Jangan malu-malu.
10. Menyatakan beberapa.
Contoh :
- bertahun-tahun ia menunggu.
- berhari-hari ia menani
11. Menyatakan terus-menerus.
Contoh :
- bertanya-tanya
- mencari-cari
12. Menyatakan waktu.
Contoh :
- Pagi-pagi minum es.
- Datang-datang marah.
13. Menyatakan makin atau bertambah.
Contoh :
- Lama-lama ia pingsan.
- Meluap-luap amarahnya.
14. Menyatakan berusaha atau penyebab.
Contoh :
- menyabar-nyabarkan diri.
- menguat-nguatkan hati.
- menahan-nahan amarah.
Dari beberapa penjelasan tersebut, secara garis besar, kata ulang dapat di klasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu kata ulang murni dan kata ulang semu, sebagaimana berikut:
Kata ulang murni, adalah kata ulang yang masih dapat dipisah menjadi bentuk yang lebih
kecil dan mempunyai bentuk dasar. berdasarkan bentuk proses pengulangannya,ada tiga
macam kata ulang murni, yaitu:
1. Kata ulang utuh, adalah kata ulang yang diulang secara utuh.
Contoh: gedung + { R } = gedung-gedung.
2. Kata ulang sebagian, adalah kata ulang yang pada proses pengulangannya hanya sebagian
dari bentuk dasar saja yang diulang.
Contoh: berjalan + { R } = berjalan-jalan
3. Kata ulang berimbuhan, adalah kata ulang yang mendapatkan imbuhan atau kata ulang
yang telah diberi afiks. Baik itu prefiks, infiks maupun sufiks.
Contoh: mobil + { R } = mobil-mobil + an = mobil-mobilan.

4. Kata ulang berubah bunyi, adalah kata ulang yangberubah bunyi dari bentuk dasarnya
setelah terjadinya proses pengulangan.
Contoh: sayur + { R } = sayur-mayur
Kata ulang semu, sebenarnya bukan kata ulang tetapi menyerupai kata ulang karena
bentuk dasarnya sudah seperti itu.
Contoh: mondar-mandir, compang-camping, onde-onde.

Anda mungkin juga menyukai