Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mandiri

Nama : Alfarizki Putra Mashun

Nim : 2211113016

Matkul : Etika Profesi Keteknikan

Kelas : A/TPB

Tugas :

1. Buat Review dan kesimpulan terhadap teori Logika.


2. Berdasarkan Teori berikan contoh yang terjadi di Lingkungan sekitar
anda. 

Jawab :
Review, kesimpulan, dan contoh
Logika 1
Logika berasal dari kata Yunani kuno λό γος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Logika tidak dapat di pisahkan
dalam proses mencari suatu kebenaran dalam kehidupan. Karena logika ini
mempelajari kebolehan manusia untuk bisa berfikir secara lurus dan teratur
sesuai nalar manusia itu sendiri. Manusia itu harus bisa berfikir jernih,
karena indra manusia itu sangat mudah untuk di tipu dan akal manusia
gampang sekali untuk di manipulasi seperti pencucian otak dan sebagainya.
Logika juga dapat di artikan suatu cara untuk pengambilan kesimpulan dari
suatu masalah, sebagai alat berfikir, untuk Menyusun argumen atau pendapat
kita terhadap suatu kejadian atau masalah, dapat mengemukakan pendapat
kita secara logis atau masuk akal ke lawan bicara kita, dan cara mematuhi
aturan aturan hukum berfikir agar dapat berfikir dengan tepat dan sesuai
nalar manusia. Dengan kata lain, logika adalah cara manusia untuk
mendayagunakan atau mengfungsikan nalar nya terhadap suatu hal.
Logika itu ada 2 macam, yang pertama yaitu logika alamiah. Logika
alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan
lurus sebelum dipengaruhi oleh hawa nafsunya yang subyektif dan logika ini
ada pada manusia sejak lahir. Contohnya seperti saat manusia haus, maka
manusia pasti ingin minum, manusia yang lapar pasti ingin makan, manusia
yang mengantuk pasti ingin tidur, dan sebagainya. Yang kedua yaitu logika
ilmiah. Logika ini merupakan suatu metode berpikir yang teratur dan rapi
berdasarkan atas suatu kebenaran. Sehingga diperoleh hasil yang lurus, tepat
dan  berdaya guna. Ilmu nalar ini dapat menyingkirkan hampir segala
kesalahan dari setiap kesimpulan sehingga akal budi dapat bekerja dengan
lebih tepat, lebih teliti, dan lebih mudah. Walaupun sebuah kebenaran tidak
dapat diketahui dengan pasti. Tapi minimal mencegah kekeliruan dalam
berpikir. Contoh seperti S lebih besar dari T, Y lebih kecil dari X, dan
sebagainya.
Hukum dasar logika menurut Aristoteles, Leibnis, J.S. Mill, itu ada 4,
yang pertama yaitu Principium Identitatis/Law of Identity atau biasa dikenal
dengan prinsip identitas. Prinsip ini mengatakan kalua sesuatu hal adalah
sama dengan halnya sendiri. Dengan kata lain sesuatu tidak lah mungkin
secara bersamaan merupakan X dan non X atau X = X. yang kedua yaitu
Principium Contradictionis/Law of Contradiction atau prinsip kontradiksi
menyatakan bahwa sesuatu benda tidak dapat menjadi benda itu sendiri dan
benda yang lain sekaligus dalam waktu yang sama seperti X tidak akan sama
dengan Y. yang ketiga yaitu Principium Exclusi Tertii/Law of Excluded
Middle atau prinsip tiada jalan tengah menyatakan bahwa dua sifat yang
berlawanan tidak mungkin dimiliki satu benda, hanya satu sifat yang bisa
dimiliki oleh suatu benda. Contoh, “X” harus “Y”, atau “bukan Y” Jadi, jika
kedua prinsip ini digabungkan, maka kebenaran salah satu dari dua hal yang
berkontradikisi, menunjukan kesalahan yang lainya dan kesalahan yang satu
menunjukan kebenaran yang lainya. Yang ke empat yaitu Principium Rationis
Sufficientis/Law of Sufficinet Reason atau prinsip cukup alasan menyatakan
Jika ada sesuatu kejadian pada suatu benda, hal itu harus mempunyai alasan
yang cukup.” Demikian juga jika ada perubahan pada suatu benda itu”.
Contoh, “air membeku”, air membeku karena adanya suhu di bawah titik
beku di sekitar air itu, dan suhu itu bertahan dengan waktu yang cukup lama
untuk membekukan air tersebut.
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Sebuah silogisme harus terdiri dari 3 proporsi, yang pertama yaitu premis
mayor. Premis mayor adalah keterangan atau hasil pemikiran yang berupa
pernyataan umum dan garis besar. Contohnya seperti “semua manusia
adalah orang orang berakal”. Yang kedua yaitu premis minor. Premis minor
adalah keterangan atau pernyataan khusus dari suatu pemikiran. Contohnya
seperti “fifi adalah manusia”. Dan yang ketiga yaitu konklusi yang dimana
penarikan kesimpulan dari pernyataan premis mayor dan premis minor. Dari
contoh yang telah di berikan, dapat di simpulkan yaitu “jadi fifi adalah orang
berakal”.
Silogisme bisa valid/invalid pada alur penalarannya, dan benar atau
salah di kebenaran atau ketepatan premis mayornya. Contoh silogisme yang
salah dimana premis mayornya salah. Contohnya yaitu:
Premis Mayor: Orang dengan bentuk wajah oval itu lebih cantik.
Premis Minor : Indah bentuk wajahnya oval, ica bentuk wajahnya
bulat.
Conclusion : Indah lebih cantik di banding ica.
Yang kedua yaitu silogisme yang invalid dimana variabel dan alur
berfikirnya salah. Contohnya yaitu:
Premis Mayor: Semua kucing makan ikan.
Premis Minor : Sofi makan ikan.
Conclusion : Sofi adalah kucing.
Cara berfikir manusia di bagi beberapa macam, yaitu :
- Mode 1: Deduksi
Cara berpikir ini menggunakan kriteria atau suatu pengetahuan
tertentu yang bersifat umum untuk mendapatkan suatu kesimpulan
yang khusus atau spesifik. karena deduksi diawali oleh sebuah premis
umum maka kebenaran dari hasil kesimpulannya tergantung mutlak
kepada benar atau tidaknya premis umum tersebut. Jenis jenis nya
ada beberapa macam, di antaranya:
 Modus Ponens
Mengatakan bahwa “Jika A maka B. Jika dia A maka berarti B”.
dimana A adalah Antaseden, B = Consequent. Di modus ponens,
Antaseden harus di afirmasi dan tidak boleh di ingkari. Contoh
yang valid:
1. Jika seseorang adalah profesor, maka dia pintar.
2. Saya professor.
3. Maka saya pintar (Valid)
Contoh yang invalid:
1. Jika seseorang adalah professor, maka dia pintar.
2. Saya bukan professor.
3. Maka saya tidak pintar (Invalid).
 Modus Tollens
Mengatakan bahwa “Jika A maka B. Jika bukan B maka berarti
bukan A”. Di modus Tollens, Consequent bisa di ingkari, tidak
bisa di afirmasi. Contoh yang valid:
1. Jika langit tidak mendung, maka tidak turun hujan.
2. Hujan turun.
3. Maka langit mendung (Valid)
Contoh yang invalid:
1. Jika langit tidak mendung, maka tidak turun hujan.
2. Hujan tidak turun.
3. Maka langit tidak mendung (Invalid).
 Hypothetical Syllogism
Mengatakan bahwa “Jika A maka B. Jika B maka C. Jika A maka
C”. Di Hypothetical Syllogism, jika ada pernyataan A, maka
consequent nya sama dengan C. Contohnya yaitu:
1. Jika anda suka jujur, maka anda Amanah dan dapat di
percaya.
2. Jika anda Amanah dan dapat di percaya, maka anda akan
mudah dapat pekerjaan.
3. Dengan demikian, jika anda suka jujur, maka anda akan
mudah dapat pekerjaan.
 Disjunctive Syllogism
Mengatakan bahwa “A atau B. Jika bukan A, maka B”. di
Hypothetical Syllogism, ada dua pernyataan antara A atau B,
Jika bukan A, Maka itu B. Contohnya yaitu:
1. Angka 3 adalah bilangan ganjil atau bilangan prima
2. Angka 3 bukan bilangan prima.
3. Dengan demikian, angka 3 adalah bilangan ganjil.
- Mode 2: Induksi
Cara berfikir ini yaitu dengan cara menyimpulkan sesuatu yang
berangkat dari hal-hal khusus menuju kepada kesimpulan umum. Metode
berpikir induksi sifatnya spekulatif. Jika diketahui bahwa “Saya
membutuhkan pekerjaan”, “Evan membutuhkan pekerjaan”, “Avi
membutuhkan pekerjaan”, dan “Willy membutuhkan pekerjaan”, maka
dengan induksi, kita dapat menyimpulkan bahwa “Semua manusia
membutuhkan pekerjaan”.
- Mode 3: Abduksi
Cara berfikir Abduksi ini yaitu Jenis inferensi silogistik yang tidak
membawa kepastian. Premis mayor bersifat pasti, sedangkan premis minor
tidak pasti, atau sebaliknya. Karena itu kesimpulannya menjadi kurang pasti.
Misalnya seperti:
Premis Mayor: Setiap programmer menggunakan komputer.
Premis Minor : Pamanku menggunakan komputer.
Conclusion : Pamanku seorang programmer.
- Mode 4: Generalisasi
Cara berfikir Abduksi ini yaitu prosedur berpikir dengan melihat
beberapa hal khusus (tidak semuanya) untuk kemudian disimpulkan secara
umum. Metodenya: “dari beberapa ke semua”. Contohnya seperti pernyataan
1: “Indah adalah seorang mahasiswa, dan dia berparas cantik”. Pernyataan 2:
“Salsa adalah seorang mahasiswa, dan dia juga berparas cantik. Maka
generalisasi nya: “Semua mahasiswa berparas cantik.” Pernyataan "semua
Mahasiswa berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
- Mode 5: Kausalitas
Cara berfikir Kausalitas ini yaitu mengikuti tiga pola berikut:
a. Dari sebab ke akibat;
b. Dari akibat ke sebab;
c. Dari akibat ke akibat.
Pemikiran dari sebab ke akibat, yaitu berangkat dan suatu sebab yang
diketahui lalu disimpulkan akibatnya. Misalnya, “Aku tidak belajar materi
ini”; “aku lupa untuk belajar materi ini tadi malam, maka saya tidak bisa
menjawab soal ujian hari ini”.
Pemikiran dari akibat ke sebab, yaitu berangkat dari akibat yang
diketahui menuju sebabnya. Misalnya, “Seorang mahasiswa pergi ke rumah
sakit karena sakit perut. Sakit perut menunjukkan akibat. Selanjutnya tugas
seorang dokter untuk memastikan apa yang menjadi sebabnya.
Pemikiran dari akibat ke akibat, yaitu berangkat dari suatu akibat ke
akibat lain tanpa menyebutkan sebab yang menghasilkan keduanya;
misalnya: sampah menumpuk di selokan perpus; kemudian kita berpikir:
maka selokannya pasti meluap. Keduanya berasal dan suatu sebab yang tidak
disebutkan, misalnya: hujan yang lebat sekali.
- Mode 6: Analogi
Analogi adalah pemikiran melalui persamaan atau kadang juga
disebut qiyas. Prosedur berpikir analog yaitu berangkat dari suatu hal atau
kejadian khusus kepada hal atau kejadian khusus lainnya yang semacam, dan
menyimpulkan bahwa apa yang berlaku pada hal atau kejadian yang satu,
juga akan berlaku pada hal atau kejadian yang lain. Contoh yaitu seperti
Indah pintar kimia setelah ikut bimbel, maka irvan juga akan pintar kimia
jika ikut bimbel.
- Mode 7: Kewibawaan
Kewibawaan yaitu sebagai kesaksian/pengetahuan yang diberikan
seseorang atau sekelompok orang yang relevan dan memiliki otoritas dalam
hal yang sedang dibahas. Alasan yaitu keterbatasan pengalaman dan
penalaran setiap orang. Contohnya yaitu pada penguji kewibawaan seorang
dosen:
Adakah dosen ini menggunakan dasar yang objektif atau fakta yang
terjadi di lapangan dan alasan yang tepat bagi setiap kesimpulannya. Apabila
seorang dosen mendasarkan pemikirannya kepada keyakinan dirinya
sendiri, kita harus bertanya adakah pemikirannya valid dan benar di
lapangan? dan apakah opininya yang berlawanan telah dipertimbangkan
dengan matang? apakah dia tidak mencampuradukkan kebenaran dan opini
miliknya?. Salah satu petunjuk terbaik dari integritas suatu kewibawaan
adalah kesediaannya memikirkan suatu objek dari berbagai sisi dan
pendapat para peneliti atau dosen lainnya, tidak hanya dari satu sisi si
dosennya.
Logika 2
Dari jenis pelakunya, logika fallacy di bagi menjadi 2, yaitu yang
pertama golongan sofis: golongan yang secara sengaja melakukan kesalahan
dalam berfikir, dengan tujuan untuk mengubah opini demi mencapai tujuan
tertentu di luar kebenaran. Yang kedua yaitu golongan paralogi: golongan
yang melakukan kesalahan berfikir namun tidak menyadari kekeliruan dan
akibat dari pemikirannya karena selalu menganggap dirinya benar.
Adapun teori-teori logika Fallacy yaitu:
- Propotional Fallacies
Mengingkari Antaseden
◦ Pernyataan: "Punya Hp boba (Iphone) di kampus menunjukkan kalua orang
itu kaya“
◦ Fallacy: "Yang tidak punya Hp boba (Iphone) adalah orang miskin di
kampus".
Mengafirmasi Consequent
◦ Pernyataan : "Saya lagi lapar, oleh karena itu saya makan nasi“
◦ Fallacy : "orang yg makan nasi, berarti dia lapar"
Inductive Fallacy_Generalisasi terburu-buru
◦ Pernyataan: "Hp Nokia yg saya pakai ini menunjukkan saya orang miskin di
kampus"
◦ Fallacy : "Semua orang pakai Hp nokia berarti orang miskin di kampus"
Excluded Middle (berpikir binary)
◦ Pernyataan: "Mahasiswa yang pintar disenangi oleh para dosen"
◦ Fallacy: "Mahasiswa yang tidak pintar tidak di senangi oleh para dosen "
- Fallacy Dramatikal Instance
Kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan orang untuk
melakukan over-generalization, yaitu penggunaan hanya satu atau dua kasus
untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Contohnya
yaitu : “Semua mahasiswa yang menentang ketentuan kampus dalam hal
berpakaian, berarti adalah pelaku atau pendukung pertentangan ketentuan
kampus dalam hal berpakaian.
- Fallacy of Retrospective Determinism
Determinisme Retrospektif adalah menganggap sesuatu seolah-olah
sudah ditentukan oleh sejarah dan tidak mungkin diubah. Orang yang
menganggap masalah yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara
historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari
sejarah yang cukup panjang, Misalnya tentang hantu di unand. Mahasiswa
menganggap bahwa ada hantu yang berkeliaran di sekitar unand dan itu
merupakan bagian dari sejarah unand. Dari dulu ada hal yang mistis dan
dunia nyata. Mengapa orang sekarang harus meributkan kebenaran hantu
unand, padahal hantu tidak bisa dibenarkan, karena sudah ada sejak dulu dan
itu merupakan masalah kepercayaan masing-masing.
- Post Hoc Ergo Propter Hoc
Istilah Post Hoc Ergo Propter Hoc berasal dari bahasa latin yaitu Post
berarti sesudah, Hoc berarti Demikian, Ergo berarti karena itu; Propter
berarti disebabkan; Akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya,
akan tetapi dipercaya bahwa penyebab yang tidak sesuai itulah yang benar.
Kesesatan terjadi karena salah menyimpulkan penyebab hanya karena
terjadinya dua peristiwa yang terjadi secara berurutan. Misalnya Mahasiswa
bernama ica semalam mandi hujan di depan asrama. Pagi ini dia masuk angin
dan tidak masuk kampus. Berarti ica masuk angin karena mandi hujan.
- Fallacy of Misplaced Concretness
Inti dari kesalahan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada
hakikatnya abstrak, ketika gagal berlogika, dan ber analogi sehingga ada
kesalahan penggunaan frasa. misalnya: “Mood dosen yang baik membuat
ruangan ini terasa nyaman tentram sekali”
- Argumentum Ad Verecundiam
Argumentum ad Verecundiam terjadi ketika mengacu pada seseorang
yang dianggap sebagai pakar atau ahli sehingga apa yang diucapkannya
adalah sebuah kebenaran. Otoritas kepakaran seseorang yang mengucapkan
suatu hal tersebut kemudian otomatis diakui sebagai sesuatu yang pasti
benar, meskipun otoritas itu tidak relevan. misalnya “Saya yakin apa yang
dikatakan dosen pak eri adalah benar karena pak eri adalah seorang dosen
yang sangat ahli, brilian dan jenius”.
- Fallacy of Composition
Fallacy of Composition menganggap kebenaran dari salah satu bagian
mewakili kebenaran dari seluruh bagian. Singkatnya sesuatu yang berhasil
untuk satu orang dianggap berhasil untuk semua orang. Inilah bentuk
pemikiran keliru yang disebut Fallacy of composittion. Bentuk dari kesalahan
ini misalnya yaitu di kampus unand ada mahasiswa yang memiliki usaha jual
pisang cokelat, dan usahanya menjadi besar dan mendatangkan uang yang
banyak pada orang tersebut dalam waktu singkat. Melihat kenyataan itu,
seluruh mahasiswa menggunakan semua tabungan yang di milikinya untuk
dijadikan modal usaha pisang cokelat. Akibatnya, semua mahasiswa di
kampus unand bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludaknya
pasokan Pisang cokelat.
- Circular Reasoning
Circular Reasoning adalah pemikiran yang berputar-putar,
menggunakan kesimpulan untuk mendukung premis yang digunakan lagi
untuk menuju kesimpulan yang sama. Sebagai contoh “Pak Eri adalah dosen
yang bijak, dia selalu memberikan nasehat dan motivasi positif kepada kami”.
(Tidak ada tolak ukur nyata kehebatan mereka, hanya pernyataan ulang
argumen dengan kalimat yang berbeda)
- Argumentum Ad Hominem
Kesalahan ini terjadi ketika argumentasi yang diajukan tidak tertuju
pada persoalan yang sesungguhnya, tetapi terarah kepada pribadi yang
menjadi lawan bicara atau dikenal dengan istilah Personal Attack, misalnya
yaitu “Mahasiswa TPB tidak ingin berdiskusi dengan Mahasiswa TIP, karena
Mahasiswa TIP tidak belajar apa yang di pelajari Mahasiswa TPB”.
- Tu Quoue
Tu Quoue itu adalah dimana seseorang berusaha untuk membela diri
dari kritik yang ditujukan kepadanya dengan cara membalikkan kritik yang
sama ke arah Sang pengkritik. Tu quoque ini bisa digunakan sebagai taktik
yang efektif untuk membuat orang yang mengkritik kita dari posisi
menyerang, menjadi posisi diserang. Dari posisi menuduh, menjadi tertuduh.
Dari posisi bertanya, menjadi posisi ditanya. Contohnya yaitu:
◦ Indah: “Fifi, kok kamu ngerjakan tugas fisika banyak coretan. Lihat tugas
aku, rapi gak ada coretan″.
◦ Fifi : “Ihhh, kamu aja tugas fisika nyontek ke fariz kan?”
- Argumentum Ad Baculum
Argumentum ad baculum adalah argumen yang diajukan berupa
ancaman dan desakan lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu,
dengan alasan bahwa jika menolak akan berdampak negatif terhadap dirinya.
Misalnya yaitu “jika kamu tidak belajar serius matkul EPK dan tidak suka
mendengarkan materi yang di ajarkan Pak Eri, nilai uts mu akan rendah”.
- Argumentum Ad Misericordiam
Argumentum ad misericordiam adalah sesat pikir yang sengaja
diarahkan untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan
tujuan untuk mencapai keinginan tertentu. Misalnya yaitu “Purwan
menyontek saat uts karena semalam dia membawa ortunya ke rumah sakit
sehingga dia tidak sempat belajar untuk persiapan uts”.
- Argumentum Ad Ignorantiam
Argumentum ad ignorantiam adalah kesalahan yang terjadi saat kita
memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui apa
pun juga mengenai sesuatu itu atau karena belum menemukannya. misalnya:
“Menyelesaikan laporan pemprograman komputer dalam waktu satu malam
itu sulit. Maka tidak ada mahasiswa yang sanggup menyelesaikan laporan
pemprograman computer dalam waktu satu malam”
- Argumentum Ad Temperantiam
Argumentum ad Temperantiam adalah kesesatan yang menyatakan
bahwa pandangan pertengahan adalah sesuatu yang benar tanpa peduli nilai-
nilai lainnya. Serta juga menganggap jalan tengah sebagai pertanda kekuatan
suatu posisi. Meskipun dapat menjadi nasihat yang bagus, namun
kesesatannya disebabkan karena ia tak punya dasar yang kuat dalam
argumen karena selalu berpatokan bahwa jalan tengah adalah yang benar.
Penggunaannya kadang dengan membuat-buat posisi lain sebagai posisi yang
ekstrim. Contohnya yaitu “Daripada membandingkan dosen Pak Eri dengan
dosen Pak Fadhli dalam hal mengajar, lebih baik tetap menerima apa yang di
ajarkan oleh ke dua dosen tersebut dengan seksama dan itu merupakan jalan
tengah keduanya”. (sedikitpun tidak menjabarkan kelebihan dan kekurangan
masing-masing sistem)
- Argumentum Ad Populum
Argumentum Ad Populum menyatakan bahwasanya jika banyak yang
percaya A adalah benar, maka A itu adalah benar. Atau Jika banyak orang
yang menerima A, maka A dapat diterima. Contohnya yaitu “Karena hampir
semua mahasiswa mengatakan Pak Eri adalah dosen yang baik dan tidak
pelit nilai, maka kesimpulannya, Pak Eri itu memang dosen yang baik dan
tidak pelit nilai”.
- Argumentum Ad Novitam
Argumentum ad Novitam muncul ketika sesuatu hal yang baru dapat
dikatakan benar dan lebih baik, dengan mengasumsikan penggunaan hal
yang baru berbanding lurus dengan kemajuan zaman dan sama dengan
kemajuan baru yang lebih baik. Sesat-pikir ini selalu menjual kata ‘baru’,
dengan menyerang suatu hal yang lama sebagai hal yang gagal dan harus
diganti dengan yang lebih baru. Contohnya seperti “Mengganti dosen yang
lama dengan dosen yang baru di TPB akan membuat Jurusan TPB menjadi
lebih baik”.
- Argumentum Ad Antiquitam
Kebalikan dari Argumentum ad Novitatem, ketika sesuatu benar dan
lebih baik karena merupakan sesuatu yang sudah dipercaya dan digunakan
sejak lama. Argumen ini adalah favorit bagi golongan konservatif. Nilai-nilai
lama pasti benar. Patriotisme, kejayaan negara, dan harga diri sejak puluhan
tahun silam. Sederhananya, sesat-pikir ini adalah kebiasaan malas berpikir.
Dengan selalu berpatokan bahwa cara lama telah dijalankan bertahun-tahun,
maka itu dianggap sesuatu yang pasti benar. Contohnya yaitu “Pak rusnam
telah memperjuangkan jurusan TPB menjadi akreditasi yang unggul di
Universitas Andalas sejak berpuluh puluh tahun yang lalu. Maka Pilihlah Pak
rusnam menjadi Kaprodi TPB”.
- Perfect Solution Fallacy
Perfect Solution Fallacy adalah sesat-pikir yang terjadi ketika suatu
argumen berasumsi bahwa sebuah solusi sempurna itu ada, dan sebuah
solusi harus ditolak karena sebagian dari masalah yang ditangani akan tetap
ada setelah solusi tersebut diterapkan. Asumsinya, jika tidak ada solusi
sempurna, tidak akan ada solusi yang bertahan lama secara politik setelah
diimplementasi. Tetap saja, banyak orang tergiur oleh ide solusi sempurna,
mungkin karena itu sangat mudah untuk dibayangkan. Contohnya yaitu
“Penerapan kontrak dosen TPB dengan mahasiswa dalam proses mengajar
tidak akan berjalan baik. Karena masih ada mahasiswa yang tetap melanggar
kontrak tersebut seperti terlambat”.
- Confirmation Bias/Selective Thinking
Confirmation Bias adalah kecenderungan seseorang untuk segera
menyetujui informasi yang memberikan dukungan
prasangka/pendapat/hipotesis mereka atau hipotesis terlepas dari apakah
informasi tersebut benar atau tidak. Akibatnya, orang hanya mengingat dan
mengumpulkan bukti yang mereka sukai secara selektif , dan menafsirkannya
dengan cara yang bias. Contohnya yaitu “untuk mahasiswa-mahasiswa TPB
yang percaya bahwa angka 666 adalah angka sial, mereka akan menganggap
segala kesialan yang muncul saat memakai suatu benda yang ada angka 666
adalah bukti bahwa angka 666 adalah benar angka sial dan tanpa sadar
menghiraukan bahwa sebenarnya secara realita, kesialan dan keberuntungan
tidak hanya terjadi saat memakai benda yang ada angka 666. Tetapi di angka
lain juga ada dan kesialannya tidak lebih banyak dari angka 666”.
- Slippery Slope
Slippery Slope menyatakan asumsi bahwa jika A terjadi, maka B, C, …,
X, Y, Z pasti akan terjadi juga. Pada prinsipnya, menyamakan A dengan Z,
sehingga jika Z tidak diinginkan, A juga tidak boleh terjadi. Contoh yaitu
seperti Di jurusan TPB, Mahasiswa senior memakai celana jeans di legalkan
pada wilayah kampus. Maka mahasiswa baru juga boleh melegalkan celana
jeans di wilayah kampus.
- Genetic Fallacy
Genetic Fallacy menyatakan berupa menjadikan karakteristik yang
tidak relevan untuk menilai sesuatu. Contohnya yaitu “Dosen Fisika di TPB
suka marah marah di kelas. Jelas karena dia berzodiak scorpio. Jadi Sukanya
marah marah”.
- Begging The Claim
Begging The Claim menyatakan bahwasanya kesimpulan yang
ditetapkan oleh klaim, tanpa disertai bukti nyata. Contohnya seperti “Ica,
seorang mahasiswa TPB tidak akan paham materi fisika apapun yang
terjadi”.
- Red Herring
Red Herring menyatakan pengalihan perhatian dari inti masalah.
Contohnya yaitu “Kelas Pemko A/TPB terancam tidak akan di ajar lagi oleh
dosen yang mengampu kelas tersebut. Tapi, yang lebih penting lagi, siapa
yang membuat Dosen TPB marah di dekanat?”.
- Straw-Man
Straw-Man menyatakan terlalu menyederhanakan argumentasi lawan
agar mudah dibantah. Contohnya yaitu “Kamu terlalu berlebihan dalam
membuat tugas fisika. Tugas itu di buat sesederhana mungkin dan sesingkat
mungkin. Toh tugasnya juga gak berpengaruh besar terhadapan nilai akhir
kita nanti.” Ujar kawan ku.
- Moral Equivalence
Moral Equivalence menyatakan menyetarakan kesalahan kecil dengan
kejahatan besar. Contohnya yaitu “Mahasiswa TPB yang terlambat masuk
kekelas adalah mahasiswa yang gagal dan tidak kompeten”.
- False Dilema
Nama lain False Dillema yaitu Black and White thinking dan
Bifurcation. Bentuk dari False dillema yaitu Jika tidak X, maka Y yang benar
(Padahal bisa saja keduanya benar atau keduanya salah). Klaim Y salah. Maka
KlaimX adalah Benar. Pada dasarnya, si pembuat argument ingin membatasi
pilihan denga 2 saja, Padahal dalam kenyataannya bisa ada lebih dari 2
pilihan. Opsi lainnya tidak disertakan sehingga membuat argumennya mau
tidak mau harus disetujui. Contohnya yaitu “Kalau bukan teman samping
kanan saya yang mencontek saat uts matkul biologi, pastilah teman samping
kiri saya yang mencontek”.
- Two Wrongs Make a Right
Two Wrongs Make a Right adalah kesesatan yang terjadi ketika
diasumsi bahwa jika dilakukan suatu hal yang salah, tindakan salah yang lain
akan menyeimbanginya. Sesat-pikir ini biasa digunakan untuk menggagalkan
tuduhan dengan menyerang tuduhan lain yang juga dianggap salah.
Contohnya yaitu:
Indah: Adik mu memukul adikku karena adikmu ingin mengambil paksa
mainan adikku.
Salsa: Tapi Adikmu juga menampar adikku dan tidak mau ngalah.
- Ipse-Dixtim
Ipse-dixitism adalah argumen dengan dasar keyakinan yang dogmatis.
Seseorang yang menggunakan Ipse-dixitism mengasumsikan secara sepihak
premisnya sebagai sesuatu yang disepakati, padahal tidak demikian. Premis
yang diajukan dalam argumen seolah-olah merupakan fakta mutlak dan telah
disepakati bersama kebenarannya, padahal itu hanya dipegang oleh pemberi
argumen, tidak bagi lawannya. Sesat-pikir ini akan berujung pada debat
kusir. Contohnya yaitu seperti “Materi yang di ajarkan oleh dosen dari TPB di
kelas fisika A/TPB telah terbukti salah dan hanya membuat mahasiswa
bingung, karena itu harus diganti dosennya dengan dosen yang berasal dari
fmipa”.
- Poisoning The Well
Poisoning the Well adalah sesat-pikir yang mencegah argumen atau
balasan dari lawan dengan cara membuat lawan dianggap tercela dengan
berbagai tuduhan bahkan sebelum lawan sempat bicara. Contoh yaitu seperti
“Semua yang dilakukan oleh Mahasiswa Senior TPB di kegiatan komisi
pembentuk keakraban adalah rekayasa untuk membully mahasiswa baru
TPB”.

Kesimpulan:
Logika berasal dari kata Yunani kuno λό γος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Logika itu ada 2 macam, yang
pertama yaitu logika alamiah. Hukum dasar logika menurut Aristoteles,
Leibnis, J.S. Mill, itu ada 4, yang pertama yaitu Principium Identitatis/Law of
Identity atau biasa dikenal dengan prinsip identitas. Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Sebuah silogisme harus terdiri
dari 3 proporsi, yang pertama yaitu premis mayor, yang kedua premis minor,
dan yang terakhir adalah konklusi.
Silogisme bisa valid/invalid pada alur penalarannya, dan benar atau
salah di kebenaran atau ketepatan premis mayornya. Silogisme yang invalid
dimana variabel dan alur berfikirnya salah.
Cara berfikir Abduksi ini yaitu Jenis inferensi silogistik yang tidak
membawa kepastian. Cara berfikir Abduksi ini yaitu prosedur berpikir
dengan melihat beberapa hal khusus (tidak semuanya) untuk kemudian
disimpulkan secara umum. Dari sebab ke akibat; . Dari akibat ke sebab; . Dari
akibat ke akibat. Pemikiran dari sebab ke akibat, yaitu berangkat dan suatu
sebab yang diketahui lalu disimpulkan akibatnya. Pemikiran dari akibat ke
sebab, yaitu berangkat dari akibat yang diketahui menuju sebabnya.
Pemikiran dari akibat ke akibat, yaitu berangkat dari suatu akibat ke akibat
lain tanpa menyebutkan sebab yang menghasilkan keduanya.
Analogi adalah pemikiran melalui persamaan atau kadang juga
disebut qiyas. Prosedur berpikir analog yaitu berangkat dari suatu hal atau
kejadian khusus kepada hal atau kejadian khusus lainnya yang semacam, dan
menyimpulkan bahwa apa yang berlaku pada hal atau kejadian yang satu,
juga akan berlaku pada hal atau kejadian yang lain. Kewibawaan yaitu
sebagai kesaksian/pengetahuan yang diberikan seseorang atau sekelompok
orang yang relevan dan memiliki otoritas dalam hal yang sedang dibahas.
Dari jenis pelakunya, logika fallacy di bagi menjadi 2, yaitu yang
pertama golongan sofis: golongan yang secara sengaja melakukan kesalahan
dalam berfikir, dengan tujuan untuk mengubah opini demi mencapai tujuan
tertentu di luar kebenaran. Yang kedua yaitu golongan paralogi: golongan
yang melakukan kesalahan berfikir namun tidak menyadari kekeliruan dan
akibat dari pemikirannya karena selalu menganggap dirinya benar.
Istilah Post Hoc Ergo Propter Hoc berasal dari bahasa latin yaitu Post
berarti sesudah, Hoc berarti Demikian, Ergo berarti karena itu; Propter
berarti disebabkan; Akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya,
akan tetapi dipercaya bahwa penyebab yang tidak sesuai itulah yang benar.
Inti dari kesalahan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada hakikatnya
abstrak, ketika gagal berlogika, dan ber analogi sehingga ada kesalahan
penggunaan frasa.
Argumentum ad Verecundiam terjadi ketika mengacu pada seseorang
yang dianggap sebagai pakar atau ahli sehingga apa yang diucapkannya
adalah sebuah kebenaran. Otoritas kepakaran seseorang yang mengucapkan
suatu hal tersebut kemudian otomatis diakui sebagai sesuatu yang pasti
benar, meskipun otoritas itu tidak relevan.
Fallacy of Composition menganggap kebenaran dari salah satu bagian
mewakili kebenaran dari seluruh bagian. Singkatnya sesuatu yang berhasil
untuk satu orang dianggap berhasil untuk semua orang. Circular Reasoning
adalah pemikiran yang berputar-putar, menggunakan kesimpulan untuk
mendukung premis yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan yang
sama.
Tu quoque ini bisa digunakan sebagai taktik yang efektif untuk
membuat orang yang mengkritik kita dari posisi menyerang, menjadi posisi
diserang. Argumentum ad baculum adalah argumen yang diajukan berupa
ancaman dan desakan lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu,
dengan alasan bahwa jika menolak akan berdampak negatif terhadap dirinya.
Argumentum ad misericordiam adalah sesat pikir yang sengaja diarahkan
untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan tujuan untuk
mencapai keinginan tertentu.
Argumentum ad ignorantiam adalah kesalahan yang terjadi saat kita
memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui apa
pun juga mengenai sesuatu itu atau karena belum menemukannya.
Argumentum ad Temperantiam adalah kesesatan yang menyatakan bahwa
pandangan pertengahan adalah sesuatu yang benar tanpa peduli nilai-nilai
lainnya. Penggunaannya kadang dengan membuat-buat posisi lain sebagai
posisi yang ekstrim.
Argumentum Ad Populum menyatakan bahwasanya jika banyak yang
percaya A adalah benar, maka A itu adalah benar. Atau Jika banyak orang
yang menerima A, maka A dapat diterima. Argumentum ad Novitam muncul
ketika sesuatu hal yang baru dapat dikatakan benar dan lebih baik, dengan
mengasumsikan penggunaan hal yang baru berbanding lurus dengan
kemajuan zaman dan sama dengan kemajuan baru yang lebih baik. Kebalikan
dari Argumentum ad Novitatem, ketika sesuatu benar dan lebih baik karena
merupakan sesuatu yang sudah dipercaya dan digunakan sejak lama.
Perfect Solution Fallacy adalah sesat-pikir yang terjadi ketika suatu
argumen berasumsi bahwa sebuah solusi sempurna itu ada, dan sebuah
solusi harus ditolak karena sebagian dari masalah yang ditangani akan tetap
ada setelah solusi tersebut diterapkan. Asumsinya, jika tidak ada solusi
sempurna, tidak akan ada solusi yang bertahan lama secara politik setelah
diimplementasi. Confirmation Bias adalah kecenderungan seseorang untuk
segera menyetujui informasi yang memberikan dukungan
prasangka/pendapat/hipotesis mereka atau hipotesis terlepas dari apakah
informasi tersebut benar atau tidak. Pada prinsipnya, menyamakan A dengan
Z, sehingga jika Z tidak diinginkan, A juga tidak boleh terjadi.
Genetic Fallacy menyatakan berupa menjadikan karakteristik yang
tidak relevan untuk menilai sesuatu. Begging The Claim menyatakan
bahwasanya kesimpulan yang ditetapkan oleh klaim, tanpa disertai bukti
nyata. Straw-Man menyatakan terlalu menyederhanakan argumentasi lawan
agar mudah dibantah. Moral Equivalence menyatakan menyetarakan
kesalahan kecil dengan kejahatan besar. Nama lain False Dillema yaitu Black
and White thinking dan Bifurcation. Bentuk dari False dillema yaitu Jika tidak
X, maka Y yang benar (Padahal bisa saja keduanya benar atau keduanya
salah). Sesat-pikir ini biasa digunakan untuk menggagalkan tuduhan dengan
menyerang tuduhan lain yang juga dianggap salah. Ipse-dixitism adalah
argumen dengan dasar keyakinan yang dogmatis. Poisoning the Well adalah
sesat-pikir yang mencegah argumen atau balasan dari lawan dengan cara
membuat lawan dianggap tercela dengan berbagai tuduhan bahkan sebelum
lawan sempat bicara.

Anda mungkin juga menyukai