Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari
hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju
kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh :
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari
dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
1. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus.
Contoh :
Obat telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia masa
kini. Bahkan, karena begitu akrabnya, orang justru semakin tergantung pada obat,
semakin terbiasa menggunakan obat. Penggunaan obat-obatan kini justru terlihat
sebagai gaya hidup modern. Mereka perlu tampil seksi, bukan sehat, perlu obat
kuat, bukan hidup harmonis, dan lain-lain. Faktanya zat-zat yang terkadnung dalam
oat dan efeknya bagi tubuh kita sering tidak kita perhatikan kaerna menganggap
obat itu menyembuhkan tanpa memerhatikan apa yang sebenarnya terkandug
dalam obat tersebut. Dalam pemilihan obat harus diperhatikan adanyna kandungan
bahan-bahan kimia yang justru menimbulkan dampak buruk terhadap tubuh kita.
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan
fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh :
PU : Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin bekerja di Indonesia.
PK : Peter White itu orang asing.
S : Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja jika ingin bekerja di Indonesia.
keterangan
PU =premis umum
PK = premis khusus
S = silogisme
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya
dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada fotosintesis.
Silogisme
Silogisme adalah suatu argumen yang bersifat deduktif yang mengandung tiga proporsi
kategori yakni dua premis dan satu kesimpulan. Masing-masing premis itu yakni premis
mayor (premis umum) biasanya disingkat PU dan premis minor (premis khusus) bisanya
disingkat PK.
Kriteria silogisme sebagai barikut :
Premis Umum (PU) : Menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A)
memiliki sifat atau hal tertentu (=B)
Permis KhusuS (PK) : Menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah golongan
tertentu itu (=A)
Kesimpulan (K) : Menyatakan bahwa sesuatu atau sesorang itu (=C) memiliki sifat atau hal
tersebut pada B (=B)
Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :
PU : A = B
PK : C = A
K:C=B
A = semua anggota golongan tertentu
B = sifat yang ada pada A
C = sesorang atau sesuatu anggota A
Contoh :
Silogisme salah yaitu silogisme yang salah satu premisnya salah atau mungkin penalarannya
salah, maka kesimpulannyapun tentu akan salah sehingga penarikan kesimpulannya sering
tidak logis dan tidak dapat dipercaya kebenarannya.
Contoh :
PU : Prasetyo pelajar teladan
PK : Prasetyo putra seorang guru
K : Putra seorang guru pasti pelajar teladan
• Entimem
Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang ingin mengemukakan
sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaran.
Contoh :
PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lisa ingin sukses
K : Lisa harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A
ALAH NALAR
Materi untuk tugas softskill kali ini adalah tentang Salah Nalar. Ada dua kata yaitu Salah dan
Nalar. Salah bisa berarti keliru atau tidak benar dan Nalar adalah suatu gagasan atau proses berpikir manusia
untuk menghubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Jadi jika kedua kata ini
disambung, maka Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) dapat diartikan sebagai gagasan, perkiraan,
kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru.
Mahasiswa perlu memahami aspek yang terkandung dalam penalaran sebelum
membuat sebuah karangan agar terhindar dari salah nalar. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai aspek kesalahan penalaran dalam karangan agar salah nalar dapat
diminimalkan atau dihindarkan.
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan, juga bisa merupakan Gagasan,
pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi
karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan.
Dalam proses berpikir sering sekali kita keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan,
kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kesalahan karena gagasan, struktur
kalimat, kecerobohan, atau ketidaktahuan.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan.
Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang
kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang
sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan
yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan
mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa
yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang
merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut sebagai
salah nalar.
a. Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
b. Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
c. Ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau. Oleh
sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya dengan harga terjangkau.
d. Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang
tidak ramah).
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. yaitu sebagai berikut:
a. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau
evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi
bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain
yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar,
dan sebagainya.
b. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau
peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini
sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu kelompok, keluarga, ras
atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau
beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama. Contoh: semua
pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi. Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan
Anda jawab.
2. Kerancuan Analogi
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan
anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang
lain. Analogi adalah persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yg berlainan,
kiasan. Contoh dari kerancuan analogi adalah sebagai berikut:
a. Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
b. Pada hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa Patriana kuliah
juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah pasti mengendarai sepeda
motor.
c. Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.
4. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan kesimpulan.
Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang
konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen bergantung pada premis yang tidak
relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa
jenis kesesatan relevansi yang umum dikenal, berikut penjelasannya:
a. Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak
suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang
berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b. Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya adalah orang
yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena penalaran logis.
c. Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang menolak atau
menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena ancaman atau
terror (bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).
d. Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk massa/rakyat.
Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan prinsip menggugah perasaan
massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu.
Contoh sederhananya seperti demonstrasi dan propaganda.
e. Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena adanya rasa
belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk menimbulkan belas kasihan
sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu
perbuatan dimaafkan.
f. Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal
bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi lebih dahulu adalah
penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
g. Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan kebenaran dari apa
yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk membuktikannya. Dikenal dengan
pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan prinsip.
h. Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi ketika
berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum terbukti salah, atau
bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar
i. Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan konklusi.
Paragraf adalah bagian yang berasal dari suatu karangan yang terdiri dari
sejumlah kalimat, yang isinya mengungkapkan satuan informasi/kalimat dengan
pikiran utama sebagai pengendaliannya dan juga pikiran penjelas sebagai
pendukungnya.
paragraf dapat terdiri dari satu kalimat/kumpulan kalimat, Akan tetapi kalimat
yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang
membentuk suatu kalimat, dan dapat disebut juga dengan penuangan ide dari
penulis melalui kalimat/kumpulan kalimat yang satu dengan yang lainnya, yang
berkaitan dan juga hanya memiliki satu tema. Paragraf juga dapat disebut sebagai
karangan yang singkat.